"Lunch?"
"Gak bisa, aku mau ketemu client," balas Ria terhadap ajakan makan siang dari Tian melalui sambungan telepon. Panggilan berakhir begitu saja. Ia belum bertemu Tian semenjak video klarifikasi Lita beredar di malam hari ia menemuinya di restoran tersebut.
Ria memutuskan untuk tinggal di apartemen Tian. Apartemen Central Park dengan fasilitas yang tak kalah mewahnya dengan Rajawali, namun tetap memiliki perbedaan. Perbedaan dari segi aksesnya yang hanya menggunakan kartu, membuat Ria harus ikut menyewa beberapa kamar yang kosong yang satu lantai dengan unit Tian. Karena para pengawalnya tidak membiarkan Ria sendirian di apartemen tersebut dengan keamanan yang tidak seketat Rajawali. Daripada mereka harus berjaga di depan pintu, lebih baik Ria menyewa beberapa unit yang satu lantai dengan unit Tian untuk para penjaganya.
Tian tak mempermasalahkan hal tersebut, daripada apartemennya tak berfungsi tapi ia harus membayar biaya maintenance tia
“Kita berangkat 30 menit lagi ya. Saya tunggu di lobby, mobil Lexus Hitam,” ujar Ria pada mereka dan dibalas anggukan.“Baik, Ria.” Karin dan Fahri berjalan meninggalkan ruangan dan menyisakan Ria dengan Anton yang memandangi kepergian dua orang tersebut.“Terlalu riskan, Nona, jika mengajak mereka menggunakan lift pribadi. Biarkan itu menjadi akses pribadi milik Nona saja.” Anton memberikan nasihat yang seperti suruhan karena Ria baru saja meminta mereka untuk menggunakan lift yang ada di ruangan ini untuk mengefisienkan segalanya.Niat tersebut langsung ditolak oleh Anton dengan alasan mereka harus mengambil barang-barang untuk keperluan menuju green house. Anton tidak ingin menimbulkan risiko orang lain akan menerobos lift tersebut.“Pastikan semua berkas yang kemungkinan akan ditanyakan ketika rapat di sana sudah masuk semua ke tas,” perintah Ria pada Anton untuk kembali memastika
Ria menekan tombol untuk memberi tanda bahwa ia ingin berbicara. Agung yang melihat hal tersebut menghela napas lelah. "Bagaimana yang lain? Apakah ada tanggapan?" tanyanya melihat sekitar agar Ria tak bicara lagi. Perempuan itu memberi sanggahan dan tanggapan terus sedari tadi, seolah rapat hanya dihadiri oleh Bapak Kabid (Kepala Bidang) dan Ria saja.Karena dirasa tak ada yang menyalakan tombol untuk berbicara, maka Agung mempersilakan Ria. "Silakan, Mbak Ria.""Saya bingung sih, di proposal tertulis akan dibayarkan pada perusahaan sampai nominal 8-10 M ya untuk semuanya, kenapa jadi dipangkas hanya menerima maksimal 5 M?" tanya Ria dengan memegang pena di tangannya. Sepanjang rapat berlangsung ia menghitung kembali perkiraan pendapatan bersih yang akan didapat oleh perusahaan berdasarkan harga jual produk."3-5 M dipergunakan untuk biaya operasional mulai dari penjemputan ke pabrik hingga pemberian ke peserta," jelas Pak Kabid yang masih tidak dit
