DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 18Wajah cantik bak malaikat itu tersenyum begitu kakinya menapak di halaman parkir coffee shop. Aku terdiam sesaat, menenangkan jantungku yang berdebar kencang. Aku tahu bahwa suatu saat kami akan bertemu lagi. Dia tentu tak akan tinggal diam begitu saja."Hay Jenny, aku yakin ini bukan suatu kebetulan.""Mungkin kau perlu mengganti panggilanmu padaku Nadya. Usiaku jelas lebih tua beberapa tahun di atasmu. Bagaimana kalau kau memanggilku Ibu Jenny? Kelihatannya lebih sopan."Aku tertawa. "Maaf, aku bukan mahasiswamu. Dan aku bersyukur karena itu."Wajah penuh senyum palsu itu seketika berubah. Dia mendekat, merangsek maju, bahkan menabrak tubuhku mepet ke mobil. Intan yang melihat berseru kaget. Tapi aku memberinya isyarat agar dia diam. Aku masih bisa mengatasi wanita ini."Kau bukan siapa-siapa Nadya. Apa hak-mu menyuruhku mengundurkan diri dari kampus?""Aku mewakili para mahasiswa, yang jika tahu kelakuan bejatmu, mungkin bukan hanya akan menyuru
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 19"Ayo masuk Nak." Mama menarikku masuk ke dalam mobil. Aku menurut meski rasanya penasaran akan apa yang terjadi di dalamkn8f. Pintu rumah kembali tertutup rapat, dan tak ada suara apapun terdengar lagi. Sore menjelang malam membuat suasana terasa mencengkam di lingkungan perumahan elite ini, dimana rumah rumahnya tinggi menjulang dengan pagar tinggi dan jarak pagar ke pintu yang cukup jauh. Jadi bisa kupastikan suara Haris barusan sangat keras hingga bisa terdengar olehku. Papa yang duduk di belakang kemudi menoleh padaku. Wajah beliau ikut tegang, diacuhkan nya ponsel di tangannya."Papa sudah kirimkan rekaman video sejak kau memberi koper uang tadi sampai Liana membawanya, ke ponselmu. Simpan dan buat salinan untuk jaga jaga Nadya. Menghadapi orang licik dan manipulatif seperti mereka, kita harus lebih cerdik.""Oke Pa. Siap." Aku langsung memeriksa ponselku.Papa lalu menoleh pada Mama, yang tertunduk di sampingnya."Mulai saat ini, jangan pern
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 20Menanggapi kisah NadyaCamilla yang viral, akhirnya saya menemukan bukti bahwa HP yang dimaksud adalah Haris Pradana, seorang Doktor di UBJ dan pasangan selingkuhnya, juga dosen di Universitas yang sama berinisial JN. Dan parahnya lagi, JN adalah istri seorang penting di kota ini. Ini adalah foto bukti kebersamaan mereka.Aku menahan nafas membaca postingan yang lewat di beranda FB-ku. Sebuah akun bernama Miss Secret dengan foto profile sebentuk bibir seksi yang merah merekah menulis postingan singkat disertai bukti bukti foto Mas Haris dan Jenny. Foto itu diambil secara candid dan jelas bukan foto foto yang kucuri dari ponsel Mas Haris yang merupakan foto selfie. Postingan itu ternyata telah diunggah sejak kemarin sore dan baru siang ini aku membacanya, disela-sela menyelesaikan laporan keuangan akhir bulan.Siapakah Miss Secret? Salah satu teman, mahasiswa, atau bahkan suami Jenny sendiri? Bisa siapa saja, karena tentu saja akun FB tidak bisa mend
