Meyra menegaskan tatapannya dengan memendam perasaan penuh kecamuk di dalam dirinya. Ia sama sekali tak menyangka jika ibu mertuanya yang dulu ia kenal bijak kini malah menjadi sangat pemaksa.Hati Meyra lebih dari kecewa menghadapi sikap sang mertua yang seakan kini menjadi sangat senang menyudutkannya.Semenjak kehadiran Sekar di dalam rumah ini, Meyra merasa segala yang dilakukannya akan menjadi sangat salah di mata ibu mertuanya itu.“Kenapa Mami sekarang memaksa aku untuk membantu Mas Nehan, bukannya dulu Mami pernah sangat mendukungku untuk menjadi seorang dokter?”Cyntia memasang wajah masam saat mendapati sang menantu pertama tetap terlihat enggan untuk memenuhi permintaannya.Melihat pertentangan antara Meyra dengan mertua mereka, Sekar tersenyum dalam hatinya.Wanita itu menjadi sangat senang dengan keretakan hubungan Meyra dengan mertua mereka, yang semakin membuatnya kian mendapat tempat di hati sang mertua.Sebaliknya Nehan menjadi sangat gelisah. Ia merasa terjepit di an
Meyra menjadi sangat jengah ketika mendengar pertanyaan sang mertua. Untuk sekarang dan entah sampai kapan dirinya akan selalu mendengar kata-kata ibu dari suaminya itu yang akan membandingkan dirinya dengan Sekar.Termasuk saat ini kalimat Cyntia yang memancing kegeraman kala Meyra mendengar mertuanya itu menyebut dirinya sedang cemburu pada Sekar.“Kenapa kamu tak menginap di sini saja? Bukankah sudah lama kamu tak tidur di sini? Kalau kita tinggal bareng dan tampak rukun aku yakin mami pasti akan senang melihatnya.”Sekar kemudian melirik pada sang mertua yang selalu saja menampakkan aura pembelaannya pada dirinya.“Tak ada salahnya kalau kita berusaha untuk membuat mami bahagia. Jadi kamu mau kan menginap di sini?”Meyra masih bergeming dengan menahan kegeraman di dalam dadanya yang terasa sudah sangat membuncah. Tapi sampai detik ini Meyra masih tak menampakkan kekesalannya itu dengan lugas.Saat melihat Meyra masih saja membisu, Sekar malah mengartikan sikap itu sebagai sebuah p
Dengan menahan kegeramannya Meyra mendorong tubuh Nehan agar menjauhinya, sesuatu yang sangat tak diduga oleh Nehan.Nehan tersentak ketika mendapati sang istri pertama menolaknya dengan telak.“Ada apa Mey?” tanya Nehan tak mengerti.Bahkan sekarang ia melihat wajah cantik istrinya itu sudah bersimbah air mata.“Kamu bertanya ada apa Mas?” sergah Meyra memendam rasa kecewa.Tatapan wanita berambut indah itu kemudian mengedar ke seluruh ruangan kamar.“Kamu lihat kamar ini Mas, semuanya sudah berubah. Sepertinya aku merasa sudah tak lagi berarti untuk kamu Masa. Kamu bahkan sudah mengijinkan Sekar untuk ikut tidur di kamar ini.”Meyra mencecarkan semua gelisahnya dengan sangat gamblang mengabaikan perasaan sang suami yang bisa saja terluka karena cecaran kalimatnya yang lugas.“Kalau kamu sudah memiliki Sekar dan anak-anak kalian kenapa kamu tetap mempertahankan aku? Kenapa kamu tak melepaskan aku saja Mas? Kenapa kamu tak menceraikan aku saja?”Meyra benar-benar memuntahkan semua emo
“Mey, apa kamu mengijinkan aku untuk melihat anak-anak?” Nehan yang masih ragu masih meminta persetujuan pada sang istri pertama yang selalu tak pernah bisa ia abaikan.Untuk beberapa saat Meyra malah sangat bisa tercenung ketika mendengar permintaan sang suami.Meyra masih saja berdiri mematung, diam bergeming tak memberikan respon apapun.Hingga sejurus kemudian mereka malah mendengar tangisan yang lebih keras dari Ceria yang segera diiringi dengan seruan keras dari Cyntia di kamar bawah yang memanggil tegas Nehan untuk segera datang.“Nehan, cepat tenangkan anak kamu. Dia terus mencari kamu!” seru Cyntia terdengar kian tak sabar.Nehan melirik sejenak pada istri pertamanya, yang juga mulai menatapnya dengan lekat. Lelaki itu kini malah menjadi tersudut.Tanpa mengucapkan permohonannnya lagi Nehan segera melangkah ke luar kamar menyongsong anaknya yang menangis kian keras di kamar bawah.Saat mendapati Nehan berlalu dari hadapannya, ada rasa perih yang menyambar hati Meyra.Jelas Me
