Beranda / Fantasi / Crescent Moon / 43. Zona Arus Pasang Surut

Share

43. Zona Arus Pasang Surut

Penulis: Laquisha Bay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku selesai denganmu.

Bagaimana aku sanggup dan otomatis berubah menjadi sekeji itu pada Xaferius? Apa aku justru menyesalinya sekarang? Aku meringkuk di balik dipan tipis yang menimbulkan suara derit panjang sesaat setelah aku menggerakkan salah satu kakiku—memeluk sekaligus mengutuk diriku sendiri; di toko bungaku.

Berpisah dari Xaferius memang belum pernah tercetus dalam benakku—aku bahkan tak pernah membayangkan ada dunia yang lebih kelam dari duniaku sebelumnya—kehilangan orang tua di usia kanak-kanak. Kini aku memahami rasanya menjadi Aldrich yang merindukan Cattleya sepanjang waktu.

Gelap.

Hitam.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Crescent Moon   44. Efek Domino

    Jantungku seketika terasa mencelus ke rongga perut. Suara Aldrich terdengar seperti alunan musik yang paling ingin kuputar sekarang—menghalau kesepian yang telah meninggalkan jejaknya di seluruh sudut ruangan sejak perpisahanku dan Xaferius terjadi. Aku beranjak dari dipan yang lagi-lagi menjerit, seolah-olah mencegahku untuk beralih membuka pintunya.“Anna? Apa kau masih di sana? Bukalah, kumohon.”Sepasang kakiku berhenti melangkah—ragu-ragu, apa aku harus membiarkan Aldrich masuk dan melakukan sesuatu yang akan kusesali lagi? Rasa curigaku kembali mendominasi—mengapa pria itu mengunjungiku di waktu yang kurang tepat? Aku spontan menggeleng, lantas mencoba mengenyahkan segenap pikiran buruk yang muncul di dalam kepalaku—memutar kuncinya dan menarik kosen itu yang serta-merta membuatku menyaksikan

  • Crescent Moon   45. Sisi Kontras

    “Cium aku.”Aku terperangah, lantas membenturkan keningku pada pundak Aldrich sebab ukuran tubuhku memang hanya berkisar setinggi itu di hadapannya—berharap tindakan yang baru saja kulakukan dapat memberikan efek menyakitkan baginya. Namun, aku justru mencederai diriku sendiri. Aku mengaduh dan kepalaku mendadak jadi pening—astaga, mengapa tubuh pria itu seperti batu?“Apa yang kau lakukan?” tanya Aldrich—ekspresi wajahnya menahan geli.“Apa hanya itu yang ada di dalam otakmu? Mengapa kau tidak bisa mengontrol pikiranmu?” jeritku gusar sambil menggertakkan gigi padanya.“Bukankah aku pernah mengatakannya padamu, Anna? Aku selalu kehilangan kendali jika aku

  • Crescent Moon   46. Dosa Terindah

    “Demi Tuhan, kau manis sekali,” komentar Aldrich setelah melepaskan tautan bibir kami yang basah.“Apa itu cukup manis untuk membuatmu mabuk?”Aldrich memamerkan senyumnya—lebar dan ramah, “Sejak kapan kau jadi pintar menggoda? Apa keahlianmu berkembang sepesat itu dalam dua bulan terakhir?”“Anggap saja aku tipikal murid yang cepat belajar,” bisikku sambil menatap wajahnya.“Sayang sekali kau bukan milikku, Anna. Aku akan menyimpan seseorang sepertimu selamanya.”Selamanya.Aku lagi-la

  • Crescent Moon   47. Alter Ego

    Perbuatan kami semalam masih membekas di dalam pikiranku. Aldrich mahir menghabisi tenagaku dengan seluruh stamina yang dia punya—kami bahkan mengulangi aktivitas luar biasa itu hingga tiga kali. Sungguh, dia pria yang hebat. Aku tidak ingin membandingkan Aldrich atau Xaferius karena mereka punya nilainya masing-masing.Kini tubuh jahanamku menjadi lebih cepat beradaptasi pada ukuran Aldrich dan Xaferius, seolah-olah aku memang diciptakan untuk mereka—dua werewolf yang sama-sama mengisi hatiku dengan tiang neraca yang tak seimbang. Aku tahu aku terdengar serakah atau apa ada cap yang jauh lebih buruk dari itu? Aku akan menerimanya.Aldrich pergi pagi-pagi sekali, dia bermaksud menghindari fajar—meninggalkan aku yang masih merasa k