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 21Aku menatap lurus ke depan, dengan perasaan sedih yang ngelangut, membuat sesak di dada. Ingin rasanya tertidur lagi dan bangun di saat waktu mundur lima bulan ke belakang. Biarlah hubunganku dengan Mama seperti itu, dingin, diam, berjarak, kaku. Sungguh lebih baik daripada menatap tubuhnya yang kini kaku.Intan memelukku erat erat, dia terus menghiburku, memintaku tegar, padahal air matanya sendiri tak berhenti mengalir. Sementara Papa yang duduk di sisi jenazah Mama, mengaji sambil sesekali terdiam, suaranya tersendat menahan sedih dan pilu. Di luar, Aryan menggantikan Bang Emir yang masih dalam perjalanan dari Surabaya, mengatur segala hal untuk mengurus jenazah Mama, dari menyiapkan tempat pemandian, sampai menggali tanah makam.Masih kuingat bagaimana Mama terpental setelah Jeep itu dengah sengaja menabrak tubuhnya, lalu jatuh dengan kepala menghantam aspal. Sementara buah anggur yang beliau beli untukku berserakan, menambah merah darahnya yan
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 22Tujuh hari kemudian kuhabiskan untuk mengunjungi psikolog yang juga seorang ustadzah. Karena bagaimanapun tegarnya aku, menyaksikan Mama ditabrak mobil, terpental lalu terbanting dengan kepala lebih dulu membentur aspal adalah pemandangan paling membekas di benakku. Bermalam malam setelahnya, aku kerap terbangun sambil menjerit histeris dan menangis. Aku seperti tak rela, bahwa Mama yang beberapa menit sebelumnya masih memelukku di atas boncengan motor, Tiba-tiba pergi dengan cara yang tragis."Apakah Adik Nadya mau menggugat ketetapan Allah?" Tanya Ustadzah dengan suara yang lembut.Aku terdiam. Bayangan Mama terus saja mengganggu benak."Istighfar sayang. Bahkan sehelai daun yang jatuh saja tak akan terjadi tanpa seizin Allah."Hari itu, aku menghabiskan air mata seharian, tak peduli Aryan dan Intan yang setia mengantarku melihat mataku yang bengkak. Setelahnya aku berjanji dalam hati bahwa tak akan menangis lagi. Mama telah bahagia disana, perg
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 23"Intan beneran nggak masuk Tiur? Apa katanya?"Aku terkejut karena mendapati Intan benar-benar tidak masuk kantor keesokan harinya. Ponselnya bahkan tak aktif sejak tadi malam.Tiur mengangguk. Dia mengalihkan tatapannya dari layar komputer di hadapannya."Bukan cuma izin. Dia cuti satu minggu. Katanya ada keperluan keluarga, mau pulang kampung." Jawab Tiur. "Dia izin pakai apa? Hapenya nggak aktif kok.""Kan pakai surat pengajuan cuti Mbak. Dia mengajukan kemarin sore. Malah semua pekerjaannya sudah beres semua."Aku termangu. Kenapa aku bisa lupa? Kupikir Intan kemari hanya bercanda. Dan bukankah hari ini ada meeting? Biasanya Intan sebagai admin yang paling sibuk. Tapi pengajuan cutinya di acc karena pekerjaannya sudah rampung semua. Aku mencoba menghubunginya lagi, tapi nomornya tak aktif, pesan WA-ku juga hanya ceklis satu. Intan tak pernah seperti ini. "Mbak Nadya, kita mulai meeting jam sembilan ya. Direksi sudah di jalan." Mbak Sari mema
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 24Aku menatap layar televisi dengan nanar. Adegan para polisi yang tengah memasukkan kantong mayat berwarna hitam, lalu garis polisi berwarna kuning yang membuat dadaku berdebar keras.Seharusnya semua itu tak memberi pengaruh berarti bagiku. Seharusnya, jika saja aku tak mengenal si korban.JN. Jenny Natalie. Aku sangat yakin itu. Apalagi kemudian pembaca berita mengatakan bahwa korban adalah seorang dosen di sebuah universitas ternama. Seorang dosen yang beberapa waktu lalu terkena kasus dan akhirnya dipecat dari kampus dengan tidak hormat. Sosoknya menghilang setelah pemecatan itu dan tiba-tiba saja ditemukan dalam keadaan meninggal dunia di apartemen pribadinya. Jenny. Kenapa justru Jenny? Siapa yang membunuhnya? Dan bagaimana reaksi Mas Haris jika tahu wanita yang sangat dia puja itu pergi dengan cara yang mengenaskan."Nadya! Nadya!"Seseorang menggoyang goyangkan bahuku dengan keras. Aku tersadar ketika sepasang tangan mengangkat tubuhku dan
