“Panggil Keenan ke ruangan saya,” titah Ria pada Karin-sekretaris Antara yang sekarang menjadi sekretarisnya untuk sementara waktu.
“Baik, Nona,” jawab Karin dan langsung menghubungi kepala proyek akuisisi perusahaan PT. Intan Jaya yang sedang dalam tahap persetujuan pemimpin tertinggi.
Satu minggu sudah Ria mengambil alih kepemimpinan perusahaan induk dan beberapa keputusannya membuat sebagian bahkan seluruh petinggi perusahaan banyak melakukan protes. Mereka berulang kali mencoba untuk mengadakan dialog dengan Ria, tapi ditolak mentah-mentah olehnya. Ria hanya akan menyelesaikan apa yang ada di hadapannya saat ini tanpa mempedulikan omongan sekitar. Ia punya perhitungan dan pertimbangannya sendiri, terlebih sedikit banyak ia mengetahui bagaimana sistem bisnis pada sektor FMCG ini.
“Selamat pagi, Nona. Saya sudah di sini. Ada hal yang perlu didiskusikan?” sapa Keenan begitu tiba di ruangan yang disediakan kh
"Anggota boy grup yang santer dibicarakan, tertangkap kamera sedang melakukan kencan dengan salah seorang artis perempuan pendatang baru. Diketahui foto tersebut beredar beberapa hari yang lalu di salah satu restoran seafood terkemuka. Pihak agensi belum memberikan kabar lebih lanjut, tapi para penggemar yakin bahwa orang di foto tersebut adalah salah seorang GMC." Suara pembawa acara gosip di TV nasional memenuhi ruang keluarga di apartemen GMC yang satu gedung dengan Monokrom. Suasana berubah menjadi tegang karena berita mereka jarang sekali tampil di tv nasional terlebih perihal kabar kencan.Januar merasakan amarah Tian yang mulai naik ke permukaan. Ia tahu bahwa ini ulah agensi yang membiarkan berita ini beredar. Sudah banyak kabar mereka yang melakukan hal menyeleweng dan agensi bisa menutupi itu semua dengan uang. Jika sampai disiarkan di berita berarti agensi tidak berusaha untuk menutup mulut. Hal ini yang membuat Tian dan yang lain terpancing emosinya.
"Kamu mau main-main dengan saya?" tanya Ria dengan seseorang di ujung telepon sana."Siapa kamu?" tanyanya dengan keras. Seperti orang was-was."Harus pakai cara apa saya mengatakan pada kamu, bahwa saya bukan lawan yang sebanding." Aura nona besar Ria mulai muncul ke permukaan. Sebenci apapun ia dengan nama besar Antara dan Wira yang melingkupinya, ia tak akan bisa lepas dan menyia-nyiakan begitu saja kekuasaan kedua orang tersebut."Apa yang kamu mau?" tanya seseorang di ujung sana."Mau saya sederhana. Berhenti buat drama dan jangan pernah mengganggu kepemilikan saya!" ujar Ria dengan penuh penekanan pada setiap kata."Apa yang kamu maksud? Saya tidak mengerti.""Berhenti berpura-pura bodoh padahal Anda memang sangat bodoh. Jangan pernah menggunakan nama Christian untuk menaikkan pamor Anda! Atau karier yang baru anda mulai di dunia hiburan akan hancur dalam sekejap," jelas Ria dengan diakhiri senyum miring a
