Beranda / Romansa / Crash Melody / Crash Melody 70

Share

Crash Melody 70

Penulis: Rani Giza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Endra menatap Rudi dengan tatapan tajam. “Oh iya? Apa kata mereka?”

“Mereka sama-sama bilang kalau sering mendengar suara ribut seperti orang sedang cekcok selama penghuni kamar 38 menginap di Bhima, Pak,” kata Rudi.

Endra mengambil napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. “Jadi kemungkinannya mereka bertengkar lalu sengaja menghancurkan fasilitas hotel kita, gitu?” katanya.

Rudi mengangguk. “Kurang-lebih begitu, Pak,” katanya.

“Saya mau minta data customer tersebut,” kata Endra.

Rudi mengangguk. “Baik, Pak. Mari kita ke resepsionis, Pak,” katanya. Dia lalu mempersilakan Endra dan Karra untuk berjalan keluar dari ruangan.

Endra menunggu ketika resepsionis mencari data customer di komputer. Dia mengerutkan kening dan tatapannya semakin tajam saat si resepsionis menunjukkan data customer padanya.

“Rupanya mereka orang luar Jawa ya,” kata Endra.

“Iya, Pak. Mereka orang jauh memang,” kata Rudi.

“Saya mau kamu bikin laporan. Saya nggak mau tau, kasus ini harus dibawa ke jalur hukum. S
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Crash Melody   Crash Melody 71

    Endra sudah terlanjur mabuk dengan aroma melon bercampur feromon yang menguar dari tubuh Dania. Dia bahkan seperti sudah setengah gila. Dia ingin memiliki gadis itu. Dengan intens, dia menaburkan kecupan-kecupan lembut di dada Dania.Namun, pada akhirnya, Endra terpaksa harus menghentikan aksinya, karena Dania mendorongnya dengan paksa bersamaan dengan terdengarnya suara ponsel gadis itu. Saat akhirnya keduanya sama-sama bangkit. Endra masih belum bisa seratus persen mengontrol hasratnya. Dia masih mabuk melihat wajah dan sebagian tubuh bagian atas Dania yang memerah.“Halo, Sil, ada apa?” kata Dania saat menempelkan ponselnya ke telinga.“Lo masih di kamar kan?” tanya Sisil.“Iya,” jawab Dania, “kenapa?”“Lo lihat ada laptop gue nggak di nakas?” tanya Sisil.Perhatian Dania lalu beralih ke nakas. “Oh, iya ada,” katanya, “kenapa?”“Tolong bawain ke kamar Zevan dong,” sahut Sisil. ““Oke ... oke, gue ke sana sekarang,” sahut Dania.“Thanks, gue tunggu ya,” kata Sisil.Dania meletakkan

  • Crash Melody   Crash Melody 72

    “S ... sory, kata Dania.” Dia lalu mengambil ponselnya dan kembali lagi ke kamar mandi. Dia tak ingin mengganggu Sisil karena kelihatannya gadis itu masih mengantuk.“Halo, Ta, ada apa?” tanya Dania.“Dan, kok gue pengen nonton konsernya Evolution ya,” kata Rita.Dania membelalakkan mata. “Yang bener lo!” katanya, “ayok dong. Entar sebelum konser lo ke back stage dulu biar bisa ketemu sama gue.”“Iya, niat gue juga gitu. Biar bisa sekalian ketemu sama lo,” sahut Rita.“Rencananya lo mau nonton konser Evolution di mana?” tanya Dania.“Surabaya kayaknya sih. Kemaren pas buat yang di Jogja gue nggak dapet tiketnya,” sahut Rita.“Oke ... oke, gue tunggu ya. See you di Surabaya,” kata Dania. Dia lalu memutus sambungan telepon.Dania lantas iseng mengecek akun Instagramnya. Dia mengecek notifikasi karena ada yang membalas komentarnya. Rupanya Karra membalas komentarnya. Dania tersentil karena gadis itu seolah menegaskan kalau dia lah yang mempunyai lebih banyak waktu dengan Endra.Sebenarny

