Tak perlu makan waktu lama bagi Lara Samsara 'si penyelidik kematian' untuk menemukan belasan, bahkan puluhan artikel mengenai keluarga sosialita Miles, keluarga ibu kandungnya.
Gadis itu rela berpetualang ke perpustakaan yang jauh di kota besar Evermerika dan membongkar semua informasi lama yang terlupakan. Duduk menyendiri di sepinya ruang perpustakaan menjelang tutup, ia mulai membaca kliping berita lama.
Keluarga Miles. Mereka memiliki The Miles Company, perusahaan multinasional yang menaungi aneka bisnis kelas atas.
Jauh ke masa silam, keluarga Miles ternyata sempat memberi pernyataan kepada wartawan beberapa media cetak. Dalam kliping surat kabar dan majalah-majalah tua berisi kabar-kabar nasional Evermerika, pernah heboh berita mengenai menghilangnya putri tunggal cantik keluarga Miles, siapa lagi kalau bukan Hannah.
Konon Hannah muda, berusia dua puluhan tahun, dibawa lari oleh kekasihnya di bangku kuliah, seorang keturunan bangsawan Everopa k
Sky Firmament Vagano, 26, sang adik kembar Ocean, atau lebih tepatnya, si tengah, ternyata juga tak betah berlama-lama berdiam diri di pulau pribadi terpencil di tengah lautan Evertika. Setelah kepergian Emily dan Earth dari pulau, tiga tahun kemudian, tepatnya beberapa saat yang lalu, diputuskannya juga untuk angkat kaki dari puri, mencoba untuk melepaskan semua kejenuhan. Bahkan Ocean pun tak bisa menahannya. Memang semenjak kehadiran Emily dan Earth di antara mereka, kedua bersaudara yang dahulu kompak itu tak bisa lagi kembali akur seperti dahulu lagi, barangkali untuk selamanya. Sky memutuskan untuk menyusul, mencari Emily ke Evermerika. Walau ia berusaha sebaik mungkin untuk menelusuri jejak berita kepulangan gadis itu hingga ke kotanya, sayangnya ia tak berhasil. Pencariannya selama 3 tahun belum membuahkan hasil, bahkan setelah ia menyewa detektif-detektif terbaik sekalipun dengan segenap kemampuan finansial keluarga Vagano. Emily pindah
"Emily Rose Stewart!" Sudah sangat lama ia tak mendengar nama lengkapnya dipanggil oleh seorang pria muda. Apalagi dengan suara bas yang terkesan merdu, ramah dan maskulin itu. "Oh, Anda, Mr. Meyer... Selamat pagi," Emily menoleh dan menutup serta mengunci pintu loker besi barang-barang pribadinya di lemari guru-guru Evertown High School. "Panggil aku Xander saja," pria yang kira-kira berumur hanya sedikit di atasnya itu menjawab. Seorang rekan guru baru juga, nama lengkapnya Alexander Chan-Meyer. Kadang Emily masih terkejut juga bila ada pemuda tampan yang gagah, tinggi dan bermata biru bening di hadapannya. Xander seorang guru IT di sekolahnya, pemuda keturunan Everiental-Everopa. Matanya sipit tetapi berpupil biru terang, sedangkan rambutnya sekelam malam. "Baik, Xander. Maafkan kecanggunganku, aku masih baru di kota ini." Emily berusaha untuk tidak terkagum atau mencuri pandang pada sosok yang diidolakan banyak siswi itu. Ia masih begitu r
"Uhh, apa yang kulakukan? Tidak, ini tak boleh terjadi lagi!" Emily tersadar, buru-buru mendorong dada Xander dari miliknya sendiri. Dada pemuda itu juga 'hairless', tak berambut, hanya sedikit dan sangat lembut.Emily sangat menyukainya, namun apa yang hampir mereka lakukan membuatnya sadar kalau ini sangat mirip dengan apa yang ia pernah alami dengan Ocean, dengan Earth.Xander sedikit terkejut. Namun pemuda blasteran itu tak ingin buru-buru melepaskan Emily dari pelukannya. Bibirnya kembali mencium gadis itu dengan lembut. Bibirnya sangat smooth dan begitu lezat bagaikan permen jeli. Aroma tubuhnya juga begitu enak, pewangi yang ia semprotkan saat mandi beraroma white musk.Namun lagi-lagi mengapa aroma itu mengingatkan Emily pada tubuh Ocean?"Xander, sungguh, aku belum siap. Aku bukannya tak suka pada cowok, tapi aku belum benar-benar siap untuk berhubungan lebih jauh dengan siapapun sementara ini.""Kau pernah punya pacar?" Xander akhir