Hai. Terima kasih kepada para pembaca yang bersedia dan setia membaca cerita ini sampai detik ini. Maaf yang sebesar-besarnya jika saya update part ceritanya lama sekali. Maaf sekali. Tapi saya berjanji dan berkomitmen penuh untuk menamatkan cerita ini sampai akhir. Terima kasih kepada para pembaca yang tidak saya ketahui siapa kalian, semoga tulisan saya tidak membosankan dan dapat mengambil pesan di setiap ceritanya. Walaupun memang tidak setiap bab mengandung pesan tersirat maupun tersurat. Maaf kalau di tiap awal maupun akhir bab saya tidak menyapa para pembaca. Tidak memberikan sepatah dua patah kata untuk para pembaca. Terima kasih, ya. Jangan sungkan jika ingin berkomunikasi dengan saya. Para pembaca sekalian bisa mengutarakannya melalui kolom komentar. Barangkali ada pertanyaan dan ada hal yang dibingungkan dari cerita ini. Bisa sampaikan di kolom komentar, ya. Sending v
"Lunch?""Gak bisa, aku mau ketemu client," balas Ria terhadap ajakan makan siang dari Tian melalui sambungan telepon. Panggilan berakhir begitu saja. Ia belum bertemu Tian semenjak video klarifikasi Lita beredar di malam hari ia menemuinya di restoran tersebut.Ria memutuskan untuk tinggal di apartemen Tian. Apartemen Central Park dengan fasilitas yang tak kalah mewahnya dengan Rajawali, namun tetap memiliki perbedaan. Perbedaan dari segi aksesnya yang hanya menggunakan kartu, membuat Ria harus ikut menyewa beberapa kamar yang kosong yang satu lantai dengan unit Tian. Karena para pengawalnya tidak membiarkan Ria sendirian di apartemen tersebut dengan keamanan yang tidak seketat Rajawali. Daripada mereka harus berjaga di depan pintu, lebih baik Ria menyewa beberapa unit yang satu lantai dengan unit Tian untuk para penjaganya.Tian tak mempermasalahkan hal tersebut, daripada apartemennya tak berfungsi tapi ia harus membayar biaya maintenance tia
“Kita berangkat 30 menit lagi ya. Saya tunggu di lobby, mobil Lexus Hitam,” ujar Ria pada mereka dan dibalas anggukan.“Baik, Ria.” Karin dan Fahri berjalan meninggalkan ruangan dan menyisakan Ria dengan Anton yang memandangi kepergian dua orang tersebut.“Terlalu riskan, Nona, jika mengajak mereka menggunakan lift pribadi. Biarkan itu menjadi akses pribadi milik Nona saja.” Anton memberikan nasihat yang seperti suruhan karena Ria baru saja meminta mereka untuk menggunakan lift yang ada di ruangan ini untuk mengefisienkan segalanya.Niat tersebut langsung ditolak oleh Anton dengan alasan mereka harus mengambil barang-barang untuk keperluan menuju green house. Anton tidak ingin menimbulkan risiko orang lain akan menerobos lift tersebut.“Pastikan semua berkas yang kemungkinan akan ditanyakan ketika rapat di sana sudah masuk semua ke tas,” perintah Ria pada Anton untuk kembali memastika