  • Crescent Moon   48. Hidup Normal

    Aku berhasil melewati dua minggu tanpa Xaferius di sisiku—kondisi yang awalnya terasa mustahil, tetapi siapa yang menyangka bahwa aku mampu melalui seluruh prosesnya? Rasa patah hati yang hebat itu masih menggoresku hingga sekarang. Aku sudah mencoba menghalau bayang-bayang mate-ku sendiri, meskipun gagal—aku selalu menangis dan menyesali segenap tindakan bodohku. Ironis, bukan? Aku memang mendapatkan ‘hidup normal’ yang kuinginkan—berinteraksi dengan wajar seperti diriku yang dahulu, menjadi manusia yang bebas, dan sejumlah hal lain yang lumrah untuk dilakukan sebagai entitas tak abadi. Namun, mengapa aku justru merasa... kosong? Bukankah aku seharusnya merasa bahagia? Apa itu artinya keputusan yang kubuat salah?

  • Crescent Moon   49. Nekropolis

    “Apa kau menyukainya?”Aku menoleh pada Aldrich sebelum menyahut, “Tentu saja. Aku suka sensasinya. Itu membuatku berpikir seolah-olah aku merupakan seorang nomaden yang selalu bepergian dengan van tuanya untuk menjelajah ke seluruh negeri.”“Apa kau tahu, Anna? Dahulu, aku juga sempat berpikir bahwa aku ingin hidup seperti itu. Aku ingin menjadi seorang werewolf nomadik, tetapi sayangnya aku tidak bisa melakukannya,” balas Aldrich yang masih memfokuskan pandangannya ke depan.“Kau bisa jika kau memang mau. Maksudku, semua orang akan mendapatkan yang mereka inginkan jika mereka mengusahakannya. Kau hanya tinggal mengurus beberapa hal yang harus kau

  • Crescent Moon   50. Genogram

    Hampir seluruh makam yang ada di The Necropolis mempunyai genogram pada nisannya—silsilah tentang satu keluarga itu ditulis dengan apik dan rapi, pekuburan estetik yang juga menjadi destinasi wisata bagi para wisatawan. Namun, keadaan sepi saat kami berkunjung sekarang. Sebelum kami keluar dari kawasan kuno itu, aku menangkap sebuah bangunan lain yang letaknya cukup dekat dari posisi katedral.“Apa itu?” tanyaku pada Aldrich yang masih berjalan di belakangku.“Itu museum, Anna. Apa kau juga ingin masuk ke sana?”“Tidak sekarang. Mungkin lain kali.”Akhirnya, kami tiba di dua buah makam yang posisinya berdampingan—nisan itu berdiri menjulang dengan monumen dan patung se

  • Crescent Moon   51. Quann vs Soleil

    “Apa kau pernah mendengar tentang para vampir yang menjadi musuh bebuyutan kaum werewolf?”Aku sontak menggeleng, “Apa hubungan kalian memang seperti itu?”Aldrich mendesah dan menghela napas berat sesaat sebelum menjawab—sesuatu yang jarang dia lakukan sebelumnya, “Quann dan Marie meninggal di usia yang cukup muda.”Cukup muda? Yang benar saja, Aldrich membuat waktu seribu tahun terdengar seperti hanya setahun baginya. Pria itu kemudian kembali meneruskan, “Aku tidak tahu penyebabnya, tetapi dari cerita yang beredar di keluarga Black selama bertahun-tahun, Quann dan Soleil merupakan musuh abadi.”

