Share

Tolong

Penulis: Gafiqih
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-21 02:13:51

“Tolong…”

“Ampun papa, aku janji tidak akan nakal lagi.” Terdengar suara anak perempuan yang meminta ampun.

Gelap pun berubah menjadi terang dan Stella terbawa ke suatu kamar yang ia sendiri tak tahu di mana itu. Stella membuka matanya dan ia melihat sosok anak perempuan yang sedang terbaring di lantai sambil menangis.

Badan anak perempuan itu penuh memar dan tampaknya ia tak bisa berdiri, Stella yang melihat itu pun langsung menghampirinya.

“Hei, kamu tidak apa-apa?” tanya Stella.

Anak perempuan itu tak menjawab, bahkan ia seperti tak menyadari kehadiran Stella. Stella pun menghampiri amak itu dan ia ingin membantu anak itu bangun, tapi ternyata Stella tak bisa menyentuh anak itu.

Stella pun mencoba lagi dan lagi, tetapi tetap saja tak bisa. Tiba-tiba air mata anak itu jatuh dan ia berbisik, “Aku rindu kamu, mama….”

Anak itu berusaha bangkit dan Stella hanya bisa melihat saja. Mata Stella sudah mulai berkaca-kaca, ia merasa iba dengan anak itu. Anak itu pun bangkit dan mengusap air matanya, lalu ia berjalan menuju meja belajarnya yang berada di dekat jendela.

Langkahnya pelan seperti sedang menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, dan itu terlihat jelas dari memar yang ada di kedua tangannya dan juga di kakinya. Anak itu kemudian menarik kursi belajarnya dan ia pun mendaratkan tubuhnya di atas kursi itu.

“Aku akan segera menyusulmu, mama…” bisik anak itu sambil tersenyum.

Stella yang sedari tadi terdiam melihat anak itu, tiba-tiba ia meneteskan air mata. Stella seakan merasakan penderitaan anak itu. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki menghampiri kamar itu dan tak lama kemudian, “dorrr-dorrr-dorrr” terdengar seseorang menggedor pintu kamar itu dari luar.

“Eva, buka pintunya!” teriak seorang pria dari balik pintu kamar.

“Eva, kamu dengar tidak? Jangan sampai aku hitung mundur dan aku dobrak pintu ini!” bentak pria itu dengan nada yang semakin keras.

Anak itu pun panik dan terlihat kebingungan. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, seperti mencari sesuatu. Lalu anak itu pun menunduk dan membuka laci meja belajarnya itu, kemudian ia mengacak-acak laci itu.

Sebuah pisau cutter sudah ada di genggaman anak itu, dan perlahan ia pun mulai mengeluarkan mendorong pisau itu keluar sambil tersenyum.

“Eva, aku hitung sampai tiga, jika kamu tak membuka pintunya maka akan mendobraknya!” teriak Pria yang berada di balik pintu.

Anak itu menoleh ke arah pintu dan tersenyum, kemudian tanpa ragu ia menyayat lehernya sendiri dengan pisau yang ia genggamnya. Darah pun muncrat dan anak itu terjatuh dari kursi, tetapi anak itu masih sadar dengan nafas yang terengah-engah.

Stella yang melihat kejadian itu pun langsung jatuh duduk dan melongo, ia tak percaya anak perempuan itu bisa dengan mudah menyayat lehernya sendiri. Entah apa yang ada di pikiran anak itu, sampai-sampai ia berfikir untuk mengakhiri hidupnya.

Air mata Stella pun semakin deras sampai dadanya terasa sesak. Anak perempuan yang terkapar sudah tampak kesulitan bernafas, ia pun menggerakan lagi tangannya yang masih menggenggam pisau, kemudian ia menggorok lehernya sendiri sekali lagi.

“Bruakkkk” pintu sudah di dobrak dari luar, dan saat Stella ingin melihat sosok pria yang berada di balik pintu itu, tiba-tiba semua gelap dan suara jeritan pria pun terdengar jelas sekali.