Ria menekan tombol untuk memberi tanda bahwa ia ingin berbicara. Agung yang melihat hal tersebut menghela napas lelah. "Bagaimana yang lain? Apakah ada tanggapan?" tanyanya melihat sekitar agar Ria tak bicara lagi. Perempuan itu memberi sanggahan dan tanggapan terus sedari tadi, seolah rapat hanya dihadiri oleh Bapak Kabid (Kepala Bidang) dan Ria saja.Karena dirasa tak ada yang menyalakan tombol untuk berbicara, maka Agung mempersilakan Ria. "Silakan, Mbak Ria.""Saya bingung sih, di proposal tertulis akan dibayarkan pada perusahaan sampai nominal 8-10 M ya untuk semuanya, kenapa jadi dipangkas hanya menerima maksimal 5 M?" tanya Ria dengan memegang pena di tangannya. Sepanjang rapat berlangsung ia menghitung kembali perkiraan pendapatan bersih yang akan didapat oleh perusahaan berdasarkan harga jual produk."3-5 M dipergunakan untuk biaya operasional mulai dari penjemputan ke pabrik hingga pemberian ke peserta," jelas Pak Kabid yang masih tidak dit
"Yan, Tian," teriak Jimmy dari ujung lorong dorm mereka. Tian yang sedang bersantai di sofa ruang keluarga malas menanggapi, nanti juga terlihat keberadaannya di sini."Yan, bangun dulu! Gue mau membicarakan hal yang serius," ujar Jimmy dan menarik tangan Tian untuk bangun."Gue mau tanya, Ria bukan orang sembarangan ya? Dia berasal dari keluarga konglomerat ya?" tanya Jimmy membuka pembicaraan mereka.Tian bingung harus menjawab apa. Ia sendiri tidak begitu mengenal keluarganya Ria karena mereka hidup masing-masing. "Gue gak tahu. Gue cuman kenal abang dan adiknya aja sih. Abangnya Randy Ananta, direktur di Wira Corps dan adiknya Reynal mahasiswa di Binus," jelas Tian sesuai informasi yang ia ketahui."Direktur di Wira Corps.? Wah kaum borjuis do
"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Tian begitu dokter pribadi GMC selesai melakukan pemeriksaan terhadap Ria yang sedang tidak sadarkan diri."Saya duga Nona tertekan dan shock. Tangan kanannya terluka akibat memecahkan gelas dengan cara digenggam karena ada bekas pecahan gelas yang tersisa dan membuat darahnya terus mengalir. Sudah saya bersihkan." Dokter tersebut menjeda perkataannya untuk melihat apakah ada tanggapan dari Tian."Lanjut, Dok," pinta Tian karena ia sudah mengerti dan belum ada yang ingin ditanyakan."Lebam di lehernya belum dapat dipastikan karena apa. Saya duga karena dicekik oleh seseorang karena saya melihat bekas tangan seseorang dan tercium bau tembakau dari leher Nona.""Astaga." Jimmy bereaksi setelah mendengar penjelasan dokter dan memejamkan matanya untuk meredakan kekesalan yang tiba-tiba hadir. Bisa-bisanya ada orang melakukan kekerasan terhadap Ria!"Saya sarankan untuk tidak langsung bertanya ketika
Hai! Sudah sampai kita di penghujung kisah mereka. Terima kasih kepada pembaca yang senantiasa bersedia menunggu cerita ini usai. Maaf jika terdapat plothole dan beberapa kesalahan lainnya. Terutama tidak sesuai ekspektasinya. Maaf jika selama membaca, dari kalian ada yang tertriggered karena gangguan jiwa yang dialami tokoh utama. Saya ingin memberitahu bahwa cerita ini merupakan series alias tidak hanya cerita tentang mereka berdua. Kisah mereka tidak berakhir begitu saja. Akan ada cerita selanjutnya yang mungkin terdapat tokoh pada cerita ini alias Ria dan Tian. Mungkin kisah mereka akan berlanjut di cerita lainnya. Nantikan kisah selanjutnya dari series ini, ya! See you.
