Zevan memutuskan untuk menghabiskan waktu di kafetaria hotel saat orang-orang menghabiskan waktu untuk makan bersama. Dia duduk di sudut kafe. Di mejanya ada seporsi wafle dan se-cup vanila latte.Saat sedang menikmati wafle-nya, Zevan tiba-tiba terpikirkan Dania. Bagaimana kalau ternyata apa yang Sisil katakan benar? Bagaimana kalau trnyata diam-diam dia mulai tertarik dengan Dania tapi dia tak menyadarinya?Sadar pemikirannya terlalu melantur, Zevan lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Sejauh ini, dia tak pernah sekali pun suka dengan gadis yang disukai Endra. Mereka memiliki perbedaan yang kontras dalam selera dan memilih seorang gadis untuk dijadikan pasangan.Saat sedang membantah segala kemungkinan tentang kedekatannya dengan Dania, gadis yang dia pikirkan datang. Dania berjalan ke arahnya sambil tersenyum manis.“Boleh join nggak?” tanya Dania saat langkahnya terhenti di dekat meja Zevan.“Boleh ... boleh,” sahut Zevan, “ini kan tempat umum. Ya masak gue mau usir lo.”Dania ter
Beberapa hari belakangan ini Endra dibuat pusing dengan sikap Karra. Sekertarisnya itu sikapnya agak sedikit aneh. Caranya tersenyum, memandang dan mengajak Endra berbicara begitu aneh. Sebentar-sebentar gadis itu tersenyum-senyum tak jelas saat melihatnya. Tapi saat ditanya kenapa, Karra hanya menggeleng. Lama-lama, Endra bisa gila memikirkan kelakuan Karra.Pikiran Endra buyar saat dia mendegar suara ketukan dari pintu kamar. “Masuk,” katanya.Dalam hitungan detik, pintu terbuka lebar dan muncul Fajar di baliknya.“Papa? Tumben banget nyamperin Endra. Biasanya juga ngobrol sama Mama kan di ruang keluarga,” kata Endra. Fajar terkekeh. “Kamu ini ada seorang ayah mau nyamperin anaknya masak nggak boleh,” katanya.“Ya bukannya gitu,” sahut Endra, “kok agak lain aja.”Fajar lalu duduk di tepi ranjang setelah langkahnya terhenti. “Papa Cuma mau tanya tentang hubungan kamu sama Zevan? Selama kakak kamu itu tour, apa kamu pernah menghubungi dia?”Seketika raut wajah Endra berubah. Dia
Konser di Tangerang begitu emosional. Sepanjang konser, Zevan terlihat banyak tersenyum. Saat konser berakhir, matanya bahkan sampai berkaca-kaca. Akhirnya konser sudah mendekati akhir. Dua hari lagi akan diadakan konser penutupan di Jakarta.“Waktu enam bulan kalo sudah dijalanin cepet banget ya,” kata Sisil setelah semua personel Evolution berada di belakang panggung dan sesi meet and greet selesai.“Iya,” sahut Zevan. Dia mengambil sebotol air mineral, “gue nggak nyangka gue bisa ngelewatin semua ini. Padahal, pas ada kerusuhan terus konser kita diberhentiin paksa itu rasanya gue kayak udah nggak pengen ngelanjutin lagi.”Sisil tertawa. “Tapi gue yakin itu cuma omongan lo karena lo lagi down. Ya gue tau banget sih kalo lo itu profesional. Lo nggak pasti akan mengakhiri dengan baik semua yang sudah lo mulai. Bukan memutus sesuatu di tengeh-tengah. Itu bukan lo banget,” katanya usai tawanya reda.Zevan terkekeh. “Yang ada di pikiran gue waktu itu tuh, kenapa sih harus kayak gini? Ini
