“Han, kenapa kamu terburu-buru? Selesaikan dulu sarapannya,” sergah Cyntia yang mulai mengunggah rasa khawatirnya saat melihat gurat gusar di wajah putra semata wayangnya itu.
Nehan sudah menyembunyikan surat yang sempat dibukanya tadi yang membuat Cyntia tak tahu apa yang membuat Nehan tampak seperti memendam amarah dan ketegangan yang nyata itu.
Sementara Sekar yang sudah mengetahui segalanya, tetap saja tak bisa menampakkan ketenangannya. Walau ia berusaha terlihat baik-baik saja namun tetap saja Sekar menyimpan gundahnya. Karena sewaktu-waktu Nehan akan mengetahui apa yang sudah dilakukannya, yaitu mengambil berkas milik Meyra yang tersimpan di dalam brankas. Sungguh itu sangat mengkhawatirkannya.
Nehan menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan maminya.
“Ada yang harus aku kerjakan, sangat penting Mi, aku akan sarapan di kantor saja,” ucap Nehan tandas yang kemudia
“Kalau aku bilang aku tetap tak mau menceraikan kamu, memangnya kamu bisa apa?”Nehan mulai terlihat putus asa yang membuatnya menampakkan sikap sarkas yang kekanak-kanakan.Meyra mendesah jengah sedikit kesal menghadapi sikap lelaki yang sebentar lagi menjadi mantan suaminya itu yang saat ini sudah sedikit kehilangan akal sehat.“Kamu harus bisa berpikir lebih jernih Mas, jangan seperti ini,” ucap Meyra yang tetap berusaha menyajikan ketenangannya.Meyra lalu menarik nafas panjang.“Kukira sudah tak ada yang perlu kita bicarakan lagi.”Nehan masih terlihat gelisah dengan gestur tubuhnya yang menampik segala kenyataan yang terhampar di hadapannya saat ini. Meyra terlihat jelas ingin menghindarinya.Nehan mulai kehilangan kendali dirinya hingga ia memaksa Meyra untuk mendekat padanya dengan menarik lengan Meyra dan meraih kedua pundak wanita yang masih begitu ia cintai itu agar mau menatap ke arah dirinya.Meyra yang sempat memalingkan wajah dan bersiap untuk pergi, langsung ditahan tu
Sungguh tak pernah terbesit di dalam benak Meyra sedikitpun sejak awal, bahwa dirinya akan saling berhadapan dengan sosok pria yang sudah menikahinya nyaris dua belas tahun silam, di meja persidangan.Pria yang sebelumnya selalu memandangnya dengan sorot mata yang menyiratkan cinta, kini binar mata itu membias angkuh dengan aura kebencian yang terunggah.Kesedihan merembes di hati Meyra, bahwa kisah indah yang dulu pernah terajut harus usai dengan cara yang menyakitkan seperti ini.“Apa yang membuat Bapak Nehan Asmoro, tidak bersedia mengabulkan gugatan Ibu Meyra?” tanya pengacara yang sudah Meyra tunjuk atas rekomendasi dari Kenrich yang selama ini selalu memberikan dukungan untuknya.“Semua sudah kami paparkan dan materi itu sudah sangat kuat untuk membuat Ibu Meyra mengajukan gugatan, bahwa Ibu Meyra telah menyebutkan jika Bapak Nehan Asmoro telah berpoligami dan sudah mengabaikan Ibu Meyra selama ini.”“Bukankah sudah aku katakan kalau aku sudah berbuat adil meski telah melakukan
Nehan terhenyak ketika mendengar ketegasan Meyra yang diselimuti aura kebencian yang nyata. Rasa takut kehilangan itu kian menyiksanya yang membuat Nehan segera bergeming ketika Meyra menyergapnya dengan tatapan sangat tajam ketika ia terus menyudutkan ibu kandung dari istri pertamanya itu.“Apa kamu hanya bisa menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi saat ini?” sergah Meyra kian menentang.Nehan menghela nafas dalam, tercenung untuk sesaat.“Cukup sekali ini saja aku melihat kamu menyalahkan Ibu, jika aku mendengar kamu menyudutkan Ibuku, aku tak akan tinggal diam.”Setelah itu Meyra mulai mendekati Dahlia yang tampak luruh dalam dekapan suaminya yang selalu berusaha menenangkan kesedihannya.“Ayo Bu, kita tinggalkan tempat ini,” ajak Meyra sembari ikut memapah tubuh ibunya yang sekarang semakin tampak merapuh.Tak ada yang bisa Nehan lakukan lagi, selain memandang kepergian Meyra bersama ibunya dengan membawa rasa kecewa yang dalam.Nehan tak pernah merasa sangat putus asa seper
