"Ngapain Dia kesini!?"
Nobu sangat penasaran apa tujuan Yoga, sampai bisa datang ke tempat seperti ini. dirinya sangat muak harus bersembunyi terus dibalik pohon yang hampir roboh ini. Ingin rasanya melabrak dan menonjok orang itu secara langsung saat ini juga. Tapi bagaimanapun juga, dia harus tetap mengontrol emosinya, agar dia bisa mencari tau kebenaran yang selama ini di tunggu-tunggu.
"Lihatlah, dia seperti bukan Anak sekolahan jika sedang diluar sekolah, penampilannya saja seperti Pembunuh bayaran jika dilihat terus menerus," gumam Nobu sambil menatap tajam pada Yoga dari kejauhan.
"Dia sadar nggak ya, aku mengikutinya dari tadi," batin Nobu.
Tak lama kemudian Nobu melihat Yoga yang tadinya hanya berdiri, langsung bergegas pergi kearah gang kontrakan yang kumuh itu. Tanpa takut Nobu langsung mengikutinya dengan endap-endap supaya tidak ketahuan dan berjaga-jaga takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Sebenarnya Nobu sedikit takut, soalnya ditempat itu sudah sepi dan gelap, para penghuni kontrakan sepertinya juga sudah tidur semua. Tidak ada siapapun disana, hanya suara jangkrik dan keheningan yg menemani dirinya dan Yoga malam ini.
"Tap"
"Tap"
"Tap"
"Tap"
"Tap"
"Tap"
"Tap"
"Tap"
"Tap"
"Tap"
"Tap"
Suara langkah kaki Yoga melangkah maju.
Yoga yang merasa diikuti oleh seseorang sontak langsung melihat kebelakang, melihat sekeliling gang dengan intens, matanya terus mencari seseorang jika memang ada. dengan cepat Nobu juga langsung lari sembunyi kearah tembok kontrakan, menempelkan badan dirinya dengan tembok, sambil menutup bibirnya dengan kedua telapak tangannya.
"Semoga nggak ketahuan, semoga nggak ketahuan," batin Nobu sambil memejamkan mata.
Menyadari Yoga belum beranjak pergi, Nobu langsung mencari ide.
"Meowwwwwwwwwww,"
Suara Nobu menirukan suara kucing.
Mengira itu suara kucing, Yoga langsung memakai kupluk bajunya, kemudian langsung beranjak pergi lagi kedepan.
"Tap"
"Tap"
"Tap"
"Tap"
"Tap"
Menyadari Yoga sudah pergi lagi, Nobu pun langsung kembali mengikutinya.
Malam semakin gelap, suasana semakin mencekam membuat perasaan Nobu tidak enak dan tidak karuan, dia merasa pasti ada sesuatu yang disembunyikan Yoga selama ini. Kali ini, dirinya tidak akan ketinggalan informasi sedikitpun dari hal-hal yang menyangkut kasus pembunuhan Nadia, sekalipun dirinya terpaksa harus jadi penguntit. Nobu tidak peduli apapun itu.
"Gila nih orang, kuat banget jalan terus melewati gang kotor ini," batin Nobu sambil menutup hidungnya.
"Pulang-pulang disangka habis masuk comberan kalo gini,"
Baru kali ini Nobu bisa berjalan jauh lebih dalam gang itu, dan benar saja, isinya cuma perumahan kontrakan dan popohonan saja. Sampai tiba saatnya, Nobu dikagetkan dengan sebuah Gedung kumuh yang sangat besar di hadapannya. Dulu Nobu pernah mendengar rumor kalo Gedung ini dulunya dipakai sebagai Pabrik bahan pakaian sweater.
"PT Garment Hitex?"
"Wah?! Aku gak nyangka ada sebuah Gedung digang ini?" ucap Nobu dalam hatinya.
"Gedung ini sepertinya sudah tidak terpakai? Terlihat kotor dan kumuh, sayang sekali," pikir Nobu sambil memegang dagunya.
Sampai akhirnya, Yoga masuk kedalam gedung itu.
"Ngapain dia masuk kesana!?"