Endra mengucapkan kata rindu lagi setelah berada di kamar hotel. Mendengar Endra berkata seperti itu, Dania tertawa. Sejujurnya, dia juga sangat merindukan Endra. Tapi dia tak terpikirkan untuk mengungkapkannya berkali-kali. Bisa melihat Endra di depan matanya sudah membuatnya tenang. Dan ya, otomatis rasa ridu di hatinya luruh dengan sendirinya.“Yang, kok kamu malah ketawa sih?” kata Endra.Dania tersenyum. “Habis kamu lucu,” sahut Dania.Endra lalu menlangkah mendekati Dania. Dia lalu menatap gadisnya itu dengan tatapan tajam. Dengan cepat, dia lalu merengkuh pinggul Dania, membuat tubunya dengan gadis itu tak berjarak. Perlahan, dia lalu menyapukan bibirnya dengan sangat lembut dan hati-hati. Setelah menanamkan sebuah kecupan dalam di bibir Dania, Endra lalu mundur dan melepaskan tangannya dari tubuh Dania.Dania lantas menatap Endra dengan tatapan aneh selama beberapa detik. Menyadari itu, Endra mengerutkan kening.“Kenapa?” tanyanya sambil tersenyum tipis.“Gitu doang?” tanya Da
Endra menelepon Karra sekitar jam sembilan pagi. Laki-laki itu bilang mereka akan berangkat ke Jakarta sekitar jam sebelas. Laki-laki itu memintanya bersiap-siap. Karra menghembuskan napas kasar setelah menerima telfon Endra. Dia lalu melemparkan ponselnya ke atas ranjang. Tapi kemudian Karra mengambil ponselnya lagi. Dia lalu menghubingi Lya. Dalam hitungan detik, Karra mendengar suara gadis itu dari seberang. “Ada apa Karra sayang?” tanya Lya. “Gue boleh curhat nggak?” kata Karra. “Boleh dong ...,” sahut Lya, “cerita aja. Kenapa ... kenapa?” “Gue bad mood,” sahut Karra. Dia menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke atas ranjang. “Why ... kenapa bad mood?” tanya Lya, “lo ngelihat Dania sama Endra indehoi lagi di mimpi lo?” Karra menghembuskan napas kasar. Mereka indehoi di dunia nyata,” kata Karra. “Whattt ... lo ngelihat mereka indehoi di dunia nyata? Kok bisa sih? Bukannya Karra lagi ikut Evolution konser?” tanya Lya. Karra menghembuskan napas lemah. Dia lalu menceritakan tent
“Sil, dengerin gue. Gue respect dan terima kasih banget sama lo karena lo udah peduli sama gue. Gue hargain perhatian dan kebaikan lo. Tapi, ini semua bukan masalah mudah. Terlalu banyak dan dalem rasa sakit dan kecewa yang nyokap gue buat. Gue cuma ingin dia sadar kalau selama ini ada kesenjangan antara apa yang dia kasih buat Endra dan gue. Gue cuma ingin dia bilang satu kata maaf. Tapi dia nggak pernah mau ngucapin kata itu. Egonya dia selangit,” balas Zevan panjang-lebar.Tentu saja Sisil tak bisa berkata-kata lagi setelah itu. Dia hanya bisa mendoakan agar secepatnya Hana bisa mengerti bagaimana perasaan Zevan.***Konser penutupan di Jakarta pecah sekali. Sepanjang konser, Zevan sangat bersemangat. bahkan di lagu yang iramanya agak mellow pun dia tetap berkeliling panggung. Dia menumpahkan rasa bahagia dan rasa leganya.Di akhir konser, member Evolution diberi kesempatan satu demi satu untuk mengucapkan terima kasih dan kesan-kesannya selama konser berlangsung. Yang pertama berb
“Oh, lo lagi mau indehoi, ya,” kata Zevan saat pintu kamar dibuka oleh Endra. Dia melihat Dania sekilas lalu tersenyum penuh arti.Seketika itu wajah Dania memerah.“Berisik lo. Cepetan bilang tujuan lo apa ke sini?!” sahut Endra.“Gue mau pinjem laptop Papa,” katanya.Endra lalu mengambilkan laptop yang dimaksud. Setelah menyerahkan laptop itu pada Zevan, dia lalu menutup pintu lagi dan menguncinya.“Sorry,” kata Endra setelah dia kembali ke sofa.”Dania tersenyum. “It’s okey,” katanya, “kita bisa mulai lagi.” Dania lalu membaringkan tubuhnya di atas sofa dan menekuk kakinya.Endra tersenyum. “Kenapa kamu ngelakuin itu dengan mudahnya?” tanyanya.“Because you deserve,” kata Dania. Dia lalu menarik Endra mendekat.Malam ini, Dania dimiliki Endra lagi. Laki-laki itu melampiaskan seluruh perasaannya pada Dania. Dia membuat Dania menjerit beberapa kali. Dia lebih bersemangat menghujamkan cintanya pada Dania saat gadisnya itu meneriakkan namanya dengan lantang.Setelah melampiaskan seluru