Surat ini ditujukan untuk semua anggota keluarga yang sangat aku cintai.Terlihat jadul banget, ya? Masih pakai surat kertas tulis tangan seperti ini, hehe. Pertama-tama aku mau minta maaf dulu sebelum dapat penghakiman dari kalian. Maaf harus mengacaukan kebahagiaan yang sedang menyapa keluarga kita. Maaf untuk kesekian kalinya karena aku bertindak egois.Aku butuh jarak dari ini semua. Aku bener-bener belum bisa menerima keadaan dan status aku yang baru. Maaf karena lagi-lagi aku bertindak egois tanpa memikirkan perasaan Papah dan Kakek yang ingin sekali mengumbar kedekatan dengan Ananta tanpa takut statusnya akan terungkap.Aku butuh berpikir jernih untuk bisa melanjutkan hidupku yang terlanjur berantakan. Bukan karena Ananta yang terungkap ke publik, kok. Memang sudah berantakan dari awal. Banyak yang harus aku luruskan dengan diriku sendiri.Ditambah aku baru aja putus. Sedih, kan? Aku mendapat figur keluarga yan
Entah terlalu lelah atau terlalu malas, Ria langsung tergeletak begitu saja di tengah-tengah ruangan depan. Ia melempar tas sembarang dan merebahkan tubuhnya di lantai. Lantainya bersih tentu saja. Untuk apa Antara mempekerjakan sebanyak itu pembantu rumah tangga jika rumahnya masih saja kotor.Ria masih setengah terkejut mendapati keputusan Tian yang memilih untuk berpisah. Meskipun lelaki tersebut tidak gamblang menyatakannya, namun Ria paham arti dari semua tindakan Tian hari ini. Hal tersebut cukup membuktikan bahwa semuanya telah usai.Ria masih belum menerima alasan dari lelaki tersebut untuk mengakhiri hubungan mereka. Sungguh, Ria masih tidak mengerti sudut pandang Tian. Ia bahkan tidak tahu hal yang membuat Tian merasa begitu tersakiti. Seolah dirinya berselingkuh dari lelaki tersebut.Ria menyipitkan matanya begitu berbagai spekulasi hadir di benaknya. Semakin dipikirkan, semakin sakit kepalanya. Namun ia tidak bisa menerima begitu sa
“Firasatku berkata tuk jauh darimu, lalu kutemui kamu. Tak ku sangka kamu ada di depanku, bermain cinta.” Penggalan lirik lagu dari Geisha membawa Ria tiba di ruang sidang yang akan membacakan putusan terkait kasus penganiayaan dirinya tempo lalu.Ruang sidang terasa ramai karena banyak orang yang menyaksikan mengingat Lita salah satu artis tanah air yang sedang naik daun. Kasihan jika dilihat, baru merintis karir dan mulai merasakan ketenarannya, tapi semuanya harus hilang dalam sekejap mata akibat emosi semata.Berbagai pemberitaan di luar sana semakin menggila terkait kasus yang menimpa Ria, Lita dan sepupunya Tian. Nama Tian juga ikut terseret dalam kasus tersebut, apalagi kalau bukan untuk menaikkan engagement pemilik portal berita online. Ria tidak ingin hal ini merembet pada kehidupan orang lain sebenarnya, namun media dengan segala kontennya.Nama Ria juga tak luput dari pemberitaan terlebih setelah pengakuan langsung dari p
“Lo udah tahu kalau lo kembali viral? Namun dengan pemberitaan yang berbeda,” kata Jimmy memulai percakapannya dengan Ria.Beberapa menit yang lalu, Antara dan Wira meninggalkan ruangan dengan alasan ingin mencari angin. Padahal mereka ingin memberi ruang untuk Ria dan kawannya berbincang. Antara dan Wira senang bisa berinteraksi dengan kawan Ria tanpa perlu takut status Ria terungkap. Mereka harus menunggu 33 tahun lebih sesuai dengan umur Reno, anak tertua untuk bisa mengakui keturunan mereka dengan bangga.Ria menggeleng, kemudian mengangguk. Ia sendiri tidak yakin dengan jawabannya.“Ketika kasus penganiayaan yang menimpa diri lo terkuak ke publik, bersamaan dengan tersangka yang namanya juga diungkap. Besok paginya, Papah lo bikin konferensi pers di depan puluhan wartawan dan mengatakan bahwa putrinya yang menjadi korban dalam kasus tersebut.”“Pelan-pelan. Gue tahu lo biangnya gosip, tapi gue mas