“Apa masih ada pasien lagi, Sus?” tanya Meyra setelah ia baru saja menyelesaikan tugasnya yang terakhir.Wanita berpakaian serba putih yang selama ini membantunya di klinik, malah terlihat agak bimbang.“Di luar masih ada seorang anak yang sejak tadi menunggu, ingin bertemu dengan Dokter, tapi kelihatannya dia tidak sedang sakit.”Baru saja Meyra mendengar keterangan dari asistennya mendadak seorang gadis kecil sudah muncul dari balik pintu dengan membawa senyumnya.“Selamat sore, Dokter!” sapa gadis kecil berkuncir dua.Meyra sedikit terkejut melihat sosok menggemaskan itu, meski kemudian senyumnya segera terkembang lebar.“Acha, kamu datang sama siapa sayang?” tanya Meyra sembari tatapannya mengarah ke luar mencaritahu siapa yang mengantar salah satu pasien setianya itu.Gadis kecil berwajah manis itu malah menggelengkan kepalanya.“Aku nggak datang sama siapa-siapa,” jawab Acha ringan sembari duduk di kursi kecil yang biasanya selalu dilakukannya saat ia datang untuk memeriksakan k
Meyra tak kuasa menolak kala gadis kecil yang tampak sedang galau itu merajuk kepadanya meminta untuk menyantap chicken steak di sebuah restoran.Akhirnya mereka bertiga duduk bersama dalam satu meja menikmati chicken steak yang menjadi permintaan Acha.Nyatanya kebersamaan mereka terlihat bagai sebuah keluarga bahagia, bila disaksikan oleh orang lain yang tak benar-benar memahami situasi mereka saat ini.Namun makan malam bersama itu dengan sangat jelas menghadirkan aura bahagia di wajah Acha yang sebelumnya lebih sering menghabiskan waktu makan malamnya hanya sendirian saja ditemani seorang nani yang hanya memberikan perhatian pada Acha dengan sekedarnya saja.“Dokter Meyra, Acha seneng banget ada Dokter di sini dan kita makan sama-sama. Apa Dokter seneng juga kayak Acha?”Meyra melemparkan senyumnya, dia memberikan perhatian lembut pada gadis kecil itu yang membuatnya malah merasakan bisa menyalurkan naluri keibuan di dalam dirinya.Meyra malah merasa senang, dengan sikap manja Ach
Meyra terkesiap setelah tangannya mendarat dengan sangat keras pada pipi kanan Nehan.Nehan juga tak kalah terperanjatnya, hingga tatapannya membeliak tajam pada sang istri pertama yang baru saja sudah menamparnya.Meyra yang hatinya masih meradang saat mendengar tuduhan keji sang suami juga stigma yang terlontar dari mulut sosok lelaki yang bergelar suami itu, membuatnya segera menampakkan ekspresi tegas tanpa penyesalan.“Kamu sudah sangat merendahkan harga diriku. Jika di matamu aku sudah begitu buruk, kenapa kamu masih saja mempertahankan aku?”Nehan segera tersentak ketika mendengar kata-kata istri pertamanya yang menguarkan kekecewaan yang sangat lugas.Di dalam hatinya yang paling dalam Nehan mulai menyesali apa yang sudah diucapkannya. Dirinya terbawa dalam arus emosi dan kecemburuan yang terlalu besar membuatnya tak bisa mengontrol diri.“Aku memang wanita yang mandul, tapi bukan berarti aku akan menyeret diriku dalam perbuatan yang rendah.”Kedua mata Meyra sudah memerah mem
Meyra masih membeku saat sang suami yang sudah berada di belakang setir kemudi bertanya tentang tujuannya.“Sayang, katakan saja kamu ingin kita pergi ke mana sekarang?”Nehan kemudian mengarahkan separuh badannya pada Meyra yang masih terlihat mengabaikannya dan tetap menatap ke depan, tampak sangat enggan menanggapi sang suami yang sedang mengajaknya berbicara.“Mey, aku tahu kamu masih marah soal semalam, sungguh aku minta maaf. Sekarang katakan padaku apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku?"Meyra masih tak bergeming.Nehan menarik nafas panjang menampakkan kegusarannya yang semakin lugas terunggah.“Mey, kumohon katakan sesuatu.”Meyra tetap saja bisu.Nehan semakin canggung bahkan tak tahu harus melakukan apa menghadapi kebekuan Meyra yang terlihat begitu telak.Rasa bersalah kian menggerogoti batin lelaki itu.“Bagaimana kalau kita pergi ke sebuah butik, sudah lama aku tak membelikan kamu pakaian dan aksesoris lain?”Nehan berusaha keras untuk mengambil hati istri