“Zevan, lo itu harusnya mikir dong. Gimana kalo misalnya ada yang videoin lo waktu lo nyosor cewek sembarangan di kelab? Gimana kalo dia nyebarin video itu dan berita lo masuk infotainment. Apa kabar sama karir lo dan Evolution yang lagi nanjak-nanjaknya?” omel Sisil.Zevan menghembuskan napas panjang.“Kenapa lo? Habis berantem sama Endra?” tanya Sisil.Zevan menggeleng.“Terus? Ah, kalo nggak sama Endra, pasti lo habis ribut sama nyokap lo?” tebak Sisil.Zevan menggeleng.“Lah terus lo kenapa?” tanya Sisil.Zevan lalu menceritakan apa yang dia lihat ketiak dia masuk ke kamar Endra. Dia juga bercerita jika setelah melihat itu, perasaannya mendadak jadi tidak nyaman.Sisil tertawa usai mendengar cerita Zevan. Tentu saja fakta itu membuat Zevan terheran-heran.“Apanya yang lucu?!” katanya.“Lo jealous sama Endra?” sahut Sisil.Zevan menggeleng. “Enggak lah,” sangkalnya.“Kalo lo nggak jealous, seharusnya lo biasa aja dong,” balas Sisil.Zevan berdecak. Dia lalu bejalan meninggalkan man
Yang masuk ke dalam ruangan setelah Hana dan Fajar keluar adalah Endra. Laki-laki itu awalya canguung saat melangkah ke dalam ruangan. Namun akhirnya dia bersuara juga setelah kakinya terhenti di dekat ranjang.“Kenapa lo nggak pernah cerita kalo lo sakit jantung?” tanya Endra.“Sebelumnya gue juga nggak tahu kok kalo gue sakit jantung. Gue baru ta ...”“Bohong,” sahut Endra, “gue pernah nemuin botol kecil tempat obat di kamar lo pas mau ngambil jam tangan Papa yang lo pinjem.”Zevan menghembuskan napas panjang. “Gue nggak mau terlihat lemah di hadapan orang-orang terdekat gue dan keluarga gue.”Endra tak menyahut. Dia memahami perasaan Zevan. Sebagai seorang anak laki-laki, dia juga gengsi akan bercerita tentang penyakit atau kelemahannya kepada keluarga.“Terus selama ini kenapa lo musuhin gue?” tanya Endra, “seharusnya kita nggak kayak gini nggak sih?”“Gue benci sama lo karena nyokap lebih sayang sama lo,” kata Zevan, “gue udah berusaha maklum kalo Papa selalu jarang ada di rumah
Saat diberi tahu tentang perayaan hari ulang tahun sebenarnya Zevan tidak terlalu tertarik. Karena dia yakin momen itu tak akan menjadi momen yang spesial sespesial momen ulang tahun Endra. Dia bahkan berniat pergi di hari ulang tahunnya itu. Biar saja orang-orang rumah merayakan semua tanpa dirinya. Tapi setelah dinasihati Dania, akhirnya Zevan pun luluh. Meski tak terlihat bersemangat, Zevan tetap keluar kamar sekitar jam tujuh malam.Saat melihat dekorasi di ruang tamu rumahnya yang disulap menjadi hall, Zevan seketika merasa muak. Ruangan itu didekorasi dengan warna serba putih, warna kesukaan Endra. Pasti ini ide Hana. Lihatlah, di saat banyak Evolutioners yang menetahui hal-hal kecil tentang Zevan, ibunya sendiri malah tidak tahu warna favoritnya.Zevan seketika menghembuskan napas kasar. Dia ingin berbalik dan masuk ke dalam kamar lagi. Tapi niatnya itu tak berjalan mulus lantaran Fajar memanggilnya saat kakinya baru berjalan satu langkah.“Mau ke mana kamu?” tanya Fajar.“Mau
