Albern terus saja menatap ke arah Harnum sembari membatin.
'Nyawamu ada di dalam genggamanku, perempuan jalang! Aku akan menyiksa keseluruhan hidupmu!' Prang!Albern terkejut ketika mendengar suara benda jatuh dan pecah yang berasal dari depan paviliunnya, lalu ia segera keluar. Dan ternyata, Harnum lah yang tanpa sengaja menabrak patung naga miliknya sehingga menjadi hancur berkeping-keping.Emosi Albern yang memang selalu tidak stabil jika berhadapan dengan Harnum tersebut, langsung melampiaskan amarahnya tersebut kepada Harnum. Dia menjambak rambut Harnum dan diseretnya menuju belakang paviliun."Kau memang benar-benar wanita laknat! Sialan kau! Kau selalu saja membuat masalah denganku! Kau memang benar-benar selalu menguji kesabaranku! Dasar wanita jalang tidak tahu diri!" teriak Albern dengan lantang.Albern terus menyeret tubuh Harnum menuju ke belakang paviliun. Dan ternyata, di sana terdapat sebuah hutan yang sengaja dipelihara oleh Albern. Di sana terdapat banyak hewan peliharaan miliknya. Dan pada saat itu, ada seekor harimau peliharaannya yang sedang berkeluyuran."Kau memang harus kuberi hukuman!" teriak Albern.Lalu, Albern mendorong tubuh Harnum hingga tersungkur di tanah."Kau akan menjadi santapan harimau peliharaanku!" Albern kembali berteriak.Sementara harimau peliharaan Albern tersebut, kini sudah mulai berjalan mendekat ke arah Harnum. Harnum beringsut mundur melihat seekor harimau yang sangat besar yang menatapnya dengan tajam. Dia benar-benar merasa sangat takut, tubuhnya sampai gemetar dan peluhnya pun sudah membanjiri sekujur tubuh."Dirga, kau mendapatkan mainan baru. Ini, silakan kau nikmati mainan barumu!" seru Albern terhadap harimaunya tersebut yang bernama Dirga.Harimau Dirga itu terus saja mengaum, sembari lidahnya menjulur keluar. Matanya tidak luput dari tubuh Harnum, sedangkan Harnum memejamkan matanya. Albern tersenyum miring melihat Harnum yang ketakutan dan pasrah itu."Aku ingin melihat tubuhmu yang buruk itu dicabik-cabik dan dimangsa oleh harimau peliharaanku ini!" Albern sengaja berkata seperti itu untuk mengancam Harnum.Albern mengira jika Harnum akan memohon kepadanya agar dilepaskan, tetapi hingga lima menit lamanya, Harnum tidak berucap sepatah kata pun dan wanita itu justru sedang memejamkan matanya.Albern yang melihat itu merasa heran, mengapa Harnum terlihat seperti biasa saja? Seperti tidak merasa takut dan terlihat sangat pasrah.'Apakah wanita itu benar-benar sudah menginginkan kematiannya?' batin Albern.Lalu, dia sengaja pergi dari tempat itu karena dia ingin tahu sampai mana Harnum akan bertahan. Dan apakah Harnum akan berteriak meminta tolong kepadanya hingga memohon kepadanya. Albern sangat penasaran, lalu ia pun bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.Sementara itu, harimau Dirga peliharaan Albern tersebut sudah berjalan mendekati Harnum. Ia mengendus-endus tubuh Harnum. Terkadang harimau tersebut menjilati wajah dan kepala Harnum. Tubuh Harnum merinding, dia masih memejamkan matanya. Dia belum berani untuk membuka mata. Sepertinya Harnum benar-benar sudah pasrah dengan akhir dari hidupnya.'Tuhan, jika memang ini sudah waktunya kau ingin mengambil nyawaku maka aku pasrah. Dan tolong pertemukan aku dengan suami dan Anakku. Hanya ini do'a terakhirku, Tuhan.' begitulah do'a Harnum.Lalu, perlahan Harnum membuka matanya. Dan pada saat itu harimau tersebut sedang berdiri di hadapannya sehingga mata Harnum dan mata Dirga saling