Nehan menahan kegeramannya ketika melihat layar CCTV yang menampakkan segala yang sudah dilakukan oleh Sekar.Sekarang segala pertanyaannya terjawab dari mana Meyra mendapatkan kembali dokumen pribadinya yang sudah Nehan tahan, nyatanya Sekar sendiri yang telah memberikan semua itu pada Meyra.Setelah menyaksikan sendiri apa yang sudah diperbuat oleh istri keduanya itu, Nehan segera mendatangi Sekar yang sedang berada di kamar mereka.Ketika Nehan datang, Sekar baru saja keluar dari kamar mandi dan sedikit terkejut dengan kedatangan sang suami dengan menguarkan gurat amarah di raut mukanya.Sekar menghadapinya dengan tenang, dan menampilkan sikap yang wajar. Akhir-akhir ini sikap Nehan memang sangata temperamental yang membuatnya sedikit terbiasa dengan sikap lelaki itu yang mudah meledak-ledak.“Jadi kamu yang sudah memberikan surat-surat itu pada Meyra?!” sergah Neh
“Memangnya kamu menginginkan kado seperti apa?”Meyra mengungkapkan pertanyaannya sembari memindai sosok yang sering melirik sekejap padanya sebelum pria itu kembali memalingkan wajah untuk memusatkan perhatian pada suasana jalanan yang sedikit mulai padat.“Kalau aku bilang apa kamu akan mengabulkannya?” tanya Kenrich sembari memberikan lirikan yang penuh misteri.Meyra termangu sesaat meski kemudian ia mengangguk sembari mengunggah senyumnya.“Katakan saja, selama aku bisa memberikan aku akan lakukan.”Kenrich ikut menerbitkan senyumnya.“Kalau aku minta kamu menerima lamaranku, apa kamu bersedia?”Meyra segera menyurutkan senyumnya, dengan tatapan mata yang tersaji tegang.Kenrich menelisik ekspresi wajah Meyra yang tampak tertekan itu, menghadirkan gelisah perlahan.
“Katakan memangnya kamu tahu apa yang sedang aku lihat sekarang?”Hati Meyra mulai tergelitik oleh rasa ingin tahu.Kenrich yang sebenarnya ikut menyaksikan segala fragmen yang terjadi di belakangnya lewat pantulan cermin besar di depannya, segera memandang lurus pada Meyra yang sedang mengunggah kesedihannya itu.“Kamu sedang bersamaku sekarang, jadi kamu bisa melakukan apa yang sedang mereka lakukan itu denganku,” ungkap dengan sangat santai bahkan sebelah matanya mengerling nakal.Meyra mencelos kesal hingga ia melemparkan serbet yang ada di sampingnya di hadapan Kenrich.Kenrich menyambut dengan tawanya yang lebar.Tapi saat melihat wajah Meyra yang masih saja sendu, Kenrich segera meraih tangan wanita di depannya dan menggenggamnya erat.“Lupakan yang sudah pernah kamu lewati bersama Nehan.
“Katakan Mey, apa syaratnya?” tanya Kenrich yang sudah mulai bersiap untuk mengeluarkan beberapa sayuran dan aneka seofood yang masih tersimpan dalam bungkusan plastik.Meyra dengan sigap segera membantu dan mulai menyiapkan perlengkapan yang akan mereka pakai.“Syaratnya kamu harus mengijinkan aku untuk membantu kamu.”Kenrich mengulas senyumnya kala mendengar ucapan Meyra, sebuah kalimat yang segera membuat hatinya disusupi aura bahagia.“Baiklah ayo kita lakukan dengan cepat karena aku juga sudah sangat lapar.”Meyra sontak mengernyit lugas.“Apa tadi kamu juga tak menyentuh makanan pesanan kamu?” tanya Meyra heran.“Aku juga tak berselera makan saat melihat wajah kamu yang sedih.”Meyra termangu sesaat dengan sedikit menghadirkan kembali gurat sendunya. I
Pagi-pagi sekali ketika Meyra sedang asyik berkebun di taman depan, mendadak ia melihat mobil Kenrich memasuki halaman rumah.Meyra meletakkan sejenak pekerjaannya dan mengarahkan tatapannya pada sosok tampan yang kini sudah keluar dari dalam mobil dengan melemparkan pandangan pada dirinya.Ketika akhirnya Kenrich mulai melangkah mendekat, Meyra perlahan mulai berdiri sembari menarik sarung tangannya yang kotor penuh tanah.Kenrich melontarkan senyum terbaiknya ketika melihat tatapan Meyra yang terlihat intens.“Kurasa kamu sudah melupakan janji kamu semalam.”Meyra mengernyit tak paham sembari menautkan kedua alis indahnya.“Janji apa?”Kenrich tersenyum santai sembari ia melepaskan kacamata hitamnya hingga menampakkan dengan lugas gurat ketampanan dari sepasang matanya bercahaya.“Aku d