"Wah, ada yang nggak beres nih?"
pikir Nobu sambil mengernyitkan dahinya, dibarengi Nobu langsung masuk juga kedalam gedung.
Nobu tidak bisa berbohong, dirinya terus memberikan ekspresi tidak percaya melihat sekeliling yang ada didalam gedung, sesekali dia memegang fasilitas-fasilitas yang ada disana.
Isi gedung itu benar-benar kosong, hanya beberapa mesin penghasil bahan pakaian dan beberapa ruangan disana, dan ya, disana juga ada ruangan lantai atas.
Yoga langsung pergi kearah suatu ruangan, diikuti juga oleh Nobu dari belakang. Setelah Yoga masuk kedalam ruangan itu, Nobu langsung bersembunyi dibelakang pintu yg sudah dikunci Yoga. Untungnya masih ada jendela, sehingga Nobu masih bisa melihatnya dari luar.
Nobu dengan cepat langsung memasang kamera secara diam-diam didepan kaca, dan mulai merekamnya.
Dari dalam ruangan, Yoga hanya menatap sekeliling lemari yang ada diruangan tersebut. Dia membuka salah satu lemarinya, dan apa yang ada di dalam lemari? Ternyata didalam lemari itu ada sebuah pisau yang masih ada darahnya. Yoga langsung mengambilnya, dan berkata.
"Bagaimana rasanya ditusuk beberapa kali?" lirih Yoga sambil tersenyum lebar.
"Oh, sayangku,"
"Sebenarnya aku masih berharap kamu hidup lagi,"
"Kamu adalah berlianku, sayang,"
"Aku berjanji akan memberikan kebahagiaan padamu nanti,"
"Kumohon jangan mati, kumohon," lirih Yoga memasang muka sedih.
"Hahahahahahahahaha!"
Suara tawa Yoga dari dalam.
"Dasar Psikopat gila," ujar Nobu dengan emosi. Mata Nobu yang tajam mulai menunjukan sisi marahnya. Tangannya terus mengepal menahan emosi yang hampir mau meledak.
"Itu pasti senjata pembunuhan Nadia," pikir Nobu. Matanya langsung tertuju pada pisau yg dipegang Yoga.
"Jika aku bisa mendapatkan pisau itu, pasti bisa dijadikan bukti."
"Benar! Tim Forensik pasti akan mencari DNA pada pisau itu!" ujar Nobu dengan yakin.
"Aku harus mendapatkan pisau itu!" ujar Nobu sambil berjalan kearah pintu masuk ruangan Yoga.
Krekkk!
Nobu sudah memegang gagang pintu, tiba-tiba.
Kresek! Kresek! Kresek!
Tiba-tiba kepala Nobu ditutupi kresek oleh seseorang dari belakang, dia tidak bisa melawan, karena kepalanya dibenturkan ketembok sampai pingsan.
Dugggg!
Srettttt! Srettttt! Srettttt! Srettt!
Orang itu menyeret tubuh Nobu kedalam suatu ruangan. Dia menggantungkan tubuh Nobu keatas langit-langit atap dengan Posisi kaki diatas, kepala dibawah.
Dia juga langsung membolongi kresek bagian hidung Nobu tujuannya agar ada jalan untuk bernafas.
Entah apa tujuan orang tersebut, namun sampai saat ini Nobu belum sadar diri dari pingsannya.
Jam pun sudah menunjukan pukul 03.00 malam, terlihat sosok Pria bertopeng kelinci membawa kapak menghampiri Nobu yang masih belum siuman.
Pria bertopeng itu mendekatkan wajahnya pada wajah Nobu seakan-akan mengharapkan agar Nobu cepat bangun. Karena tak kunjung bangun Pria itu langsung mengambil kursi dan duduk dihadapan Nobu dengan santai. Tiba-tiba.
Kresek! Kresek! Kresek! Kresek!
Akhirnya Nobu mulai siuman dan sadar jika dirinya sedang diculik. Dia dengan berusaha teriak dan menggerak-gerakan badannya sekuat tenaga.
"Apa-apaan Ini!?"
"Aku dimana!?" batin Nobu sambil melihat sekeliling ruangan.