  • Crash Melody   Crash Melody 73

    Endra mengangkat kedua alis. “Masak sih?” katanya.Karra membelalakkan mata. Dia takut salah bicara. Dia lalu meralat ucapannya. “Saya Cuma denger-deger sih, Pak. Pak Endra jangan percaya sama saya takutnya entar jadi fitnah,” kata Karra.Endra lalu tersenyum. “Ya, gue sih percaya nggak percaya. Soalnya kasus skandal kayak gitu sering banget kejadian. Perselingkuhan sesama karyawan. Atasan sama bawahan. Bos sama sekertaris,” kata Endra.Karra terpancing ketika Endra menyebut kata-kata terakhirnya. “Menurut Pak Endra, itu mungkin terjadi di antara kita nggak sih?” ceplosnya.Endra seketika berhenti mengunyah makanan setelah mendengar Karra berkata begitu. Raut wajahny mendadak menjadi serius dan kaku. Mendadak Karra menyesal. Dia takut ucapannya menyinggung perasaan Endra.“Ma ... maaf, Pak Endra. Nggak seharusnya sa ... saya ngomong kayak begitu,” kata Karra.Endra lalu tersenyum. Dia lalu lanjut mengunyah makanannya. “Kenapa harus minta maaf?” katanya setelah menelan. “Gue nggak mara

  • Crash Melody   Crash Melody 74

    Dania menghembuskan napas lega setelah keluar dari kamar mandi. Dia berjala cepat lalu menyenggol Sisil yang hendak berjakan masuk ke kamar mandi.“Akhirnya kita liburan, yeay!” katanya.Sisil tertawa. “Dandan yang cantik sana lo,” katanya.“Siap komandan!” kata Dania. Dia lalu mematut bayangannya di cermin.Lokasi wisata yang akan dikunjugi rombongan Evolution kali ini adalah Tebing Breksi dan Hutan Pinus Mangunan.Dari hotel menuju kawasan wisata Tebing Breksi dibutuhkan waktu tempuh sekitar empat puluh menit. Seperti biasa, Dania seketika takjub ketika melihat kawasan wisata itu. Sebelum dekat dengan tebing saja dia sudah dibuat meenganga dengan lukisan naga timbul yang begitu besar di tebing.“Keren banget itu uler yang ada di temboknya, Sil,” kata Dania, “aku mau foto di sana ya entar.”“Iya ... iya,” kata Sisil sambil terus berjalan, “lo belum pernah ke sini ya?”Dania menggeleng.“Gue sih udah dua kali ini. Kalo malem ini, Dan, pemandangannya lebih bagus lagi. Di tebingnya ada

  • Crash Melody   Crash Melody 75

    Namun sebelum menutup pintu kamar mandi, Rita dikejutkan dengan kedatangan Fathan ke kamarnya. Laki-laki itu berjalan dengan langkah cepat lalu dengan kasar menyeret Rita dan melemparkan tubuh gadis itu hingga dia terduduk di kloset.“Aduh!” keluh Rita. Pantatnya terasa sakit bukan main, “kamu tuh apa-apaan sih, Yang!”“Ngapain kamu pesen tiket ke Surabaya?!” tanya Fathan. Nada suaranya meninggi, “mau ngelonte di sana hah?”Rita gelagapan. Bukannya dia tak mau bercerita dengan Fathan, hanya saja kalau dia jujur dari awal juga belum tentu dia diizinkan melihat konser Evolution di Surabaya.“A ... aku,” sahut Rita. Tubuhnya gemetar.Fathan mencengkeram dagu Rita. “Apa?!” bentaknya, “ditanya itu jawab jangan aka ... aku ngak jelas!”Rita menelan ludah. Bersamaan dengan itu tetes bening keluar dari kedua matanya.Fathan lalu melayangkan tamparannya ke pipi Rita dengan satu tangannya yang terbebas. “Kalo ditanya itu jawab?!”Tangis Rita semakin parah. “A ... aku mau nonton konser Evolution

