Seharusnya pagi ini ia bisa bersuka cita menyambut semuanya, seharusnya ia tersenyum di depan cermin, atau menciumi bunga mawar putih yang ia genggam. Seharusnya. Tapi sayangnya kata-kata seharusnya itu ia tempik kasar, karena pernikahan ini sama seperti ia kehilangan kendali atas dirinya. Pernikahan ini bukan inginnya melainkan sebuah paksaan, pernikahan ini atas dasar pertumbalan, dan pernikahan ini antara manusia dan seorang iblis.
Jeri tidak akan bahagia.
Pernikahan ini sebagai tanda buruk bagi warga desa sebab sejak Jeri didandani beberapa kali desa terkena gempa ringan dan sungai di desa bergelombang besar padahal biasanya tidak terjadi sama sekali, tapi warga bersikap acuh kepada keadaan di sekelilingnya.
Tidak lama Jeri digiring ke tebing mendekati gua, pemuda itu berkali-kali ingin jatuh karena tidak terbiasa memakai gaun, dan terkadang juga kedua tangannya menarik rambutnya yang digulung ke atas menjadi sanggul.
Sejak pertama kali ia membuka mata, banyak orang yang mulai membangun desanya kembali, tetapi setelah kehancuran itu semua berbeda. Iblis meminta seorang gadis pada tiap tahunnya untuk dinikahi, dengan alasan supaya desa tidak dihancurkan lagi, masyarakat pun percaya akan ucapan iblis itu.
Bahkan temannya juga ada yang menjadi korban.
Saat hampir sampai ke mulut gua tiba-tiba terjadi gempa yang berskala sangat besar hingga beberapa pepohonan tumbang dan tanah di sekitar tebing longsor, sebenarnya apa yang terjadi? Gempa berlangsung cukup lama hingga membuat mereka harus berusaha menyelematkan diri, mengabaikan Jeri yang terdiam di tempat dengan mata yang terpejam.
Gempa terhenti ketika Jeri membuka mata, setelah itu mereka kembali berjalan menuju mulut gua yang di depannya sudah ada dua hewan legendaris milik iblis, yaitu macan kumbang dan serigala putih. Sesajian mulai diturunkan di depan kedua hewan itu, setelah itu Jeri didorong ke depan karena tidak segera melangkah.
"Kami kira kalian tidak akan memberikan istri untuk Tuan kami," kata sinis macan kumbang sambil menatap masyarakat lapar, membuat mereka semua ketakutan. Di sisi lain ada serigala putih yang sedang mengamati pawakan sang pengantin, serigala itu pernah merasakan kekuatan ini di tahun-tahun yang lalu, serigala itu teringat bahwa pengantin ini adalah anak kecil yang ingin memberontak dulu.
"Naiklah, akan ku bawa kamu ke hadapan Tuan kami." Suruh macan kumbang membuat Jeri yang menunduk langsung bergerak pelan duduk di atas punggung macan itu. Saat Jeri dan kedua hewan itu mulai memasuki gua, ia menoleh ke belakang sambil menampilkan wajah dan sorot mata terluka.
"Desa itu harus musnah," pikirnya setelah mulut gua tertutup kemudian tidak dapat dipandang oleh mata telanjang, gua ini adalah gua gaib.
Sesaat setelah Jeri berpikir bahwa desa yang menyakitinya harus musnah dan gua itu menghilang, tiba-tiba angin topan melanda perjalan pulang masyarakat, air sungai meloncat naik merambat tanah dan bumi bergetar sangat hebat. Sebuah kehancuran yang memakan banyak jiwa melanda desa itu sampai rata dengan tanah.
"Apa yang terjadi?" Serigala putih langsung menatap pintu gua yang sudah menutup setelah ia merasakan getaran dasyat yang membuat ia terkejut, sama seperti yang dilakukan Jeri dan macan kumbang.
"Turunlah dan berjalanlah terus ke depan, kamu akan menemukan Tuan kami. Kami pergi dulu," Setelah Jeri turun dua makhluk itu menghilang dalam sekejap mata, membuat Jeri melongo tidak percaya. Karena di akademi dulu ia belum diajari cara menghilang seperti itu. Jeri menatap sekitarnya, dinding gua sangat kelam dengan warna batu dan ruangan gua ini seperti sebuah rumah biasa dengan meja, kursi, dan alat-alat lain yang tersusun rapi. Jeri memberanikan diri melangkah semakin masuk, membiarkan setelah ini ia akan meninggal di tangan iblis.
