"Ya. Ternyata betul. Kau dan Emily pernah atau masih berpacaran. Asal kalian tahu, aku sedikit tak peduli apapun tentang malam itu. Aku hanya ingin dunia tahu, terutama kakak dan adikku, bahwa Emily tak sebaik yang kalian kira!" Kata-kata Sky itu mengejutkan semua orang di lounge. "Astaga. Nona Emily, Tuan Alexander adalah..." Aina semakin bingung, "Betulkah itu? Jadi siapa kekasih atau suami Anda?" "Aku, aku..." Emily gelagapan. "Ma-ma-maafkan aku, masih tak dapat kujelaskan semuanya saat ini. Aku juga tak mengerti bagaimana bisa terjadi, tetapi jika dugaanku benar, Xander... datang kemari bersama wanita itu, Erato Miles! Sebab mereka juga pasti telah saling mengenal entah bagaimana... Dua orang penyelundup misterius yang dicari selama ini adalah mereka!" Lagi-lagi semua yang ada terkejut. "Jadi, Nona Emily Stewart, ada kaitan antara Tuan Alexander, Erato Miles dan dirimu?" Carl masih berusaha keras menyusun kepingan-kepingan puzzle yang ada. "Jadi benar, kau yang 'mengundang' me
"A-a-apa yang kau lakukan, Ocean?"Kate tadinya begitu tak sabar, ingin buru-buru membuka mata saat Ocean perlahan-lahan melucuti semua yang gadis itu kenakan. Akan tetapi ia membatalkan niat begitu Ocean membisikkan sesuatu dengan nada rendah yang demikian menggairahkan, "Sesuatu yang sudah lama tak kita lakukan! Kau mau juga, bukan? Tidakkah kau percaya padaku?""Ten-ten-tentu saja aku percaya penuh padamu! Kau calon suamiku!" Kate tersenyum, "Cepat, aku tak sabar lagi, jangan buat aku menunggu lebih lama!!"'Oh, akhirnya aku akan bercinta lagi! Ini akan jadi sangat panas, sangat menggairahkan! Aku akan nikmati setiap detiknya bagaikan belum pernah terjadi dalam hidupku!'"Baiklah, jika demikian, kau tunggu sebentar saja di sini, Sayang! Relakah kau lakukan ini untukku?"Kate merasa kedua tangan Ocean meraih tubuh polosnya dan menggendongnya, meletakkannya di atas ranjang. Gadis itu sudah tak tahan lagi, begitu malu sekaligus mau."Kau membuatku menderita. Bolehkah kubuka mataku sek
"Ternyata berhasil juga. Mengamankan peti anggur Kate dan Katy keluar dari area pesta adalah keputusan yang tepat. Sekarang, apa gerangan yang ada di dasarnya?" Ocean sejenak melakukan sesuatu di sana, hal yang sangat dikhawatirkan Earth. "Astaga... inikah Dangerous Attraction itu? Sebuah deja vu! Kate dan Katy, kalian ternyata berniat kurang baik, di manapun kalian tadi menemukannya. Syukurlah, benda ini kembali berada dalam pengawasan keluargaku. Meskipun masih belum terlalu ingat sejarah senjata mengerikan ini, aku merasa berkewajiban mengamankannya!"Ocean baru saja menyingkirkan tutup peti anggur itu dan melihat dengan mata kepalanya sendiri apa yang ada di dalamnya. Sebilah senjata tajam yang belum bisa ia ingat betul-betul, namun menimbulkan percik kenangan tertentu. Dalam hatinya turut muncul keraguan, apakah ia akan meraih benda itu dan menimangnya, atau sebaiknya membiarkan begitu saja? Godaan itu sedemikian kuat. Ocean berusaha melawannya. "Aku harus bisa. Tak dapat kutingg