"Kenapa aku diikat seperti ini!?"
"Lepaskan aku! Lepaskan!" teriak Nobu dalam hatinya.
Nobu berusaha melepaskan tali yang ada ditangannya, namun hasilnya nihil, ikatannya terlalu kuat untuk dia buka.
"Akhhhh! Sial!" batinnya.
"Siapa Pria bertopeng itu!?" tiba-tiba Nobu melihat samar-samar sosok seseorang Pria memakai topeng babi dalam keadaan setengah telanjang, sedang duduk dihadapannya.
"Apa yang dia lakukan disini?!"
"Bukannya aku tadi bersama Yoga?!"
"Apa maunya?!" batin Nobu bertanya-tanya.
Nobu terus melihat kearah Pria bertopeng supaya tahu apa tujuan dia sampai diculik seperti ini. tapi percuma saja Pria itu tetap tak berkutik diam seribu bahasa.
"Oke Nobu, tenanglah, selama kamu masih bisa bernafas, kamu aman," batin Nobu menyemangati dirinya agar tidak takut. Ayahnya lah yang berpesan jika ada masalah dan rintangan harus tetap hadapi sesulit apapun itu.
Mengetahui Nobu mulai memberontak lagi, tiba-tiba Pria bertopeng berdiri dan menghampiri Nobu dengan kapaknya.
Deg! Deg! Deg! Deg! Deg! Deg!
Seketika jantung Nobu berdetak sangat kencang, seakan-akan jantungnya ingin memaksa keluar dari dalam tubuhnya. Tubuhnya mulai menggigil ditambah keringat dingin terus bercucuran.
"Tuhan, tolong aku, kumohon," batin Nobu sambil memejamkan matanya.
Sekali lagi, Pria bertopeng itu mendekatkan wajahnya pada Nobu, mata Nobu langsung melotot dibuatnya, dirinya sudah tidak tahan dan mulai panik.
Kapak yang ada ditangan Pria itu, tiba-tiba digesek-gesekan pada perut Nobu.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!"
Nobu (17 tahun). Wajahnya sangat tampan, rambutnya warna coklat, matanya sedikit sayu dan tajam. Ya, itulah ciri-cirinya. Dia Adalah Seorang Siswa SMP yang ingin segera menempuh kelulusannya. Dari kecil, dia ingin sekali seperti Ayahnya yang sudah meninggal, yaitu menjadi seorang Polisi. Nobu berjanji kepada Ibunya, kalau dia akan segera melanjutkan cita-cita Ayahnya itu. Ibu Nobu sangat bangga mendengarnya. Nobu adalah Anak tunggal. Kepribadian yang melekat padanya adalah baik dan sederhana. Disisi lain, Nobu sangat bersyukur sekali. Dia mempunyai satu sahabat yang sangat dekat dengannya, sahabat yang selalu mau menemani susah dan senangnya, dia adalah Adit (17 tahun). Adit sangat baik padanya. Bahkan, Adit sudah menganggap dirinya seperti Adik kandungnya sendiri. Adit adalah Anak orang kaya. Ayahnya adalah seorang CEO Perusahaan Mall Ternama. Dia sudah ditinggalkan Ibunya dari kecil karena sakit. Suatu hari di hari yang cerah dan bahagia, Nobu sangat bersem
Dalam perjalanan pulang dari Sekolah, Nobu masih memikirkan kejadian apa yg terjadi semalam sampai dia tidak ingat sama sekali. perasaannya sangat tidak karuan dari pagi, seperti ada sesuatu yang dia ketahui, tapi apa itu? Ditambah tadi dikelas ada tiga orang Murid yang mencari masalah dengannya. "Buku ini isinya apa ya?" gumam Nobu sambil mengeluarkan buku dari tasnya. "Boleh dibuka gak ya? Sedikit gak papa kali ya?" Pikir Nobu sambil mau membuka buku itu. "Astaga! Ternyata dikunci?!" kesal Nobu. "Tapi sepertinya ini sebuah buku diary," ujar Nobu sambil mengangkat alis kanannya. "Good book shop?" ucap Nobu membaca tulisan dibelakang buku. Aku harus segera mengembalikan buku ini pada orang itu. Kasihan, pasti dia sedang mencarinya sekarang," gumam Nobu sambil menatap bukunya. "Baiklah, pertama aku akan mendatangi toko ini, semoga saja tidak jauh dari sini," ucap Nobu sambil melihat alamat toko buku di internet.