Meyra sungguh tak menduga Kenrich akan mempersiapkan pesta pernikahan yang begitu luar biasa seperti saat ini. Walau sebenarnya Meyra agak enggan menyetujui nyatanya ia tak bisa mengabaikan keinginan semua orang jika pernikahannya yang kedua ini digelar dengan meriah di salah satu hotel terbaik di Ibukota. Pesta pernikahan yang mengundang banyak orang bahkan juga mengundang anak-anak yatim dari beberapa panti asuhan itu berlangsung dengan sangat meriah. Semua orang memasang aura bahagianya, bahkan Meyra terus menerus mengumbar senyumnya. Namun ketika melihat sosok yang tak diundangnya ikut datang pada pesta pernikahannya ini, wajah Meyra segera berubah tegang. Saat melihat gurat kecewanya Meyra mendadak merasa resah. Kenrich yang berada di sisinya langsung mendekat meraih tangan Meyra dan menggenggamnya erat seakan menegaskan keberadaan dirinya yang akan selalu mendampingi. “Aku tahu cepat atau lambat kalian pasti akan melakukan ini,” tukas Nehan dengan terus mengunggah raut kecew
“Jangan sampai kamu menyesal jika Kenrich memilih yang lain karena ia sudah terlampau lelah menunggumu.”Rida kembali memberi peringatan kepada putrinya.Meyra termangu semakin galau dengan apa yang sudah ia dengar.Meski kemudian Meyra memilih untuk menyunggingkan segaris senyum walau tampak samar dan ragu.“Sudahlah Bun, aku sudah memasrahkan semuanya pada kehendakNya, jika memang Tuhan menakdirkan aku kembali menikah dan orang itu adalah Kenrich, aku akan menerimanya.”Rida menggeleng tampak sangat tak puas dengan jawaban Meyra.“Tapi jika kamu tak memberikan isyarat bahwa kamu mau menerima Kenrich, aku yakin dia tetap akan berpaling. Ingat Mey, takdir manusia meski sudah ditetapkan tapi Tuhan juga mengharuskan hambaNya untuk berusaha. Kamu seharusnya berusaha untuk menunjukkan penerimaanmu terhadap cinta Kenrich, bukan terus menerus menolaknya.”Rida kemudian menegaskan tatapannya pada Meyra yang kini tampak mulai gamang..“Aku sudah memperingatkan kamu, jangan salahkan aku kalau
“Sekar,” gumam Meyra ketika mendapati seorang wanita hamil mulai mendekat ke arah dirinya.Meyra melihat perubahan dari wanita yang sekarang sedang menghampirinya itu tampak begitu luruh dengan tubuh yang lebih kurus terlihat kontras dengan perutnya yang membuncit.Meyra menyusut sejenak bening di matanya dan memusatkan perhatian pada wanita yang pernah menjadi madu di dalam rumah tangganya bersama sang mantan suami dulu, sesuatu yang sebenarnya sudah tak ingin Meyra ingat lagi.“Aku turut berbela sungkawa atas meninggalnya Tante Lia,” gumam Sekar yang memang selalu memanggil ibu Meyra dengan sebutan Tante Lia.Meyra menganggukkan kepalanya dan merasa gamang dengan kesedihan yang terunggah di wajah wanita yang pernah menjadi seteru juga sahabatnya itu.Kesedihan yang ditampakkan Sekar saat ini memancing tanya di dalam Meyra atas kehidupan wanita itu yang s
Meyra benar-benar mengikuti kemauan Kenrich tanpa berkata apapun lagi.Kenrich segera membantu Meyra berkemas.Bahkan lelaki itu tampak sangat sibuk tak membiarkan Meyra melakukan apapun.Dalam diam Meyra menyaksikan bagaimana lelaki itu menyiapkan segala keperluannya.Dalam hatinya Meyra memendam kekaguman meski selalu saja ada rasa takut menggayuti setiap kali Kenrich mengulik tentang pernikahan.Meyra masih terlalu takut untuk memulai hubungan baru dengan keadaan dirinya yang selalu dikatakan sebagai wanita yang tidak sempurna.Meyra selalu tak bisa mempercayai Kenrich bisa menerima dirinya. Karena nyatanya dulu Nehan juga pernah mengucapkan hal yang sama tapi segalanya tetap tak berjalan dengan benar.Meyra terus saja menolak meski hatinya diliputi rasa bersalah juga pada Kenrich yang bahkan pernah hampir mengorbankan nyawanya ketika