beradu tatap.Sementara Albern, ia memperhatikan dari kejauhan bagaimana interaksi antara Harnum dan Dirga tersebut. Albern merasa heran karena harimau peliharaannya itu yang biasanya sangat ganas terhadap orang asing, tetapi ini mengapa justru terlihat luluh dan menurut pada Harnum.Harnum memberanikan diri membelai kepala harimau itu. Dan sungguh ajaib sekali karena Dirga justru duduk di hadapan Harnum dan meletakkan kepalanya di paha Harnum. Albern yang melihat itu membelalakkan mata.'Bagaimana bisa harimau peliharaanku yang sangat ganas, tetapi justru terhadap wanita jalang itu dia malah bersikap bersahabat seperti itu?' batin Albern.Kemudian, Albern kembali menemui Harnum dan Dirga. Ia melihat secara langsung bagaimana Harnum dan harimau yang bernama Dirga itu justru terlihat sangat akrab."Dirga!" teriak Albern.Dirga yang sedang tiduran di paha Harnum seketika bangun. Dia melihat ke arah sang Tuan, lalu Dirga berjalan menghampiri Albern."Dirga, mengapa kau tidak menghabisi wanita itu? Dan mengapa kau justru tunduk padanya?" tanya Albern.Dirga hanya mengaum saja. Albern semakin merasa heran, apa sebenarnya yang terjadi. Karena ini merupakan hal yang sangat langka."Dirga, itu adalah mainan barumu. Aku sengaja mempersembahkannya untukmu. Jadi, nikmatilah mainan barumu itu!" titah Albern.Dirga kembali mengaum, tetapi tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh Albern. ***Sementara itu, di Italia. Willy, sang tangan kanan Albern seperti biasanya tengah menikmati surga dunia bersama sang kekasih—Jennifer. Jika sudah bersama dengan Jennifer maka Willy selalu lupa diri dan lupa waktu.George dan Niel sedari tadi menghubunginya, tetapi Willy justru menonaktifkan ponselnya karena ia tidak ingin diganggu."Baby, mengapa kau malah menonaktifkan ponselmu? Itu pasti George dan Niel yang menghubungimu. Mungkin saja ada keperluan penting." Jennifer berkata sembari mengelus-elus dada bidang Willy yang ditumbuhi bulu-bulu halus."Sudahlah, Baby, biarkan saja. Aku tidak mau mereka mengganggu waktuku denganmu. Mari kita habiskan saja waktu ini berdua, Baby," ucap Willy."Baiklah, Baby, dengan senang hati," balas Jennifer.Lalu, mereka pun kembali mengarungi surga dunia bersama-sama hingga lupa waktu, sedangkan George dan Niel merasa sangat geram karena Willy selalu seperti itu setiap sedang bersama Jennifer yang tidak mau diganggu."Jika King ada di sini, bisa-bisa Willy akan habis olehnya karena dia tidak bertanggung jawab. Sementara dia yang menjadi tangan kanan yang menjadi orang kepercayaan King AB," dengus George."Entahlah ... lagi pula jika aku perhatikan, sepertinya Jennifer tidak tulus dengannya. Aku bisa melihat mana yang tulus dan mana yang hanya berpura-pura saja," seloroh Niel.George mendengarkan ucapan Niel sembari sesekali meneguk bir. Ia tidak mau menyela ucapan kawannya tersebut karena jika Niel sudah berbicara serius, itu artinya memang tidak bisa dianggap enteng."Aku hanya khawatir jika Jennifer hanya memanfaatkan Willy saja. Sementara Willy sudah berharap lebih padanya dan benar-benar tergila-gila pada wanita jalang itu. Dan aku khawatir jika Jennifer akan memanfaatkan kelemahan Willy itu," imbuh Niel."Lalu, apa yang harus kita lakukan jika begini? Sekarang kita sedang mengurus penyelundupan senjata, sementara Willy tidak bisa dihubungi, kita tidak akan bisa bergerak jika tidak ada Willy karena saat ini hanya dialah pemimpin kita," ucap George.George dan Niel terus saja membicarakan