'Gertak' halilintar untuk kesekian kalinya itu sesungguhnya tak seberapa mengejutkan lagi bagi semua orang yang sedang berpesta. Akan tetapi, Katy tersentak karena sadar akan sesuatu."Hah, pukul berapa ini? Ke mana Kate dan Ocean pergi, mengapa mereka lama sekali? Huh, mungkin sekali mereka sedang asyik berduaan entah di mana, membuatku cemburu saja! Bagaimanapun, aku harus diam-diam mengambil kembali pedang itu!"Lama baru Katy sadar jika dirinya tertinggal seorang diri di pesta. Setelah puas makan-minum sendirian hingga kekenyangan, Sang Kembar Bungsu Forrester mencari-cari kakaknya serta 'calon suami'-nya dalam kerumunan. Tidak ada di mana-mana. Sekilas Katy sempat melihat mereka berdansa, tetapi itu sudah satu atau dua jam yang lalu!Kepanikan tanpa sebab mulai merasuki benaknya. Sesuatu seakan mendorongnya untuk kembali ke tempat di mana peti krat anggur 'seharusnya' berada! Tetapi, tidak, benda itu sudah tidak ada lagi di sana!"Hei! Ke mana kalian meletakkan peti krat anggur y
"Memilih kau atau Aina? Tidak, cinta kalian saat ini sama sekali tak penting bagiku. Dan kalian lebih baik pergi... Ayahku benar, wanita adalah sumber masalah utama dan awal kutukan tua dalam keluarga ini!""Tidak, tidak, tidak! Aku mungkin dulu sudah membuat kesalahan besar, meninggalkan pulau ini. Aku kurang peka, angkat kaki sebelum tahu jika kau bermaksud menikahiku. Ocean, dengar. Aku mungkin telah gagal menjadi sahabatmu dan takkan pernah bisa menjadi kekasih atau istrimu. Akan tetapi aku tak pernah ingin kau dan seluruh anggota keluargamu celaka. Aku ingin kalian semua hidup bahagia, aku..."Emily tetap teguh berdiri di bawah ancaman Ocean itu. Ia tak ingin mundur meski nyawanya berada di ujung Dangerous Attraction. Sementara Earth masih bersiaga di sudut lainnya, belum memunculkan diri."Seharusnya kau tak pernah kukenal untuk seumur hidupku. Semestinya roda waktu bisa diputar kembali hingga tiga tahun silam kau tak jadi terdampar di pulau ini, melainkan di pulau lain saja. Pe
"Astaga, apa yang terjadi? Mengapa tiba-tiba semua lampu padam?" Aina menengadah.Sepeninggal Emily, Ia kini satu-satunya wanita muda yang tertinggal di lounge. Masih menunggu bersama Carl, Sky dan Xander yang sedang memulihkan diri, 'kekasih' Kai itu kembali merasakan aura tak biasa. Deru hujan badai berpadu halilintar masih menyelimuti Pulau Vagano. Aina semakin yakin, tanda-tanda kemahakuasaan Sang Pencipta Alam ini bukan fenomena yang biasa-biasa saja. Mungkin sebuah pertanda bahwa bahaya semakin dekat."Mungkin hanya terjadi sedikit gangguan teknis di pembangkit listrik mandiri milik kami, Nona! Letaknya memang sedikit jauh dari puri, huh, sial betul!" Sky masih kelihatan tak peduli, "Jangan khawatir, begitu badai sialan ini reda, akan kukirim beberapa staf pengelola energi puri untuk memperbaikinya.""Masalahnya bukan itu, Tuan Muda Sky. Ini mungkin bukan gangguan biasa melainkan aksi sabotase dari seseorang di luar sana." Carl menimpali."Huh, apakah maksud Anda gadis yang menc
"Astaga, gelap sekali, apa yang terjadi?" rutuk Kate yang sedang bergelantungan pada tali kain, melakukan petualangan kecilnya untuk melarikan diri dari kamar tidur Ocean yang terkunci dari luar. Beranda itu sangat licin dan basah karena tempias air hujan. Badai yang mengguyur tubuh nyaris polos Kate seakan belum cukup menambah 'penderitaan'-nya. Lampu-lampu puri mendadak padam membuat kelam suasana. Sesekali halilintar menyambar. Cahaya yang sesaat membuat terang benderang lalu kembali gelap gulita malah membuat sensasi silau serta kengerian, menampakkan pemandangan alam nan tak ramah. Pepohonan rimbun menghitam jauh di bawah Kate bergerak liar ke sana kemari seakan-akan mengamuk, menolak 'usaha keras' sang badai agar mereka tercabut dari akarnya."Astaga, ternyata pelarian ini tak semudah yang kubayangkan! Tali kain ini mulai tak nyaman, juga sangat licin! Semoga aku tak terpeleset!"Tadinya Kate ingin memanjat, terpikir olehnya untuk kembali saja ke balkon yang kini sudah jauh ber
