Joe telah kembali dari tugasnya, kini saatnya dia beristirahat sejenak dengan mendudukkan dirinya pada kursi kerja kesayangannya. Pria itu meminum Americano yang dia beli saat kembali ke kantor. Dia memperhatikan sekitar, sepertinya ada yang kurang.
"Dimana gadis itu?" Pikirnya.
Seseorang datang membuat pria yang duduk santai diatas kursi kesayangannya itu menoleh kearah objek yang sedang berjalan kearah kursi disampingnya. Dia adalah Marsha, gadis itu datang dengan membawa tas yang pria itu rasa adalah tas dari brand yang cukup terkenal.
Bukankah gadis itu tadi memakai setelan berwarna biru Dongker? Mengapa sekarang berubah menjadi dress mahal yang dia kenakan. Ah soal gadis itu, Joe belum tahu jika Marsha sudah tidak gadis lagi. Dan dia akan menganggap seperti itu selama dia tidak mengetahuinya.
Pria itu masih memperhatikan gadis yang kini tengah meringis saat mendudukkan dirinya,
Marsha merebahkan tubuhnya pada ranjang empuk yang berada di kamarnya. Dia memejamkan matanya dan menghirup udara bebas. Wanita itu tersenyum, akhirnya dirinya bebas dari jeratan Albert. Pikirnya.Setelah dibantu Joe mengeluarkan barang yang dia bawa, dia juga diantar pria itu untuk membeli stok bahan makanan. Dia sangat berterima kasih pada pria tersebut. Setidaknya masih ada orang baik yang mau membantunya dan tidak bersikap kurang ajar pada dirinya.Dia merasakan lelah pada tubuhnya, bagaimana pun juga hari ini adalah hari naas dimana dia dilecehkan oleh bos nya sendiri. Ingin dia merutuki dirinya yang tak bisa melawan Albert. Tetapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Dan yang sudah terenggut tidak bisa kembali lagi. Dia hanya berharap semoga laki-laki yang akan menjadi masa depannya mau menerima dirinya apa adanya.Matanya mulai berat. Tanpa rasa takut akhirnya dia bisa tertidur dengan damai.
Suara tembakan menggema di kehening malam. Seorang pria dengan stelan serba hitam serta topi dan juga masker yang menutupi wajahnya tengah melesakkan tembakan pada pria tua yang tak lain adalah musuhnya. Darah terciprat memenuhi jalanan kumuh yang kerap ditinggali para pengemis. Bau amis menyeruak bercampur dengan bau busuk dari sampah yang menumpuk diujung jalan buntu.Pria itu tersenyum dibalik maskernya, dengan gagah dia menghampiri mayat yang terbujur kaku dan menginjak kepala mayat pria tua tersebut. Tangan kekar yang tertutup sarung tangan itu menyeret tubuh pria tua yang sudah tidak bernyawa.Beruntung sekali pria itu, kawasan yang dia jadikan tempat membunuh ini sedang tidak ada pengemis yang biasanya tidur disana. Satu orang lagi datang, dia juga tersenyum miring dibalik masker yang dia pakai. Pria yang baru saja datang adalah orang kepercayaannya. Dirinya datang setelah mendapat sinyal dari pria yang kini meny
Tubuh mungil wanita itu bergetar, tamparan yang pria itu layangkan meninggalkan luka pada bibirnya. Tidak tahu bagaimana , tetapi pria dengan tubuh kekar itu berhasil menguasai tubuhnya. Air mata mengalir dari mata indah wanita yang terkurung di bawah pria tersebut.ia memalingkan wajahnya saat pria itu mencoba untuk menciumnya. Marsha tidak mampu lagi melawan kekuatan Albert. Dirinya hanya pasrah ketika pria itu mengikat tali yang entah dari mana pria itu dapatkan pada tangannya yang sudah memerah.Ah, tidak lupa juga Albert membuka seluruh pakaian wanita itu hingga tak ada lagi kain yang menempel pada tubuhnya. Rintihan memohon untuk di lepaskan tidak di hiraukan sama sekali olehnya. Sungguh, Marsha sangat membenci Albert yang mengancamnya dan bertindak kasar padanya.Tubuhnya menggelinjang ketika jemari pria itu meraba setiap jengkal tubuhnya. Dengan tatapan mesum pria itu menghirup aroma tubuhnya, serta b