  • Crash Melody   Crash Melody 76

    Zevan sedikit kaget ketika sampai di Surabaya. Ternyata ibukota provinsi Jawa Timur itu memiliki beberapa kemiripan dengan Jakarta. Terutama dari segi macetnya, panasnya dan pulusinya. Padahal sebelumnya dia pikir kondisi lingkungan di Surabaya akan beda jauh dari Jakarta.Saking panasnya, belum ada setengah hari berada di Surabaya, laki-laki itu sudah mandi dua kali.“Lo bukannya tadi pagi pas nyampe sini udah mandi?” tanya Sisil ketika melihat rambut basah Zevan saat akan berangkat ke Grand City.“Iya mau gimana lagi. Panas banget sih,” kata Zevan.“Iya, ya, ternyata panasnya ngak beda jauh sama Jakarta,” kata Sisil.“Walaupun pas di Semarang kemaren juga panas sih. Tapi di sana macetnya nggak separah di sini. Ini sih udah kayak kakak-adek banget lah sama Jakarta,” kata Zevan.Sisil terkekeh. “Bukan cuma orang ya yang kakak-adek, tapi kota juga,” katanya.Zevan mengangguk. “Semua sudah pada ngumpul kah di bawah?” kata Zevan. Dia lalu mengunci pintu kamarnya.“Udah sih. Tinggal Dania

  • Crash Melody   Crash Melody 77

    Karra mengetuk pintu setibanya di depan rungan Zevan. Karena tak ada sahutan, gadis itu lalu mencoba membuka pintu. Dia memegan handle pintu dengan tangan kirinya.Endra rupanya sedang tertidur. Dengan hati-hati, Karra lalu meletakkan cangkir di meja Endra dengan sangat hati-hati. Dia tidak mau bosnya terbangun.Selama beberaba menit mengamati wajah Endra saat sedang tidur membuat Karra takjub. Raut wajah laki-laki itu terlihat sangat damai. Dia ingin menyentuhnya, tapi takut Endra terbangun. Akhirnya Karra memutuskan untuk duduk di kursi di seberang meja. Dia tersenyum-senyum sendiri mengamati laki-laki itu.Namun semakin lama memperhatikan Endra, keinginan Karra untuk menyentuh wajah laki-laki itu muncul lagi. Dengan hati-hati sekali, Karra lantas menggerakkan tangannya. Dengan pelan, dia menyentuh pipi Endra. Dalam waktu sepersekian detik setelah itu, kepala Zevan bergerak. Tentu saja Karra buru-buru menarik tangannya.Perlahan, Endra membuka mata. Laki-laki itu gelagapan saat mel

  • Crash Melody   Crash Melody 78

    Dania merebahkan tubuhnya di kasur setibanya di hotel. Perjalanan konser Evolution belum sampai separuh, tapi gadis itu sudah merindukan kehidupan normalnya. Kehidupan dengan jam tidur delapan jam dal semalam.“Yaampun, Dan, lo mau tidur lagi?” kata Sisil.Dania tak menjawab Sisil, dia malah menarik guling dan menyembunyikan wajahnya di balik guling itu.Sisil berkacak pinggang sambil geleng-geleng kepala. Dia lalu mengguncang-guncang tubuh Dania. “Bangun woy!” katanya.Dania bangkit. Dia lalu duduk di tepi ranjang.“Gue kangen hidup normal gue,” kata Dania.Sisil mengerutkan kening. “Maksud lo? Yang normal dan nggak normal itu kayak gimana?” tanyanya.“Ya hidup normal gue itu gue tidur delapan jam setiap malem. Terus tidurnya juga di kamar gue sendiri. Bukan pindah-pindah dari hotel ke hotel kayak gini,” kata Dania.Sisil tertawa. “Homesick lo?” tanyanya.“Terserah sih lo nyebutnya apa. Yang pasti gue kangen hidup normal gue,” kata Dania.Sisil terkekeh lagi. “Ya, mau nggak mau lo ha