"Tidak mungkin, itu sangat gila! Sesuai etika kebangsawanan Everopa, kita sebagai bawahan tak boleh melukai Nona Forrester seujung kukupun, apalagi sampai membunuhnya! Bagaimana nanti kita menceritakan dan mempertanggungjawabkan semua kepada Tuan-tuan Muda Vagano sekembalinya mereka? Beri saja ia jalan, biarkan ia keluar dari sini sebelum jatuh lebih banyak korban di dalam sini!" sebuah suara lain menyatakan ketidaksetujuan atas pendapat pertama itu."Tapi tak seorangpun Tuan Muda Vagano berada di sini, mereka bisa marah besar seandainya tahu jika...""Mereka belum hadir di sini! Keputusan harus kita ambil sendiri secepatnya!"Terjadi perdebatan sengit antara para penjaga yang masih mengunci pintu. Tak ada seorangpun tamu yang mereka izinkan keluar. Sementara nyawa demi nyawa terus melayang di ujung pisau daging Katy yang tajam. Cipratan darah membasahi jengkal demi jengkal karpet dan dinding seluruh penjuru ballroom. Beberapa tamu terduduk dan terjongkok di sudut-sudut. Beberapa yang
Bulan dini hari perlahan muncul dari balik awan-awan mendung di angkasa, memberi penerangan dalam udara pantai Pulau Vagano yang masih sangat dingin menusuk tulang."Ternyata kau juga hadir di tempat ini, Alexander!""Lara? Huh, sudah kuduga kau akan berhasil tiba di sini. Pastinya kau senang sudah bertemu kembali dengan saudara-saudara tiri yang selama ini kau cari dan rindukan!" Xander tersenyum kecut, "I see. Satu orang Vagano diam-diam sudah jadi tawanan kecilmu! Sungguh hebat!""Huh, kejutan hebat! Mengapa kau bisa ada di sini? Aku benci padamu, Guru Muda Pengecut! sejak di Evertown aku seharusnya sudah menghabisimu, andai aku tahu sedari awal Emily berhasil kau miliki!" geram Sky yang masih ada di bawah todongan dua senjata di tangan Lara."Oh, jadi itu kau, Eagle Eyes Sang Penyanyi? Menarik sekali kau juga ingin gadis yang sama dengan kakak dan adikmu. Kalian bertiga sama-sama jatuh cinta pada kekasihku selama bertahun-tahun lamanya tanpa ada yang mau mengalah! Akan tetapi, tak
"Ada apa sebenarnya di tempat ini?" Xander menemukan dirinya berada di sebuah lokasi yang masih asing baginya.Langit dini hari terselubung awan tebal kelabu hitam diselingi petir sambar-menyambar yang enggan berhenti. Di kejauhan, debur ombak menggempur pantai terjal tiada henti. Gelombang-gelombang air tinggi seolah menggapai-gapai naik turun hendak menenggelamkan Pulau Vagano, menyeret turun semua yang ada di atas permukaan tanah. Samar-samar, Xander hanya bisa melihat hamparan batu-batu nisan dan salib penanda makam, lama dan baru di sekitarnya. Beberapa tampak baru dan rapi, beberapa sudah dalam keadaan rusak menyedihkan."Apa yang dapat kulakukan di sini?" Tiba-tiba petir menyambar, hanya beberapa meter saja dari lokasi Xander berada. Pedang Terkutuk dalam genggaman tangannya bersinar dan teracung ke tempat yang 'ditunjukkan' petir itu."Tunggu mereka di sana!" Terdengar suara misterius yang menuntun Xander hingga tiba di titik ini. "Mereka akan segera datang!"********** Sem