Stella membuka matanya dan ia sudah berada di ranjangnya, kemudian Stella merasa pipinya basah dan ia pun mengusapnya sambil menarik nafas dalam-dalam. “Apakah itu mimpi?” tanya Stella dalam hati.

“Jika itu mimpi, terlalu nyata dan durasinya lama sekali…” gumam Stella dalam hati.

Stella melihat ke arah jam yang ternyata sudah jam 07:00 pagi, lalu Stella mengambil ponselnya dan ia pun tersadar kalau ini sudah berganti hari. Ia pun langsung bangun dari tempat tidurnya karena ia sudah harus masuk kerja hari ini.

“Sial aku terlambat hari ini,” ucap Stella dalam hati saat sebentar lagi sampai di depan kantornya.

Jam sudah menunjukkan pukul 07:55 dan Stella masih berdiri menunggu lift sambil memegang ponselnya. Sudah ramai pesan dari SPV yang menanyakan keberadaan Stella, tapi ia berani membaca pesan itu. Pintu lift pun terbuka dan Stella langsung masuk ke dalam lift, ia terus menggerak-gerakkan kaki kanannya pertanda ia sedang terburu-buru.

07:59 Stella pun sampai loker room dan ia terkejut ternyata sang SPV sudah berada di sana menunggu Stella. Stella pun tersenyum dan berkata “maaf pak saya kesiangan.”

SPV itu bernama Diky, pria yang pernah di gosipkan dekat dengan Ellie. Wajahnya garang dengan kumis lebat, tetapi sebenarnya ia orang yang baik dan selalu memikirkan bawahannya.

“Apakah kamu sudah sembuh?” tanya pak Diky.

Stella menganggukkan kepalanya sambil berjalan menuju ke lokernya, “Jangan di paksakan jika kondisimu belum benar-benar pulih,” ucap pak Diky.

“Justru aku bisa tambah parah jika harus berdiam diri di apartemen,” sahut Stella yang sudah menaruh tasnya ke dalam loker.

Pak Diky tersenyum mendengar ucapan Stella, Stella pun pergi meninggalkan pak Diky di loker room. Baru beberapa langkah Stella meninggalak pak Diky, tiba-tiba pak Diky berteriak “kali ini tidak akan aku hitung terlambat!”

Stella membalikkan badannya sambil tersenyum, kemudian ia berterima kasih dan langsung masuk ke ruangan kerjanya.

“8 jam membosankan, aku datang!” ucap Stella dalam hati, setelah ia membuka pintu ruang kerjanya.

Semua mata tertuju kepada Stella yang sedang berjalan menuju meja kerjanya, dan suara bisik-bisik dari karyawan lain pun terdengar. Terdengar seperti mengasihani Stella yang di bohongi oleh temannya sendiri.

Stella tak memperdulikan itu dan ia pun langsung menyalakan komputer, dan sudah siap untuk bekerja melayani keluhan-keluhan pelanggan Happyshop.

Seperti biasa, jika di pagi hari tidak ramai telepon masuk. Stella jadi agak santai kali ini, dan ia masih memikirkan tentang anak perempuan itu. Anak perempuan yang tanpa pikir panjang mengakhiri hidupnya.

“Namanya Eva, ya?” ucap Stella dalam hati, “padahal anak itu cantik dan jika ia berumur panjang pasti akan menjadi primadona di sekolahnya.”

Stella pun menutup matanya dan merapatkan kedua tangannya, ia berdoa semoga Eva dapat tenang di sisi-Nya. Setelah selesai berdoa, Stella membuka matanya dan ia pun kembali menatap layar monitornya.

“kriingg-kringgg” tiba-tiba telepon Stella berbunyi dan tak lama kemudian layar pun pop up data pelanggan.

“Customer baru?” ucap Stella dalam hati sebelum ia menjawab panggilan masuk itu.

“Happyshop selamat pagi, dengan Stella ada yang bisa kami bantu?” Stella pun menjawab panggilan itu dengan greeting khas dari Happyshop.

