"PLAYBOY gilanya udah sampai, Sayang?" geraman itu membuat Syila berjengit, dia sampai melongo menatap Jake yang sudah berdiri di belakangnya sekarang.
"Kok bisa? Lo selama ini mata-matain gue, ya?"
Jake mendengkus. Dia mengambil kursi di sebelah Syila dan duduk di sana. "Gue tadi ada meeting di sekitar sini, nggak usah geer."
Jujur saja, Jake masih kesal lantaran disuruh mencari lokasi Syila sendiri daripada langsung diberitahu perempuan itu. Lebih kesal lagi, Syila di sini tidak sendiri, ada orang lain yang awalnya ia pikir seorang laki-laki. Namun, kini dia bisa menghela napas lega begitu sosok yang tengah menatapnya tajam adalah wanita, bukannya pria.
Wanita itu hanya meliriknya, tatapan matanya terlihat sekali kalau dia sedang tidak suka. "Sejak kapan lo kenal sama dia?" tanyanya tiba-tiba. Tatapan tajamnya beralih pada Syila yang kini nyengir kuda.
"Belum
JAKE bangkit begitu bayangan Syila menghilang di koridor yang mengarah ke dapur. Dia terbangun sejak mendengar nada panggil ponselnya. Dia memang tidak berminat untuk mengangkat panggilan itu, karena ia yakin memang bukan panggilan yang penting.Namun, Jake terkejut saat Syila mengambil ponsel dan langsung membantingnya ke lantai, alih-alih mematikan telepon yang mengganggu itu.Mencium ada yang tidak beres, Jake lebih memilih pura-pura tidur saja daripada dia bertengkar dengan Syila sebelum melahap makan malam.Jake mengambil ponsel, mengecek keadaannya yang benar-benar mengenaskan. Ujung-ujungnya tergores, layarnya retak, tak lagi bisa menyala, dan memang sudah tidak bisa diselamatkan lagi ... untuk yang kedua kalinya.Laki-laki itu mendesah pasrah. Dia tidak masalah ponselnya hancur, hanya satu yang membuatnya jadi masalah, karena ia belum punya salinan nomor ponsel Syila.Lagi-lagi, dia gag
SETELAH mandi, Jake kebingungan memakai pakaian apa. Jelas-jelas celana serta dalamannya tadi sudah kotor. Kalaupun, dia memakai itu lagi, dia tidak masalah, sih, tapi masa iya dia harus memakai pakaian kotor yang habis dipakai?Kalau dia menginap biasa, di apartemen Rein misalnya. Dia masih bisa meminjam baju temannya, karena sama-sama laki. Kalau di apartemen Syila, masa iya dia pinjam dan memakai pakaian cewek?Di mana harga dirinya!Jake membelitkan handuk guna menutupi tubuh bagian bawahnya. Setelah memastikan handuknya membelit secara sempurna, Jake keluar dan menghampiri Syila."Ya ampun, Bang! Kenapa lo nggak pakai baju gitu?"Jake meringis. "Lo punya nomor si Dio, nggak?"Syila menggeleng. "Emang buat apaan?" Dahinya mengernyit curiga."Gue mau minta tolong, ambilin pakaian gue di apartemen."Syila mendengkus. "Gue nggak
"LO nyewa apartemen ini buat berapa lama?" tanya Jake tiba-tiba saat Syila membereskan piring yang tadi mereka gunakan untuk makan malam."Kenapa emangnya?" Syila mengernyitkan dahi, menatap Jake dengan penuh tanda tanya.Jake mengangkat bahu tak acuh. "Gue rencana mau barter apartemen kalau Evan mau. Gimana menurut lo?""Barter gimana? Maksudnya, lo mau tuker apartemen kalian gitu?""Iya.""Idih, ngapain! Bukannya bagusan apartemen lo ke mana-mana daripada tempat ini? Iya, emang bagus-bagus aja sih tempatnya, tapi luas dan bentuknya kan bagusan punya lo sendiri, Bang?""Iya, tapi nggak ada lo di dalamnya, jadi rasanya percuma aja gede-gede.""Alasan apaan, tuh?" Pipi Syila sontak memerah, dia membuang muka dan fokus menyabuni piring di wastafel."Gue serius, kalau lo mau ikut tinggal di apartemen gue, malah lebih bagus. Jadi, lo aja yang pindahan