"Aku, aku, sesungguhnya aku bukan..." kembali ke masa kini, Sky yang diarahkan Lara dalam rencananya itu begitu ingin membantah jika ia bukanlah Ocean. Ia merasa kesal, mengapa si gadis gila Katy Forrester tiba-tiba datang dan mengancamnya seperti itu. Merasa terjepit dan diprovokasi oleh dua wanita yang ia tidak sukai, Sky begitu ingin berteriak, kesal pada nasibnya. "Kau mau bilang jika kau bukan Ocean? Huh, jangan membantah! Kau kemari ingin memindahkan jenazah kakakku Kate dan berusaha menghilangkan barang bukti pembunuhan? Takkan kubiarkan! Kemarikan kakakku, lalu serahkan nyawamu kepadaku, Ocean Vagano!" Terpancing dan terbakar amarah, Sky tadinya ingin melawan, ingin dihempaskannya saja jenazah Kate ke tanah. Namun dua todongan moncong senjata di punggungnya serta bisikan Lara menghalangi niat pemuda itu, "Jangan berani kau lakukan apa-apa, Saudara tiriku! Awas jika kau berani kacaukan semua yang kita sepakati hingga bertemu keluargamu lagi! Hei, Katy!" Lara beralih mengajak K
Keputusan sudah diambil, mereka harus pergi. Ocean, satu-satunya yang belum sadarkan diri dari 'Kelompok Lounge', menjadi masalah terakhir mereka sebelum bisa keluar dari dalam puri. Aina bersikeras tak ingin meninggalkan pemuda itu bersama penjaga, padahal membawanya dalam keadaan seperti ini tentu sangat menyulitkan. Earth menawarkan diri sebagai pembawa tubuh kakak sulungnya hingga Ocean terjaga. Emily dan Carl akhirnya setuju jika Ocean digendong oleh Earth. Karena tugasnya, pemuda itu tak bisa memimpin dan memegang sepucuk senjata.Mereka bersiap-siap sekadarnya sebelum pergi dari puri. Seorang penjaga senior membagikan masing-masing sepucuk senjata api dari lemari rahasia kepada semua anggota Kelompok Lounge. Semula Carl menolak karena tak ingin ada lagi kekerasan. Namun Aina memberinya saran, "Tuan, aku tahu kita bukan orang jahat, namun kita masih butuh perlindungan dan senjata pembela diri. Meskipun aku yakin Ocean dilindungi sebentuk kekuatan, kita semua tentu tak ingin cela
Sementara itu, ke mana gerangan Alexander pergi? Pemuda itu masih membawa Dangerous Attraction dalam genggamannya. Ia tak begitu mengenal lorong-lorong Puri Vagano ini, namun suatu kekuatan tak kasat mata seolah menuntunnya. Pedang terkutuk bagaikan lentera panjang bercahaya menerangi jalan.Beberapa kali ia bertemu dengan sosok-sosok korban penusukan Katy di lantai, setengah mati maupun sudah tak bernyawa. Mereka yang masih hidup menggapai-gapai dengan segenap sisa tenaga. Beberapa orang muncul dari balik lemari atau tembok kemudian mendekat, walau bergidik ngeri setelah melihat senjata yang pria itu genggam."Tu-tu-tuan! Siapapun Anda, tolonglah kami! Kami tak ingin berada di sini!""Wanita itu membunuh! Tolong, lindungi kami!"Namun Xander mengabaikan semua permohonan mereka itu. Dilangkahinya saja mayat-mayat maupun jejak darah di karpet. Sesekali ia berhenti dan menatap dingin tanpa arti. Barangkali merenung, merasa kasihan, atau berpikir keras berusaha mencari jawaban. Akan teta
"Nama saya Sofia." tanpa diminta, gadis remaja misterius yang dipertanyakan Emily segera memperkenalkan diri, "Nona Emily, maafkan keberadaanku di sini, saya berada di sini untuk meminta perlindungan. Saya..." gadis itu menggigit bibir, berusaha menahan tangis."Astaga... kau bisa tahu aku, apakah kau juga tinggal di pulau ini? Orang tuamu bekerja di sini?" Emily segera mendekati gadis itu."Ya. Tadinya... Sebelum Nona Katy Forrester mengamuk di pesta dan membunuh mereka semua! Aku sudah yatim piatu saat ini!" Sofia tak bisa lagi berdiam diri. Didekapnya Emily. Air matanya tumpah. "Anda semua ke mana? Mengapa kami kalian tinggalkan? Di mana lagi ada lokasi aman di pulau mengerikan ini? Apakah kita akan bertahan hingga pagi nanti?""Sudah, sudah, tenangkan dirimu, Sofia." Emily berusaha menghiburnya dan balas mendekapnya, "Katy Forrester ada di luar sana, kau aman di sini bersama kami. Aku turut berduka. Aku tahu apa yang sudah kau alami. Kita di sini bersama-sama bertahan sambil berus