tentang Willy, tetapi orang yang mereka bicarakan itu tengah menghabiskan waktunya dengan sang kekasih.'Aku tahu, jika kau sedang ada pekerjaan saat ini, Baby, tetapi aku akan mencegahnya agar kawan-kawanmu itu tidak bisa bertindak jika tanpa adanya dirimu,' batin Jennifer dengan tersenyum smirk. TO BE CONTINUEDSiang itu, Harnum sedang membersihkan lantai 2 di rumah tua. Lalu, ketika melewati kamar rahasia yang dilarang oleh Albern agar tidak dimasuki oleh siapapun itu, dia tiba-tiba menghentikan langkahnya. Matanya menatap ke arah pintu kamar tersebut yang terlihat tertutup sangat rapat.Harnum merasa sangat penasaran dengan isi kamar itu. Mengapa kamar itu menjadi kamar rahasia yang tidak boleh dimasuki oleh siapapun selain Albern. Karena rasa penasaran Harnum yang begitu tinggi, akhirnya perlahan ia berjalan menuju kamar tersebut dan perlahan ia membuka pintu yang ternyata pintu tersebut tidak dikunci sehingga ia bisa masuk ke dalam kamar tersebut.Lalu, Harnum berjalan menyusuri ruangan kamar tersebut. Matanya terus menatap ke dinding. Dia terus saja berjalan menyusuri kamar itu. Dan tiba-tiba matanya melihat sebuah lukisan seorang wanita yang sangat cantik. Harnum mendekati lukisan itu, perlahan tangannya meraba-raba lukisan tersebut.'Ini lukisan siapa, ya? Cantik sekali,' batinnya.Ent
Malam itu, suasana di belakang paviliun milik Albern, tepatnya di penangkaran buaya. Terlihat Harnum yang masih digantung oleh Albern di atas danau itu sudah tampak lemas. Sementara buaya-buaya yang besar-besar itu sudah siaga menanti tubuh Harnum jatuh ke bawah, sedangkan Albern masih senantiasa mempermainkan tubuh Harnum dan menaik turunkannya.Harnum sudah kehilangan suara untuk berteriak meminta tolong agar dilepaskan. Namun, semakin Harnum meminta tolong untuk dilepaskan maka semakin menggilalah Albern untuk mempermainkan tubuhnya. Kesadaran Harnum sudah mulai menipis. Dan dalam bayangannya terlihatlah sang suami—Reno, yang menggunakan pakaian serba putih menghampirinya.Reno terlihat mengulurkan tangannya untuk mengajak Harnum pergi. Lalu, Harnum dalam keadaan mata terpejam, tangannya melambai-lambai seakan-akan sedang meraih sesuatu. Dan tindakan Harnum tersebut menjadi perhatian Albern."Mas Reno, aku ingin ikut denganmu, Mas. Bawa aku pergi dari dunia yang kejam ini, Mas. Ak
Ketika Rully tengah memandangi Harnum secara diam-diam, tiba-tiba ada suara orang yang berdehem dan itu sangat mengejutkannya."Ehem ... sedang apa kau di situ, Rully?"Rully terhenyak dan langsung melihat ke arah sumber suara. Ternyata itu adalah suara sang King Mafia. Rully merasa ketar-ketir, ia seperti dipergoki sedang mengintip istri orang. Dengan susah payah Rully meneguk ludahnya."Sedang apa kau di situ?" tanya Albern sekali lagi sembari memasukkan kedua tangannya di saku celana.Sementara Rully merasa seperti maling yang tertangkap basah. Dia sedang berpikir keras, alasan apa yang tepat agar sang King Mafia tidak murka padanya."King, maaf, aku kemari tanpa menghubungimu terlebih dahulu. Aku kemari karena ingin membicarakan tentang bisnis tanah yang sedang kita jalani di pulau seberang," ujar Rully."Hmm ... bukankah untuk masalah bisnis tanah itu aku sudah menyerahkannya padamu? Dan aku percayakan kepadamu? Jadi, silakan kau yang mengurusnya karena kau tahu sendiri aku sedang
