KOSONG.
Tidak ada Syila di kamar itu.
"Lo yakin, ini tempatnya?" tanyanya pada seorang laki-laki bermantel hitam panjang yang menyembunyikan kedua tangannya ke saku celana.
Evan hanya diam, dia melangkah masuk dan menemukan sebuah ponsel yang ia ketahui pasti sebagai ponsel adik sepupunya.
"Cerdik," komentarnya seraya menyalakan ponsel itu dan melihat langsung video berdurasi tiga puluh detik yang dimainkan adik sepupunya dengan aktor papan atas Indonesia.
"Itu punya Syila, kan? Terus ke mana anaknya?"
Evan hanya diam saja, dia menatap satu pesan yang belum dibaca di ponsel Syila. Sedangkan Rein mulai menghubungi seseorang di seberang sana.
Evan tidak memedulikannya. Dia menatap pesan itu dengan ekspresi tak terbaca.
"Batalin pertunangan kalian, kalau lo mau dia balik ke lo, Rein!"
***<
REIN mengumpat berulang kali karena panggilannya sama sekali tak ditanggapi. Jam dua belas malam lewat, tapi ia belum mendapat petunjuk apa pun untuk mencari keberadaan adiknya sekarang.Hanya satu hal yang mereka ketahui dengan pasti. Syila sedang bersama dengan Jaguar Adytama. Entah di mana laki-laki itu menyembunyikan Syila sekarang, tapi Evan akui, Jake cukup pintar karena bisa menyembunyikan keberadaannya dari seorang Lionel Ervan Gunawan.Namun, kali ini Evan menemukan petunjuk lain atas aksi nekat yang dilakukan sahabat baik Rein itu."Rein!" panggil Evan dengan nada dingin, tatapan tajam dia hunuskan ke arah Rein yang mengernyitkan dahi tak mengerti."Kenapa?""Jelaskan padaku, kenapa Jaguar Adytama bisa membawa lari adikmu tanpa kamu sadari?"Rein tersenyum masam, dia memutar otak, mencoba mencari penjelasan yang paling masuk akal untuk menjawab soal se
"DI luar ramai banget, Bang!" ujar Syila panik.Jake tak peduli, dia malah membungkam bibir Syila dengan ciumannya kembali. Hal seperti ini mengingatkannya akan percintaan panas mereka yang kedua. Waktu itu, Syila juga panik dan berpikir kalau orang tuanya atau saudaranya yang datang, tapi kenyataannya bukan.Apalagi sekarang? Rumah ini hanya Jake, Dio, dan kakeknya yang tahu alamatnya. Tidak ada yang lain dan Jake tidak pernah menempatinya, agar Tiger tidak mengungkapkan keberadaan rumahnya pada Clarisa.Lalu, siapa yang berani mengganggu mereka? Pasti hanya orang-orang tidak penting saja, kan?"Sebentar lagi, Sayang," gumam Jake seraya mempercepat tempo permainannya hingga keduanya mencapai puncak.Suara gedoran keras dari pintu kamarnya membuat Jake menarik selimut guna menutupi tubuh Syila dan tubuhnya. Jake masih berada di atas Syila, dia memeluk Syila, menyembunyikan pere
DI ruang tamu, Jake bisa melihat Dio sedang melambai-lambai dan menatapnya dengan senyuman lebar. Jake mendengkus keras, dia menarik tangan Syila agar lekas sampai sana dan berhadapan langsung dengan calon papa mertua.Oh, Tuhan! Kalau saja Jake tahu akan begini akhirnya, dia tidak akan menculik Syila tadi, bahkan sampai membuat video sialan itu untuk ia kirimkan pada si Bangsat Rein.Rein sialan!Mampus sudah riwayatnya sekarang. Mana ada orang tua yang terima-terima saja anaknya diculik, lalu ditiduri playboy berengsek plus bajingan seperti dirinya? Tidak mungkin ada."Pegangan tangan mulu lo berdua? Baru jadian, ya?" godaan Dio dibalas Jake dengan delikan tajam.Tidak tahu apa kalau nyawanya sedang berada di ujung tanduk sekarang? Tidak lihat apa, ada tiga pasang mata yang sedang memberinya tatapan mematikan?"Duduk!" Raffa menunjuk sofa yang berada