Joe melangkahkan kakinya dari parkiran menuju pintu masuk kantor. Pria itu berjalan dengan menjinjing tas kerja serta tumpukan berkas yang ia bawa pada tangan kanannya. Jari telunjuknya menekan tombol lift, setelah terbuka pria itu di kejutkan dengan kehadiran pria lain yang memakai pakaian serba hitam.Pria itu keluar setelah pintu lift terbuka, bahkan bahu pria tersebut juga mengenai bahu Joe yang membuat pria itu bergeser dari tempat dia berdiri. Joe tidak masalah dengan pria itu, kakinya lalu melangkah memasuki lift dan menekan nomor untuk mencapai tempat dirinya bekerja.Akan tetapi , sebelum pintu lift tertutup pria yang berpakaian serba hitam tersebut berbalik badan dan mengeluarkan seringaian. Membuat Joe melebarkan matanya serta mengerutkan keningnya , untuk memastikan dirinya tidak salah lihat dengan apa yang ia lihat barusan.Lift mengantarkannya pada lantai tempat dirinya bekerja, seperti biasa pa
Media di gemparkan oleh penemuan mayat yang telah terpotong tubuhnya dalam sebuah tempat sampah yang jarang di jangkau oleh seseorang. Bermula dari seorang pengangkut sampah yang mencium bau tidak sedap membuat dirinya segera mencari asal bau tersebut.Semula ia mengira jika itu adalah bangkai tikus, tetapi dugaannya salah ketika dirinya menemukan bungkusan plastik hitam besar. Dan sialnya, bau tidak sedap tersebut datang dari plastik hitam besar yang baru saja ia temukan. Dia mencoba membuka plastik itu, jika tebakannya benar ada bangkai tikus atau binatang lainnya terpaksa dirinya harus membuang bangkai tersebut agar tidak tercampur oleh sampah yang dapat di daur ulang.Tetapi, di luar dugaan. Ia menahan mual setelah melihat apa isi dari kantung plastik tersebut. Sebuah mayat dengan tubuh yang telah di potong menjadi beberapa bagian dan tentu sudah membusuk. Pria itu berteriak, mengagetkan rekan kerjanya yang menunggu di da
Marsha mendudukkan dirinya setelah lelah karena berjalan dari supermarket. Ia baru saja membeli beberapa bahan makanan dan juga kebutuhan pribadinya. Jujur saja, dia berjalan sedikit berlari. Setelah melihat berita tentang penemuan mayat yang telah termutilasi membuatnya parno.Sudah satu minggu sejak kejadian penemuan tersebut, namun sampai sekarang belum diketahui siapa pelaku dari pembunuhan tersebut. Ia bergidik ngeri, sebisa mungkin dirinya harus berjaga dari orang asing yang tidak ia kenali sama sekali. Ah, dirinya lupa. Ia memang tidak mengenali siapapun di sini selain Joe dan juga Albert pria b*ngsat tersebut.Deringan telepon menyadarkannya dari lamunan. Entah apa yang ia pikirkan, sampai membuatnya melamun seperti itu. Ia menatap layar telepon miliknya. Tatapan matanya terlihat gusar, sedikit tatapan kebencian pun terlihat dari manik mata indah itu.Albert, pria itu kembali menelponnya. Tidak kah pr