Rully yang melihat harnum tidak sadarkan diri itu, segera menghampirinya, tetapi sebelum tangan Rully menyentuh tubuh Harnum, Albern langsung memanah di hadapan Rully."Jika kau sampai berani menyentuh tubuh wanita itu maka aku akan memanah tanganmu!" teriak Albern.Seketika Rully pun melepaskan tangannya dari tubuh Harnum, sedangkan Albern langsung turun dari kudanya dan langsung menghampiri Harnum. Tanpa banyak bicara, Albern langsung membopong tubuh Harnum dan dibawanya masuk ke dalam paviliun. Entah mengapa, karena ada Rully, Albern seperti sangat tidak ingin jika Rully selalu ingin dekat-dekat dengan Harnum."King, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku bisa melakukan sesuatu untuk membantu Nona Harnum?" tanya Rully.Albern langsung meletakkan tubuh Harnum di atas ranjang miliknya, lalu ia mendekati Rully."Tidak usah! Lebih baik kau pulang saja. Biarkan wanita itu menjadi urusanku!" sentak Albern."Baik, King, kalau begitu aku permisi." Akhirnya Rullly pun meninggalkan paviliun
Albern terus saja mencaci maki Harnum dan sumpah serapah yang ia lontarkan tersebut terdengar oleh Harnum.Harnum bergegas masuk ke dalam gudang, dia langsung membersihkan diri dan mengganti pakaiannya karena waktu sudah menunjukkan waktu maghrib. Karena Harnum sudah melewati masa nifasnya maka dia sudah mulai bisa melakukan ibadah. Setelah selesai shalat, Harnum berdoa seraya menangis. Dia mendoakan Anak dan suaminya yang telah tiada. Tidak lupa, Harnum pun mengaji untuk mengirimkan doa untuk suami dan juga anaknya.Ketika Harnum sedang mengaji, tiba-tiba Albern masuk dan menendang pintu dengan sangat kencang. Harnum sangat terkejut dan langsung berdiri, sementara Albern yang dalam keadaan mabuk itu langsung menghampirinya."Dasar wanita jalang! Mengapa kau mesti hadir di dalam kehidupanku!" teriak Albern.Harnum sangat terkejut mendengar ucapan Albern tersebut. Lalu, dia segera melepaskan mukenanya dan merapikan alat shalatnya."Tuan Al, ada apa?" tanya Harnum.Albern bukannya menja
Hari itu, Harnum sedang sibuk menanam berbagai macam jenis sayur-mayur karena Albern memerintahkan padanya. Dan Harnum harus mengerjakannya seorang diri. Albern melarang Pak Toni dan Bu Mira agar tidak membantunya mengerjakannya.Harnum yang kelelahan, terlihat sesekali beristirahat, tetapi, di saat dia sedang beristirahat maka Albern yang melihat itu akan marah besar dan mencaci makinya dengan melontarkan berbagai macam perkataan dan ucapan yang sangat buruk dan menyakitkan."Siapa yang menyuruhmu untuk beristirahat? Jangan bermalas-malasan kau! Di sini kau bukan tinggal gratis! Kau diberi makan dan tempat tidur. Jika kau mengontrak tempat tinggal di tempat lain dan juga makan, kau pasti dimintai bayaran, tetapi di sini tidak, kau gratis!" teriak Albern.Harnum yang tengah beristirahat itu, seketika menatap wajah tampan, tapi menyeramkan milik sang King Mafia. Albern semakin bertambah emosi ketika Harnum malah menatapnya."Jadi ... kau harus tahu diri! Dasar wanita jalang! Kau benar-b
Harnum tentu saja sangat terkejut mendengar ucapan Rully. Dia menatap Rully dengan tajam. Dia yang tadinya sedang fokus bercocok tanam itu, seketika langsung menghentikan kegiatannya. Harnum menatap tajam pada Rully, sementara Rully merasa seperti salah tingkah sendiri karena ditatap seperti itu oleh Harnum."Mengapa kau menatapku seperti itu, Nona Harnum?" tanya Rully."Tuan Rully, coba kau ulangi lagi apa yang kau katakan tadi. Apakah aku tidak salah mendengar ucapanmu?" ujar Harnum."Maksudku ... aku tahu di mana letak makam suamimu. Jika kau mau berkunjung atau berziarah, aku bisa mengantarkanmu.""Apakah kau bercanda?""Tidak, aku tidak bercanda, aku berbicara serius dan bersungguh-sungguh."Harnum semakin menatap tajam pada Rully. Ia mengernyitkan keningnya dan matanya menjadi menyipit, sementara Rully meneguk ludahnya dengan susah payah, rasanya ia seperti sedang dikuliti oleh Harnum."Kau tentu saja bercanda, Tuan Rully. Kau jangan mempermainkanku! Bukankah kau dan anak buahmu