Bab terbaru

  • Crescent Moon   80. Belajar Untuk Melepaskan

    Alisku secara otomatis bertaut mendengarnya dan Aldrich lagi-lagi meneruskan, “Aku dilukai oleh perasaan rinduku, Anna. Itu sangat menyiksa.”Aku mendongakkan kepala lebih tinggi—memandang tanpa kedip ke dalam rona kelam di sepasang irisnya, lantas berpaling dengan cepat. Mengapa Aldrich harus mengatakan sesuatu yang juga melukaiku sekarang? Seolah-olah aku dan pria itu punya raga yang sama—jika dia sakit, maka aku juga akan merasa seperti itu.“Kau membuang muka. Apa kau membenciku? Atau apa wajahku tidak menarik untuk kau tatap?” gumamnya lagi dengan nada parau.Apa yang Aldrich pikirkan? Membencinya? Bagaimana mungkin aku membenci pria yang juga menjadi bagian diriku? Bukankah kau tak akan membenci salah satu anggota tubuhmu? Itulah mak

  • Crescent Moon   79. Rindu

    Hawa dingin dan salju sama sekali bukan iklim yang kusuka. Rasa-rasanya satu tiupan angin—dari sisi mana saja—mampu membekukan seluruh tulangku. Kebosanan pun mendadak melanda selama beberapa hari terakhir. Aku menutup toko bungaku sekitar dua jam lebih awal setiap akhir pekan—sama seperti sekarang—agar aku punya lebih banyak kesempatan untuk menikmati kebersamaanku dengan Xaferius. Namun, sore itu aku memutuskan untuk pergi ke supermarket. Bukan duduk manis menunggu kekasihku pulang seperti biasanya. Aku mulai bosan dilayani sepanjang waktu. Jadi, kuputuskan untuk berhenti menjadi Cinderella dalam dua atau tiga jam berikutnya. Aku juga ingin melihat-lihat keluar sekaligus mengambil waktu untuk diriku sendiri. Kegiatan yang sudah sangat jarang kulakukan. Jarak dari lok

  • Crescent Moon   78. Ekspres

    “Apa konsep yang kau inginkan untuk acara pernikahan kita minggu depan, Anna?” tanya Xaferius setelah kami selesai mengakhiri dua sesi maraton penuh gairah itu.“Minggu depan? Yang benar saja. Aku tidak ingin melihat para tamuku membeku di iklim sedingin ini.”“Kupikir kau lebih suka mempercepat waktunya daripada memikirkan cuaca.”“Aku memang ingin secepatnya mengubah status kita menjadi Tuan dan Nyonya, tetapi kita juga harus mempertimbangkan beberapa kondisi. Aku lebih suka membuat acara di bawah hamparan langit terbuka dengan nuansa musim semi daripada harus terkurung di dalam ruangan tertutup.”Xaferius kemudian mengerutkan kening dan menyahut, “Musim semi?

  • Crescent Moon   77. Candu

    Aku kembali dari suasana kejutan lamaran ke suasana penuh gairah yang melalap habis tubuhku di dalam kungkungan Xaferius. Jenis percikan hasrat yang selalu kujumpai di matanya untukku. Letupan yang rasanya tak akan pernah mampu tergantikan oleh apa atau siapa pun.Xaferius adalah canduku. Embusan napas panasnya seperti pemantik yang sukses menuntun insting liarku untuk membuatnya berubah menjadi dengusan kasar oleh aksi penyatuan kami. Pria itu merupakan obsesi terbaik sekaligus terbesarku.Kini aku dan Xaferius terikat sebagai jiwa yang saling berbagi energi satu sama lain. Dia seseorang yang lebih dari sekadar mate atau pasangan bagiku. Hubungan kami telah mencapai tahap jika aku kehilangan dirinya, maka artinya sama dengan memotong dua kakiku ju