..
"Yang Mulia Raja, saya mau memberikan berita!"
Raja yang saat itu sedang santai di paviliun dengan istrinya sambil meminum secangkir teh langsung menatap tajam prajurit yang tidak ada sopan-sopannya itu saat menghadapnya, saat ia hendak melontarkan kalimat sinis kepada prajurit, Laquitta---ratu---langsung menahannya dan menyuruh ia tenang.
"Ada berita apa sampai kamu melakukan hal tidak sopan di hadapanku?" Dengan menjaga wibawanya, Zeth---raja---berucap.
"Maafkan saya Yang Mulia Raja," Prajurit itu langsung bersujud di depan Zeth dengan mengucapkan kata-kata maaf, setelah Seth menyuruhnya bangkit barulah ia bangkit dan berkata, "Yang Mulia Raja, desa Uru mengalami bencana besar yang sangat langka, kata Panglima perang Genius itu adalah hasil dari sebuah kekuatan besar. Desa itu sekarang sudah rata dengan tanah dan tidak ada yang hidup, saya takut jika dia ikut terbawa dalam kejadian itu."
Liquitta mencengkram dadanya, rasanya sangat sakit.
"Jangan bercanda, Genius tahu dari mana mengenai hal ini?!" Zeth berdiri dan memasang muka murka.
"Maaf Yang Mulia Raja, Genius menggunakan kekuatan matanya untuk melacak kekuatan besar yang membuat energi sihirnya terganggu." Lapor prajurit itu.
Rahang Zeth mengetat, sedangkan Liquitta semakin tidak tahan dengan rasa sakit di dadanya. Ia berharap anak itu baik-baik saja, karena masa depan kerajaan ini ada padanya.
"Sekarang di mana panglima perang Genius berada?" tanya Zeth.
"Panglima perang sedang berada di halaman depan istana dengan Yang Mulia Putra Mahkota, mereka sedang mengatur pasukan untuk ke desa Uru secepatnya," jawab prajurit itu.
Zeth memberi kode ke prajuritnya untuk pergi, kemudian ia segera merangkul Liquitta. "Anak akan baik-baik saja, Istriku, kerajaan kita akan aman."
Liquitta mengangguk tapi wajahnya masih terlihat murung. "Iya, dia akan baik-baik saja, Suamiku."
Sedangkan di halaman depan istana ada Genius dan Harry yang sibuk mengatur pasukan, sebenarnya hal ini tugas Genius tapi Harry ikut melakukannya karena berharap tugas akan segera selesai dan mereka segera berangkat menemui bidak utama keselamatan dunia.
"Kau tidak berbohongkan, Genius?" sengit Harry.
"Tidak, aku tidak berbohong sama sekali. Ada yang menggunakan kekuatan restraint secara sengaja, Yang Mulia. Kekuatan itu sangat langka bahkan hampir punah, banyak yang tidak bisa menaklukkan kekuatan itu." Genius menerawang jauh.
"Apa dia seorang musuh?" Genius menggelengkan kepala sambil bergumam tidak tahu, karena ia tidak merasakan adanya kekuatan jahat disaat hal itu terjadi. "Sekuat apa kekuatan itu hingga bisa meluluh lantahkan desa,"
Genius meneriaki salah satu prajurit yang tidak segera baris kemudian menatap Harry--putra mahkota---setelah semua terkendali, "Kekuatan restraint adalah kekuatan pengendalian atas seluruh elemen bumi, penggunanya bisa mengendalikan semua elemen yang ada di bumi sesukanya yang berakibatkan fatal."
"Pantas saja, lalu tidak dapatkan kamu melihat dengan mata kuatmu itu jika dia baik-baik saja?" Harry kembali menyinisi Genius.
Genius kembali menggeleng, "Aku tidak melihat adanya dia dalam bencana itu. Tapi aku melihat masyarakat berada di tebing entah kenapa." Genius sedikit curiga saat penglihatannya memandang banyaknya masyarakat yang berada di tebing saat bencana terjadi.