Bab terbaru

  • Crash Melody   Crash Melody 164

    Yang masuk ke dalam ruangan setelah Hana dan Fajar keluar adalah Endra. Laki-laki itu awalya canguung saat melangkah ke dalam ruangan. Namun akhirnya dia bersuara juga setelah kakinya terhenti di dekat ranjang.“Kenapa lo nggak pernah cerita kalo lo sakit jantung?” tanya Endra.“Sebelumnya gue juga nggak tahu kok kalo gue sakit jantung. Gue baru ta ...”“Bohong,” sahut Endra, “gue pernah nemuin botol kecil tempat obat di kamar lo pas mau ngambil jam tangan Papa yang lo pinjem.”Zevan menghembuskan napas panjang. “Gue nggak mau terlihat lemah di hadapan orang-orang terdekat gue dan keluarga gue.”Endra tak menyahut. Dia memahami perasaan Zevan. Sebagai seorang anak laki-laki, dia juga gengsi akan bercerita tentang penyakit atau kelemahannya kepada keluarga.“Terus selama ini kenapa lo musuhin gue?” tanya Endra, “seharusnya kita nggak kayak gini nggak sih?”“Gue benci sama lo karena nyokap lebih sayang sama lo,” kata Zevan, “gue udah berusaha maklum kalo Papa selalu jarang ada di rumah

  • Crash Melody   Crash Melody 163

    Saat diberi tahu tentang perayaan hari ulang tahun sebenarnya Zevan tidak terlalu tertarik. Karena dia yakin momen itu tak akan menjadi momen yang spesial sespesial momen ulang tahun Endra. Dia bahkan berniat pergi di hari ulang tahunnya itu. Biar saja orang-orang rumah merayakan semua tanpa dirinya. Tapi setelah dinasihati Dania, akhirnya Zevan pun luluh. Meski tak terlihat bersemangat, Zevan tetap keluar kamar sekitar jam tujuh malam.Saat melihat dekorasi di ruang tamu rumahnya yang disulap menjadi hall, Zevan seketika merasa muak. Ruangan itu didekorasi dengan warna serba putih, warna kesukaan Endra. Pasti ini ide Hana. Lihatlah, di saat banyak Evolutioners yang menetahui hal-hal kecil tentang Zevan, ibunya sendiri malah tidak tahu warna favoritnya.Zevan seketika menghembuskan napas kasar. Dia ingin berbalik dan masuk ke dalam kamar lagi. Tapi niatnya itu tak berjalan mulus lantaran Fajar memanggilnya saat kakinya baru berjalan satu langkah.“Mau ke mana kamu?” tanya Fajar.“Mau

  • Crash Melody   Crash Melody 162

    Seiring dengan renggangya komunikasi Zevan dan Dania, pemberitaan di sosial media tentang mereka juga mereda. Seharusnya Dania senang karena dengan begitu dia tak menjadi bahan kejar-kejaran awak media lagi. Tapi, kenyataannya tidak. Dia justru semakin merasa kosong karena itu sekaligus memperjelas kalau dia dan Zevan memang sudah sejauh itu sekarang.Dania lalu memikirkan saran dari Sisil. Apakah memang sebaiknya dia mengajak Zevan mengobrol? Karena jujur, dia sudah sangat muak dengan kecanggungan yang terjadi di antara dia da Endra selama bebeberapa minggu belakangan ini.Setelah berpikir selama beberapa menit, akhirnya Dania memutuskan untuk mengajak Zevan mengobrol. Dia memutuskan untuk berbicara dengan laki-laki itu setelah Evolution tampil.Tanpa Dania sangka, ternyata Zevan juga berniat mengajaknya berbicara. Karena saat bertatap muka, keduanya mengucapkan, “gue mau ngobrol sama lo,” secara hampir bersamaan.“Lo duluan aja,” kata Dania akhirnya.“Lo saja,” kata Zevan.“Lo dulua