"Ya, pembunuh. Tetapi bukan wanita yang kita cari." sahut Earth."Bukan Erato Miles?" heran Aina."Bukan. Katy Forrester. Si gadis kembar bungsu!""Astaga, jadi, wanita yang tadi itu..." Aina teringat sesuatu yang enggan ia buka."Tadi apa?" Emily mulai curiga."Oh, nanti saja. Aku akan kisahkan semuanya di lounge."Tak lama setelah mereka dipertemukan kembali, Emily, Earth bersama Ocean yang masih belum sadarkan diri bersama Aina memutuskan untuk bersama-sama sebagai satu tim. Earth membantu menggendong tubuh sang kakak sulung yang walau sangat ia tidak sukai namun paling tidak 'sekarang sudah tak lagi jadi saingan'. Kehadiran Aina yang belum ia kenal benar setidaknya ia anggap sebagai 'sekutu' pembawa keberuntungan.Emily sempat cemas, ia tak tahu harus memihak siapa saat ini. Ocean memang semakin jauh saja darinya, peluang Earth mendapatkan hatinya semakin besar. Namun hal itu tak serta-merta menjadikan gadis itu lupa pada kebaikan dan perhatian Ocean."Cepat, kita harus selamatkan
Emily dan Earth terus berputar di lorong-lorong lantai dasar, berusaha keras mencari jalan terbaik menuju lounge. Mereka berusaha tetap menjauh dari suara-suara yang masih menggema di seluruh penjuru Puri Vagano. Suara-suara asing yang walau tersamar deru hujan badai petir, tetap mendirikan bulu roma. Jeritan manusia terkejut, minta tolong, serta tentu saja kalimat terakhir mereka, disusul tawa wanita muda yang sedari tadi terdengar paling akhir. Sang pembunuh berantai yang sedang beraksi! "Katy Forrester benar-benar mengerikan!" Emily menggeleng seolah berusaha menepiskan bayangan Katy yang sedang menghabisi penghuni puri satu persatu, "Gadis malang yang tak pernah beruntung semenjak ada di sini! Bayangkan jika Dangerous Attraction kembali ada dalam genggamannya!" "Ia dan kakaknya adalah kebalikan diriku. Aku yang dulu menderita sejak lahir, sedangkan mereka lahir dengan 'sendok perak di mulut' malah harus berakhir di pulau penuh kutukan ini!" Earth turut merenung, "Ayo, kita berusa
Sofia menggeleng, "Aku tak tahu, Tuan, tak ada petunjuk lain. Ia tak bilang apa-apa setelah mencegah Nona Katy membunuhku. Hanya saja katanya, ayahnya pernah jadi penguasa pulau ini..." "Penguasa pulau ini? Astaga... Itu pasti dia!" Carl semakin gusar. Fakta bahwa Katy baru saja membunuh entah berapa membuatnya sadar jika kutukan sahabatnya kembali memakan korban. "Kita harus temukan kedua kembar itu dan juga para Pemuda Vagano. Kurasa wanita yang tadi Sofia sebutkan adalah Erato Miles, wanita misterius yang kita cari-cari sebagai pelaku!" "Miles!" Sofia terkejut, "Bukankah Bu Hannah kepala pelayan yang sudah meninggal dunia tiga tahun yang lalu itu juga bernama keluarga Miles? Keluargaku mengenal beliau. Aku ingat, hanya saja kami tak berani dekat-dekat, beliau kelihatan galak dan sangat tertutup." "Barangkali memang itulah dia, putri sahabatku Zeus dan Hannah! Yatim piatu yang sedang mencari saudara-saudara tirinya demi 'reuni' pertama dan terakhir mereka!" "Astaga, jadi tadi ak