SUARA dering ponsel memaksa Syila membuka mata. Dia meraih-raih nakas dengan mata setengah memejam, begitu benda itu dia dapatkan, Syila berusaha duduk, tapi sebuah lengan kekar menahan pergerakannya.Dahi perempuan itu mengernyit. Dia baru ingat kalau semalam Jake menginap di kamarnya. Laki-laki itu masih tidur dengan posisi menyamping dengan lengan melingkari perut Syila.Syila mencoba menyingkirkan lengan Jake, lalu mengangkat panggilan dari nomor yang tak dikenal."Halo?""Halo ... Syila?""Iya, ini siapa, ya?" tanyanya.Suara laki-laki yang sontak membuat Syila memandangi Jake yang masih terlelap di alam mimpi."Jake ada sama lo, nggak?"Syila menggigit bibirnya. Bingung, antara harus menjawab jujur atau berbohong saja, karena ayolah ... dia tidak mengenal laki-laki yang sedang menghubunginya. Mungkin, dia mengenal Jake, tapi
DUDUK bersama mamanya adalah sesuatu yang sudah jarang ia lakukan sejak dewasa. Terlebih, sejak mamanya mulai menanyakan soal pasangan hidup yang tidak pernah terpikirkan olehnya dulu.Namun, sekarang beda. Dia sudah punya pacar. Walau cara jadiannya tidak ada romantis-romantisnya, bahkan bau ranjang, tapi tetap saja Jake sudah resmi jadi pacarnya sekarang."Ma?""Hm."Walaupun sudah berumur, tapi mamanya masih suka main ponsel layaknya anak muda. Syila bahkan penasaran, bagaimana resep si Mama sampai masih awet muda dengan aktivitas serta pekerjaan yang bisa membuat kulit tidak sehat itu."Mama ada janjian apa sama Jake?"Riri menoleh, menatap putrinya dengan wajah serius. "Dia cerita sama kamu?""Dia bilang, dia nggak boleh nidurin Syila sampai tiga bulan ke depan kalau masih mau diterima jadi mantu."Riri mengangguk-ang
PERTAMA kali masuk kemari, Syila sudah izin, bahkan diberi izin khusus dari pemilik apartemen. Namun, kali ini dia masuk secara diam-diam, belum izin, sudah kayak maling.Iya, mau izin bagaimana. Ponsel Jake jelas-jelas masih rusak. Masa iya dia izin lewat Dio? Yang ada kaki tangan Jake bisa mikir macam-macam soal dirinya—walau memang iya.Lagian, dulu Jake juga pernah masuk ke kamarnya tanpa izin, kan? Jadi, dia tidak akan marah, kan, saat melihat Syila masuk apartemennya tanpa bilang-bilang? Dia tidak akan marah dan berpikiran macam-macam padanya, kan, ya?Toh, katanya, di sini tidak apa-apa, lalu kenapa Jake harus marah padanya hanya karena melihat Syila berada di apartemennya? Dan seingatnya, semalam Jake sudah mengizinkannya main ke sini daripada harus melihat laki-laki itu menginap di apartemennya setiap malam."Permisi!" sapanya, sambil melangkahkan kaki memasuki apartemen berwarna krem
JAKE baru tahu, jika perempuan akan lebih terlihat seksi saat dia sedang fokus memasak. Sejak tadi, dia terus menatap Syila tanpa berkedip, sesekali ia menelan ludah, lalu mulai melonggarkan ikatan dasi, dan membuka kancing teratas kemejanya. Jasnya sudah ia sampirkan ke sandaran kursi di sebelah.Tanpa sadar Jake sudah berdiri. Dia menghampiri Syila dan memeluknya tiba-tiba yang membuat perempuan itu terkejut karenanya."Astaga, Bang. Jangan ngagetin gitu, dong!" protesnya.Dia berbalik menatap Jake yang sedang menatapnya lapar. Tatapan buas yang pernah ia lihat saat mereka kegap beberapa waktu lalu, entah mengapa kini menjadi ekspresi Jake saat menatapnya."Masih belum matang ini, bentar lagi, ya?" Syila menepuk-nepuk punggung Jake pelan. "Abang mending mandi aja dulu, gimana?" tawarnya.Jake menatapnya serius, tanpa senyum menggoda, ekspresinya benar-benar membuat Syila sala
MASAKAN Syila memang selalu enak di lidahnya. Jake diam-diam membatin, kalau dia ingin dimasakin setiap hari dari pagi, siang, sore, dan malam. Dia tidak masalah kalau harus menunggu lama hanya untuk bisa menikmati makanannya, karena memang masakan Syila selalu luar biasa.Syila sendiri sudah selesai makan lebih dulu. Perempuan itu tidak banyak makan, tapi kalau masak tidak pernah tanggung-tanggung. Porsi besar untuk orang yang sangat kelaparan dan sepertinya itu khusus dibuat untuknya.Jake mengambil surat yang ia simpan sementara di saku belakang celana jinnya, lalu mulai membaca isi pesan itu dalam diam. Dia tidak benar-benar membaca, karena rerata dia sudah tahu semuanya tentang Clarisa. Dia hanya mencari kalimat yang bisa memberinya petunjuk, kapan dia akan menemui Clarisa dan menyelesaikan masalah terakhir mereka.Jake tidak mau terlibat lebih jauh lagi dengan wanita itu. Baginya, sejak Clarisa membohon