"Dia dinyatakan menghilang begitu? jangan bercanda Genius!" Harry menaikkan pedang sampai hampir menyentuh puncuk hidung mancung Genius.
"Sarungkan pedangmu, Nak." Kata Zeth datar membuat Harry langsung memasukkan kembali pedangnya ke sarung pedang yang ada di belakang punggungnya.
"Kita pergi ke desa Uru sekarang juga."
Tubuh Jeri bergetar saat melihat monster di depannya, ya, seekor kelelawar raksasa sedang menghadapnya dengan mata merah. Monster itu menggunakan jubah merah menyala yang sangat elegan, tapi tidak cocok dengan postur tubuhnya. Di dalam kamus hidup Jeri sama sekali tidak ada namanya kelelawar sebesar rumah seperti ini, tapi sekarang di kamus hidupnya sudah tercatat bahwa iblis yang meminta menikah dengan gadis berumur 15 tahun adalah kelelawar besar ini. Sebentar lagi sepertinya ia akan dimakan oleh monster ini, Jeri mulai berdoa di dalam hati kepada Dewa jika ia melakukan kesalahan semoga cepat dimaafkan oleh Dewa. Tiba-tiba ada asap hitam yang mengelilingi tubuh monster tersebut hilang yang membuat Jeri harus melangkah ke belakang sambil menajamkan matanya. Monster itu menghilang dengan berganti wujud sebagai manusia berambut panjang, wajah rupawan seperti dewa, kulit putih susu, dan jubah panjang berwarna hitam. Kelereng hitam milik iblis itu menatap tajam mata cokelat menenangka
Dua hewan itu sebenarnya dahulu adalah manusia iblis seperti tuan mereka, tapi karena mereka berdua membangkang saat melakukan tugas, mereka jadi dikutuk menjadi hewan fenomenal seperti ini. Awalnya mereka tidak percaya bisa dekat dengan Tuan mereka yang kala itu adalah pangeran muda di kerajaan iblis, mereka kira tuan mereka ada niatan buruk kepada mereka dengan alasan ingin menyiksa mereka yang sudah melawan titah raja. Tapi pemikiran itu hilang ketika kerajaan iblis diserang dan diluluh lantahkan oleh kaum malaikat sampai tidak ada yang tersisa, tuan mereka membawa meraka berdua untuk menyelamatkan diri. Selain mereka bertiga yang selamat ternyata kakak yang sangat tuan mereka benci juga selamat dalam peperangan yang mengakibatkan kehancuran di mana-mana tersebut, tapi selama ribuan tahun ini mereka belum menemukan keberadaan putra mahkota dari kerajaan iblis yang sudah menjadi legenda. "Eung," erang Jeri sambil menggerakkan badan tidak nyaman, perlahan mata berwarna biru itu terb
"Sebenarnya Tuan Ellard tidak membunuh semua pengantin-pengantinnya, mereka sendirilah yang mengakhiri hidup karena merasa tertekan dengan sikap tuan kami yang kata mereka menyeramkan. Tuan kami tidak menunjukkan ekspresi apa-apa ketika semua istri-istrinya mengakhiri hidup di depan matanya. Tuan Ellard pernah bercerita kepada kami bahwa ia depresi karena tidak ada yang bisa menenaminya selain kami tentunya, mereka malah memilih mati daripada menemani tuan kami. Semua istrinya sudah dia kubur dengan baik di sebuah bukit di daerah sini, jika kamu ingin tahu tempat itu, kami siap membantu." Cerita Lionel dengan wajah yang sangat menyedihkan. Serigala putih itu seakan merasakan hal yang Ellard rasakan. Jeri diam menyimak. "Dan alasan mengapa Tuan Ellard menikah adalah, karena ia tidak mau kesepian dan sendiri. Tuan kami ingin memiliki teman manusia yang mau menerimanya apa adanya tanpa ada rasa takut, yang mampu menyokong Tuan kami kapanpun dan dimanapun. Tuan kami hanya iblis yang ribu