“Tut…tut” tiba-tiba panggilan itu terputus, dan terlihat wajah kesal Stella sambil membuat laporan panggilan iseng.

“kriingg-kringgg” telepon Stella pun berbunyi kembali, dan layar pun pop up data pelanggan. Stella pun melihat ke kanan dan ke kiri, dan karyawan lain tidak ada yang menerima telepon.

“Loh kok telepon ini tersambung lagi ke aku?” tanya Stella bingung.

Harusnya setelah menerima telepon urutan Stella menjadi paling akhir untuk menerima panggilan berikutnya, tapi kenapa kali ini malah terhubung kembali.

Dengan wajah kesal Stella pun menjawab telepon itu, “Happy shop selamat pagi, dengan Stella ada yang bisa kami bantu?”

Terdengar suara langkah kaki dari telepon si pelanggan yang semakin mendekat, kemudian Stella mendengar pelanggan itu menangis lirih sambil mengucapkan sesuatu, tapi Stella tak bisa mendengarnya karena suara pelanggan terlalu pelan.

“Halo dengan siapa kami berbicara?” tanya Stella dengan nada yang ramah ala customer service.

Tiba-tiba suara menjadi hening dan tak ada jawaban dari pelanggan. Stella pun menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, “Halo apakah ada yang bisa saya bantu?”

“KAKAK, TOLONG AKU!” jeritan anak perempuan pun terdengar dan tiba-tiba listrik di ruangan itu padam.

Bab terkait

  • Customer Service   Maldeva

    Seketika semua orang yang ada di dalam ruangan menjadi panik dan suasana di dalam ruang kerja pun menjadi bising seperti di pasar. Semua orang menyalakan senter dari ponsel mereka masing-masing untuk penerangan.Stella berusaha agar tidak panik dan tetap duduk di kursinya, tapi tampaknya pikirannya terganggu oleh suara anak perempuan yang baru saja meminta tolong. “Apakah ini sama dengan kasus nyonya Hellen?” gumam Stella dalam hati.Tidak lama kemudian listrik kembali menyala, dan pak Diky masuk ke ruangan mengarahkan anak buahnya untuk kembali bekerja. Stella yang masih duduk di bangkunya langsung menyalakan kembali komputernya, dan lanjut bekerja seperti biasanya.Setelah listrik menyala kerjaan Stella kembali normal dan tak ada telepon yang aneh-aneh, sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 13:00 dan Stella meninggalkan ruangan kerjanya untuk makan siang. Stella berjalan ke loker room untuk mengambil domp

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-22
  • Customer Service   Maldeva II

    Stella dan Gibran akhirnya tiba di loker room, kemudian Stella menceritakan mimpinya yang melihat Maldeva bunuh diri. Gibran pun fokus mendengarkan dan tak banyak berkomentar, ekspresinya terlihat seperti memikirkan sesuatu.“Yang buat aku bingung itu, mimpinya terlalu nyata,” ucap Stella mengakhiri ceritanya.Gibran masih belum berkomentar, dan ia terlihat menarik nafas dalam-dalam. Stella yang melihat tingakah laku Gibran, langsung mendorong bahunya sambil berkata “jika kamu tidak percaya, silahkan saja!”Gibran menggelengkan kepalanya dan ia pun menjawab, “Aku bukannya tak percaya, tapi aku sedang mencerna setiap ucapanmu, dan menurutku sepertinya itu bukanlah mimpi.”“Lalu kalau itu bukan mimpi, apa?” tanya Stella sambil berjalan menuju lokernya untuk menaruh dompetnya.“Mungkin itu ingatan Maldeva yang di transfer ke inga

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-23
  • Customer Service   Ikatan baru