"I-ITU karena ....""Kalian lama sekali," suara itu membuat mereka kompak menoleh ke arah pintu masuk, "aku sama Rein nungguin sampai lumutan di rumah."Seorang wanita berpakaian piama bermotif Doraemon dilapisi jaket hitam yang harganya puluhan juta berjalan ke arah mereka. Jake mengernyitkan dahi, dia sempat berpikir kalau wanita itu ibu Syila dan Rein, tapi entah kenapa dia merasa kalau wanita itu masih seumuran dengannya.Lalu dia siapa? Istri keduanya Om Raffa?Jake sontak saja menatap Raffa yang kini menggeleng-gelengkan kepala. Dari bahunya yang lemas membuat Jake berpikir yang tidak-tidak.Jake menyentuh tangan Syila, menarik perhatian perempuan itu agar mau berhadapan dengannya. "Itu siapa?" tanyanya sambil menunjuk wanita yang berjalan di samping Rein.Syila tersenyum penuh kemenangan. "Mama!" teriak Syila yang lantas
"MA, masa Mama mau nyuruh Kak Evan buat mukulin Rein sama Jake, sih? Kalau Rein, sih, terserah, ya, tapi Jake, kan, anak orang, Ma," protes Syila tiba-tiba yang membuat Jake mengernyitkan dahi.Memangnya kenapa kalau dia dihajar sama Evan? Laki-laki itu bahkan tidak lebih besar darinya. Tubuh Evan memang kurus dan tinggi, tapi dilihat dari bentuk ototnya, jelas saja menang Jake ke mana-mana."Kenapa? Kamu nggak setuju?" Syila menggeleng cepat. "Kenapa enggak? Kamu suka sama dia? Kamu kasihan sama dia? Kamu mau langsung menikah sama dia?""Iya, enggak gitu juga, Ma, tapi kasihan dia, Ma. Ya ampun!"Entah sejak kapan Evan sampai di belakang Syila dan langsung menepuk-nepuk puncak kepalanya. "Nggak akan jadi samsak, kok, Syil. Dia boleh ngelawan kalau mau.""Tetap aja, ish! Dia bukan tandingannya Kak Evan!"Jake mendengkus keras. Apa dia terlihat selemah itu sampai
"AHHH ... pelan-pelan, Sayang!""Ini udah pelan banget tahu," gerutu Syila yang tidak tahu lagi harus bagaimana."Aaahhh ... sssttt sakit, Sayang!"Syila membanting kapas yang sudah diolesi obat dengan kesal. Dia menatap Jake yang kini tersenyum manis menatapnya."Sengaja, ya?" tanya Syila yang dibuat geram, lantaran sejak tadi Jake terus merintih bahkan lebih cenderung mendesah saat Syila mengobatinya. "Tahu gini, gue biarin aja waktu lo mau diseret ambulan tadi!""Jahatnya," gumam Jake lalu meringis saat Syila menyentuh luka di tulang pipinya dengan sengaja, "beneran sakit, Syila.""Lagian salah sendiri, kan? Udah gue bilangin, Kak Evan itu jago beladiri, situ nekat aja kayak punya nyawa kucing. Untung aja tadi Mama sama Papa mau keluar, gimana nasib lo kalau mereka nggak keluar? Kepala udah dipenggal sama Kak Evan?"Jake mende
BISA dibilang, ini pengalaman pertamanya bangun tidur dan berhadapan langsung dengan wajah Jake yang masih terlelap. Laki-laki itu terlihat kalem, kalau begini mungkin tidak akan ada yang percaya kalau Jake itu orangnya sangat mesum sekali.Wajahnya mirip malaikat, terlihat polos dan tenang, tidak seperti kenyataannya yang mesum dan punya mulut yang suka mengatakan kalimat kasar.Syila mencoba melepaskan dirinya dari pelukan lengan Jake, tapi laki-laki itu tiba-tiba saja membuka mata dan menatap Syila tajam."Mau ke mana?" tanyanya, nadanya terdengar tidak suka."Mau bikinin lo makanan, udah hampir siang dan kita belum makan." Syila memegangi tangan Jake yang sejak tadi menahan lengannya. "Lepas, ya?"Jake menggeleng. "Di sini aja. Biar gue minta orang buat masak dan nganterin ke sini." Jake tersenyum. "Jangan repot-repot, Syil, pelayan gue banyak banget di sini."