"Yan, Tian," teriak Jimmy dari ujung lorong dorm mereka. Tian yang sedang bersantai di sofa ruang keluarga malas menanggapi, nanti juga terlihat keberadaannya di sini."Yan, bangun dulu! Gue mau membicarakan hal yang serius," ujar Jimmy dan menarik tangan Tian untuk bangun."Gue mau tanya, Ria bukan orang sembarangan ya? Dia berasal dari keluarga konglomerat ya?" tanya Jimmy membuka pembicaraan mereka.Tian bingung harus menjawab apa. Ia sendiri tidak begitu mengenal keluarganya Ria karena mereka hidup masing-masing. "Gue gak tahu. Gue cuman kenal abang dan adiknya aja sih. Abangnya Randy Ananta, direktur di Wira Corps dan adiknya Reynal mahasiswa di Binus," jelas Tian sesuai informasi yang ia ketahui."Direktur di Wira Corps.? Wah kaum borjuis do
"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Tian begitu dokter pribadi GMC selesai melakukan pemeriksaan terhadap Ria yang sedang tidak sadarkan diri."Saya duga Nona tertekan dan shock. Tangan kanannya terluka akibat memecahkan gelas dengan cara digenggam karena ada bekas pecahan gelas yang tersisa dan membuat darahnya terus mengalir. Sudah saya bersihkan." Dokter tersebut menjeda perkataannya untuk melihat apakah ada tanggapan dari Tian."Lanjut, Dok," pinta Tian karena ia sudah mengerti dan belum ada yang ingin ditanyakan."Lebam di lehernya belum dapat dipastikan karena apa. Saya duga karena dicekik oleh seseorang karena saya melihat bekas tangan seseorang dan tercium bau tembakau dari leher Nona.""Astaga." Jimmy bereaksi setelah mendengar penjelasan dokter dan memejamkan matanya untuk meredakan kekesalan yang tiba-tiba hadir. Bisa-bisanya ada orang melakukan kekerasan terhadap Ria!"Saya sarankan untuk tidak langsung bertanya ketika
“Terima kasih sudah mengizinkan aku singgah semalam di dorm kalian. Maaf kalau kedatangan aku mengganggu waktu istirahat kalian,” ucap Ria pada seluruh penghuni dorm yang stay di ruang keluarga. Mereka tidak memiliki ruang tamu karena memang tidak boleh ada tamu yang berkunjung ke dorm ini.“Sama-sama, Ria. Terima kasih juga atas masakannya, enak banget,” balas Januar tak kalah senangnya, padahal ia sudah pernah merasakan masakan Ria ketika berkunjung ke Rajawali bersama Jimmy.Ria bangkit dari kursinya dengan menenteng tas Gucci merah dan berpamitan untuk yang terakhir kalinya. “Gue pamit dulu ya. Kalau mau main ke Rajawali kabarin aja, siapa tahu gue lagi libur. Oh iya, pegawai kantoran kan libur di Sabtu Minggu.” Ria menunjukkan deretan giginya ketika mengingat hari liburnya yang tetap, tidak seperti GMC yang liburnya tidak menentu.Tian mengantarkan Ria hingga lantai basement karena Anton sudah menungguny
Keluar dari klinik kecantikan dengan kepercayaan diri maksimal. Tiga jam waktu yang dihabiskannya di dua tempat tersebut. Ria dengan penampilan baru yang sangat fresh. Memang me time itu sangat dibutuhkan untuk mencharge energi sendiri. Ria memotong rambutnya sampai di bawah bahu yang sebelumnya sepanjang pinggang. Ia merasa sudah sangat panjang dan gerah jika sedang menggerai rambutnya. Ria terlihat jauh lebih muda dari usia seharusnya. Ia seperti mahasiswi tingkat satu.Ria mengenakan kaos putih dengan