“Ria!” panggil Antara dengan keras begitu mendapati wajah putrinya penuh darah dan lebam di berbagai sisi. Ia bahkan sempat tidak mengenali jika tidak menangkap anting yang dikenakan putrinya yang tidak dimiliki oleh siapapun.Antara berlari menerobos pengawal yang sudah mengepung para pelaku. Tangan Antara gemetar tatkala akan menyentuh pipi Ria. Ikatan tali di tangan dan kaki Ria sudah dilepas, meninggalkan bekas yang sampai terlihat dagingnya. “Ambulan sebentar lagi tiba, Tuan. Kita tidak berani memindahkan Nona, takut semakin memperparah kondisinya,” ungkap salah seorang pengawal, takut Antara salah paham karena mereka yang tidak segera membawa Ria ke rumah sakit.“Pakai helikopter agar cepat sampai.”“Baik, Tuan.”Antara meletakkan tangannya di dada kiri Ria tempat jantung berada. Ia ingin memastikan sendiri bahwa jantung putrinya masih berdetak. Entah apa yang akan terjadi jika
"Gue minta sama lo untuk nggak perlu membela kita di hadapan siapapun," kata Januar dengan tegas. Mereka sedang berkumpul di ruangan yang berisi sofa mengelilingi sebuah meja.Ruangan yang digunakan GMC untuk diskusi sebelumnya, bersebelahan tepat dengan ruangan Ria dan Reno bertengkar. Mereka bukan adu argumen, lebih ke arah Ria yang menghakimi Reno.Semua pertengkaran mereka terdengar jelas oleh GMC. Bahkan mereka menemukan fakta baru bahwa direktur di hadapan mereka saat ini sebelumnya merupakan CEO di Adiwira Holding Inc. Siapa yang tidak mengenal Adiwira? Banyak, karena saking banyaknya produk yang mereka hasilkan. Sehingga orang-orang tidak peduli di bawah naungan perusahaan mana produk tersebut berasal.GMC jadi merasa tidak enak karena membuat kakak beradik tersebut bertengkar. Ria dengan niat baiknya untuk menyampaikan keresahan GMC, namun caranya yang salah. Ia malah terfokus untuk menghakimi Reno, bukannya berdiskusi menemukan solusi
"Semuanya setuju dengan konsep shooting kali ini?" tanya Januar pada GMC yang lain di ruang studio latihan mereka.Tidak ada yang berani menjawab. "It's fine, guys. Sampaikan saja kalau keberatan. Kita punya hak bersuara dan gue sebagai leader yang akan menyampaikan ke atasan." Januar meyakinkan mereka semua untuk tidak perlu menahan pendapat."Gue nggak suka konsepnya. Konten yang kita jual di platform stars punya kualitas seperti siaran TV dengan kamera profesional. Kalau kita sekadar ngevlog dengan kamera biasa atau bahkan ponsel, nggak layak dijual pada platform tersebut. Upload aja di youtube, dapat adsense yang banyak juga mengingat masa Wings yang sangat banyak," ujar Samuel memecah keheningan di antara mereka."Setuju. Wings beli konten premium kita nggak murah, loh. Dan kita harus menampilkan kualitas terbaik yang bisa kita kasih ke mereka. Tahu, sih. Niatnya untuk memberi ruang gerak kita lebih leluasa dan di sisi lain memangkas biaya
“Boo, Pak Reno itu-”“Abang aku. Waktu itu kamu pernah ketemu di LA,” jawab Ria sebelum Tian menyelesaikan perkataannya.“Terus, waktu kalian ke Monokrom, kenapa dia bilangnya orang yang lagi dekat sama kamu?” tanya Tian begitu teringat dirinya yang cemburu dengan Reno.“Nggak salah, kan? Dia Abang aku. Dan kita emang lagi coba mendekatkan diri.”Tian menganggukan kepalanya pertanda setuju. Tidak ada yang salah, sih. Dirinya saja yang cemburu tidak jelas.“Pintu tempat kamu keluar tadi, isinya ruangan apa? Atau itu penghubung ke rumah selanjutnya?”“Ruangan yang lebih private yang tidak boleh dimasuki selain keluarga,” jawab Ria menegaskan bahwa batas orang luar berkunjung hanya sekitar ruang depan dan dibatasi oleh pintu tersebut. Bahkan pintunya tidak memiliki jendela, dan tidak akan bisa terlihat suasana di dalam sana.&ldquo