    Stella membuka matanya dan ia sudah berada di kamarnya lagi, ia membasuh pipinya yang basah karena air matanya, lalu ia melihat ke langit-langit dan bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi barusan. Ia pun kemudian bangun dan terkejut ketika melihat jam dinding sambil berkata “ah sial, kenapa aku terbangun di tengah malam.”Ia pun pergi ke kamar mandi untuk sekedar membasuh wajahnya dan menyalin pakaiannya, setelah keluar dari kamar mandi Stella pun mengambil ponselnya yang masih berada di dalam tasnya.Saat ia memeriksa tasnya, ia menemukan kertas yang sudah berbentuk seperti bola. Ia pun mengambilnya dan merapikannya.“Astaga, bukannya ini sudah aku tinggalkan di meja kerja,” ucap Stella dalam hati. Ia pun terlihat bingung kenapa kertas ini bisa ada di

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-24
  • Customer Service   Ikatan baru II

    Gibran tersenyum saat mendengar Stella menyebut nama Maldeva, ia tak menyangka kalau kali ini ia harus terlibat dengan kasus ini.“Kenapa kamu tersenyum?” tanya Stella.“Akhirnya aku dapat kesempatan untuk menyelidiki kasusnya,” jawab Gibran.Pelayan pun datang ke meja mereka dan mengantarkan iced cappuccino milik Stella, Stella pun menanggapi dan tersenyum sambil berterima kasih. Saat pelayan itu pergi Stella pun berkata, “Kali ini aku bukan ingin membahas tentang kasusnya.”Ekspresi bingung pun terlihat di wajah Gibran kemudian Stella menceritakan lagi tentang mimpinya yang baru saja di alaminya, dan Gibran pun terlihat antusias mendengarkan cerita Stella. Eva yang duduk di sebelah Gibran juga ikut fokus memperhatikan mereka berdua.“Jadi intinya kamu ingin membantumu, mencari ibu dari anak itu?” tanya Gibran setelah mendengar cer

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-25
  • Customer Service   Liza Magdalena

    “Selamat pagi kak Stella,” sapa Eva saat melihat Stella terbangun dari tidurnya. Stella pun tersenyum dan membalas sapaan Eva, “selamat pagi juga.”Stella menyingkap selimut dan ia mengambil ponselnya yang berada tepat di meja samping ranjangnya, kemudian ia mengecek pemberitahuan di ponselnya seperti biasanya, dan kali ini banyak sekali pesan dari Gibran.“Astaga, aku merasa bodoh karena telah menghubungi pria ini tadi malam…” ucap Stella lirih.Eva yang mendengar itu pun tersenyum dan berkata, “Cepat balas pesannya dan segera mandi kak, hari ini kan kakak harus kerja!”Stella yang mendengar itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah jam yang ada di ponselnya. Ia pun menghebuskan nafasnya dan berkata “masih ada waktu untuk memblokir nomor ini.”“Jangan kak! Ingat dia kan ingin membantu kita,” ucap

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-28
  • Customer Service   Liza Magdalena II

    Akhirnya Gibran sampai di kantor polisi tempat Ellie di tahan, karena belum sidang maka Ellie belum di pindahkan ke rutan. Eva juga mengikutinya di belakang Gibran sambil menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari seseorang.Gibran yang sudah dapat izin untuk menjenguk Ellie pun hanya mempunyai waktu 15 menit saja. Dengan gelisah Gibran menunggu Ellie yang sedang di jemput polisi.“Kak ini kantor papaku,” ucap Eva, “jangan sampai ia tahu dan mencurigai kak Gibran.”Gibran pun menganggukkan kepalanya dan tak lama kemudian polis datang membawa Ellie. “Hai Gibran apa kabar?” teriak Ellie saat melihat Gibran.“Baik, bagaimana kondisimu?” tanya Gibran.“Sangat menyenangkan!” jawab Ellie dengan nada tinggi. Gibran yang mendengar jawaban Ellie hanya bisa tersenyum.“Langsung saja! Ada apa kamu ke si

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Customer Service   Liza Magdalena III