blazer krem dan celana bahan dengan warna senada. Sebenarnya ini pakaian untuk bekerja, tapi Ria sedang ingin menjadikannya pakaian casual. Kebetulan ini masih hari kerja, mungkin orang lain akan memaklumi jika melihat Ria. Ia berencana langsung menuju kampus Reynal sebelum langkah kakinya terhenti akibat teriakan seseorang yang memanggil namanya. "Ria!" Belum sempat dirinya mencerna situasi, seorang perempuan memeluknya dengan sangat kencang dan penuh antusias. Ria tid
“Dimana sih acaranya?” tanya Ria pada Andi yang menyambutnya di parkiran begitu ia turun dari mobil.“Di Auditorium FEB, Nona. Mari saya antar,” balas Andi dan menawarkan opsi tersebut pada Ria.“Gak usah. Saya bisa sendiri,” tolak Ria dan berjalan meninggalkan lelaki tersebut. Andi hanya mampu terdiam melihat respon sang nona yang tidak seperti biasanya.Berniat untuk menyusul langkah Ria khawatir jika gadis tersebut akan tersesat, langkahnya dihentikan oleh Anton. “Jangan dipaksa. Dia lagi pengen sendiri. Kita cukup jagain dari jauh aja.”“Aneh banget. Padahal dia gak pernah lepas dari bantuan kita dalam hal apapun.”Ria berjalan menyusuri lobby fakultas ekonomi dan bisnis tempat kuliahnya dulu dan membawanya kembali pada kenangan dunia kampus yang tidak begitu berarti. Ria satu almamater dengan Reynal karena papahnya sudah percaya dengan kualitas universitas ini. Kehid
"Kamu kok bisa ada di sini?" Hal yang pertama Tian ucapkan begitu melihat Ria sedang menyandarkan tubuhnya di kursi mobil sambil memejamkan mata.Ria membuka mata dan langsung menghadap Tian yang berdiri di pintu mobil sebelah kiri. "Kamu tuh bisa gak sih tiap pertama kali ketemu aku di tempat yang gak expect akan ketemu, gak usah pertanyaan itu yang keluar. Kesannya kayak aku yang gak bisa pergi kemanapun gitu! Kamu gak senang kalau kita bertemu tanpa direncanakan seperti ini?" Ria yang sedang meredakan amarah, kembali marah ketika diberikan pertanyaan seperti itu."Maaf. Bukan begitu maksud aku, aku cuman-" Belum selesai perkataan Tian tapi sudah terhenti oleh Ria yang langsung keluar dari mobil begitu saja."Hey, Ria. Ganti baju dulu!" teriak Jimmy yang ikut keluar dari mobil mengejar gadis tersebut. Tian yang belum tahu situasinya hanya bisa menggaruk belakang kepalanya.Jimmy berhasil membawa Ria kembali dan memberikan tangan
Hai! Sudah sampai kita di penghujung kisah mereka. Terima kasih kepada pembaca yang senantiasa bersedia menunggu cerita ini usai. Maaf jika terdapat plothole dan beberapa kesalahan lainnya. Terutama tidak sesuai ekspektasinya. Maaf jika selama membaca, dari kalian ada yang tertriggered karena gangguan jiwa yang dialami tokoh utama. Saya ingin memberitahu bahwa cerita ini merupakan series alias tidak hanya cerita tentang mereka berdua. Kisah mereka tidak berakhir begitu saja. Akan ada cerita selanjutnya yang mungkin terdapat tokoh pada cerita ini alias Ria dan Tian. Mungkin kisah mereka akan berlanjut di cerita lainnya. Nantikan kisah selanjutnya dari series ini, ya! See you.