Suara ketikan keyboard komputer memenuhi seluruh ruangan dalam gedung tinggi tersebut, semua pegawai yang berada di dalamnya pun tengah sibuk dengan tugas masing-masing. Dengan leader dari bagian posisi pekerjaan masing-masing yang berlalu lalang mendatangi bawahan mereka untuk menambah tugas yang harus mereka kerjakan.Begitu juga dengan gadis itu. Ah salah, wanita cantik tersebut. Ia tengah menyusun kegiatan pertemuan untuk rapat yang akan membahas tentang pembukaan gedung cabang gabungan dengan perusahaan Deon. Joe sendiri sibuk dengan proses pembangunan , ia harus rela bolak-balik ke kantor untuk memberikan laporan pada Albert mengenai kesiapan serta proses pembangunan gedung baru tersebut.Sedangkan Albert , pria itu juga tengah sibuk dengan membaca ulang berkas yang akan ia tanda tangani untuk persetujuan kerjasama dengan perusahaan lainnya. Ini masih pagi hari, tetapi pria tampan itu tampak sedikit berantakan dengan ke
Rintihan menyakitkan terdengar merdu di telinga seseorang yang tengah menghabisi nyawa seorang wanita. Di tempat yang sepi, dengan pemandangan yang sekelilingnya adalah hutan membuat aksi kejam tersebut tidak di ketahui oleh siapapun.Wanita itu terikat, jika bisa di tebak mungkin ia baru saja berumur 23 tahun atau 25 tahun. Pukulan serta cambukan yang pria itu layangkan membuat luka baru pada tubuh wanita yang terkulai lemas. Dengan tubuh yang telanjang dan tangan yang terikat serta bibir yang tertutup oleh lakban.Ia adalah korban dari kekejaman pria yang asik melecehkannya, semula dirinya baru saja ingin pulang ke rumah. Tetapi dirinya di hadang oleh pria berpakaian serba hitam dengan penutup kepala yang menutupi seluruh wajahnya, hanya menyisakan Mata dan bibir yang terlihat dari balik penutup kepala tersebut.Dia di seret, setelah mendapatkan pukulan pada leher belakangnya yang mengakibatkan dirinya pingsan seketika. Setelah
happy reading....Marsha menutup pintu kamar kosnya dengan cepat, lalu ia kunci dan berakhir ia duduk di depan pintunya dengan badan yang sedikit bergetar karena ketakutan. Ia sedikit was-was dengan orang yang mengikutinya. itu bukan perasaannya saja, tetapi memang ia diikuti sedari ia pulang dari pabrik. ia menelungkupkan kepalanya di sela kakinya, meredakan kepanikan yang ada dalam dirinya juga dan memejamkan matanya untuk sekedar memberikan rasa aman pada dirinya. Ia sudah berusaha keras untuk menghindar dari sesuatu yang membahayakannya, tetapi mengapa sekarang rasanya ia kembali pada masa dimana ia merasa hancur. "Aku takut," ujarnya, lalu mulai meneteskan air matanya. hatinya terasa sakit, otaknya bergemuruh menyusun banyaknya kejadian yang ia alami. giginya bergemelatuk merasakan ketakutan yang amat menyesakkan dirinya. Ia mohon pada Tuhannya, agar hidupnya bisa lebih tenang tanpa adanya cobaan yang dapat membunuhnya. Tetapi sekarang apakah masih bisa? Setelah pesan-pesan y
happy reading...Seorang pria menatap layar komputer yang tengah menampilkan data perusahaan yang ia kelola. Sesekali ia bersenandung untuk meramaikan ruangannya tersebut. Sepertinya perusahaan cabang miliknya di Jakarta sudah terselesaikan segala permasalahannya. Harusnya ia tidak berada di Indonesia sekarang. Namun, apalah daya. Ia harus mendapatkan gadisnya sebelum ia kembali ke Amerika. Tampaknya California sekarang merindukan kehadiran gadisnya itu. Sebenarnya ia marah semalaman, karena gadisnya tidak membalas sama sekali pesan yang ia kirimkan. Bahkan teleponnya pun tidak ia jawab juga. Andaikan gadisnya tersebut ada dihadapannya, mungkin Albert dengan keras akan memberikan gadis itu hukuman. Namun sayang sekali, gadis itu jauh dari hadapannya. Jadi, ia hanya melampiaskannya pada gelas kaca yang ia banting hingga pecah menjadi kepingan. Ia harus secepatnya menaklukkan gadisnya. Dia sudah tidak tahan untuk meremukkan badan gadis itu karena telah berani lari darinya. Ia akan m