Malam itu Xander pulang sendirian dari apartemen Emily dengan perasaan bercampur aduk. Gadis itu baik, cantik, dan juga sangat memikat. Sedari dahulu melihatnya di situs berita-berita heboh dan media viral mengenai 'keajaiban' selamatnya gadis muda itu dari kecelakaan kapal pesiar maut, ia sudah yakin gadis itu selamat bukan hanya karena takdir atau keberuntungan. Memang Emily masih menutup mulut rapat-rapat tentang bagaimana ia bisa selamat dan segala mengenai 'keluarga tempat ia tinggal untuk sementara' sehingga tak satu mediapun tahu. Bahkan keluarganya sendiri tak ia beritahu sepatah katapun mengenai Ocean atau Earth. Antara malu, segan, dan juga 'trauma'. Sedikit mencurigakan, memang. Namun sampai hari ini tak seorangpun berhasil mengorek 'rahasia selama Emily hilang.' Xander, yang mulai tertarik pada gadis rekan gurunya itu, bertekad akan menggalinya. Mulai besok, ia akan mengajak Emily berkencan dengan lebih serius lagi. Yang tadi mungkin gagal, walau ga
Sementara itu, Lara yang masih dalam misi pencariannya, tak terlalu sukar dalam menemukan The Miles Company, perusahaan milik keluarga ibunya.Setelah menyelidiki lewat situs online dan media-media cetak, Lara mengetahui bila di kota kecil terdekat, Evertown, akan dibuka cabang sebuah kafe baru milik keluarga Miles, bermerek M's Brew.Segera dikuncinya pintu rumah lamanya dan diangkutnya beberapa koper berisi barang pribadi seadanya ke dalam mobil tua yang ia beli dari dana 'pemberian' Hannah selama ini. Dikendarainya seorang diri menuju Evertown.Melewati jalan sepi berdebu dan tandus, akhirnya menjelang senja ia tiba di Evertown yang sepi dan damai.'Kurasa aku harus segera melamar kerja di tempat itu sebagai apapun. Nanti baru akan kupikirkan langkah selanjutnya. Akankah kumasuki jenjang perusahaan keluarga ibuku itu secara diam-diam, atau sambil mencari jejak keluarga ayahku yang entah dimana. Yang jelas, aku harus memperoleh hak-hakku dan mencari kej
Lelaki petugas setengah baya itu menengadah, menyapa selamat siang."Siapa nama Anda, Nona?" tanyanya kepada wanita muda di hadapannya setelah mempersilahkannya duduk."La... oh, bukan. Nama saya Erato. Erato Calamity Vagano."Deg. Hampir saja ia keceplosan! 'Tenang, Lara, tenang saja,' ujar Lara kepada dirinya sendiri dalam hati, 'segalanya akan baik-baik saja!'"Hmm, baiklah, Ms. Erato. Anda pernah bekerja di sebuah kafe, rumah makan, atau toko sebelumnya?"""Belum. Tapi saya akan mencoba pekerjaan apapun yang saya bisa, sebaik mungkin," ia berusaha tampil memelas, "saya seorang yatim piatu pengembara, saya butuh sekali pekerjaan ini."Bapak yang bertugas di bagian HRD The Miles Company yang sedang meng-'interview' si gadis 27 tahunan berpakaian serba hitam itu mendesah, "Kau memang kelihatannya belum berpengalaman sama sekali, Ms. Erato. Tapi baiklah, karena jumlah pencari kerja dan pelamar di kota kecil ini sangat sedikit, tak ada salahn