Seiring dengan renggangya komunikasi Zevan dan Dania, pemberitaan di sosial media tentang mereka juga mereda. Seharusnya Dania senang karena dengan begitu dia tak menjadi bahan kejar-kejaran awak media lagi. Tapi, kenyataannya tidak. Dia justru semakin merasa kosong karena itu sekaligus memperjelas kalau dia dan Zevan memang sudah sejauh itu sekarang.Dania lalu memikirkan saran dari Sisil. Apakah memang sebaiknya dia mengajak Zevan mengobrol? Karena jujur, dia sudah sangat muak dengan kecanggungan yang terjadi di antara dia da Endra selama bebeberapa minggu belakangan ini.Setelah berpikir selama beberapa menit, akhirnya Dania memutuskan untuk mengajak Zevan mengobrol. Dia memutuskan untuk berbicara dengan laki-laki itu setelah Evolution tampil.Tanpa Dania sangka, ternyata Zevan juga berniat mengajaknya berbicara. Karena saat bertatap muka, keduanya mengucapkan, “gue mau ngobrol sama lo,” secara hampir bersamaan.“Lo duluan aja,” kata Dania akhirnya.“Lo saja,” kata Zevan.“Lo dulua
“Jadi lo ngehancurin kencan mereka?” tamya Dania.“Iya,” sahut Zevan, “kesian anjir ceweknya tampangnya langsung bete gitu.”Dania terbahak. “Lah itu kan ulah lo juga kali,” katanya.“By the way, tadi gue udah mutusin kalo kita bakalan kelihatan kaya orang pacaran pas di depan Karra sama Endra aja,” kata Dania lagi.Zevan tak langsung menjawab. Kalau Dania sudah memutuskan seperti itu berarti kemungkainan mereka bersamaan akan berkurang. Tapi toh tak ada bedanya juga. Saat sedang bekerja pun dia teteap bisa mendekati Dania.“Zevan,” sahut Dania dari seberang, “kok lo diem sih?”“Eh, ya nggak apa-apa kalo misalnya keputusan lo kaya begitu,” sahut Zevan. Tapi sebenarnya dia berat mengucapkan hal itu.***Dania merasakan perubahan sikap Zevan selama beberapa hari. Kalau biasanya laki-laki itu sering mengobrol dengannya setiap istirahat makan siang, belakangan ini laki-laki itu jarang berbicara dengannya. Zevan berbicara dengannya kalau tentang masalah kerjaan saja. Sama persis saat awal-
Endra tentu saja panik melihat Karra. Dia lalu berusaha menenangkan gadis itu.“Hei, udah dong nangisnya. Aku minta maaf,” kata Endra, “Dia lalu mengusap pipi Karra yang basah dengan ujung ujung jarinya.“Sini,” kata Endra. Dia lalu mendekap Karra Erat-erat.“Jadinya kamu kenapa kok jadi aneh sikapnya ke aku setelah pesta malem itu?” tanya Dania setelah Endra melepaskan pelaukannya.Endra menghembuskan napas kasar. “Aku cuma masih syok aja ngelihat Zevan jaian sama seseorang yang pernah ada hubungan sama aku.”Karra menghembuskan napas panjang. “Beneran cuma itu? Sykur deh kalau kecurigaanku gak bener.”Endra tersenyum. Dia lalu mendekatkan wajahnya ke Karra. Tanpa aba-aba, dia menyematkan kecupan lembut dan dalam di bibir gadis itu. Rasanya seperti sudah lama sekali dia tak menyalurkan perasaannya pada Karra. Maka, dia lampiaskan semuanya sekarang. Perlahan, tangan kanannya pun mulai merayap di bawah rok Karra. Namun ketika mencapai pinggul gadisya itu, tangannya terhenti lantaran te
“Ayo buruan,” kata Hana.Endra menghembuskan napas kasar. Dia lalu maju lebih dulu.“Zevan buruan!” kata Hana.Akhirnya Zevan ikut maju juga. Mereka berdua akhirya saling bersalaman walau tak saling pandang. Hana geleng-geleng kepala melihatnya. Wanita itu lalu menghembuskan napas panjang.“Cepetan balik ke kamar sana, Endra,” kata Fajar, “Papa nggak mau ya ngeliat kalian berkelahi lagi kaya gini.”“Nggak janji,” kata Endra. Dia lalu beranjak pergi.***Seperti yang sudah Zevan duga sebelumnya. Kemunculannya dengan Dania di pesta malam itu pasti akan mengundang perhatian publik. Zevan tak tahu siapa pelaku pertama yeng mengunnggah video itu di internet. Yang pasti keesokan harinya setelah pesta itu selesai, videonya berdansa dengan Dania sudah tersebar di sosial media. Di X bahkan hastag ZevanDania masuk ke dalam sepuluh besar trending.Zevan ada jadwal nanti jam satu siang. Mungkin, dia baru akan keluar rumah sekitar jam sebelas pagi atau jam setengah dua belas siang. Selama itu dia