Mata gadis itu terbuka, ia terbangun dari tidurnya setelah suara ayam berkokok. Ia melihat jam yang berada di ponselnya, pukul 04.00. ia mencoba untuk berdiri, namun kepalanya terasa pusing hingga ia memutuskan untuk duduk sebentar. Entah berapa lama dirinya menangis kemarin, bahkan ia lupa untuk sekedar mandi. Kini, mata cantik miliknya berubah menjadi mata yang sembab dan sedikit merah. Untuk pesan kemarin, apakah Albert akan benar menemuinya? Dia berharap penuh agar pria itu tidak datang dan mengusik hidupnya. Sudah cukup hancur dirinya kala itu. Ketika kesucian direnggut paksa lalu dengan seenaknya pria itu mengklaim jika dirinya adalah milik pria itu. Ia menggelengkan kepalanya, segera mungkin dirinya harus mencari perlindungan jika nanti pria itu berhasil menemukannya. Namun ia harus tertampar oleh fakta, bahwa dirinya tidak lagi mempunyai tempat pulang untuk berlindung. Ia hanya seorang diri setelah keluar dari keluarganya. Bahkan teman masa sekolahnya dulu pun belum tentu
Albert mengepalkan tangannya erat. Ia masih duduk pada kursi kerjanya, dengan tampilan yang tampak kacau pria itu sepertinya tengah menahan amarah. Entah apa yang membuatnya tampak sangat marah.Pintu diketuk dari luar, hanya berselang satu detik Joe masuk ke dalam ruangannya. Pria itu datang dengan beberapa berkas pekerjaan, padahal hari sudah mulai gelap."Ini berkas yang harus kau baca ulang tuan," ujarnya pada Albert yang menatapnya dengan tatapan dingin."Mengapa banyak sekali," katanya sembari melihat tumpukan berkas yang baru saja tiba di depan matanya itu.Joe menatap kesal atasnya tersebut, "jika kau tidak ingin mendapatkan pekerjaan yang banyak, harusnya kau tidak perlu memperluas bisnis mu tuan." Sindirnya pada Albert.Pria yang masih duduk pada kursi kerjanya itu berdecih, memang benar apa yang dikatakan Joe. Namun, jika dirinya tidak memperluas bisnis dan membangun kerjasama, ia tidak akan menghasilkan uang. Namun, sepertinya bisnis bersih yang ia jalankan ini pun tidak a
Happy reading...Seorang pria menatap lurus pada jalanan kota yang tampak macet. Ia berdiri sembari melihat pemandangan tersebut dibalik jendela tempat ia menginap. Deon, pria itu tengah berada di Indonesia sekarang. Tepatnya, dia sedang berada di Jakarta untuk urusan bisnis. Sebenarnya, ia tidak harus terjun langsung untuk datang ke Indonesia. Tetapi, ia rasa dia membutuhkan refreshing untuk melegakan tubuh serta otaknya."Robert!" Panggilnya pada asisten pribadinya tersebut."Iya tuan, ada yang bisa saya bantu?" Tanya pria itu sembari berdiri dari duduknya."Kau tahu bukan tentang Marsha , gadis yang aku temui kala itu saat di perusahaan milik Albert?"Robert tampak berpikir, kemudian ia mengangguk. "Ya, saya tahu tuan. Memangnya kenapa?""Cari tahu, dia tinggal dimana. Aku rasa, aku menginginkan gadis itu."