Malam semakin larut, Hujan tak kunjung berhenti membuat Nobu basah kuyup tapi dia tetap bertahan dengan tatapan kosongnya."Pulanglah," kata Perempuan berambut coklat dengan paras yang cantik.Dia adalah Yuqi. Dia juga sekolah di Smp Budi Luhur, tapi beda kelas dengan Nobu.Seketika hening, Nobu tidak merespon apapun. Dia sama sekali tidak tertarik untuk melihat Yuqi, yang dia lakukan hanya menatap kosong."Tidak ada yang bisa dilakukan saat ini, kita hanya bisa menyaksikannya dari jauh!" tegas Yuqi sembari menatap Sekolah."Kita hanya akan dianggap sebagai pecundang bagi mereka. Jadi, percuma saja,""Terkadang Dunia memang menyebalkan, mau berusaha keras untuk melakukan apa yang kau inginkan dan kau anggap benar, itu semua akan hilang dan kalah dengan materi.""Jika kau ingin meminta keadilan, maka mintalah pada Tuhan.""Tapi aku yakin, keadilan pasti akan segera datang dalam bentuk apapun nantinya. Tuhan mah
Keesokan paginya, Nobu yang baru bangun tidur masih tidak menyangka dan tidak percaya kalau dirinya tadi malam telah diteror seseorang. Nobu berpikir apa dia punya salah pada orang lain? Padahal dari dulu sampai sekarang dia tidak pernah membuat onar atau masalah dengan siapapun. Sebenarnya siapa yang sudah menerornya itu? Karena takut dimarahi Mamanya, dengan cepat Nobu langsung berjalan kearah jendela untuk membersihkan tulisan darah yang masih menempel dikaca. "Darah ini," "Mengingatkanku pada darah yang waktu itu aku temui di tong sampah," ujar Nobu sambil berpikir. "Huh! Apaan sih Nobu! Sadarlah! Bisa-bisanya kau malah berpikir jika ini darah manusia, hahahaha mana mungkin," balas Nobu berbicara dengan dirinya sendiri. "Woy! Sadarlah! Jangan berpikir yang aneh-aneh," ujar Nobu sambil menampar kedua pipinya. Dirinya terus membersihkan ka
"Ngapain Dia kesini!?" Nobu sangat penasaran apa tujuan Yoga, sampai bisa datang ke tempat seperti ini. dirinya sangat muak harus bersembunyi terus dibalik pohon yang hampir roboh ini. Ingin rasanya melabrak dan menonjok orang itu secara langsung saat ini juga. Tapi bagaimanapun juga, dia harus tetap mengontrol emosinya, agar dia bisa mencari tau kebenaran yang selama ini di tunggu-tunggu. "Lihatlah, dia seperti bukan Anak sekolahan jika sedang diluar sekolah, penampilannya saja seperti Pembunuh bayaran jika dilihat terus menerus," gumam Nobu sambil menatap tajam pada Yoga dari kejauhan. "Dia sadar nggak ya, aku mengikutinya dari tadi," batin Nobu. Tak lama kemudian Nobu melihat Yoga yang tadinya hanya berdiri, langsung bergegas pergi kearah gang kontrakan yang kumuh itu. Tanpa takut Nobu langsung mengikutinya dengan endap-endap supa
Keesokan paginya, Nobu yang baru bangun tidur masih tidak menyangka dan tidak percaya kalau dirinya tadi malam telah diteror seseorang. Nobu berpikir apa dia punya salah pada orang lain? Padahal dari dulu sampai sekarang dia tidak pernah membuat onar atau masalah dengan siapapun. Sebenarnya siapa yang sudah menerornya itu? Karena takut dimarahi Mamanya, dengan cepat Nobu langsung berjalan kearah jendela untuk membersihkan tulisan darah yang masih menempel dikaca. "Darah ini," "Mengingatkanku pada darah yang waktu itu aku temui di tong sampah," ujar Nobu sambil berpikir. "Huh! Apaan sih Nobu! Sadarlah! Bisa-bisanya kau malah berpikir jika ini darah manusia, hahahaha mana mungkin," balas Nobu berbicara dengan dirinya sendiri. "Woy! Sadarlah! Jangan berpikir yang aneh-aneh," ujar Nobu sambil menampar kedua pipinya. Dirinya terus membersihkan ka