  • Crash Melody   Crash Melody 161

    “Jadi lo ngehancurin kencan mereka?” tamya Dania.“Iya,” sahut Zevan, “kesian anjir ceweknya tampangnya langsung bete gitu.”Dania terbahak. “Lah itu kan ulah lo juga kali,” katanya.“By the way, tadi gue udah mutusin kalo kita bakalan kelihatan kaya orang pacaran pas di depan Karra sama Endra aja,” kata Dania lagi.Zevan tak langsung menjawab. Kalau Dania sudah memutuskan seperti itu berarti kemungkainan mereka bersamaan akan berkurang. Tapi toh tak ada bedanya juga. Saat sedang bekerja pun dia teteap bisa mendekati Dania.“Zevan,” sahut Dania dari seberang, “kok lo diem sih?”“Eh, ya nggak apa-apa kalo misalnya keputusan lo kaya begitu,” sahut Zevan. Tapi sebenarnya dia berat mengucapkan hal itu.***Dania merasakan perubahan sikap Zevan selama beberapa hari. Kalau biasanya laki-laki itu sering mengobrol dengannya setiap istirahat makan siang, belakangan ini laki-laki itu jarang berbicara dengannya. Zevan berbicara dengannya kalau tentang masalah kerjaan saja. Sama persis saat awal-

  • Crash Melody   Crash Melody 160

    Endra tentu saja panik melihat Karra. Dia lalu berusaha menenangkan gadis itu.“Hei, udah dong nangisnya. Aku minta maaf,” kata Endra, “Dia lalu mengusap pipi Karra yang basah dengan ujung ujung jarinya.“Sini,” kata Endra. Dia lalu mendekap Karra Erat-erat.“Jadinya kamu kenapa kok jadi aneh sikapnya ke aku setelah pesta malem itu?” tanya Dania setelah Endra melepaskan pelaukannya.Endra menghembuskan napas kasar. “Aku cuma masih syok aja ngelihat Zevan jaian sama seseorang yang pernah ada hubungan sama aku.”Karra menghembuskan napas panjang. “Beneran cuma itu? Sykur deh kalau kecurigaanku gak bener.”Endra tersenyum. Dia lalu mendekatkan wajahnya ke Karra. Tanpa aba-aba, dia menyematkan kecupan lembut dan dalam di bibir gadis itu. Rasanya seperti sudah lama sekali dia tak menyalurkan perasaannya pada Karra. Maka, dia lampiaskan semuanya sekarang. Perlahan, tangan kanannya pun mulai merayap di bawah rok Karra. Namun ketika mencapai pinggul gadisya itu, tangannya terhenti lantaran te

  • Crash Melody   Crash Melody 159

    “Ayo buruan,” kata Hana.Endra menghembuskan napas kasar. Dia lalu maju lebih dulu.“Zevan buruan!” kata Hana.Akhirnya Zevan ikut maju juga. Mereka berdua akhirya saling bersalaman walau tak saling pandang. Hana geleng-geleng kepala melihatnya. Wanita itu lalu menghembuskan napas panjang.“Cepetan balik ke kamar sana, Endra,” kata Fajar, “Papa nggak mau ya ngeliat kalian berkelahi lagi kaya gini.”“Nggak janji,” kata Endra. Dia lalu beranjak pergi.***Seperti yang sudah Zevan duga sebelumnya. Kemunculannya dengan Dania di pesta malam itu pasti akan mengundang perhatian publik. Zevan tak tahu siapa pelaku pertama yeng mengunnggah video itu di internet. Yang pasti keesokan harinya setelah pesta itu selesai, videonya berdansa dengan Dania sudah tersebar di sosial media. Di X bahkan hastag ZevanDania masuk ke dalam sepuluh besar trending.Zevan ada jadwal nanti jam satu siang. Mungkin, dia baru akan keluar rumah sekitar jam sebelas pagi atau jam setengah dua belas siang. Selama itu dia

