Walaupun jejak luka di punggung Evan masih belum sempurna mengering dan masih berdenyut perih ketika ia gunakan untuk meregangkan otot tapi kali ini tidak ada yang berani mengejeknya lagi setelah pertarungan brutalnya tempo hari. Evan berjalan sendiri di antara lorong barisan kursi, ia sadar jika tiap pasang mata itu sekarang cuma berani saling berbisik dan diam-diam menatap punggungnya. Evan juga tidak menghiraukan para kepala tengkorak yang duduk bergerombol dan entah sedang merencanakan apa utuk dirinya, dia berjalan sambil melihat ke arah mereka, Evan tidak keberatan jika harus berkelahi lagi. Evan ingat pria seperti apa yang telah membesarkanya tanpa rasa gentar. Amir mengangkat telapak tangan untuk memangilnya.
"Bagaimana lukamu?" tanya Amir setelah dua malam Evan sempat menggigil karena lukanya yang tidak diobati mulai meradang.
YUK VOTE YA
Sepertinya memang hanya keajaiban yang membuat pemuda itu masih hidup setelah ditelantarkan terkapar di tengah hujan, bahkan beberapa orang masih sempat menendang dan menginjaknya sebelum mereka ludahi. Evan masih demam sampai beberapa malam, tubuhnya menggigil dan terus mengigau menggumamkan nama Amanda. Bekas luka yang sudah dijahit itu tetap membiru seperti daging busuk. Tidak ada obat yang memadai dan tidak ada penghilang yeri, dia hanya diberi salep anti infeksi agar lukanya tidak semakin membusuk. Amir yang mengurusnya selama beberapa hari, Evan tidak bisa bergerak dan hanya terbaring di atas ranjang dengan tubuh berkeringat karena terus mengejang dan mengerang menahan nyeri. "Jadi namanya Amanda?" tanya Amir begitu Evan mulai stabil dan bisa diajak bicara. "Nama yang cantik, pasti istrimu juga sangat cantik."
Tidak ada hari sepanjang waktunya ketika harus duduk di lantai seorang diri dalam ruangan dua kali tiga meter dengan pintu baja. Evan semakin tidak tahu apa dirinya bisa kembali pulang untuk Amanda karena siang dan malam pun Evan sudah tidak bisa membedakan lagi, Evan sudah tidak bisa menghitung berapa lama dirinya berada di situ. Luka di punggungnya masih menganga pedih setelah hukuman cambuk yang diterimanya lagi karena memukul petugas sipir. Mungkin dirinya memang mulai gila hingga petugas sipir penjara pun ingin dia ajak berkelahi. Jika bukan karena ingat ingin pulang untuk Amanda, Evan yakin lebih pilih membenturkan kepalanya ke dinding. Evan melihat bagaimana penghuni sel di sebelahnya yang sudah tinggal mungkin puluhan tahu dan hanya diberi makan seperti binatang. Kaki mereka mengecil dan lumpuh karena sudah terlalu lama duduk serta tidur di lantai dingin tanpa alas apapun. Bagi Evan lebih baik mati terbentur dinding dari pada meli