Ocean masih belum habis pikir, 'Kedatangan tamu-tamu dadakan? Bagaimana mungkin? Aku merasa tak pernah mengundang siapa-siapa sebelumnya, apalagi untuk berkomunikasi dengan dunia luar dari pulau terpencil ini membutuhkan waktu lama, itupun dengan perantaraan. Sinyal telepon tak sampai kemari. Jadi, siapa yang melakukan ini semua?' Namun rasanya tak mungkin menyelidiki itu semua saat ini dan tak mungkin juga mengusir semua tamu dari Keluarga Forrester itu pulang ke Everopa yang jauh, bukan? Jadi.. "Baiklah, sambut mereka baik-baik, dan aku akan segera menemui mereka di ruang tamu." titah Ocean kepada petugas puri, yang segera menunduk hormat, mengucap siap dan berlalu untuk melaksanakan. Lilian, si dokter setengah baya yang juga selalu berada di sisi Ocean, turut mendengarkan semua dalam diam, 'Ternyata surat undangan yang kubuat dan kucap dengan stempel keluarga Vagano berhasil tiba dan mereka betul-betul percaya. Semoga Ocean akan jatuh cinta pada salah satu
"Selamat siang dan selamat bertemu, salam sejahtera, Yang Mulia Duke Ocean Stallion Vagano, kami berharap Anda selalu dalam keadaan sehat dan sejahtera." rombongan bangsawan dan bangsawati dari daratan Everopa itu berjumlah sekitar 10 orang, tapi hanya ada dua orang gadis yang memakai semacam topi kain lebar bertutup 'veil' pink lengkap dengan gaun pink panjang bergaya klasik elegan yang mungkin di masa kini hanya ada dalam film-film animasi fantasi. Sepintas lalu, mereka seperti sepasang Barbie yang wajahnya tersembunyi. Belahan dada mereka sedikit rendah, memamerkan belahan tipis pada bukit dada yang membuncah. Paras mereka sedikit banyak masih terselubung, jadi tak ada yang tahu bagaimana rupa yang sebenarnya. Cantik menarik atau malah sebaliknya? 'Kucing-kucing kecil yang manis dalam karung... pink...' Ocean dalam hati sedikit banyak agak geli tergelitik. Mereka membungkuk dalam-dalam dengan penuh rasa hormat di hadapan Ocean seperti serombongan rakyat je
"Tidak, jangan lakukan itu, Nona Kate! Kami akan segera mencari dan menemukan Ocean Vagano!" di luar dugaan semua orang yang hadir di pagi menjelang siang benderang namun mencekam itu, tetiba Lilian maju, menempatkan dirinya di antara Kate yang nyaris terjun ke jurang dan Katy yang semakin bernafsu untuk mengakhiri hidup kakaknya! "Minggir, Wanita Tua! Kau bukan sasaran Pedang Terkutuk ini! Minggir sekarang juga, aku tidak main-main!" geram Katy kesal. "Tidak! aku memang bersalah! Kuakui semua sekarang juga! Aku yang mengundang kalian kemari karena ingin menjodohkan Ocean dengan harapan semua kutukan akan segera berlalu dan kalian semua bisa berkeluarga dan akhirnya hidup bahagia, melupakan Emily dan segala yang terjadi!" aku Lilian, membuat kedua gadis kembar itu terhenyak, "Namun ternyata semua ini terjadi! Ocean sudah hilang dan kemungkinan besar tewas di laut dan takkan pernah kembali! Jadi aku merasa gagal, aku merasa benar bila ini semua salahku! Sama seperti p
Semua yang hadir terpaku di tempat, tak berani bergerak sedikitpun setelah mereka berjarak sedemikian dekat dengan Katy yang mungkin akan melukai Kate sewaktu-waktu tanpa sempat mereka cegah."Berhenti di sana sekarang juga, Nona Siapapun Namamu! Sebab gara-gara dirimu, semua yang aku dan Emily ingin lakukan hingga pergi sejauh ini terpaksa tertunda!" Earth dengan suara keras menitahkan Katy yang belum ia kenal."Darimana kau mendapatkan pedang itu dan siapa sebenarnya kalian, mengapa bisa ada di puri ini?" tanya Sky yang juga belum tahu apa-apa."Mereka berdua gadis-gadis bangsawan Everopa, keluarga Forrester yang datang kemari dari jauh dengan tujuan ingin bertunangan dengan kakak kalian, Ocean Vagano," jelas Lilian yang merasa bersalah karena diam-diam mengundang mereka, namun tampaknya tak berjalan baik seperti yang direncanakan."Betul sekali! Dan aku sebagai adik, kali ini tak ingin mengalah untuk kakakku, sekalipun ia telah tidur dengan Ocean Vagan