Harnum terus menangis dengan terisak-isak sembari mengeluarkan keluh kesahnya. Kedua tangannya memeluk kedua makam anak dan suaminya. Tubuhnya bergetar hebat karena tengah menangis. Rully pun ikut menangis, tanpa terasa air matanya terus membanjiri pipinya. Rully adalah laki-laki yang sangat kuat dan kejam, tak ubahnya seperti sang King. Membunuh adalah hal yang sudah biasa ia lakukan. Akan tetapi, entah mengapa ketika ia melihat keadaan Harnum, hatinya berubah menjadi lembut dan menjadi lemah serta cengeng. Bahkan mungkin ini merupakan air mata pertama yang ia keluarkan untuk orang lain selain untuk keluarganya."Nona Harnum, aku tahu bagaimana perasaanmu. Tetapi, lebih baik kau ikhlaskan semua ini agar suamimu dan anakmu tenang di alam sana. Lebih baik kau mendoakan mereka," ucap Rully dengan penuh kebijaksanaan.Harnum yang sedang fokus menangis itu seketika menghentikan tangisannya. Ia menatap Rully dengan berlinangan air mata. Perasaan Rully semakin tidak menentu dibuatnya."Kau
Tanpa terasa, kini twins A sudah berusia 4 tahun. Dan pada saat itu di mansion AB sedang mengadakan pesta ulang tahun twins A yang ke 4.Perayaan ulang tahun yang sangat meriah itu begitu terasa. Apalagi semua keluarga para tangan kanan Albern hadir di sana. Willy, Rully, George, dan Neil, bersama istri dan anak mereka ikut menghadiri pesta tersebut.Anak-anak mereka yang berusia tidak jauh beda dengan twins A, kini sedang berlari-larian bersama twins A. Nora dan Nancy pun juga sudah memiliki anak berusia 3 tahun yang berjenis kelamin perempuan.Kebahagiaan makin terpancar di wajah semuanya. Mereka selalu kompak dan saling mendukung satu sama lain itu, menjadi kelebihan yang dimiliki oleh mereka.“Happy birthday twins A, Ardam Barnard dan Aveline Barnard, cucu-cucu oma. Tak terasa, ya, usia kalian sudah 4 tahun. Kalian semakin cantik dan tampan,” ucap Mama Marsha.“Ardam tampan seperti Daddy, dan adik Aveline cantik seperti Mommy,” ujar Ardam.Semua orang tertawa mendengarnya. Ardam m
Albern meneguk ludahnya dengan susah payah. Wajahnya memucat karena dia merasa panik. Dan dia justru berlari ke sana kemari karena otaknya tiba-tiba buntu.Harnum yang melihatnya merasa kesal. “By, apa yang kau lakukan? Mengapa kau malah lari ke sana ke mari. Perutku sakit, By, aku kontraksi,” ujarnya.“Ah, iya, Sayang. A-aku … aku … aduh, bagaimana ini? Sayang, maafkan aku karena aku telah membuatmu seperti ini. Kau pasti merasa pusing ‘kan karena ucapanku tadi sehingga membuatmu tidak nyaman dan banyak pikiran dan mengakibatkan kau merasa kesakitan di perutmu, lalu kontraksi.” Albern berbicara panjang tanpa jeda.Wajah Harnum meringis menahan sakit yang tiada tara. ”T-tidak begitu, By. Ah … mungkin ini memang sudah waktunya. Karena aku memang sudah hamil 9 bulan. Jadi, aku kontraksi.”“Aduh, By, ah … tolong panggilkan Bibi dan para asisten … bukan … ah maksudku panggil ketua pelayan di mansion ini.”Albern yang sedang panik itu sudah tidak mengingat lagi siapa nama ketua pelayannya,