Hari Sabtu adalah hari yang paling Marsha nantikan setiap harinya. Karena dirinya libur setelah 5 hari bekerja , membuatnya memiliki waktu untuk sekedar bermalas-malasan. Walaupun masih terganggu oleh penghuni kos sebelah , ia tidak menegur sama sekali. Biar saja mereka melakukan apapun yang dia lakukan. Toh dirinya juga tidak kenal dengan mereka.Sebenarnya , hari Kamis lalu ada sebuah insiden di kos tersebut. Dimana kejadian adanya labrakan antara istri sah kepada pelakor yang merusak rumah tangga istri sah tersebut. Dan lagi, pelakor tersebut termasuk pekerja pabrik yang Marsha sendiri tidak kenal dia siapa. Karena mereka bekerja pada pabrik yang berbeda.Hanya satu dibenak Marsha kala itu, mengapa para suami berselingkuh ? Apa kurangnya sang istri, hingga dengan gampangnya mereka berselingkuh dan tidak memikirkan apa kedepannya yang terjadi. Dan mengapa yang menjadi selingkuhan adalah gadis yang baru kemarin lulus dari SM
Marsha terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara gaduh dari kamar kos sebelah. Ia melirik dinding yang tertera jam disana. Masih pukul 5 pagi, tetapi orang yang berada di dalam kos sebelah sangatlah berisik. Ia menghela napas lelah, tidurnya terasa tidak cukup karena suara bising dari penghuni kamar kos lainnya.Efek dari kos bebas, para penghuni berani membawa orang asing masuk ke dalam kamar mereka. Bahkan tak jarang juga mereka melakukan party kecil yang hanya dilakukan oleh para karyawan pabrik yang tinggal di kos tersebut. Marsha cukup heran akan hal itu, bukankah gaji mereka tidak terlalu besar? Mengapa mereka dengan bebasnya menggunakan uang gaji mereka untuk mengadakan party kecil dan memanggil wanita penghibur?Ia baru tahu sejak hampir satu bulan dirinya tinggal dalam kos tersebut. Para penghuni disana tidaklah semua baik seperti apa yang ia bayangkan. Bahkan wanita yang pernah menyapanya dulu juga menjadi per
Albert keluar dari dalam mobil setelah ia sampai pada tempat yang dia tuju. Bersama dengan Joe, pria itu datang ke tempat yang ia bangun bersama dengan perusahaan Deon. Tempat proyek sudah selesai dibangun, rencana bisnis gabungan pun akan dilakukan setelah tempat selesai seluruhnya.Sejujurnya ia tidak terlalu yakin tentang bisnis ini, melihat adanya perbedaan pendapat pyang sangat bertentangan dari dua belah pihak membuat Albert sedikit tidak yakin bisnis ini akan berjalan dengan lancar. Karena, Deon dan dia memiliki karakteristik yang hampir sama. Dan mereka terlihat sama-sama misterius.Ia melihat Deon yang sudah berdiri di depan gedung, ditemani asisten pribadinya pria itu tampak tidak menunjukkan senyum sama sekali. Bahkan saat melihat Albert yang baru saja datang pun, pria itu hanya tetap berdiri tegak memperhatikan Albert tanpa menampilkan senyuman untuk menyambut rekan bisnisnya tersebut."Kau sudah
Ramainya klub malam membuat suasana malam yang penuh kemaksiatan tersebut tampak sangat panas. Penari striptis tidak hentinya meliukkan badannya untuk menarik perhatian para kaum Adam. Bahkan setiap pojok ruangan tersebut terdapat dua orang yang tengah mengadu kenikmatan dengan ditemani musik keras dari klub malam tersebut.Orang-orang menari, menikmati alunan musik DJ dan juga penari striptis yang tengah memanjakan mata mereka. Tidak lupa juga dengan satu buah botol minuman beralkohol yang membuat mereka kehilangan akal sehingga tidak sadar dengan sekitarnya.Begitu pula dengan ruang VIP yang telah di isi orang-orang penting serta melakukan transaksi haram. Di sana, terdapat Albert dan beberapa anak buahnya tengah melakukan penawaran terhadap barang yang akan mereka jual. Kepulan asap rokok memenuhi ruangan tertutup tersebut.Obrolan-obrolan mengenai barang haram tersebut pun semakin mema