“Sayang, kamu tadi udah makan belom?” tanya Zevan.Dania membelalakkan mata namun akhirnya dia menjawab pertanyaan Zevan juga. “Be ... belum sih,” katanya.“Mau aku suapin nggak?” tanya Zevan.Dania menyahut, “boleh,” sambil melirik Endra dan Karra sekilas. Jelas sekali mereka tampak syok.Rasa percaya diri Dania muncul seiring dengan raut canggung yang tampak di wajah pasangan kekasih yang duduk di sampingnya. Terutama Endra. Laki-laki itu tak bisa menutupi keterkejutannya.Selama dua puluh menit berikutnya, Dania melakonkan drama-nya dengan Zevan dengan sangat sempurnya. Endra dan Karra dibuat mati kutu melihat kemesraan yang mereka perlihatkan. Dania bahkan berinisiatif untuk bergantian menyuapi Endra. Gadis itu tersenyum lega saat akhirnya Endra mengajak Karra menghindar ke tempat lain. Laki-laki itu tampak sangat tidak nyaman.Sementara itu, Zevan tertawa puas setelah Endra dan Karra menghilang dari pandangan matanya.“Akting gue bagus kan?” kata Dania. Dia lalu merebut piring b
Karra seperti tak berada di bumi saat jemari tangan kiri Endra merayap di dada kirinya. Sensasi seperti itu baru dia rasakan untuk yang pertama kali seumur hidupnya. Namun, dia hanya merasakan gejolak itu dalam waktu sekitar semenit karena Endra segera menarik diri bersamaan dengan terdengarnya suara batuk ibu Karra.“Sorry,” kata Endra saat dia melihat Karra merapikan kerah blusnya lalu mengancingkan dua kancing teratas yang terbuka.Karra tersenyum. “For what?” katanya.“Karena sudah nyentuh kamu sembarangan,” kata Endra.Karra tertawa kecil. “It’s okey,” katanya, “bukanya sekarang aku punya kamu ya? Kamu berhak ngelakuin apa saja. Hanya mungkin waktunya aja yang nggak tepat.”Endra terkekeh. “Yaudah lain kali kita cari waktu sekaligus tempat yang tepat,” katanya setelah tawanya reda.Karra membelalakkan mata. “Dasar,” katanya. Dia lalu membuka pintu mobil, “good night. See you tomorrow.”“Good night. I love you,” balas Endra. Dia lalu menurunkan kaca mobil.“I love you too,” balas
Sebenarnya Karra sudah diberi tahu Endra tentang acara peresmian hotel baru itu sejak jauh-jauh hari. Tapi mendekati hari-H dia tetap saja merasa gugup bukan main. Dia merasa tidak siap kalau hubungannya harus diketahui banyak orang di kantor.“Kamu yakin mau ngenalin aku sebagai pasangan kamu di acara itu?” tanya Karra saat mereka makan siang bersama di sebuah restoran.Endra mengangguk. “Iya dong,” sahut Endra, “kan aku sudah bilang dari awal.”“Nggak apa-apa kalo pada akhirnya semua orang tahu kalau Bapak Endra sang CEO pacarannya sama sekertarisnya sendiri?” tanya Karra.Endra terbahak. “Emangnya kenapa?” tanyanya.Karra mengangkat bahu. “Kamu nggak gengsi?” tanya Karra.Endra terbahak. “Nggak lah,” katanya, “ngapain harus gengsi?”Karra lantas tersenyum. Dia merasa lega karena Endra bisa menerimanya apa adanya. Dia lalu menatap Endra dalam-dalam. Sebisa mungkin dia tak melewatkan setiap detik waktu yang dia lalui dengan Endra secara detail.“Keanapa?” tanya Endra.Karra menggelen