Hold On - Chord OverstreetPERNIKAHAN Rein dan Irin berjalan sesuai rencana. Kedua mempelai terlihat bahagia. Tidak ada yang sadar jika mereka hanya sedang berpura-pura bahagia. Kecuali mungkin sang mempelai pria yang sejak lama telah memendam rasa, tapi tak berani mengungkapkannya.Jake mengawasi dari jauh. Mata elangnya menyelisik wilayah sekitar, mencari-cari keberadaan orang terkasih yang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.Jake menghela napas kasar. Dalam hati dia bertanya-tanya. Apa Syila tidak datang ke pesta pernikahan kakak kandungnya?Laki-laki itu menggelengkan kepala. Itu tidak mungkin, kan?Rein su
"GIMANA kabar?""Baik."Laki-laki yang mengenakan hoodie merah yang menutupi kepalanya itu mengernyitkan dahi. Tatapan sinis ia lemparkan pada perempuan yang wajahnya terlihat semakin tembam dengan aksen tambahan mata merah, kelopak mata menghitam, tak lupa suaranya yang serak-serak menggelikan."Yakin?" Laki-laki itu mendengkus keras, sembari mengaduk-aduk minumannya.Bibir perempuan di hadapannya maju beberapa senti. "Udah tahu, jangan nanya mulu kenapa. Lo mau lihat gue nangis di depan muka lo emangnya?""Idih, galak!" Laki-laki itu tersenyum tipis. "Lo nggak banyak berubah ternyata.""Emang, lo bakal ngarep gue berubah kayak gimana?""Jadi lebih kalem dan manisan dikit, mungkin." Laki-laki itu tertawa pelan, tapi cukup untuk membuat Syila melemparinya dengan tisu bekasnya tadi. Tiba-tiba saja laki-laki itu berdeham. "Irina mau nikah?"
JAKE terbebas dari tuduhan, karena ternyata video yang beredar hanyalah editan yang berusaha merusak nama baiknya. Ahli IT dan forensik sudah membenarkan, bahwa Jake tidak bersalah dan dia akan dilepaskan.Yang menjadi pertanyaannya sekarang, siapa yang menyebarluaskan video tersebut?Setelah dilacak, ponsel pertama yang menyebarluaskan ternyata sudah dibuang, tidak ada pemiliknya. Nomor yang ada di ponsel ternyata tidak didaftarkan secara lengkap dan hal itu menyulitkan penyelidikan.Jake hanya berpesan, jika pelaku tertangkap, dia akan balik menuntut dengan pasal "pencemaran nama baik".Jake kembali ke apartemennya setelah memastikan Dio berada di sana. Temannya itu akhirnya bisa bernapas lega setelah mendengar penjelasan Jake mengenai video yang sempat viral di dunia maya beberapa jam yang lalu."Bukan Rein pelakunya," kata Dio, setelah memastikan Jake menyelesaikan penjelas
DARI mana aja lo?" Dio langsung melempar soal begitu Jake masuk ke apartemennya.Jake terkejut, walau hanya sekilas, sebelum ia tertawa terbahak-bahak. "Lo nanya kayak emak-emak yang nanyain anak perawannya pulang kemaleman aja, Yo."Jake mendekati teman baik, sekaligus kaki tangannya itu duduk di sofa setelah meletakkan tas serta gitarnya di atas meja.Dio mengernyitkan dahinya curiga. "Gitar?"Jake mengangguk. "Barusan gue beli di tempatnya Sera.""Ngapain lo ke sana lagi, ha?""Beli gitarlah, mau ngapain lagi?" Jake mendengkus geli. "Jangan mikir gue balikan sama dia, ya, nggak mungkin ada sejarahnya yang kayak gitu.""Terus, kenapa ponsel lo bisa mati?""Emang iya?" Jake merogoh saku di balik jasnya dan mengeluarkan ponsel yang tidak lagi bernyawa. "Nggak tahu kenapa mati sendiri, nih!" Jake menunjukkan ponselnya pada Dio yang
TIDAK ada drama apa pun yang terjadi saat ia melamar Syila. Semuanya setuju, kecuali Rein yang mengumpat berulang kali, karena hal itu berarti kalau tanggal pernikahannya pun ikut ditetapkan.Benar, mereka akan menikah secara bersamaan dengan Rein serta Irin. Konsep sudah diatur, tempat sudah dipesan, undangan sedang dibuat dan siap disebar. Dua bulan lagi, mereka benar-benar resmi menjadi suami istri.Setiap malam, Jake ke apartemen Syila, karena Syila lelah naik-turun lift setiap harinya. Dia bahkan diberikan akses masuk ke apartemen oleh Syila.Sedangkan Rein pulang ke rumah, dia menetap di rumah sampai hari pernikahannya tiba. Entah apa yang mau direncanakan calon kakak iparnya itu. Jake tidak peduli, yang jelas dia bebas bermesraan dengan Syila tanpa takut ada yang mengganggunya di sana."Sayang, sini, deh!"Jake tersenyum manis. Tangannya melambai-lambai, meminta Syila ya