Desa Uru yang terkenal dengan desa yang pernah dilenyapkan iblis dalam satu malam kini sudah tidak berwujud seperti sebuah desa pada umumnya, padahal dulu sudah dibangun ulang, sekarang hanya seperti lapangan basah yang belum dirapikan. Jika biasanya desa akan ada rumah, orang-orang yang berkeliaran, atau tumbuhan asri maka di desa Uru semua tidak ada, manusia lenyap, hutan menuju sungai hilang di telan tanah, dan rumah sama ratanya dengan tanah. Angin topan, banjir bandang, dan gempa mistislah yang membuat semuanya hancur seperti ini, seakan ini adalah penghapusan dosa kepada umat-umat yang membangkang. Mengerikan. Tenda-tenda dengan lambang kerajaan Knokitia sudah berdiri tegak di tanah lapang dan sebuah bendera besar kerajaan menjulang tinggi seperti hendak menyentuh langit. Api unggun sudah menyala sangat besar untuk menghangatkan tubuh prajurit, dan pihak istana yang kedinginan. Mungkin karena tidak ada tumbuhan sama sekali yang menahan hawa dingin menjadikan malam ini sangat di
Sinar matahari dengan malu-malu memasuki sebuah kamar di dalam gua melalui celah batu yang sedikit terbuka, membuat seseorang yang sedang tidur perlahan membuka mata karena terganggu. Tapi setelah matanya terbuka lebar bukannya segera bangun tapi malah matanya ia tutupi dengan menggunakan sebelah tangannya yang ia taruh di atas kening lalu kembali tidur, ia sudah biasa tidur sampai tengah hari dan tidak ada yang mau mengganggunya. Berbeda dengan tuan iblis yang melanjutkan tidur, maka istri sang iblis tengah berada di pinggir sungai setelah berhasil keluar dari gua melalui jalan yang ditunjukkan Leonel dan Gerrald. Jeri kini sedang menggunakan daun untuk menutupi daerah sensitifnya. Ia sedang sibuk merombak gaun pengantinnya untuk ia jadikan baju yang bisa dikenakan sehari-hari, ia menolak permintaan Lionel yang akan membangunkan Ellard yang katanya akan bisa menyulap baju itu dengan mudah. Jeri tidak mau mengganggu suaminya yang tidur. Suami? iya, kan kemarin ia baru saja menikah
"Ellard, Gerrald, Lionel, tolong aku." Seakan mendengar suara hati Jeri, tiba-tiba ada suara ledakan di permukaan tanah yang membuat Jeri terkejut di dasar lubang. Suara vampir itu sedang memaki entah siapa terdengar, Jeri bertanya-tanya siapa yang menolongnya? Karena setiap umpatan vampir itu tidak dibalas oleh penyelamatnya dan malah dibalas dengan sebuah ledakan besar. Tidak mau menyia-nyiakan waktu, Jeri menaiki tanah yang di lubang itu dengan bantuan tanaman sulur penuh duri itu, ia menahan rasa sakitnya demi mencapai puncak lubang ini. Ia dibuat menangis karena sakit di tangannya, telapak tangannya benar-benar terluka sampai mengeluarkan banyak darah. Entah datang darimana tiba-tiba ada yang merangkul pinggang sempit Jeri, membuat tubuh Jeri menempel pada tubuh pelaku, kepalanya menyentuh dada bidang seseorang yang menyelamatkannya. Detak jantung dapat Jeri rasakan selama seseorang itu memeluknya dan terbang ke puncak lubang, perlahan ia mendongak. Ia menemukan wajah tega
Seorang gadis berambut pendek dengan pakaian serba putih yang longgar untuk dia kenakan sedang duduk di sisi sungai dengan kedua kaki yang ia biarkan menyentuh air sungai, kepalanya menunduk sehingga rambutnya yang sudah terpotong menutupi sebagaian wajahnya. Sudah lima hari suaminya tidak menemuinya, hilang dari jarak pandangnya, tidak bersuara untuk menegurnya, dan tidak lagi menatapnya tajam. Apa dia benar-benar marah sampai ia tidak bisa menemukan keberadaannya, bahkan berkali-kali ia datang ke makam Rosi untuk melihat ada Ellard atau tidak, tapi nyatanya dia tidak ada di sana. Suami iblisnya menghindarinya setelah ia hampir dibunuh vampir. Seharusnya Jeri tidak bersedih seperti ini ketika Jeri benar-benar menghilang dari peredaran di sekitarnya, bukankah dulu ia menolak pernikahan ini? Jeri meneteskan air matanya saat ia menutup mata. Ia ingat mengapa ia ingin bertahan untuk Jeri, alasannya hanya ingin membuat dia tidak berteman dengan kesepian tidak ada alasan istimewa lainnya.