Surat ini ditujukan untuk semua anggota keluarga yang sangat aku cintai.Terlihat jadul banget, ya? Masih pakai surat kertas tulis tangan seperti ini, hehe. Pertama-tama aku mau minta maaf dulu sebelum dapat penghakiman dari kalian. Maaf harus mengacaukan kebahagiaan yang sedang menyapa keluarga kita. Maaf untuk kesekian kalinya karena aku bertindak egois.Aku butuh jarak dari ini semua. Aku bener-bener belum bisa menerima keadaan dan status aku yang baru. Maaf karena lagi-lagi aku bertindak egois tanpa memikirkan perasaan Papah dan Kakek yang ingin sekali mengumbar kedekatan dengan Ananta tanpa takut statusnya akan terungkap.Aku butuh berpikir jernih untuk bisa melanjutkan hidupku yang terlanjur berantakan. Bukan karena Ananta yang terungkap ke publik, kok. Memang sudah berantakan dari awal. Banyak yang harus aku luruskan dengan diriku sendiri.Ditambah aku baru aja putus. Sedih, kan? Aku mendapat figur keluarga yan
Entah terlalu lelah atau terlalu malas, Ria langsung tergeletak begitu saja di tengah-tengah ruangan depan. Ia melempar tas sembarang dan merebahkan tubuhnya di lantai. Lantainya bersih tentu saja. Untuk apa Antara mempekerjakan sebanyak itu pembantu rumah tangga jika rumahnya masih saja kotor.Ria masih setengah terkejut mendapati keputusan Tian yang memilih untuk berpisah. Meskipun lelaki tersebut tidak gamblang menyatakannya, namun Ria paham arti dari semua tindakan Tian hari ini. Hal tersebut cukup membuktikan bahwa semuanya telah usai.Ria masih belum menerima alasan dari lelaki tersebut untuk mengakhiri hubungan mereka. Sungguh, Ria masih tidak mengerti sudut pandang Tian. Ia bahkan tidak tahu hal yang membuat Tian merasa begitu tersakiti. Seolah dirinya berselingkuh dari lelaki tersebut.Ria menyipitkan matanya begitu berbagai spekulasi hadir di benaknya. Semakin dipikirkan, semakin sakit kepalanya. Namun ia tidak bisa menerima begitu sa
“Firasatku berkata tuk jauh darimu, lalu kutemui kamu. Tak ku sangka kamu ada di depanku, bermain cinta.” Penggalan lirik lagu dari Geisha membawa Ria tiba di ruang sidang yang akan membacakan putusan terkait kasus penganiayaan dirinya tempo lalu.Ruang sidang terasa ramai karena banyak orang yang menyaksikan mengingat Lita salah satu artis tanah air yang sedang naik daun. Kasihan jika dilihat, baru merintis karir dan mulai merasakan ketenarannya, tapi semuanya harus hilang dalam sekejap mata akibat emosi semata.Berbagai pemberitaan di luar sana semakin menggila terkait kasus yang menimpa Ria, Lita dan sepupunya Tian. Nama Tian juga ikut terseret dalam kasus tersebut, apalagi kalau bukan untuk menaikkan engagement pemilik portal berita online. Ria tidak ingin hal ini merembet pada kehidupan orang lain sebenarnya, namun media dengan segala kontennya.Nama Ria juga tak luput dari pemberitaan terlebih setelah pengakuan langsung dari p
“Lo udah tahu kalau lo kembali viral? Namun dengan pemberitaan yang berbeda,” kata Jimmy memulai percakapannya dengan Ria.Beberapa menit yang lalu, Antara dan Wira meninggalkan ruangan dengan alasan ingin mencari angin. Padahal mereka ingin memberi ruang untuk Ria dan kawannya berbincang. Antara dan Wira senang bisa berinteraksi dengan kawan Ria tanpa perlu takut status Ria terungkap. Mereka harus menunggu 33 tahun lebih sesuai dengan umur Reno, anak tertua untuk bisa mengakui keturunan mereka dengan bangga.Ria menggeleng, kemudian mengangguk. Ia sendiri tidak yakin dengan jawabannya.“Ketika kasus penganiayaan yang menimpa diri lo terkuak ke publik, bersamaan dengan tersangka yang namanya juga diungkap. Besok paginya, Papah lo bikin konferensi pers di depan puluhan wartawan dan mengatakan bahwa putrinya yang menjadi korban dalam kasus tersebut.”“Pelan-pelan. Gue tahu lo biangnya gosip, tapi gue mas