Suara yang terdengar tegas dengan nada sarkas yang terunggah itu segera membuyarkan pelukan Meyra dan Nehan.Mereka sontak memandang ke arah Sekar yang sedang mendekat dengan menyajikan gurat sinis di wajahnya.“Kumohon jangan salah paham dulu, Sekar,” gumam Nehan yang seketika gelisah ketika mendapati kedatangan Sekar yang tak terduga.Bahkan wanita yang berstatus sebagai istri keduanya itu tadi belum ada mendampingi saat sidang awal tadi.Sekar masih memberikan tatapan sarkas bahkan menyergap Meyra dengan kesinisan.“Apa kamu masih belum bisa merelakan Mas Nehan? Bukankah sebentar lagi sidang putusan perceraian kalian akan ditetapkan lalu kenapa kamu masih sengaja menggoda Mas Nehan?”Sekar mencecar dengan tuduhan yang picik.Meyra membalasnya dengan tatapan yang sama nyalangnya.Dirinya suda
“Mey kita harus bicara sebentar!”Nehan mengutarakan keinginannya tanpa ragu.“Apa yang mesti dibicarakan?” Meyra menanggapi dengan datar ajakan Nehan.Nehan memandang lurus pada sosok yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya itu. Tapi lelaki itu sekarang menampakkan kesabarannya yang besar.“Mey, maafkan aku sebelumnya, tolong beri aku kesempatan untuk berbicara.”Nehan mulai memohon.Meyra melirik dengan memendam kebimbangan.Meski kemudian ia mengiyakan dengan memberi isyarat anggukan kepala yang ringan.Pada akhirnya mereka menepi di sebuah tempat yang lebih sepi, di dekat sebuah taman.“Katakan saja apa yang ingin kamu bicarakan Mas,” ungkap Meyra ketika mendapati Nehan masih saja diam dan hanya memandanginya dengan lekat.
“Ayah Hilman!” seru Kenrich spontan sembari segera mempersilakan pria paruh baya itu segera masuk ke dalam apartemennya.Kenrich sempat terlupa jika ia memiliki janji dengan Hilman, ayah tiri Meyra yang memang sudah ia ijinkan untuk membantunya saat ia usai menjalani proses khitan.Bahkan seharusnya pria itu juga ikut mendampinginya saat masih di klinik tadi.“Maaf tadi mendadak aku ada urusan yang tak bisa ditunda jadi aku tak bisa memenuhi janjiku untuk menemani kamu di klinik.”Hilman kemudian mulai memindai seluruh detail diri Kenrich dengan lebih lekat.“Bagaimana keadaan kamu?” tanya Hilman mengunggah rasa khawatirnya.“Aku baik-baik saja.”Kenrich menjawab dengan sedikit canggung, karena ia ragu dengan respon yang akan ditunjukkan Hilman saat lelaki itu tahu jika saat ini ia sedang be
“Menurutmu dokter itu melarang kita melakukan apa?”Mendengar pertanyaan Kenrich yang ambigu segera membuat wajah Meyra bersemu merah.“Aku tak perlu menerjemahkannya untukmu,” sergah Meyra kesal sembari memalingkan mukanya yang sudah seperti kepiting rebus.“Untuk sementara, selama satu hari ini sebaiknya Anda beristirahat di rumah, jangan terlalu banyak bergerak dulu.”Dokter paruh baya yang menangani Kenrich kembali memberikan pengarahan.“Tolong diperhatikan kesehatan suaminya dengan baik, saya akan resepkan obat-obatan untuk mempercepat kesembuhan lukanya.”Setelah menerima resep obat itu, Meyra kemudian segera membantu Kenrich untuk melangkah keluar dari ruang praktek dokter.Langkah Kenrich agak tertatih yang membuat mereka segera menjadi pusat perhatian pada pasien yang sedang menung
Pagi-pagi sekali ketika Meyra sedang asyik berkebun di taman depan, mendadak ia melihat mobil Kenrich memasuki halaman rumah.Meyra meletakkan sejenak pekerjaannya dan mengarahkan tatapannya pada sosok tampan yang kini sudah keluar dari dalam mobil dengan melemparkan pandangan pada dirinya.Ketika akhirnya Kenrich mulai melangkah mendekat, Meyra perlahan mulai berdiri sembari menarik sarung tangannya yang kotor penuh tanah.Kenrich melontarkan senyum terbaiknya ketika melihat tatapan Meyra yang terlihat intens.“Kurasa kamu sudah melupakan janji kamu semalam.”Meyra mengernyit tak paham sembari menautkan kedua alis indahnya.“Janji apa?”Kenrich tersenyum santai sembari ia melepaskan kacamata hitamnya hingga menampakkan dengan lugas gurat ketampanan dari sepasang matanya bercahaya.“Aku d