Sementara itu di dalam kamar tamu, tepatnya di kamar pasangan George dan Nora. Malam itu Nora terlihat selalu murung. George sedari tadi memperhatikannya.Nora membelakangi George. Dia sudah menggunakan selimut. George yang awalnya sedang sibuk di layar laptop, kini dia menghentikan kegiatannya tersebut karena dia merasa bahwa sang istri sedang banyak pikiran.Lalu, ia langsung menghampirinya. George ikut merebahkan tubuhnya dan dia memeluk sang istri dari belakang. Tangan kanannya membelai-belai kepala Nora, sedangkan tangan kirinya mengelus-elus perut Nora.Dia sangat tahu bahwa Nora sedang memikirkan tentang dirinya yang belum mengandung. Apalagi Nora melihat Jennifer dan Monica yang sudah melahirkan, yang sudah memiliki anak, serta Harnum yang tengah mengandung.“Kau sudah mendengarkan ucapan Nona Harnum, lalu mengapa kau masih melamun dan memikirkan tentang itu, hmm?” George mencium pipi Nora, kemudian beralih ke telinganya dan menggigitinya.“Lepaskan, Sayang, aku sedang tidak i
Malam itu pun juga Monica langsung dibawa ke rumah sakit dan langsung ditangani oleh tim medis.Monica melahirkan secara normal, sama halnya seperti Jennifer waktu itu. Karena mereka ingin merasakan menjadi seorang ibu seutuhnya sehingga mereka berusaha dan berjuang melahirkan tanpa operasi.Sebenarnya Rully dan kedua orang tuanya menyarankan agar dia di operasi caesar saja, tetapi Monica tidak mau. Dia benar-benar berusaha dan berjuang melahirkan secara normal.Tangisan bayi kini menggema di dalam ruangan persalinan. Bayi Monica dan Rully itu berjenis kelamin laki-laki. Pancaran kebahagiaan kian terpancar di wajah Rully dan Monica. Mereka benar-benar merasa sangat bahagia atas kelahiran putra pertamanya tersebut.Bayi laki-laki itu diberi nama Rafael Morgan. Harnum tiada henti memandang baby Rafael tersebut. Rasanya dia pun ingin segera melahirkan kala itu juga.Begitu pula dengan Nora dan Nancy, keduanya nampak ikut berbahagia menyambut kelahiran baby Rafael. Nora dan Nancy yang bel
Semuanya saling berpandangan ketika mereka melihat Harnum yang tengah merajuk. Bibirnya terlihat memberengut. Perasaan wanita yang sedang hamil benar-benar sangat sensitif sekali, tidak bisa salah sedikit akan mengenai hatinya.Albern merayunya agar tidak marah lagi, sedangkan kedua pasang suami istri itu bergegas keluar ketika melihat suasana yang semakin menegangkan. Mereka turun ke lantai bawah dan menuju ke gazebo di belakang mansion. Kini, mereka berempat duduk di sana. Sementara Albern tengah sibuk merayu dan membujuk Harnum. “Sayangku, mengapa kau marah? Kami tadi tidak bermaksud membuatmu bersedih.”“Aku tadi sedang berbicara membahas Neil dan George, tetapi kalian malah saling berpandangan seperti itu. Apa maksud kalian? Kau juga samanya. Aku membencimu!” Harnum masih saja marah pada Albern. “Sudah, sana pergi! Aku ingin sendiri.” Harnum pun langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.Albern yang melihat itu bertambah pusing. “
George bergegas keluar dari mobil. Dia berlari kencang ke arah dermaga. George langsung memeluk tubuh seseorang yang dia anggap adalah Nora.“Nora, Sayang, akhirnya aku menemukanmu.” George semakin mengeratkan pelukannya.Sementara perempuan yang dipeluk tersebut berusaha sekuat tenaga melepaskan pelukan George. “Tuan, tolong lepaskan, saya bukan Nora.”Deg!Deg!Jantung George berdetak semakin cepat dan bertalu-talu. Dia melepaskan pelukannya dan menatap wajah perempuan tersebut yang ternyata memang bukan Nora.“M-maaf, aku salah orang. Aku kira kau istriku karena postur tubuhmu sama persis,” ujar George.Dia melangkah dengan lunglai meninggalkan bandara. Air mata semakin deras membasahi pipinya. Langkah kakinya berjalan tanpa arah. Neil dan Nancy yang melihatnya ikut meneteskan air mata.Lalu, mereka menuntun George untuk duduk di sebuah bangku yang terletak di pinggir pantai. Di pantai tersebut terdapat banyak penginapan.“George, ayo, kita ke penginapan saja agar kau bisa beristir