"Tidak, jangan ikuti aku lagi! Kumohon! Lihat, tadi ada seorang Vagano datang entah darimana, Ocean atau bukan, dia bisa kaujadikan milikmu!" Kate Forrester berlari terus di jalan yang semakin menanjak di tepi pantai itu, tanpa sadar bahwa sebenarnya ia menuju 'dead end'. Jurang yang menghadap ke pantai, namun bukan yang berpasir putih, melainkan pantai curam berbatu karang besar tajam dimana almarhum Zeus Vagano pernah terjatuh ke atasnya dan tewas seketika. "Kau tak bisa mengaturku! Nyawamu berada dalam tanganku, Kak!" Katy masih tersenyum dengan anehnya. Kini Kate berada dekat sekali dengan tepi jurang. Ia terhenti, bingung. Tak ada jalan kemanapun untuk kabur lagi. Hanya ada dua pilihan, dan dua-duanya jalan menuju maut! ********** Sementara itu di puri, Emily dan Earth telah memasuki ruang utama. Emily yang masih enggan sekaligus cemas pada nasib gadis kembar misterius yang dikejar saudarinya sendiri dengan pedang Dangerous Attraction, di
"Tidak mungkin, ini semua tak mungkin terjadi, sebab lukisan ini tak mungkin nyata!" Kate Forrester perlahan mundur menjauh, merasa tak ingin terburu-buru dari tempat persembunyian itu karena khawatir Katy akan menemukannya. Namun ia juga merasa tak nyaman dengan apa yang ia lihat. Terlalu mengerikan dan tak dapat dipercaya! Hanya saja, untuk bertahan di bawah tatapan empat pasang mata sedemikian mengerikan, siapa sanggup bertahan? Akhirnya Kate keluar dan kembali berlari menelusuri labirin Lorong Bawah Tanah. Tentu saja, tak jauh darinya masih ada Katy yang sedari tadi menunggunya dengan sabar. Dan suaranya yang berisik melengking saat bermonolog di hadapan Lukisan Terkutuk tentu saja terdengar oleh Sang Adik yang masih belum ingin melepaskan Sang Kakak. "Kate, sejauh apapun dan dimanapun kau berada, aku selalu ada di belakangmu, mengawasimu hingga aku mendapatkan nyawamu!" Kate berusaha keras mencari jalan keluar, kemana saja tembusnya lorong-lorong
Sementara jauh di lantai dasar, kedua Kembar Cantik Forrester masih saling kejar. Katy yang masih dibawah pengaruh misterius tentu saja takkan menyerah sebelum mencapai tujuannya."Bersiaplah untuk mati, Kate! Kau takkan pernah bisa menghindar dariku ataupun takdir yang menunggumu!""Tidak! Tinggalkan aku saat ini juga! Kau bukan dirimu sendiri, Katy! Sadarlah! Kumohon, ingatlah bahwa kau adikku! Adik takkan membunuh kakak sendiri walau demi cinta!"Sepanjang perjalanannya mencari pintu menuju Lorong Bawah Tanah, Kate Forrester berusaha keras menghalang-halangi adiknya sambil mencoba semua pintu di lorong yang ia duga pernah dilaluinya beberapa saat silam bersama Ocean dan Lilian. Dijatuhkannya semua vas bunga besar-besar dan pajangan berharga yang ia temui, tak peduli bahwa tuan rumah puri bisa saja marah besar bila mengetahui perbuatannya itu.Demi keselamatannya, ia tak peduli. Sayangnya, perbuatan Kate itu percuma saja. Katy tetap mengejarnya dan mela