Evan dibawa ke sebuah rumah pantai mewah bergaya mediterania di kepulauan Caribbean, sebuah properti yang bentengnya dijaga dengan pria-pria besar bersenjata. Evan masih tidak banyak bertanya karena dia paham kapan waktunya diam lebih menjamin keselamatan. Orang-orang di tempat tersebut jelas bukan jenis sipir penjara yang akan membuang waktu dengan mencambuk punggung. Evan berjalan mengekor di belakang pria tinggi besar berambut keemasan yang kemarin menjemputnya. Evan hanya menatap sekilas pada para pengawal yang juga terlihat memperhatikannya ketika mereka melintas. "Sampaikan pada Mr. Dexter jika kami sudah sampai," kata pria yang datang bersama Evan ketika menghampiri seorang pengawal bersetelan rapi yang menyambut mereka di dalam. Evan sedang berada di ruangan super luas dengan sebuah tangga marmer melengkung dan langit-langit tinggi. Seorang pengawal kembali turun un
"Aku tidak mau telur!" protes Evan ketika Kansaz memasukkan telur ke dalam mie instan yang sedang dia rebus. "Kau harus makan telur agar tubuhmu besar," kata Kanzas sambil memamerkan otot lengannya yang bergumpal-gumpal dan dihiasi tato. Kansaz adalah pria tinggi besar dengan perawakan kasar, alisnya tebal dengan tulang rahang persegi. Tampilan seorang pria yang pantas untuk ditakuti. Kansaz sedang merebus mie instan untuk anak laki-lakinya, anak laki-laki yang tidak pernah bisa memanggilnya ayah tapi tetap merupakan anak laki-lakinya. Memang agak sulit membiasakan anak yang sudah berumur hampir lim tahun untuk tiba-tiba menyebutnya ayah. Sudah hampir tiga tahun anak itu dia besarkan seperti putranya sendiri, Kansaz mengantarkannya ke sekolah dan membuatkannya makanan. Walau terlihat
MASA DEPAN"Ardi sudah menjadi suami yang baik untukku, Ardi juga sudah menjadi ayah yang baik untuk putriku. Tolong lepaskan aku, relakan aku, biarkan aku hidup dengan keluargaku."Amanda tidak pernah tahu sesakit apa Dom mendengar Amanda bicara seperti itu."Bagaimana kau pikir aku bisa meninggalkanmu?" Dom menatap Amanda yang juga balas menatapnya dengan lebih pekat."Pikiranku sudah tidak penting lagi, hatiku juga sudah tidak penting lagi. Kenyataanya kau pergi dan tidak kembali. Tolong lepaskan kami biarkan kami hidup tenang. Ardi sudah menjadi suami yang baik untukku dan ayah yang baik untuk Sisi," ulang Amanda tanpa berhentinya untuk mem
"Pernikahan itu sudah terlalu lama Dom, dan waktu itu aku masih terlalu muda. Aku tidak tahu apa pernikahan seperti itu bisa dianggap pernikahan." Kata Amanda setelah mereka sama-sama lebih tenang untuk bicara tanpa disertai emosi. "Bahkan aku sangat membencimu karena pergi meninggalkanku begitu saja. Aku juga sakit hati hingga sangat jijik saat kau menyentuhku lagi. Aku dan Ardi hampir delapan tahun menjalani pernikahan, saat aku bersamamu aku akan merasa mengkhianatinya sebagai seorang istri. Aku merasa kotor karena bagiku tetap Ardi suamiku yang sesungguhnya, suami yang telah bertanggung jawab terhadapku sementara kau hanya seperti orang lain dari masa lalu. " Dom cuma diam karena dia semakin sadar jika dirinya memang tidak pernah dianggap, entah itu oleh keluarga Amanda atau oleh Amanda sendiri.