PERCINTAAN panas itu berakhir dengan Jake yang tidak mau melepaskan Syila. Sebulan tidak menyentuh kekasihnya ditambah rindu akibat belum bertemu selama seminggu membuat ia tidak bisa berlaku biasa saja. Senyuman yang sejak tadi terpatri di bibirnya kian melebar saat ia menarik kekasihnya ke dalam dekapan."Kangen banget," gumamnya di atas telinga Syila yang sedang berusaha menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka."Kangen, sih, kangen. Biarin gue pakai baju dulu, bisa kali, Bang?"Jake mengeratkan pelukannya. "Coba abis ini 'lo-gue'nya diganti jadi 'aku-kamu', gimana? Udah lama pacaran, masih aja 'lo-gue'an.""Idih, kayak anak alay lu, Bang."Jake mengeratkan pelukannya. "Biarin," balasnya cuek."Bang?""Hm," tanggapnya sambil menyorokkan kepalanya ke leher Syila."Yang tahu sandi apartemen lo siapa aja?" tanya Syila t
TERLALU muluk jika ia berharap Syila sudah sampai di apartemennya. Jam masih menunjukkan pukul dua siang, sedang Syila berkata padanya akan ke apartemennya sore-sore.Jake tersenyum lebar, dia memang mengharapkan Syila datang ke apartemennya sekarang. Bukan masalah dia sedang membawa kue perdana yang dibuat khusus untuknya, melainkan dia sudah merindukan perempuan itu.Jika diingat-ingat, memang seminggu terakhir ini mereka belum bertemu. Jake memang mendatangi apartemen Syila, tapi perempuan itu tidak ada di tempat. Syila bilang, dia sedang berada di restoran tantenya untuk melakukan eksperimen pembuatan kue ulang tahun Jake.Tanpa sadar, senyuman itu semakin lebar. Jemarinya bahkan bergerak sendiri menghubungi perempuan yang hampir sebulan ini menjadi kekasihnya."Kenapa, Bang?" tanya Syila dari seberang sana."Masih lama, ya? Udah kangen gue sama lo. Lama nggak ketemu."
HARI ulang tahunnya akhirnya tiba. Jake sengaja tidak memejamkan mata, karena dia tahu pasti, sebentar lagi, dua sahabatnya akan membangunkannya di tengah malam sambil membuat video memalukan.Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Syila membuat laki-laki yang baru memasuki usia dua puluh delapan itu tersenyum lebar.Arsyila Sayang :Happy birthday, ya, Bang.Semoga panjang umur dan sehat selalu.Kuenya gue anterin nanti sore ke apartemen lo.Ada masalah, dikit.Jake sengaja tidak membalas pesan Syila. Dia malah bergerak menuju pintu, bersiap menyambut ketika kenopnya terlihat bergerak. Jake menghitung sampai tiga, lalu berteriak mengagetkan dua orang yang kini terjengkang ke belakang."DOR!""Bangsat!""Berengsek, kaget gue!"Dio misuh-misuh sambil mulai berdiri dan memegangi pantatnya
MASAKAN Syila memang selalu enak di lidahnya. Jake diam-diam membatin, kalau dia ingin dimasakin setiap hari dari pagi, siang, sore, dan malam. Dia tidak masalah kalau harus menunggu lama hanya untuk bisa menikmati makanannya, karena memang masakan Syila selalu luar biasa.Syila sendiri sudah selesai makan lebih dulu. Perempuan itu tidak banyak makan, tapi kalau masak tidak pernah tanggung-tanggung. Porsi besar untuk orang yang sangat kelaparan dan sepertinya itu khusus dibuat untuknya.Jake mengambil surat yang ia simpan sementara di saku belakang celana jinnya, lalu mulai membaca isi pesan itu dalam diam. Dia tidak benar-benar membaca, karena rerata dia sudah tahu semuanya tentang Clarisa. Dia hanya mencari kalimat yang bisa memberinya petunjuk, kapan dia akan menemui Clarisa dan menyelesaikan masalah terakhir mereka.Jake tidak mau terlibat lebih jauh lagi dengan wanita itu. Baginya, sejak Clarisa membohon