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 25PoV HARIS (21+)Sudah lama sekali aku menyimpan rasa ini hingga rasanya hampir mati. Setiap kali aku melihatmu dan Jenny tengah bermesraan, aku gemetar, lalu menggigil, membayangkan seandainya saja itu aku. Namun aku tahu cinta tak bisa dipaksakan. Karenanya aku hanya bisa ikut bahagia melihatmu berbahagia dengan dia. Sampai Nadya datang dan merusak segalanya. Haris, aku turut berduka atas kematian Jenny. Jika kau butuh teman bicara, kau tahu harus kemana menghubungiku.Salma.Salma. Gila! Ini benar-benar gila! Jadi selama ini Salma mencintaiku? Bahkan meski dia tahu bahwa aku rela menjadi budak Jenny seumur hidupnya.Seumur hidup. Dan kini Jenny tidak hidup lagi. Dia sudah mati.Kutekan dadaku yang terasa nyeri. Mengapa Jenny harus mati sebelum sempat bertemu denganku lagi? Bahkan pertemuan terakhir kami hanya berisi pertengkaran karena dia menolak mengundurkan diri dari kampus. Lalu wanitaku marah besar dan tak mau kutemui berhari-hari lamanya. H
AYAHKU SEORANG PEMBUNUH 20 (ENDING)Dengan perasaan ngeri, aku melihat Surya menggenggam revolver itu, menelitinya sesaat dan tersenyum. Dengan wajah menggila, dia menciumi senjata itu. Aku memandangnya dengan benci. Ternyata, dia tak pernah berubah. Dia masih menjadi budak Sindy."Tembak mereka berdua. Farrel lebih dulu. Aku ingin menikmati saat-saat Intan menjadi gila karena kehilangan suaminya.""Kalian memang pasangan gila." Aku lalu menatap Surya, pada matanya yang kini fokus padaku."Aku tak pernah menyangka. Ku pikir penjara akhirnya akan membuatmu sadar. Permintaan maafmu itu palsu belaka. Dan kau pernah memohon padaku untuk melihat anakmu. Lihat itu!" Aku menunjuk Axel yang berada dalam bekapan tangan Anis, "Itu anakmu, Surya. Anak yang ada dalam perutku saat kau menenggelamkan aku di danau ini."Surya tampak terguncang. Matanya mengawasi Axel, yang tak lagi meronta. Dia tengah menyimak pembicaraan kami."Dia kerap bertanya, apakah benar Ayahnya seorang pembunuh? Kini, kau in
AYAHKU SEORANG PEMBUNUH 19Mas Farrel dapat merasakan tatapanku yang membeku, terpaku pada mobil berbody besar yang tengah memasuki halaman parkir hotel. Dengan dada berdebar kencang, aku menunggu sampai mobil itu benar-benar berhenti. Lalu sepasang kaki jenjang memakai stoking hitam turun. Sepatunya mempunyai heels setinggi lima sentimeter, masih tampak luwes jika dibawa berjalan cepat. Naik ke atas, ada rok span dari kulit yang juga berwarna hitam, dipadu jaket dengan bahan dan warna sama. Aku bersiap melihat wajah Sindy disana. Tapi kemudian aku terkejut.Wanita itu bukan Sindy. Meski ada kacamata hitam besar yang menutupi hampir separuh wajahnya, aku tahu dia bukan Sindy. Wajah Sindy telah melekat dalam ingatanku bertahun-tahun lamanya. Terakhir kali aku melihatnya di depan sekolah Axel beberapa hari yang lalu, wajahnya juga tak berubah. Namun, wanita ini, meski aku tak mengenalnya, ada bagian dari dirinya yang mengingatkanku pada seseorang. Entah siapa.Wanita itu menurunkan kaca