"Aku akan meloncat ke sungai, dia tidak akan tahu jika aku mati...kalian berdua tinggal mengatakan bahwa aku sudah kembali ke desa.." Jeri tiba-tiba berdiri, mendorong kedua hewan itu dengan kakinya sampai keduanya mundur beberapa langkah. Mata sendunya yang dihiasai air mata itu menatap sungai yang berarus deras. Kata dua hewan itu kemarin, sungai ini sangat dalam jika tidak memiliki pengendalian air atau bisa berjalan di atas air. Dan ia tidak memiliki semuanya jadi ia aman untuk bunuh diri disini, ia akan langsung ikut arus dan ia tidak akan memakai kehandalan dalam berenang. Ia mati, Ellard tidak akan tahu. "Maaf," Jeri mulai berjalan memasuki air sungai, mengabaikan kedua hewan yang berusaha menarik celana pendeknya menggunakan mulut mereka agar ia tidak masuk. Percuma, ia tidak berguna di dunia selain menyakiti orang. Saat ia hendak melompat menuju pertengahan sungai, tiba-tiba ada yang menarik pinggulnya, membawa ia dalam sebuah pelukan, ia dapat merasakan kehangatan saat ia
Menghentikan langkah seorang lelaki tinggi dengan tubuh besarnya, akan tetapi langkah si lelaki kokoh terus maju dengan pandangan tajam lurus ke depan sama sekali tak acuh kepada sosok yang terus berusaha menghentikan langkahnya. Merasa ia terus diabaikan, ia dengan pakaian yang penuh dengan perhiasan serta mahkota yang terletak di atas kepalanya itu kembali berusaha menyamai langkahnya dengan langkah pria kokoh di depannya. Langkah kaki sang pangeran mahkota terdengar seirama dengan langkah kaki tegas sang panglima perang, membunyikan derap langkah selaras yang tak lagi mengheningkan lorong kerajaan. Bunyi sepatu kedua lelaki itu menekan telinga prajurit yang sedang berjaga di sekitar sana, membuat aksi sang pangeran yang mengejar panglima menjadi tontonan para prajurit. Tangan yang dibalut sarung berwarna emas dengan hiasan hitam dan perak kemudian digambari sebuah bunga mawar perak itu menjulur ke depan, menarik sebuah tangan kekar yang sedang menggenggam sebuah pedang. Langkah
Pertikaian Masashi dan Akira harus terhenti ketika seorang prajurit datang membawa kabar, membuat dua putra Hajima terdiam seribu bahasa, sedangkan Hajima langsung berlari menuju kamar sang suami. Dunia sedang runtuh. Raja kerajaan Heart yang terserang penyakit akibat masuk ke hutan terlarang pada akhirnya menemui garis akhirnya. Kerajaan Heart berkabung. Sang istri menangis tidak ada henti. Akira berusaha tegar meski sesekali air mata jatuh menguras matanya. Kemudian Masashi dia yang paling tegar, berani merangkul ibu dan adiknya dengan kuat. Masashi hanya bisa melakukan tindakan itu untuk menenangkan adik dan ibunya, ia tak memiliki kekuasaan untuk menghentikan kesedihan mereka, karena ia sendiri juga teramat sedih. Mata cokelat tua Masashi menatap adiknya yang duduk lemas di atas kursi, dia terlihat sangat tertekan, pandangannya pun kosong, pelan-pelan ia tarik Akira ke dalam dekapannya. Memasukkan adiknya ke dalam pelukannya, hatinya ikut sakit melihat sang adik tidak berkutik