'Setiap kebencian pasti memiliki alasan, tapi ketika kebencian itu sudah sangat menyesatkan, maka coba tengok kembali apa alasan itu layak untuk memadamkan jalanmu?' Amanda hanya memuntahkan cairan karena dari kemarin dia memang tidak makan apa-apa. Dom bantu memijit bahunya dan buru-buru mengambilkan air. Tengkuk dan dahi Amanda berkeringat dingin, bibirnya pucat. Ternyata Dom juga tetap sangat takut jika sampai terjadi apa-apa pada Amanda. "Apa harus kupanggilkan dokter?" "Tidak perlu, awal kehamilan memang seperti ini." Amanda masih meremas perutnya yang siaga untuk kembali mengejang jika sewaktu-waktu dorongan mual itu tumbuh kembali. Dom terdiam memper
Dom tahu Amanda pasti akan membalas, dia benar-benar sedang menantang batas pertahanan diri seorang pria. Bisa Dom bayangkan ketika dua gumpalan daging lembut dengan dua puncak merona itu kali ini cuma terbalut pakaian tidur tipis yang tidak terlalu berguna. Bagaimanapun dia seorang pria mustahil jika ia tidak ingin meremasnya setalah menerjang tumpukan bantal sialan yang dibuat Amanda. Dom mulai bergerak gelisah sementara Amanda tidak bergeming cukup menyimak saja dan merasa menang karena mustahil pria akan tahan tidak berbuat apa-apa. Rongga dada mereka sebenarnya sedang sama-sama panas dengan jantung berdetak tiga kali lebih kencang. Amanda tahu jika Dom sampai menerjangnya diapun juga tidak bisa berbuat apa-apa. Walaupun pura-pura berani sebenarnya Amanda pengecut karena ingat bisa segila apa jika mereka berdua sedang bergelut seperti mutan. Sirkulasi udara yang sedang bergerak lambat pun bisa membuat Amanda merinding.
"Jadi kau tidak menikahi Silvie?" Amanda tetap ingin memastikan."Sebenarnya papa yang ingin menjadikan Moly cucunya dengan legal, agar Molly mendapatkan hak Flin dalam perwalianku bukan Silvie."Tentu Dom juga tidak mau Moly berada dalam perwalian Silvie dengan semua yang akan diwariskan keluarga Dexter padanya."Amir yang mengatur semuanya, dia juga yang memalsukan tandatangan Flin.""Aku seperti mengalami mimpi buruk yang panjang karena memikirkannya." Amanda merasa sangat bodoh akibat selalu memikirkan hal yang sebenarnya tidak perlu. "Ketika Silvie mengatakan pernah kau nikahi, sungguh aku tidak rela berbagi suamiku dengan siapapun." Amanda mengakui kelabilannya dengan terus terang. "Mungkin aku memang manusia paling egois, karena tidak pernah membayangkan seperti apa perasaanmu ketika aku bersama Ardi.""Aku sudah memaafkan semuanya." Dom tidak mau mengungkit masa lalu lagi."Sungguh aku sangat egois." Amanda tetap merasa bersalah."Sudah kukatakan berulang kali, jangan pikirkan
Setelah bencana kecelakaan yang mengerikan, Amanda mengalami pendarahan hebat sampai kehilangan calon bayinya. Kondisi Amanda sangat kritis hingga sempat dinyatakan meninggal karena jantungnya sudah berhenti berdetak.Sisi menjerit histeris, Ardi ikut menangis sambil memeluk putrinya yang harus tetap ia kuatkan meski dia sendiri sedang hancur. Ardi lebih tidak sanggup ketika harus menyaksikan Dom. Dom sudah seperti orang gila, dia ikut naik ke atas ranjang untuk memeluk tubuh Amanda yang telah lemas tidak bernapas dan terus berbisik di telinganya seolah wanita itu masih hidup.Dom memeluk Amanda ke dalam dadanya yang hangat dan terus memeluknya erat-erat sampai tidak ada yang berani mendekat, karena dia akan sangat marah."Tolong baringkan istri Anda Tuan ..." bujuk dokter yang menangani Amanda agar Dom merelakan istrinya."Dia milikku!" tegas Dom."Istri Anda sudah tidak bernapas, baringkan pelan-pelan dan biarkan dia beristirahat dengan tenang.""Tidak ada yang boleh mengambilnya!