Malam semakin larut, Hujan tak kunjung berhenti membuat Nobu basah kuyup tapi dia tetap bertahan dengan tatapan kosongnya."Pulanglah," kata Perempuan berambut coklat dengan paras yang cantik.Dia adalah Yuqi. Dia juga sekolah di Smp Budi Luhur, tapi beda kelas dengan Nobu.Seketika hening, Nobu tidak merespon apapun. Dia sama sekali tidak tertarik untuk melihat Yuqi, yang dia lakukan hanya menatap kosong."Tidak ada yang bisa dilakukan saat ini, kita hanya bisa menyaksikannya dari jauh!" tegas Yuqi sembari menatap Sekolah."Kita hanya akan dianggap sebagai pecundang bagi mereka. Jadi, percuma saja,""Terkadang Dunia memang menyebalkan, mau berusaha keras untuk melakukan apa yang kau inginkan dan kau anggap benar, itu semua akan hilang dan kalah dengan materi.""Jika kau ingin meminta keadilan, maka mintalah pada Tuhan.""Tapi aku yakin, keadilan pasti akan segera datang dalam bentuk apapun nantinya. Tuhan mah
Dalam perjalanan pulang dari Sekolah, Nobu masih memikirkan kejadian apa yg terjadi semalam sampai dia tidak ingat sama sekali. perasaannya sangat tidak karuan dari pagi, seperti ada sesuatu yang dia ketahui, tapi apa itu? Ditambah tadi dikelas ada tiga orang Murid yang mencari masalah dengannya. "Buku ini isinya apa ya?" gumam Nobu sambil mengeluarkan buku dari tasnya. "Boleh dibuka gak ya? Sedikit gak papa kali ya?" Pikir Nobu sambil mau membuka buku itu. "Astaga! Ternyata dikunci?!" kesal Nobu. "Tapi sepertinya ini sebuah buku diary," ujar Nobu sambil mengangkat alis kanannya. "Good book shop?" ucap Nobu membaca tulisan dibelakang buku. Aku harus segera mengembalikan buku ini pada orang itu. Kasihan, pasti dia sedang mencarinya sekarang," gumam Nobu sambil menatap bukunya. "Baiklah, pertama aku akan mendatangi toko ini, semoga saja tidak jauh dari sini," ucap Nobu sambil melihat alamat toko buku di internet.
Nobu (17 tahun). Wajahnya sangat tampan, rambutnya warna coklat, matanya sedikit sayu dan tajam. Ya, itulah ciri-cirinya. Dia Adalah Seorang Siswa SMP yang ingin segera menempuh kelulusannya. Dari kecil, dia ingin sekali seperti Ayahnya yang sudah meninggal, yaitu menjadi seorang Polisi. Nobu berjanji kepada Ibunya, kalau dia akan segera melanjutkan cita-cita Ayahnya itu. Ibu Nobu sangat bangga mendengarnya. Nobu adalah Anak tunggal. Kepribadian yang melekat padanya adalah baik dan sederhana. Disisi lain, Nobu sangat bersyukur sekali. Dia mempunyai satu sahabat yang sangat dekat dengannya, sahabat yang selalu mau menemani susah dan senangnya, dia adalah Adit (17 tahun). Adit sangat baik padanya. Bahkan, Adit sudah menganggap dirinya seperti Adik kandungnya sendiri. Adit adalah Anak orang kaya. Ayahnya adalah seorang CEO Perusahaan Mall Ternama. Dia sudah ditinggalkan Ibunya dari kecil karena sakit. Suatu hari di hari yang cerah dan bahagia, Nobu sangat bersem