Meyra sungguh tak menduga Kenrich akan mempersiapkan pesta pernikahan yang begitu luar biasa seperti saat ini. Walau sebenarnya Meyra agak enggan menyetujui nyatanya ia tak bisa mengabaikan keinginan semua orang jika pernikahannya yang kedua ini digelar dengan meriah di salah satu hotel terbaik di Ibukota. Pesta pernikahan yang mengundang banyak orang bahkan juga mengundang anak-anak yatim dari beberapa panti asuhan itu berlangsung dengan sangat meriah. Semua orang memasang aura bahagianya, bahkan Meyra terus menerus mengumbar senyumnya. Namun ketika melihat sosok yang tak diundangnya ikut datang pada pesta pernikahannya ini, wajah Meyra segera berubah tegang. Saat melihat gurat kecewanya Meyra mendadak merasa resah. Kenrich yang berada di sisinya langsung mendekat meraih tangan Meyra dan menggenggamnya erat seakan menegaskan keberadaan dirinya yang akan selalu mendampingi. “Aku tahu cepat atau lambat kalian pasti akan melakukan ini,” tukas Nehan dengan terus mengunggah raut kecew
“Jangan sampai kamu menyesal jika Kenrich memilih yang lain karena ia sudah terlampau lelah menunggumu.”Rida kembali memberi peringatan kepada putrinya.Meyra termangu semakin galau dengan apa yang sudah ia dengar.Meski kemudian Meyra memilih untuk menyunggingkan segaris senyum walau tampak samar dan ragu.“Sudahlah Bun, aku sudah memasrahkan semuanya pada kehendakNya, jika memang Tuhan menakdirkan aku kembali menikah dan orang itu adalah Kenrich, aku akan menerimanya.”Rida menggeleng tampak sangat tak puas dengan jawaban Meyra.“Tapi jika kamu tak memberikan isyarat bahwa kamu mau menerima Kenrich, aku yakin dia tetap akan berpaling. Ingat Mey, takdir manusia meski sudah ditetapkan tapi Tuhan juga mengharuskan hambaNya untuk berusaha. Kamu seharusnya berusaha untuk menunjukkan penerimaanmu terhadap cinta Kenrich, bukan terus menerus menolaknya.”Rida kemudian menegaskan tatapannya pada Meyra yang kini tampak mulai gamang..“Aku sudah memperingatkan kamu, jangan salahkan aku kalau
“Sekar,” gumam Meyra ketika mendapati seorang wanita hamil mulai mendekat ke arah dirinya.Meyra melihat perubahan dari wanita yang sekarang sedang menghampirinya itu tampak begitu luruh dengan tubuh yang lebih kurus terlihat kontras dengan perutnya yang membuncit.Meyra menyusut sejenak bening di matanya dan memusatkan perhatian pada wanita yang pernah menjadi madu di dalam rumah tangganya bersama sang mantan suami dulu, sesuatu yang sebenarnya sudah tak ingin Meyra ingat lagi.“Aku turut berbela sungkawa atas meninggalnya Tante Lia,” gumam Sekar yang memang selalu memanggil ibu Meyra dengan sebutan Tante Lia.Meyra menganggukkan kepalanya dan merasa gamang dengan kesedihan yang terunggah di wajah wanita yang pernah menjadi seteru juga sahabatnya itu.Kesedihan yang ditampakkan Sekar saat ini memancing tanya di dalam Meyra atas kehidupan wanita itu yang s
Meyra benar-benar mengikuti kemauan Kenrich tanpa berkata apapun lagi.Kenrich segera membantu Meyra berkemas.Bahkan lelaki itu tampak sangat sibuk tak membiarkan Meyra melakukan apapun.Dalam diam Meyra menyaksikan bagaimana lelaki itu menyiapkan segala keperluannya.Dalam hatinya Meyra memendam kekaguman meski selalu saja ada rasa takut menggayuti setiap kali Kenrich mengulik tentang pernikahan.Meyra masih terlalu takut untuk memulai hubungan baru dengan keadaan dirinya yang selalu dikatakan sebagai wanita yang tidak sempurna.Meyra selalu tak bisa mempercayai Kenrich bisa menerima dirinya. Karena nyatanya dulu Nehan juga pernah mengucapkan hal yang sama tapi segalanya tetap tak berjalan dengan benar.Meyra terus saja menolak meski hatinya diliputi rasa bersalah juga pada Kenrich yang bahkan pernah hampir mengorbankan nyawanya ketika