Dom masih berpegangan pada tiang jembatan dengan satu lengan, membuatnya nampak seperti bergelayut hendak terjun ke sungai. Dom merasakan terpaan angin dari rumpun bambu di tepi sungai. Rasanya masih sama persis, seolah memang baru kemarin dirinya dan Amanda berenang di sana. Bertindak ceroboh dengan sangat tidak bertanggung jawab. Sejak dulu Dom memang tidak pernah berpikir jika akan ada gadis seperti Amanda yang akan menyukainya. Amanda masih sangat muda ketika mengaku jatuh cinta padanya, tapi dia bisa memegang komitmen tersebut dan tidak pernah keberatan untuk ikut diajak hidup susah. Amanda juga telah memberi Dom anak-anak yang luar biasa. Sisi, Flin, dan Evan adalah napas Dom untuk tetap hidup."Apa yang kau rasakan sekarang Sayang?" tanya Dom dalam gumamannya sendiri sebagai suami yang sedang rindu.Dom sudah begitu rindu melihat kembali senyum Amanda yang sangat sembrono tapi juga selalu berhasil membuatnya bahagia. Bagi Dom, Amanda tetap akan menjadi gadis muda ceroboh, suk
Amanda berkendara di jam menjelang istirahat siang, sebenarnya arus lalulintas belum terlalu padat ketika sebuah mobil box berukuran besar menghantamnya dari belakang hingga suaranya seperti ledakan.Mobil Amanda terpelanting beberapa meter dan terguling seperti bola di atas aspal sampai ringsek membentur tiang listrik di tepi trotoar. Arus lalu lintas seketika ikut macet, kecelakan tersebut menciptakan kehebohan karena mesin mobil Amanda mulai terbakar. Dua orang pengemudi ojek online berusaha menarik tubuh Amanda yang terjepit dashboard, posisinya agak sulit. Untung mereka berhasil mengeluarkan tubuh Amanda sebelum mobil mewah tersebut meledak terbakar. Amanda mengalami pendarahan hebat dan langsun di larikan ke rumah sakit.Dom yang datang paling dulu, kemudian Sisi menyusul bersama Ardi. Mereka baru mendapat kabar setelah hampir satu jam kemudian."Papa ..." Sisi langsung berlari menghampiri Dom dan menangis.Dom memeluk erat putrinya yang gemetar."Buda sudah ditangani, berdoa da
Jika selama ini Amanda cuma ingin kembali bisa hidup dengan normal, sepertinya dia sudah mendapatkannya. Amanda memiliki suami yang sangat mencintainya, anak-anak yang sehat serta menyenangkan, kehidupan yang sejahtera dan lingkungan pergaulan. Amanda sudah kembali aktif bersosialisasi dengan rekan-rekannya, sekarang dia juga mendapat dua teman baru dari Monica, yaitu Elice dan Nabila. Mereka berempat sepertinya bakal menjadi sahabat yang sangat cocok. Monica yang paling lantang layaknya ketua geng, Elice yang selalu berpandangan luas, Nabila yang sangat baik hati, dan tentunya Amanda yang masih sering labil serta butuh nasehat dari sahabat yang tepat. Kebetulan kali ini mereka sedang berkumpul di salon milik Monica. "Maaf kemarin acaranya agak kacau." Amanda merasa tidak enak karena kedatangan Silvie yang menyabotase pembukaan yayasan sosialnya dan mengaku ke semua rekan-rekan Amanda sebagai istri sah dari Flin Dexter. "Siapa sebenarnya wanita tidak tahu malu itu?" Monica baru s