Pagi itu, Albern terlihat sudah rapi. Dia sudah mengenakan pakaian untuk berangkat ke kantor. Dan kini dia tengah mengenakan arloji.Biasanya, Harnum sudah menyiapkan semua pakaiannya dan segala kebutuhannya untuk berangkat ke kantor. Namun, pagi itu Harnum justru masih bergulat dalam selimut, dia belum bangun sehingga Albern berinisiatif untuk bersiap-siap tanpa membangunkan sang istri.Akan tetapi, dia merasa aneh karena tidak biasanya Harnum bersikap seperti itu. Istrinya tersebut adalah tipikal wanita yang pekerja keras, dan bukanlah wanita pemalas. Karena sebelum subuh, Harnum sudah bangun dan menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim, juga menjalankan kewajiban sebagai seorang istri. Walaupun di mansionnya terdapat banyak asisten rumah tangga, tetapi di dalam hal memasak untuk sang suami, Harnum lah yang selalu mengerjakannya. Meskipun Albern sudah berulang kali melarang sang istri agar tidak melakukan aktivitas apa-apa, tetapi Harnum yang sejak kecil sudah terbiasa bekerja
Malam hari pun tiba. Nora yang sejak siang tadi tengah merajuk, kini dia sudah terlelap terlebih dahulu. Begitu pula dengan Nancy, dia juga sudah mengurung diri di dalam kamar. Kini, seperti biasanya George dan Neil tengah duduk di mini bar markas tersebut. Wajah George terlihat saat kusut sekali. Neil yang sedari tadi memperhatikan rekannya itu, merasa sangat penasaran.“Hei, George, ada apa denganmu? Mengapa kau sejak siang tadi terlihat sangat berbeda, dan mengapa ketika kita sedang berbincang-bincang dengan King dan yang lainnya, tapi kau tiba-tiba meninggalkan kami begitu saja?” tanya Neil. Dia benar-benar merasa sangat penasaran sekali melihat wajah George yang sangat kusut tersebut.George menghela napas dengan berat. Dia menyugar rambutnya, dan bahkan dia terkadang menarik-narik rambutnya karena merasa kesal sendiri. Neil pun semakin merasa keheranan melihatnya. Dia menepuk-nepuk pundak George.“George, berceritalah padaku agar bebanmu lebih ringan. Ada apa? Kau tidak seperti
Nancy terlihat malu-malu, tetapi dia menganggukkan kepala. Neil yang mendapati respon itu langsung tersenyum sumringah.Perlahan, Neil mendekati Nancy yang masih mengenakan gaun pengantin itu. Dia terlihat sangat kesulitan, lalu dia membuka resleting gaun tersebut.Neil meneguk ludahnya ketika melihat punggung Nancy yang sangat putih mulus tanpa cela itu. Tangannya gemetar ketika mengelus punggung sang istri yang begitu lembut. Nancy memejamkan mata. Tubuhnya panas dingin dan gemetar mendapati perlakuan manis dari sang suami. Perlahan, Neil mendekatkan wajahnya pada punggung Nancy, lalu dia mengecupnya, kemudian mengecup pundak Nancy dan beralih ke tengkuknya, kemudian turun ke lehernya. Nancy mendongakkan wajahnya. Karena Neil mendapatkan akses dari sang istri, dia pun membalik tubuh Nancy hingga menghadapnya. Neil tak jemu-jemu menatap kecantikan sang istri.Kemudian, Neil memegang kedua rahang Nancy, lalu dia mengecup bibirnya dan melumatnya dengan lembut, tetapi penuh dengan gai