AYAHKU SEORANG PEMBUNUH 18Nadya memelukku erat, berusaha meredam getaran tubuhku. Dia tadi langsung naik taksi ke sekolah dan mengambil alih mobil. Kami akhirnya pulang ke rumahku. Dia lalu menyuruhku merebahkan diri di atas sofa, menyelimuti tubuhku dan meminta Bik Marni membuatkan teh hangat."Bagaimana Sindy bisa berkeliaran di luar? Dan dia tahu anak-anak ada di sekolah yang sama.""Mungkin hanya kebetulan In. Tenanglah.""Apa kau percaya kebetulan, Nad? Bukankah tak pernah ada kebetulan dalam hidup kita selama ini?"Nadya terdiam. Aku memejamkan mata. Bayangan wajah Sindy tak juga mau hilang dari benakku. Bibirnya yang tertawa lebar tanpa suara itu seakan menantangku, mengatakan bahwa penjara tak mampu membuatnya terkurung."Bagaimana kabar keluarga Salma?"Aku berusaha mengalihkan pembicaraan. Bik Marni datang membawakan dua gelas teh hangat dan sepiring bakwan yang masih panas. Aku segera meraih gelas itu, menghangatkan tanganku yang masih terasa dingin."Salma masih di Malays
AYAHKU SEORANG PEMBUNUH (17)PoV INTANAku meletakkan tas di tas meja dengan hati kalut. Kematian Mantan Ibu mertuaku, yang tanpa sengaja kutemukan di dalam rumahnya akan menjadi babak baru. Bagaimana bisa aku masuk ke dalam rumahnya tepat saat Ibu tiada? Apa yang sebenarnya terjadi? Aku beruntung karena tak menyentuh Ibu sedikitpun, begitu pula Mas Farrel. Meski begitu menghadapi interogasi polisi ternyata sangat melelahkan. Terutama ketika fakta bahwa aku adalah korban percobaan pembunuhan yang pernah dilakukan oleh si pemilik rumah."Aku akan menelepon Om Helmi, bersiap jika kita butuh pengacara." Mas Farrel memelukku. Kami baru saja pulang dari pemakaman Ibu.Aku mengangguk, menyandarkan kepala ke sandaran sofa sambil memejamkan mata. Setelah sekian lama waktu berlalu, bukankah seharusnya semua akan baik-baik saja? Tapi kenapa aku justru seakan menghadapi hidup yang penuh misteri. Waktu empat belas tahun yang telah berlalu seakan hanya sebuah jeda, sebelum aku akhirnya tiba pada a
AYAHKU SEORANG PEMBUNUH 16POV SURYA"Kita adalah partner paling hebat. Dulu, sekarang, kelak. Aku akan memaafkanmu karena mengabaikanku di penjara. Tapi mulai saat ini, tetaplah disini. Kita lanjutkan semua yang dulu terpaksa terjeda."Suaranya masih seperti dulu, penuh desah dan merayu. Aku menatap matanya dan seketika kenangan itu terlempar ke masa empat belas tahun silam. Di ruang pelantikan, ruangan yang tadinya akan menjadi tempat pelantikan ku, aku merangkak di kaki Intan, memohon ampun. Bukan untuk memintanya mencabut segala tuntutan karena itu tak mungkin lagi. Aku berlutut meminta maaf darinya, meski aku tahu kesalahanku tak termaafkan.Selain itu, aku telah menyadari bahwa sebulan tanpa dirinya adalah siksaan. Aku benar-benar sakit, sampai nyaris bunuh diri. Semua orang melihatku yang sangat terpukul karena kehilangan istri. Namun, yang terjadi adalah, aku tengah dihantam gelombang rasa sesal dan bersalah. Rasa yang ternyata sangat menyiksa."Aktingmu luar biasa. Kau layak
AYAHKU SEORANG PEMBUNUH 15POV SURYAAku terbangun dengan kepala pusing seperti biasa. Terlalu banyak tidur hingga kehilangan orientasi waktu. Entah sudah berapa lama aku disini. Seminggu? Dua minggu? Sebulan? Dua bulan? Rasanya aneh sekali. Bangun, makan, lalu tidur. Bangun, makan dan tidur lagi. Ku pandangi tubuhku. Perlahan tapi pasti, tulang tulang yang kemarin hanya terbungkus kulit, kini berisi. Aku tak pernah kelaparan disini seperti saat di rumah. Jika Mbak Wulan hanya memberiku sepiring nasi ditabur garam setiap hari, disini, segala rupa makanan mewah terhidang dalam jumlah banyak. Aku bisa makan sepuasnya.Tiba-tiba saja aku teringat Ibu. Dadaku langsung berdebar kencang. Ada rasa yang ngelangut disini, sebuah rasa yang tak nyaman. Wajah tua itu membayang, berkerut dan nyaris lupa cara tersenyum. Setelah aku menghancurkan keluarga karena ulahku sendiri, Ibu pasti sangat menderita. Kini, di usianya yang melewati tujuh puluh tahun, Ibu tampak sepuluh tahun lebih tua. Bungkuk,