"YAKIN mau nganterin?"Syila terlihat ragu saat Jake berkata akan mengantarnya pulang. Bukannya dia meremehkan kekuatan laki-laki itu, tapi tubuh Jake pasti masih kaku dan sakit semua, karena pertengkarannya tadi pagi."Enggak boleh emangnya?" Jake mengernyitkan dahi dan menatapnya curiga. "Masih ada yang lo sembunyiin dari gue, ya?" tanyanya dengan tatapan tajam menghunjam Syila yang mendesah kasar mendengar pertanyaannya."Gue mau jengukin Rein dulu, abis itu pulang ke rumah, bukan ke apartemen.""Malah bagus, sekalian gue bisa ikut."Syila mendengkus. "Bang, ingat, ya, lo masih punya calon tunangan.""Hm." Jake mendekati Syila dan menatapnya dalam. "Besok gue bikin konferensi pers. Lo mau ikut?""Ngapain gue ikutan?""Biar sekalian, kita kasih pengumuman kalau mau nikah sebentar lagi."Syila mendengkus kasar. "Y
Hold On - Chord OverstreetPERNIKAHAN Rein dan Irin berjalan sesuai rencana. Kedua mempelai terlihat bahagia. Tidak ada yang sadar jika mereka hanya sedang berpura-pura bahagia. Kecuali mungkin sang mempelai pria yang sejak lama telah memendam rasa, tapi tak berani mengungkapkannya.Jake mengawasi dari jauh. Mata elangnya menyelisik wilayah sekitar, mencari-cari keberadaan orang terkasih yang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.Jake menghela napas kasar. Dalam hati dia bertanya-tanya. Apa Syila tidak datang ke pesta pernikahan kakak kandungnya?Laki-laki itu menggelengkan kepala. Itu tidak mungkin, kan?Rein su
"GIMANA kabar?""Baik."Laki-laki yang mengenakan hoodie merah yang menutupi kepalanya itu mengernyitkan dahi. Tatapan sinis ia lemparkan pada perempuan yang wajahnya terlihat semakin tembam dengan aksen tambahan mata merah, kelopak mata menghitam, tak lupa suaranya yang serak-serak menggelikan."Yakin?" Laki-laki itu mendengkus keras, sembari mengaduk-aduk minumannya.Bibir perempuan di hadapannya maju beberapa senti. "Udah tahu, jangan nanya mulu kenapa. Lo mau lihat gue nangis di depan muka lo emangnya?""Idih, galak!" Laki-laki itu tersenyum tipis. "Lo nggak banyak berubah ternyata.""Emang, lo bakal ngarep gue berubah kayak gimana?""Jadi lebih kalem dan manisan dikit, mungkin." Laki-laki itu tertawa pelan, tapi cukup untuk membuat Syila melemparinya dengan tisu bekasnya tadi. Tiba-tiba saja laki-laki itu berdeham. "Irina mau nikah?"
JAKE terbebas dari tuduhan, karena ternyata video yang beredar hanyalah editan yang berusaha merusak nama baiknya. Ahli IT dan forensik sudah membenarkan, bahwa Jake tidak bersalah dan dia akan dilepaskan.Yang menjadi pertanyaannya sekarang, siapa yang menyebarluaskan video tersebut?Setelah dilacak, ponsel pertama yang menyebarluaskan ternyata sudah dibuang, tidak ada pemiliknya. Nomor yang ada di ponsel ternyata tidak didaftarkan secara lengkap dan hal itu menyulitkan penyelidikan.Jake hanya berpesan, jika pelaku tertangkap, dia akan balik menuntut dengan pasal "pencemaran nama baik".Jake kembali ke apartemennya setelah memastikan Dio berada di sana. Temannya itu akhirnya bisa bernapas lega setelah mendengar penjelasan Jake mengenai video yang sempat viral di dunia maya beberapa jam yang lalu."Bukan Rein pelakunya," kata Dio, setelah memastikan Jake menyelesaikan penjelas
DARI mana aja lo?" Dio langsung melempar soal begitu Jake masuk ke apartemennya.Jake terkejut, walau hanya sekilas, sebelum ia tertawa terbahak-bahak. "Lo nanya kayak emak-emak yang nanyain anak perawannya pulang kemaleman aja, Yo."Jake mendekati teman baik, sekaligus kaki tangannya itu duduk di sofa setelah meletakkan tas serta gitarnya di atas meja.Dio mengernyitkan dahinya curiga. "Gitar?"Jake mengangguk. "Barusan gue beli di tempatnya Sera.""Ngapain lo ke sana lagi, ha?""Beli gitarlah, mau ngapain lagi?" Jake mendengkus geli. "Jangan mikir gue balikan sama dia, ya, nggak mungkin ada sejarahnya yang kayak gitu.""Terus, kenapa ponsel lo bisa mati?""Emang iya?" Jake merogoh saku di balik jasnya dan mengeluarkan ponsel yang tidak lagi bernyawa. "Nggak tahu kenapa mati sendiri, nih!" Jake menunjukkan ponselnya pada Dio yang