  • Crescent Moon   76. Ya atau Tidak

    “Menikahlah denganku, Anna.”Untuk sesaat aku merasa seperti orang idiot—linglung. Apa kejutan yang Xaferius maksud adalah lamaran? Atau platina memang sudah menjadi bagian dari pembawa keberuntungan yang dia bicarakan sebelumnya?Aku memandangi cincin itu dengan debar yang tak kunjung henti melaju di dadaku. Benda itu sangat indah—kelewat mewah malah, permatanya terbuat dari berlian—intan yang diasah hingga memendarkan kemilau menawan di semua sudutnya—yang menyilaukan mataku setiap kali meliriknya.Namun, itu bukan satu-satunya hal yang menarik perhatianku. Taring—mengilap dan sedikit lebih besar daripada milik Aldrich—itu sukses merebut semua pengendalian diriku untuk menyentuhnya. Jemariku kemudian terulur menelusuri setiap

  • Crescent Moon   75. Lamaran

    “Apa itu?” gumamku yang otomatis mendekat ke tubuh Xaferius untuk mencari perlindungan dari sesuatu yang sedang mengintai di sana.Ketegangan kembali melapisi dadaku setelah sekian lama tertidur lelap dari antrean masalah masa silam. Aku menelan ludah dengan susah payah dan mundur dengan langkah teratur ke belakang punggung Xaferius. Namun, para kawanan justru terlihat bingung dengan sikapku.Kini Lucas berbalik menertawakanku dan berujar, “Mengapa kau takut pada platina?”“Pla-platina?”“Apa kau tidak tahu platina?” tanya Tavish yang juga menertawakanku.Keningku spontan berkerut heran dan kembali bertanya pa

  • Crescent Moon   74. Pengintai

    “Apa kau siap, Anna?” tanya Xaferius yang mengumbar senyumnya padaku.Aku kemudian mengangguk dengan gerakan mantap. Xaferius bersama para kawanan yang lain serta-merta menjauh—mengambil jarak aman—dariku. Dalam sekejap, mereka pun bertransformasi menjadi sosok serigala yang tangguh seperti biasanya.Fenomena itu hanya berlangsung dalam waktu sekian detik. Cepat sekaligus mencengangkan. Para hewan berkaki empat itu mendengking, lantas melonjak dengan lompatan yang penuh semangat. Rasa antusias yang sama seketika menyebar ke sekujur tubuhku—menjalar dan menetap—di sepanjang petualangan yang baru saja akan dimulai.Aku menghela napas dan mencoba mempersiapkan diri untuk sesuatu yang lagi-lagi terasa meleburkan seluruh gentar yang sehar

  • Crescent Moon   73. Hewan Pengerat

    Nyaliku mendadak ciut setelah mendengar suara Shaunn menggema di lantai bawah. Jadi, aku membatalkan niatku untuk mengenakan pakaian minim itu. Aku menyuruh Xaferius keluar menemui para kawanan agar aku lebih leluasa memilih model baju yang jauh lebih pas untuk dipakai.Aku harus melompat dan menunggangi seekor serigala raksasa nantinya. Pilihanku kemudian jatuh pada blazer—sebagai setelan luar—serta blus dengan motif kotak-kotak dan celana panjang favoritku. Aku mematut diriku sekali lagi—memastikan semuanya sudah sesuai di tubuhku—sampai akhirnya kalimat “aku siap” terucap tanpa kusadari.“Anna? Mengapa kau lama sekali? Apa kau sedang berhibernasi?” teriak Shaunn yang menggodaku dari depan pintu kamar.Aku tersentak oleh jeri

  • Crescent Moon   72. Bulan dan Bintang

    Kencan bersama para kawanan tergolong sangat aneh, tetapi sekaligus mendebarkan. Aku telah berhenti membayangkan bahwa aku akan pergi makan romantis di restoran atau jenis kencan normal dengan sosok yang juga normal secara harfiah sejak lama. Aku tahu aku tak akan pernah merasakannya sebab ingar bingar dunia manusia sama sekali bukan prinsip hidup yang Xaferius pegang.Aku mematut diriku di depan cermin sekarang—menaruh perhatian lebih pada rambut kusamku yang kurang menarik, lantas berputar membelakangi benda yang memantulkan bayangan kikuk diriku sendiri di sana. Ekor mataku menangkap lekukan pinggulku dalam balutan busana feminin—crop top hitam berpunggung terbuka dan rok berpotongan rendah sebatas lutut de

DMCA.com Protection Status