Semalam-malaman, beberapa jam lamanya Lilian bersama beberapa petugas jaga terkurung di museum perpustakaan hampir merasa putus asa karena 'dikungkung' oleh suatu kekuatan tak kasat mata yang seakan-akan 'menguasai' Puri Vagano. Mereka telah mencari celah di dinding, jendela, serta mencoba semua kemungkinan lain untuk keluar. Tak berhasil. Semua seakan-akan rapat tertutup, bahkan kaca jendela menolak untuk dibuka dari dalam.Sementara di bawah sana, tanpa mereka ketahui, seorang penghuni lama sekaligus tuan rumah, Sky Vagano sang kembar tengah, telah tiba kembali di kediamannya sendiri. Merasa heran karena tak ada seorang penjagapun di puri, sementara pintu-pintu utama tak terjaga dan dengan mudah dibuka dari luar."Pagi yang senyap di Pulau Vagano, dan tak ada penyambutan kepulangan sama sekali. Baiklah, ini memang sangat mendadak! Huh, semoga Lilian tak mengabaikan 'tugasnya'. Berarti benar dugaanku, ada hal yang tak beres di sini! Syukurlah aku kembali! Lilian! Penj
Kate masih belum terlalu percaya bila Katy betul-betul serius ingin menyakitinya, walau sebenarnya ia betul-betul mulai dilanda sebuah perasaan yang sangat tak enak."Ayolah, Adikku! Letakkan saja pedang-pedangan yang kau dapatkan entah darimana itu dan berdamai sajalah denganku! Kau nanti juga akan mendapatkan jodohmu sendiri. Kembar Vagano tidak hanya Tuan Muda Ocean! Masih ada 2 adiknya yang sama-sama tampan dan bisa kaupilih sendiri nanti!" ia tertawa gelisah sementara Katy masih mendesaknya hingga jauh mundur ke dalam kamar, bahkan hingga ia terjatuh ke atas ranjangnya sendiri."Tidak, Kak! Aku ingin hanya diriku saja yang menjadi kekasih, tunangan dan kelak istri Ocean Vagano! Karena kau adalah sainganku! Dalam cinta, tak pernah ada yang namanya teman, sahabat bahkan saudara sekalipun!" Katy tersenyum sinis sambil tetap menggenggam hulu pedang terkutuk Dangerous Attraction yang belum pernah Kate lihat sebelumnya."Lalu, apa yang kau inginkan? Membunuhku? C
Lama Earth terdiam, sementara dalam hatinya, Emily sangat yakin bahwa pemuda itu takkan pernah berkata ya. 'Ia sangat membenci keluarganya, tanah kelahirannya, jadi ia takkan pernah mau! Maka aku akan bebas pergi, karena ia tentu akan menolak mentah-mentah semua permintaanku yang sukar ini!' demikian Emily berusaha untuk membuat Earth mundur perlahan dengan syarat yang sedemikian berat. Berada kembali di tanah kelahirannya tentu saja bukan pilihan terbaik bagi Earth yang tak ingin mengenang masa lalunya yang begitu kelam dan menyedihkan. Pergi sejauh-jauhnya, bila perlu! "Baiklah, Emily! Demi kau, hari ini juga kita akan segera kembali ke Pulau Vagano!" di luar dugaan, Earth menyanggupi permintaan Emily yang paling sukar itu. "A, a, a, apaaaa?" Emily terperangah tak percaya, "Earth, bagaimana mungkin kau mau? Ocean dan Sky bisa membunuhmu, apalagi bila kau membawaku kesana! Pedang Terkutuk itu tentunya masih ada dan kali ini hidupmu bisa berakhir di ujungnya!
Sementara, Emily masih berada dalam 'penguasaan' Earth di sebuah hutan yang sunyi. Masih terombang-ambing antara ingin kembali kepada Xander yang 'ditinggalkannya' begitu saja tanpa kabar di M's Brew di Evertown, atau tetap bersama Earth yang tak mungkin akan mengizinkannya pergi lagi. "Emily, sudah dua kali kita melakukan itu. Kau bisa berterusterang kepadaku, apakah kau mulai bisa menyukaiku walau sedikit?" Earth masih memeluknya erat, seakan tak ingin melepaskannya untuk selama-lamanya. Emily gemetaran, walau pelukan Earth terasa hangat. Di bawah siraman cahaya mentari, pemuda itu sama sekali tak seperti saat mereka masih di Pulau Vagano tiga tahun silam. Tubuhnya bersih, mulus, wajahnya bercahaya. Emily sungguh merasakan perbedaan yang signifikan antara Earth Si Bungsu Terkutuk di masa lalu dengan Avalanche Si Barista di masa kini. "Aku belum tahu. Tiba-tiba saja kau muncul kembali. Terlalu mendadak bagiku. Dan aku sudah punya kekasih yang mencintaiku. Xa