TIDAK ada drama apa pun yang terjadi saat ia melamar Syila. Semuanya setuju, kecuali Rein yang mengumpat berulang kali, karena hal itu berarti kalau tanggal pernikahannya pun ikut ditetapkan.Benar, mereka akan menikah secara bersamaan dengan Rein serta Irin. Konsep sudah diatur, tempat sudah dipesan, undangan sedang dibuat dan siap disebar. Dua bulan lagi, mereka benar-benar resmi menjadi suami istri.Setiap malam, Jake ke apartemen Syila, karena Syila lelah naik-turun lift setiap harinya. Dia bahkan diberikan akses masuk ke apartemen oleh Syila.Sedangkan Rein pulang ke rumah, dia menetap di rumah sampai hari pernikahannya tiba. Entah apa yang mau direncanakan calon kakak iparnya itu. Jake tidak peduli, yang jelas dia bebas bermesraan dengan Syila tanpa takut ada yang mengganggunya di sana."Sayang, sini, deh!"Jake tersenyum manis. Tangannya melambai-lambai, meminta Syila ya
PERCINTAAN panas itu berakhir dengan Jake yang tidak mau melepaskan Syila. Sebulan tidak menyentuh kekasihnya ditambah rindu akibat belum bertemu selama seminggu membuat ia tidak bisa berlaku biasa saja. Senyuman yang sejak tadi terpatri di bibirnya kian melebar saat ia menarik kekasihnya ke dalam dekapan."Kangen banget," gumamnya di atas telinga Syila yang sedang berusaha menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka."Kangen, sih, kangen. Biarin gue pakai baju dulu, bisa kali, Bang?"Jake mengeratkan pelukannya. "Coba abis ini 'lo-gue'nya diganti jadi 'aku-kamu', gimana? Udah lama pacaran, masih aja 'lo-gue'an.""Idih, kayak anak alay lu, Bang."Jake mengeratkan pelukannya. "Biarin," balasnya cuek."Bang?""Hm," tanggapnya sambil menyorokkan kepalanya ke leher Syila."Yang tahu sandi apartemen lo siapa aja?" tanya Syila t
TERLALU muluk jika ia berharap Syila sudah sampai di apartemennya. Jam masih menunjukkan pukul dua siang, sedang Syila berkata padanya akan ke apartemennya sore-sore.Jake tersenyum lebar, dia memang mengharapkan Syila datang ke apartemennya sekarang. Bukan masalah dia sedang membawa kue perdana yang dibuat khusus untuknya, melainkan dia sudah merindukan perempuan itu.Jika diingat-ingat, memang seminggu terakhir ini mereka belum bertemu. Jake memang mendatangi apartemen Syila, tapi perempuan itu tidak ada di tempat. Syila bilang, dia sedang berada di restoran tantenya untuk melakukan eksperimen pembuatan kue ulang tahun Jake.Tanpa sadar, senyuman itu semakin lebar. Jemarinya bahkan bergerak sendiri menghubungi perempuan yang hampir sebulan ini menjadi kekasihnya."Kenapa, Bang?" tanya Syila dari seberang sana."Masih lama, ya? Udah kangen gue sama lo. Lama nggak ketemu."
HARI ulang tahunnya akhirnya tiba. Jake sengaja tidak memejamkan mata, karena dia tahu pasti, sebentar lagi, dua sahabatnya akan membangunkannya di tengah malam sambil membuat video memalukan.Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Syila membuat laki-laki yang baru memasuki usia dua puluh delapan itu tersenyum lebar.Arsyila Sayang :Happy birthday, ya, Bang.Semoga panjang umur dan sehat selalu.Kuenya gue anterin nanti sore ke apartemen lo.Ada masalah, dikit.Jake sengaja tidak membalas pesan Syila. Dia malah bergerak menuju pintu, bersiap menyambut ketika kenopnya terlihat bergerak. Jake menghitung sampai tiga, lalu berteriak mengagetkan dua orang yang kini terjengkang ke belakang."DOR!""Bangsat!""Berengsek, kaget gue!"Dio misuh-misuh sambil mulai berdiri dan memegangi pantatnya
MASAKAN Syila memang selalu enak di lidahnya. Jake diam-diam membatin, kalau dia ingin dimasakin setiap hari dari pagi, siang, sore, dan malam. Dia tidak masalah kalau harus menunggu lama hanya untuk bisa menikmati makanannya, karena memang masakan Syila selalu luar biasa.Syila sendiri sudah selesai makan lebih dulu. Perempuan itu tidak banyak makan, tapi kalau masak tidak pernah tanggung-tanggung. Porsi besar untuk orang yang sangat kelaparan dan sepertinya itu khusus dibuat untuknya.Jake mengambil surat yang ia simpan sementara di saku belakang celana jinnya, lalu mulai membaca isi pesan itu dalam diam. Dia tidak benar-benar membaca, karena rerata dia sudah tahu semuanya tentang Clarisa. Dia hanya mencari kalimat yang bisa memberinya petunjuk, kapan dia akan menemui Clarisa dan menyelesaikan masalah terakhir mereka.Jake tidak mau terlibat lebih jauh lagi dengan wanita itu. Baginya, sejak Clarisa membohon