“Good morning, Nyonya Ducan. Tidurmu nyenyak, hm?” sapa Zeus pada Vintari setelah mengecup keningnya. Pria tampan itu masih terbaring di samping sang istri—memeluk istrinya itu dengan erat.Mata Vintari masih menyipit, dia memastikan bahwa yang di sampingnya memang Zeus, bukan khayalannya. “Ah, ternyata memang nyata.”Zeus mengerutkan keningnya. “Kau kira aku tidak nyata?”Vintari tertawa dan membenamkan kepalanya pada pelukan Zeus. “Aku pikir sedang bermimpi. Aku masih belum terbiasa melihatmu bangun tidur di sampingku.”Zeus mengecup kening Vintari. “Mulai sekarang kau harus membiasakan diri, karena selamanya kita akan selalu tidur bersama.”Vintari mendongakkan kepalanya dari dalam pelukan Zeus. “Selamanya kita akan tidur bersama?”Zeus mencubit pelan hidung Vintari. “Tentu saja kita akan tidur bersama. Kita adalah suami istri.”Hati Vintari menghangat mendengar ucapan Zeus. Tidak pernah dia sangka dirinya merasakan kebahagiaan seperti ini. Sekarang Vintari benar-benar sangat yakin
David mengajak Irene ke ruang kerjanya. Pria paruh baya itu mengajak Irene berduaan, karena ingin membicarakan sesuatu hal yang penting. Tampak jelas bagaimana raut wajah Irene kebingungan.“Ada apa, David?” tanya Irene di kala sudah tiba di ruang kerja David.David membuka laci kerja, dan mengambil fotonya dengan Irene di waktu mereka masih muda. “Kau masih ingat foto ini?”Irene terdiam menatap kenangan masa lalunya. “Aku tidak mungkin lupa.”David tersenyum seraya menyentuh tangan Irene. “Aku memang berengsek di masa lalu, tapi perasaanku padamu sungguh-sungguh, Irene. Aku mencintai ibu Zeus, dan juga dirimu.”“David, aku ini perusak rumah tanggamu dan ibu Zeus.” Irene meletakan foto itu ke atas meja, dan memasang wajah muram.David membelai pipi Irene. “Bukan kau yang merusak rumah tanggaku, tapi aku yang berengsek, Irene.”“David—”“Menikahlah denganku, Irene,” pinta David yang sontak membuat Irene terkejut.“A-apa?” Bibir dan mata Irene melebar.David tersenyum. “Aku ingin mengh
Vintari menunggu Zeus pulang dari praktek. Sudah pukul empat sore, tapi suaminya itu juga belum muncul. Sekitar tiga puluh menit lalu, Vintari mendapatkan telepon dari Zeus yang mengatakan sudah di jalan pulang, tapi sampai sekarang Zeus belum kunjung pulang.“Apa di jalan sedang macet, ya?” gumam Vintari bingung.Ceklek! Pintu kamar terbuka. Vintari melihat Zeus muncul. Perempuan itu melukiskan senyuman. Dia mendekat, dan langsung memberikan pelukan pada suaminya itu. Sayangnya pelukan hanya sebentar saja, membuat Vintari kecewa.“Zeus, kenapa kau menolak pelukanku?” Bibir Vintari tertekuk dalam.Zeus membelai pipi Vintari lembut. “Maaf, tapi aku harus mandi dulu. Banyak kuman di luar rumah. Aku tidak ingin kau dan anak kita sakit karenaku.”Vintari tersenyum mengerti dan mengangguk. “Baiklah. Aku akan menunggumu.”Zeus melangkah masuk ke kamar mandi, dan Vintari terus menatap sang suami. Perempuan itu bisa melihat dari mata suaminya itu, ada hal yang membebani pikiran sang suami te
Zeus berdiri di taman dan dihampiri oleh Zayn. Pria itu sedikit melirik ke samping di mana Zayn berdiri. Dia masih berada di kediaman keluarganya. Dia tengah menghirup udara segar di luar, sedangkan Vintari sedang mengobrol dengan Irene.“Aku tidak menyangka kau membiarkan ayahmu menikah dengan ibuku.” Zayn memulai percakapan.“Ayahku juga ayahmu.” Zeus membalas tanpa melihat Zayn. “Dan aku membiarkan mereka menikah, karena aku tahu mereka saling mencintai. Aku tidak ingin menghalangi dua orang yang saling mencintai.” Lanjutnya lagi.Zayn memandang Zeus dengan sorot mata penuh makna dalam. “Seperti kau dan Vintari. Aku tidak ingin menjadi penghalang di antara kalian.”Zeus terdiam sejenak mendengar apa yang Zayn katakan. “Tidak akan ada yang bisa menghalangiku dan Vintari. Sejak awal, Vintari sudah ditakdirkan untukku.”Zayn mengangguk sama sekali tidak mengelak. “Ya, kau benar, tapi di awal yang Vintari sukai adalah diriku, kau ingat itu, kan?”“Kau—” Zeus menggeram emosi akibat cemb