  • Crash Melody   Crash Melody 158

    “Sayang, kamu tadi udah makan belom?” tanya Zevan.Dania membelalakkan mata namun akhirnya dia menjawab pertanyaan Zevan juga. “Be ... belum sih,” katanya.“Mau aku suapin nggak?” tanya Zevan.Dania menyahut, “boleh,” sambil melirik Endra dan Karra sekilas. Jelas sekali mereka tampak syok.Rasa percaya diri Dania muncul seiring dengan raut canggung yang tampak di wajah pasangan kekasih yang duduk di sampingnya. Terutama Endra. Laki-laki itu tak bisa menutupi keterkejutannya.Selama dua puluh menit berikutnya, Dania melakonkan drama-nya dengan Zevan dengan sangat sempurnya. Endra dan Karra dibuat mati kutu melihat kemesraan yang mereka perlihatkan. Dania bahkan berinisiatif untuk bergantian menyuapi Endra. Gadis itu tersenyum lega saat akhirnya Endra mengajak Karra menghindar ke tempat lain. Laki-laki itu tampak sangat tidak nyaman.Sementara itu, Zevan tertawa puas setelah Endra dan Karra menghilang dari pandangan matanya.“Akting gue bagus kan?” kata Dania. Dia lalu merebut piring b

  • Crash Melody   Crash Melody 157

    Karra seperti tak berada di bumi saat jemari tangan kiri Endra merayap di dada kirinya. Sensasi seperti itu baru dia rasakan untuk yang pertama kali seumur hidupnya. Namun, dia hanya merasakan gejolak itu dalam waktu sekitar semenit karena Endra segera menarik diri bersamaan dengan terdengarnya suara batuk ibu Karra.“Sorry,” kata Endra saat dia melihat Karra merapikan kerah blusnya lalu mengancingkan dua kancing teratas yang terbuka.Karra tersenyum. “For what?” katanya.“Karena sudah nyentuh kamu sembarangan,” kata Endra.Karra tertawa kecil. “It’s okey,” katanya, “bukanya sekarang aku punya kamu ya? Kamu berhak ngelakuin apa saja. Hanya mungkin waktunya aja yang nggak tepat.”Endra terkekeh. “Yaudah lain kali kita cari waktu sekaligus tempat yang tepat,” katanya setelah tawanya reda.Karra membelalakkan mata. “Dasar,” katanya. Dia lalu membuka pintu mobil, “good night. See you tomorrow.”“Good night. I love you,” balas Endra. Dia lalu menurunkan kaca mobil.“I love you too,” balas

  • Crash Melody   Crash Melody 156

    Sebenarnya Karra sudah diberi tahu Endra tentang acara peresmian hotel baru itu sejak jauh-jauh hari. Tapi mendekati hari-H dia tetap saja merasa gugup bukan main. Dia merasa tidak siap kalau hubungannya harus diketahui banyak orang di kantor.“Kamu yakin mau ngenalin aku sebagai pasangan kamu di acara itu?” tanya Karra saat mereka makan siang bersama di sebuah restoran.Endra mengangguk. “Iya dong,” sahut Endra, “kan aku sudah bilang dari awal.”“Nggak apa-apa kalo pada akhirnya semua orang tahu kalau Bapak Endra sang CEO pacarannya sama sekertarisnya sendiri?” tanya Karra.Endra terbahak. “Emangnya kenapa?” tanyanya.Karra mengangkat bahu. “Kamu nggak gengsi?” tanya Karra.Endra terbahak. “Nggak lah,” katanya, “ngapain harus gengsi?”Karra lantas tersenyum. Dia merasa lega karena Endra bisa menerimanya apa adanya. Dia lalu menatap Endra dalam-dalam. Sebisa mungkin dia tak melewatkan setiap detik waktu yang dia lalui dengan Endra secara detail.“Keanapa?” tanya Endra.Karra menggelen

DMCA.com Protection Status