Suara yang terdengar tegas dengan nada sarkas yang terunggah itu segera membuyarkan pelukan Meyra dan Nehan.Mereka sontak memandang ke arah Sekar yang sedang mendekat dengan menyajikan gurat sinis di wajahnya.“Kumohon jangan salah paham dulu, Sekar,” gumam Nehan yang seketika gelisah ketika mendapati kedatangan Sekar yang tak terduga.Bahkan wanita yang berstatus sebagai istri keduanya itu tadi belum ada mendampingi saat sidang awal tadi.Sekar masih memberikan tatapan sarkas bahkan menyergap Meyra dengan kesinisan.“Apa kamu masih belum bisa merelakan Mas Nehan? Bukankah sebentar lagi sidang putusan perceraian kalian akan ditetapkan lalu kenapa kamu masih sengaja menggoda Mas Nehan?”Sekar mencecar dengan tuduhan yang picik.Meyra membalasnya dengan tatapan yang sama nyalangnya.Dirinya suda
“Mey kita harus bicara sebentar!”Nehan mengutarakan keinginannya tanpa ragu.“Apa yang mesti dibicarakan?” Meyra menanggapi dengan datar ajakan Nehan.Nehan memandang lurus pada sosok yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya itu. Tapi lelaki itu sekarang menampakkan kesabarannya yang besar.“Mey, maafkan aku sebelumnya, tolong beri aku kesempatan untuk berbicara.”Nehan mulai memohon.Meyra melirik dengan memendam kebimbangan.Meski kemudian ia mengiyakan dengan memberi isyarat anggukan kepala yang ringan.Pada akhirnya mereka menepi di sebuah tempat yang lebih sepi, di dekat sebuah taman.“Katakan saja apa yang ingin kamu bicarakan Mas,” ungkap Meyra ketika mendapati Nehan masih saja diam dan hanya memandanginya dengan lekat.
“Ayah Hilman!” seru Kenrich spontan sembari segera mempersilakan pria paruh baya itu segera masuk ke dalam apartemennya.Kenrich sempat terlupa jika ia memiliki janji dengan Hilman, ayah tiri Meyra yang memang sudah ia ijinkan untuk membantunya saat ia usai menjalani proses khitan.Bahkan seharusnya pria itu juga ikut mendampinginya saat masih di klinik tadi.“Maaf tadi mendadak aku ada urusan yang tak bisa ditunda jadi aku tak bisa memenuhi janjiku untuk menemani kamu di klinik.”Hilman kemudian mulai memindai seluruh detail diri Kenrich dengan lebih lekat.“Bagaimana keadaan kamu?” tanya Hilman mengunggah rasa khawatirnya.“Aku baik-baik saja.”Kenrich menjawab dengan sedikit canggung, karena ia ragu dengan respon yang akan ditunjukkan Hilman saat lelaki itu tahu jika saat ini ia sedang be
“Menurutmu dokter itu melarang kita melakukan apa?”Mendengar pertanyaan Kenrich yang ambigu segera membuat wajah Meyra bersemu merah.“Aku tak perlu menerjemahkannya untukmu,” sergah Meyra kesal sembari memalingkan mukanya yang sudah seperti kepiting rebus.“Untuk sementara, selama satu hari ini sebaiknya Anda beristirahat di rumah, jangan terlalu banyak bergerak dulu.”Dokter paruh baya yang menangani Kenrich kembali memberikan pengarahan.“Tolong diperhatikan kesehatan suaminya dengan baik, saya akan resepkan obat-obatan untuk mempercepat kesembuhan lukanya.”Setelah menerima resep obat itu, Meyra kemudian segera membantu Kenrich untuk melangkah keluar dari ruang praktek dokter.Langkah Kenrich agak tertatih yang membuat mereka segera menjadi pusat perhatian pada pasien yang sedang menung
Pagi-pagi sekali ketika Meyra sedang asyik berkebun di taman depan, mendadak ia melihat mobil Kenrich memasuki halaman rumah.Meyra meletakkan sejenak pekerjaannya dan mengarahkan tatapannya pada sosok tampan yang kini sudah keluar dari dalam mobil dengan melemparkan pandangan pada dirinya.Ketika akhirnya Kenrich mulai melangkah mendekat, Meyra perlahan mulai berdiri sembari menarik sarung tangannya yang kotor penuh tanah.Kenrich melontarkan senyum terbaiknya ketika melihat tatapan Meyra yang terlihat intens.“Kurasa kamu sudah melupakan janji kamu semalam.”Meyra mengernyit tak paham sembari menautkan kedua alis indahnya.“Janji apa?”Kenrich tersenyum santai sembari ia melepaskan kacamata hitamnya hingga menampakkan dengan lugas gurat ketampanan dari sepasang matanya bercahaya.“Aku d