Beberapa bulan berlalu … Vintari mengernyit menahan nyeri saat turun dari tangga untuk makan siang. Sejak semalam, perutnya mulai merasakan nyeri ringan. Menurut dokter kandungannya di Alpha Hospital, menjelang melahirkan akan sering terjadi kontraksi palsu.Vintari berpikir kalau hal yang dia alami dari semalam adalah kontraksi palsu. Apalagi hari perkiraan lahir masih satu minggu lagi. Namun siang ini, nyeri yang dialami semakin intens. Dia sampai harus merunduk cukup lama sambil mencengkeram pinggiran meja makan saat nyeri itu kembali datang.Jace yang sengaja diminta Zeus untuk menemani Vintari saat dirinya berada di rumah sakit segera tanggap. Dia menghampiri Vintari dan membantunya untuk duduk. Jace sudah menganggap Vintari seperti adik dan sahabatnya sendiri. Bahkan di kala dia tahu Vintari sedang mengandung—dia sangat bahagia.“Semakin sakit?” tanya Jace khawatir.Vintari mengangguk lemah. Dia sampai tidak bisa menjawab karena terlalu sibuk untuk menahan nyeri yang semakin me
Kehidupan Vintari dan Zeus berubah banyak setelah kehadiran Ares. Selain hubungan mereka semakin bertambah harmonis, jam tidur mereka juga sedikit berubah karena Vintari harus memberikan ASI pada Ares setiap tengah malam.Seperti malam ini, Zeus yang terlelap tiba-tiba terbangun dan mendapati Vintari yang tidak ada di kamar. Zeus segera keluar kamar untuk menemui istrinya yang sedang menyusui Ares di kamar putranya itu.“Kenapa kau ke sini?” tanya Vintari saat Zeus masuk ke kamar dan mengecup keningnya.“Aku ingin menemani kalian.” Zeus duduk di pinggir ranjang, berhadapan dengan Vintari yang duduk di kursi menyusui.“Kau besok harus berangkat pagi. Kau akan lelah kalau harus begadang.”Zeus menggelengkan kepala. “Aku akan di sini, menamanimu dan Ares. Setidaknya, aku akan berbaring di sini.”Vintari jelas tidak bisa menghalangi keinginan Zeus. Jadi, dia membiarkan suaminya itu untuk berbaring di ranjang sambil memandanginya. Tampak Ares begitu lahap meminum susu.“Vintari …”“Hmm.”“
Dentuman musik klub terdengar samar di dalam ruangan VIP yang seluruh dindingnya telah dipasang peredam suara. Jace terlihat sedang duduk dengan segelas whisky di tangannya, sedang menunggu seseorang yang telah dia pesan.Ketukan terdengar beberapa kali sebelum seorang pelayan membuka pintu, mengantar seorang perempuan dengan gaun ketat di atas paha, dan potongan dada rendah yang membuat isinya menyembul setengah.Jace menyeringai. Gerakan matanya menyuruh perempuan itu untuk mengunci pintu. Satu gelas yang masih kosong, dia tuang dengan whisky. “Welcome drink?” ucapnya.Perempuan itu tersenyum dengan lirikan mata menggoda. Tangannya meraih gelas dari Jace, kemudian menyesapnya sekali sambil memperhatikan sosok di depannya yang membuatnya bersemangat. Dia merasa puas dengan sosok tuan yang memperkerjakannya malam ini. Penampilan Jace yang tampan memang selalu menarik mata lawan jenis.“What’s your name, hm?” Jace menarik lengan perempuan itu sampai terduduk di pangkuannya.“Call me Lo
Beberapa tahun berlalu … Seorang bocah kecil berlarian di pelataran aula serba guna yang telah ramai dengan banyak orang. Dia berlari riang, sambil sesekali tertawa karena sang ayah tidak bisa menangkapnya.“Ares, stop! Kita harus segera masuk ke dalam,” seru Zeus yang dari tadi mencoba untuk menangkap putranya itu.Ares menatap Zeus, kemudian tertawa dan kembali berlari. Di belakang Zeus, semua keluarga hanya berdiri dan tertawa menyaksikan putra mahkota keluarga Ducan sedang beraksi.“Tidak terasa umur Ares sudah hampir dua tahun. Aku masih ingat sekali waktu menggendongnya untuk pertama kali,” ucap Jenny penuh haru.“Kau benar, waktu cepat sekali berlalu. Sekarang Ares sudah tumbuh dengan sangat baik.” Di samping Jenny, Irene yang juga terharu.Zeus menatap keduanya, kemudian menghela napas. “Seharusnya kalian mengeluarkan perasaan haru saat nanti melihat Vintari wisuda.”Robby dan David tertawa mendengar protes dari Zeus, tapi hal itu tidak berpengaruh pada kedua nenek yang masih