Kerajaan Heart memiliki dua pangeran kembar yang begitu disanjung tinggi oleh masyarakat sekitar. Keduanya sangat berbakti kepada orang tua, baik kepada masyarakat, dan memiliki jiwa ksatria yang patut diacungi jempol. Keduanya sama-sama telah menjadi remaja berumur delapan belas tahun yang menawan, tak jarang banyak yang sulit membedakan dua putra kembar dari pasangan Hajima dan Takemi. Sedikit yang membedakan mereka yakni gaya rambut yang agak berbeda, serta sifat mereka juga ada yang nyentrik. Akan tetapi perbedaan mereka sangat kecil, teramat kecil hingga tak mungkin bagi siapapun untuk membedakannya. Suara gementang pedang terdengar di lapangan belakang istana, suara itu berasal dari dua pangeran yang sedang berlatih pedang. Beberapa prajurit diletakkan di lapangan untuk mengawasi dua putra raja, supaya tak ada sejengkal kejadian yang membahayakan mereka berdua. Peluh membanjiri tubuh mereka, sudah beberapa jam mereka berlatih tanpa istirahat, akan tetapi mereka berdua tampak
Masashi segera memeluk sang ibu, menenangkan ibunya, ia tidak ingin ibunya merasa ketakutan. Meski ia tidak tahu apa yang terjadi di sini sampai ada beberapa pria yang meninggal dalam keadaan tubuh terpotong-potong. "Dia iblis! dia yang menurunkan semua meteor itu!" Mata biru Masashi menatap jahat ke orang laki-laki yang masih hidup itu, ia tidak suka ketika ibunya dihina seperti itu. Tanpa peduli dengan orang itu, ia angkat tubuh letih ibunya ke dalam rangkulannya, ia terkejut saat menyadari bahwa ibunya telanjang. Karena cahaya yang memutari tubuh ibunya terlalu terang, ia sampai tak sadar kalau ibunya telanjang. Tanpa perlu tahu apa yang terjadi, Masashi langsung mengeluarkan satu ekor rubahnya, mata Masashi menjadi merah darah kemudian ekornya menusuk jantung pria itu. Dia mati. "Manusia kaparat! bajingan!" umpat Masashi sambil pergi dari sana. Membawa ibunya ke kerajaannya. Hujan meteor berhenti bersamaan dengan cerita ibunya yang juga berakhir. Masashi akhirnya tahu kalau i
Masashi merenung di dalam kamarnya. Meski tabib telah menyembuhkan total luka di matanya, meminta ia untuk segera tidur, tetapi ia bandel untuk tetap duduk di atas kasur. Kedua kakinya yang terbalut sepatu menapak pada lantai, kedua tangannya sibuk ia tatap, pikirannya jauh di entah berantah. Kejadian saat perang tadi hampir saja membunuh ayah dan panglima perang karena keteledorannya. Masashi tidak tahu kekuatan apa yang ia miliki sampai mengeluarkan ekor aneh dari tubuhnya, membuat kekuatannya sulit dikendalikan---salah satu ekornya mengenai ayah dan panglima perang karena mereka berusaha menenangkan kekuatannya yang mengamuk. Kejadian itu terjadi setelah mereka memenangkan perang, setelah mereka terdesak. Entah karena alasan apa, ia merasakan kekuatannya seolah memenuhi seluruh tubuh, kemudian kejadian aneh muncul. Ia merasa perlu mengeluarkan sepenuhnya kekuatan di tubuhnya. Jika ayah dan panglima perang tidak menghentikannya, mungkin seluruh prajurit mati di depannya, serta d
Jeri sadar bahwa ia sedang tidak sadarkan diri, pun ia tahu Kimi ia dalam mimpi yang tidak jelas, tetapi ia tidak tahu cara keluar dari mimpinya sendiri. Dia adalah Cley Hajima, seorang malaikat yang diutus untuk melestarikan bumi dan memberi kehidupan tentram. Perempuan cantik dengan rambut pirang panjang, mata sebiru langit--sosok yang kehadirannya membuat satu kampung jatuh tersungkur karena kecantikannya yang melebihi manusia. Kedatangannya benar-benar membuat perubahan besar. Banyak laki-laki yang mengagumi dia, banyak perempuan yang iri kepadanya, tetapi sang malaikat tidak memedulikan itu semua. Dia hanya bertugas mengatasi semua perkara alam di bumi ini, bukan permasalahan hati manusia, ia yang menjaga ekosistem dunia dengan wujud manusianya. Sampai ia bertemu dengan seorang raja yang begitu tegas dan berwibawa, memiliki ketampanan melebihi malaikat di surga sana, membuat Hajima mau tak mau tak perdaya. Padahal Sang Khalik telah mengikat janji para malaikat yang turun ke bum