    Sebelum menjalankan mobilnya Gibran melihat kertas yang di berikan oleh wanita itu, dan di kertas itu tertulis alamat Cendrawasih VII no 21. Gibran pun bertanya-tanya alamat siapa ini sebenarnya, apakah alamat Liza Magdalena?Eva melihat tulisan itu dari bangku belakang dan Gibran yang terkejut langsung melipat kertas itu. “Cendrawasih VII no 21, bukannya itu rumahku?” tanya Eva yang tiba-ttiba sudah duduk di kursi depan.“Hah? Ini alamat rumahmu?” tanya Gibran, “tapi kenapa dia memberikan alamat rumahmu kepadaku.”“Mungkin ia menyuruh kakak untuk bertanya langsung kepada papa,” jawab Eva sambil menundukkan kepalanya. Gibran menggelengkan kepalanya dan ia pun menjalankan mobilnya, ia berniat kembali ke kantornya untuk menyampaikan semuanya kepada Stella.Saat perjalanan Eva selalu saja mengatakan kalau ia tak suka dengan Ellie, sampai Gibran bosan mende

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Customer Service   Air mata Gibran

    “Jadi apa idemu, Stell?” tanya Gibran dengan wajah penasaran.Stella hanya tersenyum ia pun sudah selesai dengan makan siangnya. Ia juga langsung meninggalkan Gibran untuk membayar makanannya dan langsung kembali ke kantor. Gibran berlari menyusul Stella, sesekali Stella menoleh ke belakang dan tersenyum melihat Gibran yang mengejarnya.“Hei Stell, tunggu!” panggil Gibran saat jaraknya sudah dekat dengan Stella. Stella menghentikan langkahnya dan bertanya “ada apa sih?”Sambil terengah-engah Gibran menanyakan lagi apa ide Stella. “Nanti saat di loker room akan aku beritahu ideku!” bentak Stella, kemudian ia kembali berjalan menuju kantornya. Sedankan Eva menghilang sedari tadi, tapi Stella dan tidak ada yang menyadarinya.Saat di dalam lift Gibran hanya terdiam saja, tapi mulutnya sudah gatal ingin bertanya kepada Stella. Mereka pun hanya terdiam sampai

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-02

Bab terbaru

  • Customer Service   Lama tak jumpa, sahabat

    Tiga hari berlalu, masa-masa membosankan saat berada di rumah sakit akhirnya selesai juga. Stella tersenyum saat meninggalkan rumah sakit, dan ia berkata “semoga aku tak berakhir di sini, lagi.”Saat perjalanan pulang Stella tak banyak berbicara, seperti biasanya. Gibran juga tak membuka pembicaraan seperti biasanya. “Mau sampai kapan berdua tidak saling sapa?” cetus Eva yang berada di kursi belakang.Stella hanya tersenyum dan memalingkan wajah, kemudian ia berkata “aku ingin menemuinya.”“Siapa?” tanya Gibran tanpa melihat ke arah Stella.“Ellie. Aku ingin bertemu dengannya,” jawab Stella dengan raut wajah masam.Gibran melirik Stella dan perlahan ia mulai tersenyum. Eva yang melihat hal itu ikut tersenyum dan ia memeluk Stella dari belakang.Tidak lama kemudian mereka sampai ke apartemen Stella, G

  • Customer Service   Ruang hampa

    “Dimana aku? Kenapa semua hitam, dan aku tidak bisa melihat apa-apa,” ucap Stella panik. Stella berjalan perlahan, langkah kakinya diseret dengan tangan meraba. Stella terus berjalan sampai ia merasa putus asa dan menghentikan langkah kakinya.“Se—seorang… tolong aku, aku takut…” ucap Stella lirih sambil merendahkan badannya dan jongkok perlahan. Tiba-tiba saat ia menundukkan kepala, ada cahaya biru bergerak lambat di atas kepala Stella.Spontan Stella mengangkat kepalanya dan melihat cahaya biru itu, dan ia pun tersenyum. “Cantik sekali,” ucap Stella saat melihat cahaya biru itu yang perlahan berubah bentuk menjadi kupu-kupu hitam dengan corak biru yang bercahaya.Saat sedang asyik menatap kupu-kupu itu, tiba-tiba ada suara bergema yang berkata “jangan menyerah, Stella!”Stella melihat sekeliling dan cahaya dari kupu-kupu itu tak bi