AYAHKU SEORANG PEMBUNUH (14)PoV INTANAxel turun dari mobil sambil memandang rumah Surya dengan alis mengerut. Dia yang selama ini hidup berkecukupan, sepertinya merasa heran ada rumah yang tampak demikan menyedihkan. Untung saja, halamannya tidak berupa semak belukar lagi.Tanpa berkata-kata, aku menggandeng tangannya menuju pintu. Mas Farrel menyusul di belakang sambil menjunjung kantong berisi kotak kue. Dalam hati, aku bertanya tanya, adalah yang seperti kami? Aku adalah korban percobaan pembunuhan mantan suamiku sendiri. Dan kini aku justru kerap menyambangi keluarganya karena satu alasan : demi Axel."Mama. Berhenti. Aku nggak mau masuk."Suara Axel membuat langkahku terhenti seketika. Kutatap wajah tampan jagoanku. Matanya terpaku pada daun pintu kayu yang lapuk dimakan rayap. Rumah sunyi, tapi aku tahu Ibu ada di dalam, mungkin tengah merenungi hari yang suram usai anak kesayangannya divonis hukuman penjara demikian lama. Terlalu sering menangis membuat penglihatannya kabur.
AYAHKU SEORANG PEMBUNUH 13"Apa maksud Mbak Wulan? Aku hanya bertemu Surya satu kali, di sini, tiga hari yang lalu."Mbak Wulan menyipitkan matanya. "Kau kesini?"Aku mengangguk dengan canggung. "Hanya ingin memastikan bahwa dia tak akan menemui anakku sebelum mendapat izin dariku."Mbak Wulan menatapku curiga."Dan apa yang kau katakan hingga dia pergi? Dia bilang pada Ibu, seorang wanita menawarinya pekerjaan dengan gaji besar. Aku pikir itu kau."Aku menggeleng."Aku sama sekali tidak melakukan itu Mbak."Mbak Wulan lalu duduk dengan wajah sedih di bangku bambu yang ada di teras."Harusnya dia tidak seenaknya pergi. Aku toh ikhlas memberinya makan walau hanya sepiring nasi setiap hari, tanpa lauk."Suaranya membuatku terenyuh. Aku memang gampang iba. Mas Farrel menarikku keluar. Dikeluarkannya beberapa lembar uang seratus ribuan dan diberikannya padaku."Sayang, Berikan pada mertuamu. Kasihan dia."Aku mengangguk tanpa kata-kata dan berjalan melewati Mbak Wulan di teras. Masuk ke d
AYAHKU SEORANG PEMBUNUH (12)PoV INTANAku berdiri di depan rumah, bolak balik mengecek jalan raya, menunggu mobil antar jemput sekolah. Farin sudah pulang sejak tadi. Sementara Axel, seharusnya dia sudah tiba sejak setengah jam yang lalu. Sopir mobil jemputan tidak bisa kuhubungi, mungkin sengaja tidak mengangkat telepon agar konsentrasi pada stir. Tepat pukul tiga lebih tiga puluh, bersamaan dengan adzan ashar berkumandang dari masjid komplek, sosoknya muncul dari ujung jalan. Axel pulang berjalan kaki! Dia melangkah sambil menundukan kepala, sementara kakinya bergantian menyepaki kerikil, daun daun kering, dan apa saja yang bisa dia raih dengan kakinya. Dikuasai rasa terkejut, sejenak aku tak mampu melakukan apa-apa. Hingga kemudian aku turun dari teras rumah dan berlari menyongsongnya."Axel, kok jalan kaki? Katanya naik jemputan."Axel langsung meraih tanganku dan menciumnya sebelum melangkah masuk."Axel kok nggak jawab Mama?"Axel berbalik, dan aku terkejut mendapati sinar mat