Tubuh manusia sejatinya sudah diciptakan dengan sangat sempurna dan telah disertai dengan sistem kekebalan tubuh alami. Tubuh bukan sekedar mampu melawan virus yang masuk sebagai benda asing dengan antibodi, tapi tubuh manusia juga memiliki kemampuan untuk memperbaiki kembali sel yang rusak secara alami. Semua fungsi yang dikendalikan oleh sistem otak sangat canggih, semua bekerja atas perintah otak. Misalnya ketika otak mendeteksi keberadaan virus masuk ke dalam tubuh maka dia akan meningkatkan suhu tubuh untuk membunuh virus, itulah kenapa saat sakit tubuh bisa menjadi demam yang sebenarnya merupakan upaya tubuh untuk melawan virus. Kurang lebih seperti itu pula yang terjadi pada Dom, tubuhnya menjadi panas ketika melakukan perlawanan.Rekayasa genetika buatan sebenarnya cuma merupakan bentuk pengembangan dari kemampuan dasar manusia. Para ilmuwan telah mengambil bagian dari sampel terbaik agar mendapatkan kualitas super dari persilangan genetika yang mereka inginkan. Mereka mengem
Amanda terus memperhatikan suaminya yang sedang berbaring tenang menutup mata dengan napas teratur dan wajah tanpa dosa. Dom memiliki tulang hidung tinggi, alis tebal, dan bibir berisi yang terkatup rapat meski sedang tertidur lelap. Amanda tetap belum bisa melupakan semua perkatan Silvie kemarin. Walaupun Dom menandatangani surat pernikahan Silvie atas nama Flin Dexter, tapi faktanya tetap tangan Dom yang melakukannya dan memutuskan.Rasanya Amanda tetap tidak rela mengetahui Silvie juga merasa berhak memiliki suaminya. Amada bisa berbagi dengan anak-anak, dia juga sangat mencintai Moly sama halnya dengan Dom yang pastinya juga ingin bisa memiliki gadis itu sebagai putrinya dengan legal, tapi Amanda tidak rela jika harus berbagi suami dengan Silvie.Yang membuat Amanda semakin tidak tenang adalah ketidak jujuran Dom mengenai pernikahanya dengan Silvie. Meski sekarang Dom tidak mengingat apa-apa mengenai Silvie dan tidak bisa Amanda tanya mengenai pernikahan tersebut, tapi kenapa seja
Amanda tahu semua rekan-rekannya mulai bergosip tidak sedap sejak kehadiran Silvie yang mengaku sebagai istri Flin Dexter. Karena selama ini yang mereka dengar Amanda juga sudah dinikahi oleh Flin Dexter, triliuner yang juga akan membiayai yayasan milik Amanda."Jadi sebenarnya Amanda yang merebut suami orang atau justru dia yang mulai diselingkuhi oleh suaminya dengan istri muda?" bisik salah seorang teman arisan Amanda pada yang lainnya."Entahlah, menurutku dia tidak kalah cantik dari Amanda."Silvie memang sangat cantik dan seksi, dia juga tidak kalah percaya diri dari Amanda. Persaingan yang sepertinya juga akan sengit karena Amanda jelas bukan tipe yang akan tinggal diam jika suaminya diusik hama pengganggu."Lihat saja mereka juga kelihatan tidak akur, pasti karena Amanda memang merebut suaminya dan sekarang dia datang ke mari untuk mempermalukan Amanda!"Walaupun Amanda senang tinggal di negara kelahirannya, tapi terpaan gosip tetap jadi wabah yang sulit untuk dihindari, apa la
Dom benar-benar mandi di bawah derasnya guyuran air shower masih dengan pakain lengkap."Apa aku mengganggu tidurmu?" Dom terhenti untuk menatap Amanda yang sudah berdiri di ambang pintu bilik shower."Kau mandi di tengah malam!" Amanda masih heran hingga sulit berkata-kata."Aku hanya gerah dan ingin mandi."Padahal kamar mereka sudah memakai pendingin ruangan dan sama sekali tidak panas. Pikir Amanda mustahil jika Dom sampai kegerahan."Aku mencemaskanmu." Amanda serius dengan kecemasanya setelah berbagai kejanggalan yang terjadi pada suaminya."Tidurlah lagi aku akan menyusul."Amanda malah mendekat dan terkejut ketika meraba lengan serta dada suaminya. "Kau deman!" "Aku tidak apa-apa hanya panas," jawab Dom masih tidak terlalu menghiraukan keanehan yang terjadi pada dirinya."Apa kau juga masih belum ingat apa-apa?" Amanda cuma ingin kembali memastikan dan lelaki itu menggeleng.Ada perasaan yang ikut melembut di dada Amanda ketika menatap suaminya. Dia adalah Evan yang pernah sa