  • Customer Service   Tikam

    “Aku tahu dia ada di dalam kamarku,” ucap Joe yang sudah berada di depan Stella. “Dia? Dia siapa maksudmu?” tanya Stella sambil melangkah mundur perlahan. Senyum Joe tiba-tiba hilang begitu saja, kali ini tatapan mata Joe sangat tajam kepada Stella. Stella merasa ketakutan dan langkah kakinya semakin cepat berjalan mundur. Keringat Stella sudah sebesar biji jagung, menetes dari kening dan terhalang oleh alisnya. Tingkat kesabaran Joe sudah mulai habis dan ia lari menghampiri Stella. Stella yang ketakutan langsung memutar badannya dan berlari menuju tangga, ia hanya mengikuti langkah kaki membawanya tanpa berfikir terlebih dahulu. Sementara itu di lantai dua, Gibran sudah menemukan apa yang ia cari. “Ketemu!” teriak Gibran sambil menunjukkan amplop coklat kepada Eva. Eva terlihat bingung dan bertanya “itu apa, kak?” “Ini adalah….” Ucapan Gibran terpotong oleh teriakan Stella dari bawah, kemudi

  • Customer Service   Senyum Jonathan Liem

    “Dimana kamu, Gibran…” ucap Stella lirih sambil berlarian di lobby. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari sosok Gibran yang tiba-tiba menghilang begitu saja. Langkah Stella terhenti dan ia mengeluarkan ponselnya lagi dan menghubungi Gibran.“Ah sial, kali ini malah tidak aktif,” gumam Stella dalam hati.Sedang panik-paniknya, tiba-tiba Eva muncul di hadapan Stella. “Ada apa kak?” tanya Eva dengan tenang.“Dari mana saja kamu?” jawab Stella, “Gi—gibran hilang.”“Kalian bertengkar?” tanya Eva dengan ekspresi bingung. “Ceritanya panjang … yang penting kita harus menemukan dia dulu,” jawab Stella yang kemudian berjalan meninggalkan Eva.Eva mengikuti Stella berjalan di belakang, dan langkah kaki Stella yang cepat membuat Eva bertanya-tanya dalam hati. Sebenarnya apa yang sudah t

  • Customer Service   Air mata Gibran

    “Jadi apa idemu, Stell?” tanya Gibran dengan wajah penasaran.Stella hanya tersenyum ia pun sudah selesai dengan makan siangnya. Ia juga langsung meninggalkan Gibran untuk membayar makanannya dan langsung kembali ke kantor. Gibran berlari menyusul Stella, sesekali Stella menoleh ke belakang dan tersenyum melihat Gibran yang mengejarnya.“Hei Stell, tunggu!” panggil Gibran saat jaraknya sudah dekat dengan Stella. Stella menghentikan langkahnya dan bertanya “ada apa sih?”Sambil terengah-engah Gibran menanyakan lagi apa ide Stella. “Nanti saat di loker room akan aku beritahu ideku!” bentak Stella, kemudian ia kembali berjalan menuju kantornya. Sedankan Eva menghilang sedari tadi, tapi Stella dan tidak ada yang menyadarinya.Saat di dalam lift Gibran hanya terdiam saja, tapi mulutnya sudah gatal ingin bertanya kepada Stella. Mereka pun hanya terdiam sampai