Suara ramai di dekat sungai menggelitiki telinga seseorang yang sedang menutup mata sebab lelah mengawasi tiga makhluk yang sudah saling akrab. Waktu memang berlalu terlalu cepat, membuat ia terbiasa dengan keramaian yang dulu ia harapkan. Sempat ia berpikir semua akan kandas, sempat harapannya akan hilang, ternyata istrinya menepati janjinya. Jika mengingat apa saja yang ia lakukan di antara istri dan dua rekannya itu membuat ia ingin tertawa mengekspresikan isi hatinya, tapi wajahnya ini senyum tidak senyum tidaklah berubah. Hatinya menghangat ketika Jeri selalu di sampingnya, membangunkan ia ketika sudah pagi, dan akan berteriak jika ia melakukan kesalahan. Segala keunikan Jeri berhasil membuat ia merasa tidak mau kehilangan istrinya. "Kau bercandakan Jeri?!" "Dagingku tidak enak!!" "Apa wajahku bercanda? aku ingin darah kalian berdua...hahaha!" Ellard, sosok yang sejak tadi mengawasi kebersamaan mereka langsung turun dari atas dahan, ia berdiri sambil menyenderkan punggung ke
Pipi itu merona, mata dia begitu indah itu tidak bisa berhenti mengagumi pahatan indah di depannya, hidung mancungnya mengendus-endus dada tak berpakaian di depannya, aromanya sangat berbeda. Memabukkan. Sungguh, ia tak pernah membau aroma sememabukkan seperti aroma Ellard. Ia semakin menggila karena aroma itu seolah membangkitkan gairah, ia mendekatkan hidungnya sampai menempel, gigi yang sejak awal datar kini sudah mulai tumbuh taring berjumlah dua, mata cokelatnya berubah jadi merah. Otak Jeri seolah dicuci untuk membiarkan segala kelogisannya hilang, bau darah Sasuke begitu menggoda. "Apa yang kau lakukan!" Saat gigi itu hampir saja menancap di dada mulus Ellard, si iblis dengan mudah menjauh dengan terbang. Jeri mengeraskan auranya. "Aku ingin darahmu!" serunya. Ellard menghela napas, Jeri tidak bisa di selamatkan dari perubahan wujud vampirnya. Di dalam hati ia mengutuk almarhum Stevan sekutuk-kutuknya, jika dia diberi hidup lagi ia akan mencabik-cabik tubuh itu sampai lude
Lionel mengangguk mantap, ia berlari mengikuti pergerakan Jeri dan Ellard, ia akan melakukan penyegelan. Sedangkan Gerrald mengamati, "Aku tidak menyangka Stevan selicik itu untuk membunuh Tuan. Dia benar-benar tidak bisa mengalah jika Tuan adalah makhluk terkuat. Matilah kau Stevan dasar makhluk terkutuk! Dewa takkan mau mengampunimu!" batin Gerrald. Ellard menarik kedua tangan Jeri secara bergantian, berontakan Jeri sama sekali tidak ia pedulikan, ia buat tubuh gadis itu mati rasa untuk sementara sebelum ia cabut raga Stevan dari tubuh Jeri. Setelah raga vampir keluar, Lionel langsung melakukan penyegelan sebelum raga itu keluar dari gua mencari tuannya. Berhasil, raga Stevan berhasil Lionel segel dalam sebuah kertas. Ellard memandang kertas segelan itu, untuk membukanya harus membutuhkan mantra dari Lionel sendiri. Ellard menyeringai, dengan tanpa hati ia bakar kertas itu dengan api neraka yang ia miliki sampai hangus, dengan begitu dia takkan mengganggu serta tubuh aslinya ter