“Ria!” panggil Antara dengan keras begitu mendapati wajah putrinya penuh darah dan lebam di berbagai sisi. Ia bahkan sempat tidak mengenali jika tidak menangkap anting yang dikenakan putrinya yang tidak dimiliki oleh siapapun.Antara berlari menerobos pengawal yang sudah mengepung para pelaku. Tangan Antara gemetar tatkala akan menyentuh pipi Ria. Ikatan tali di tangan dan kaki Ria sudah dilepas, meninggalkan bekas yang sampai terlihat dagingnya. “Ambulan sebentar lagi tiba, Tuan. Kita tidak berani memindahkan Nona, takut semakin memperparah kondisinya,” ungkap salah seorang pengawal, takut Antara salah paham karena mereka yang tidak segera membawa Ria ke rumah sakit.“Pakai helikopter agar cepat sampai.”“Baik, Tuan.”Antara meletakkan tangannya di dada kiri Ria tempat jantung berada. Ia ingin memastikan sendiri bahwa jantung putrinya masih berdetak. Entah apa yang akan terjadi jika
"Gue minta sama lo untuk nggak perlu membela kita di hadapan siapapun," kata Januar dengan tegas. Mereka sedang berkumpul di ruangan yang berisi sofa mengelilingi sebuah meja.Ruangan yang digunakan GMC untuk diskusi sebelumnya, bersebelahan tepat dengan ruangan Ria dan Reno bertengkar. Mereka bukan adu argumen, lebih ke arah Ria yang menghakimi Reno.Semua pertengkaran mereka terdengar jelas oleh GMC. Bahkan mereka menemukan fakta baru bahwa direktur di hadapan mereka saat ini sebelumnya merupakan CEO di Adiwira Holding Inc. Siapa yang tidak mengenal Adiwira? Banyak, karena saking banyaknya produk yang mereka hasilkan. Sehingga orang-orang tidak peduli di bawah naungan perusahaan mana produk tersebut berasal.GMC jadi merasa tidak enak karena membuat kakak beradik tersebut bertengkar. Ria dengan niat baiknya untuk menyampaikan keresahan GMC, namun caranya yang salah. Ia malah terfokus untuk menghakimi Reno, bukannya berdiskusi menemukan solusi
"Semuanya setuju dengan konsep shooting kali ini?" tanya Januar pada GMC yang lain di ruang studio latihan mereka.Tidak ada yang berani menjawab. "It's fine, guys. Sampaikan saja kalau keberatan. Kita punya hak bersuara dan gue sebagai leader yang akan menyampaikan ke atasan." Januar meyakinkan mereka semua untuk tidak perlu menahan pendapat."Gue nggak suka konsepnya. Konten yang kita jual di platform stars punya kualitas seperti siaran TV dengan kamera profesional. Kalau kita sekadar ngevlog dengan kamera biasa atau bahkan ponsel, nggak layak dijual pada platform tersebut. Upload aja di youtube, dapat adsense yang banyak juga mengingat masa Wings yang sangat banyak," ujar Samuel memecah keheningan di antara mereka."Setuju. Wings beli konten premium kita nggak murah, loh. Dan kita harus menampilkan kualitas terbaik yang bisa kita kasih ke mereka. Tahu, sih. Niatnya untuk memberi ruang gerak kita lebih leluasa dan di sisi lain memangkas biaya
“Boo, Pak Reno itu-”“Abang aku. Waktu itu kamu pernah ketemu di LA,” jawab Ria sebelum Tian menyelesaikan perkataannya.“Terus, waktu kalian ke Monokrom, kenapa dia bilangnya orang yang lagi dekat sama kamu?” tanya Tian begitu teringat dirinya yang cemburu dengan Reno.“Nggak salah, kan? Dia Abang aku. Dan kita emang lagi coba mendekatkan diri.”Tian menganggukan kepalanya pertanda setuju. Tidak ada yang salah, sih. Dirinya saja yang cemburu tidak jelas.“Pintu tempat kamu keluar tadi, isinya ruangan apa? Atau itu penghubung ke rumah selanjutnya?”“Ruangan yang lebih private yang tidak boleh dimasuki selain keluarga,” jawab Ria menegaskan bahwa batas orang luar berkunjung hanya sekitar ruang depan dan dibatasi oleh pintu tersebut. Bahkan pintunya tidak memiliki jendela, dan tidak akan bisa terlihat suasana di dalam sana.&ldquo