  • Customer Service   Liza Magdalena III

    Sebelum menjalankan mobilnya Gibran melihat kertas yang di berikan oleh wanita itu, dan di kertas itu tertulis alamat Cendrawasih VII no 21. Gibran pun bertanya-tanya alamat siapa ini sebenarnya, apakah alamat Liza Magdalena?Eva melihat tulisan itu dari bangku belakang dan Gibran yang terkejut langsung melipat kertas itu. “Cendrawasih VII no 21, bukannya itu rumahku?” tanya Eva yang tiba-ttiba sudah duduk di kursi depan.“Hah? Ini alamat rumahmu?” tanya Gibran, “tapi kenapa dia memberikan alamat rumahmu kepadaku.”“Mungkin ia menyuruh kakak untuk bertanya langsung kepada papa,” jawab Eva sambil menundukkan kepalanya. Gibran menggelengkan kepalanya dan ia pun menjalankan mobilnya, ia berniat kembali ke kantornya untuk menyampaikan semuanya kepada Stella.Saat perjalanan Eva selalu saja mengatakan kalau ia tak suka dengan Ellie, sampai Gibran bosan mende

  • Customer Service   Liza Magdalena II

    Akhirnya Gibran sampai di kantor polisi tempat Ellie di tahan, karena belum sidang maka Ellie belum di pindahkan ke rutan. Eva juga mengikutinya di belakang Gibran sambil menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari seseorang.Gibran yang sudah dapat izin untuk menjenguk Ellie pun hanya mempunyai waktu 15 menit saja. Dengan gelisah Gibran menunggu Ellie yang sedang di jemput polisi.“Kak ini kantor papaku,” ucap Eva, “jangan sampai ia tahu dan mencurigai kak Gibran.”Gibran pun menganggukkan kepalanya dan tak lama kemudian polis datang membawa Ellie. “Hai Gibran apa kabar?” teriak Ellie saat melihat Gibran.“Baik, bagaimana kondisimu?” tanya Gibran.“Sangat menyenangkan!” jawab Ellie dengan nada tinggi. Gibran yang mendengar jawaban Ellie hanya bisa tersenyum.“Langsung saja! Ada apa kamu ke si

  • Customer Service   Liza Magdalena

    “Selamat pagi kak Stella,” sapa Eva saat melihat Stella terbangun dari tidurnya. Stella pun tersenyum dan membalas sapaan Eva, “selamat pagi juga.”Stella menyingkap selimut dan ia mengambil ponselnya yang berada tepat di meja samping ranjangnya, kemudian ia mengecek pemberitahuan di ponselnya seperti biasanya, dan kali ini banyak sekali pesan dari Gibran.“Astaga, aku merasa bodoh karena telah menghubungi pria ini tadi malam…” ucap Stella lirih.Eva yang mendengar itu pun tersenyum dan berkata, “Cepat balas pesannya dan segera mandi kak, hari ini kan kakak harus kerja!”Stella yang mendengar itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah jam yang ada di ponselnya. Ia pun menghebuskan nafasnya dan berkata “masih ada waktu untuk memblokir nomor ini.”“Jangan kak! Ingat dia kan ingin membantu kita,” ucap

  • Customer Service   Ikatan baru II

    Gibran tersenyum saat mendengar Stella menyebut nama Maldeva, ia tak menyangka kalau kali ini ia harus terlibat dengan kasus ini.“Kenapa kamu tersenyum?” tanya Stella.“Akhirnya aku dapat kesempatan untuk menyelidiki kasusnya,” jawab Gibran.Pelayan pun datang ke meja mereka dan mengantarkan iced cappuccino milik Stella, Stella pun menanggapi dan tersenyum sambil berterima kasih. Saat pelayan itu pergi Stella pun berkata, “Kali ini aku bukan ingin membahas tentang kasusnya.”Ekspresi bingung pun terlihat di wajah Gibran kemudian Stella menceritakan lagi tentang mimpinya yang baru saja di alaminya, dan Gibran pun terlihat antusias mendengarkan cerita Stella. Eva yang duduk di sebelah Gibran juga ikut fokus memperhatikan mereka berdua.“Jadi intinya kamu ingin membantumu, mencari ibu dari anak itu?” tanya Gibran setelah mendengar cer

DMCA.com Protection Status