Semalam Karra mimpi buruk lagi tentang Endra dan Dania. Ya, sebenarnya mimpi itu indah kalau yang memimpikan Dania atau Endra. Karena di dalam mimpi itu tidak ada hantu yang muncul dan tidak ada sesuatu yang menyeramkan.Di dalam mimpi Karra itu, Dania dan Endra bermesraan lagi. Kali ini tidak di dalam sebuah pesta tapi di rumah Endra. Mereka bercumbu seperti orang kesetanan. Dania sangat menikmati setiap sentuhan Endra.Karena mimpi itu, Karra tidak bisa tidur, lagi-lagi. Dia terjaga dari jam tiga sampai sekarang ketika jam di ruangan kerjanya menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Akibatnya dia jadi lemas dan mengantuk. Wajahnya terlihat layu. Kondisi Karra yang seperti itu terus berlangsung sampai dia meeting bersama Endra dan beberapa tamu undangan yang semuanya merupakan investor.Karra tak menyangka Endra akan menyadari kondisinya yang seperti itu. Tapi nyatanya laki-laki itu menyadarinya. Sesaat setelah semua tamu undangan keluar dari ruang meeting, Endra menegurnya.“Lo saki
Karra masih membayangkan wjah lucu Endra saat laki-laki itu bingung sesampainya di kamar. Sebenarnya, dia tak bermaksud membuat Endra menjadi seperti itu. Semua terjadi begitu saja di luar prediksinya. Tapi, kalau dipikir-pikir, seru juga ya membuat Endra bertanya-tanya karena penasaran seperti itu.Setelah terduduk di ranjang, Karra memutuskan untuk bercerita pada Lya tentng apa yang dialaminya di kantor dengan Endra. Gadis itu lalu menelfon temannya itu. Dia menceritakan kejadian awal saat dia pingsan sampai saat dia dan Endra ada di dalam mobil saat laki-laki itu hendak mengantarkannya pulang.“Sumpe loh?” kata Lya saat Karra mengakhiri ceritanya.“Iya, Lya. Ngapain sih gue ngarang cerita.“Menurut gue, Endra itu tergolong orang yang nggak peka ya,” kata Lya, “kan selama ini lo bilang kalo lo selalu berusaha narik perhatian dia dengan cara apa pun dan itu nggak berhasil. Kalo termyata dia memang suka dibikin penasaran. Berarti ya itu cara paling efektif buat dia kepikiran terus sam
Zevan memutuskan untuk menghabiskan waktu di kafetaria hotel saat orang-orang menghabiskan waktu untuk makan bersama. Dia duduk di sudut kafe. Di mejanya ada seporsi wafle dan se-cup vanila latte.Saat sedang menikmati wafle-nya, Zevan tiba-tiba terpikirkan Dania. Bagaimana kalau ternyata apa yang Sisil katakan benar? Bagaimana kalau trnyata diam-diam dia mulai tertarik dengan Dania tapi dia tak menyadarinya?Sadar pemikirannya terlalu melantur, Zevan lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Sejauh ini, dia tak pernah sekali pun suka dengan gadis yang disukai Endra. Mereka memiliki perbedaan yang kontras dalam selera dan memilih seorang gadis untuk dijadikan pasangan.Saat sedang membantah segala kemungkinan tentang kedekatannya dengan Dania, gadis yang dia pikirkan datang. Dania berjalan ke arahnya sambil tersenyum manis.“Boleh join nggak?” tanya Dania saat langkahnya terhenti di dekat meja Zevan.“Boleh ... boleh,” sahut Zevan, “ini kan tempat umum. Ya masak gue mau usir lo.”Dania ter
Beberapa hari belakangan ini Endra dibuat pusing dengan sikap Karra. Sekertarisnya itu sikapnya agak sedikit aneh. Caranya tersenyum, memandang dan mengajak Endra berbicara begitu aneh. Sebentar-sebentar gadis itu tersenyum-senyum tak jelas saat melihatnya. Tapi saat ditanya kenapa, Karra hanya menggeleng. Lama-lama, Endra bisa gila memikirkan kelakuan Karra.Pikiran Endra buyar saat dia mendegar suara ketukan dari pintu kamar. “Masuk,” katanya.Dalam hitungan detik, pintu terbuka lebar dan muncul Fajar di baliknya.“Papa? Tumben banget nyamperin Endra. Biasanya juga ngobrol sama Mama kan di ruang keluarga,” kata Endra. Fajar terkekeh. “Kamu ini ada seorang ayah mau nyamperin anaknya masak nggak boleh,” katanya.“Ya bukannya gitu,” sahut Endra, “kok agak lain aja.”Fajar lalu duduk di tepi ranjang setelah langkahnya terhenti. “Papa Cuma mau tanya tentang hubungan kamu sama Zevan? Selama kakak kamu itu tour, apa kamu pernah menghubungi dia?”Seketika raut wajah Endra berubah. Dia
Konser di Tangerang begitu emosional. Sepanjang konser, Zevan terlihat banyak tersenyum. Saat konser berakhir, matanya bahkan sampai berkaca-kaca. Akhirnya konser sudah mendekati akhir. Dua hari lagi akan diadakan konser penutupan di Jakarta.“Waktu enam bulan kalo sudah dijalanin cepet banget ya,” kata Sisil setelah semua personel Evolution berada di belakang panggung dan sesi meet and greet selesai.“Iya,” sahut Zevan. Dia mengambil sebotol air mineral, “gue nggak nyangka gue bisa ngelewatin semua ini. Padahal, pas ada kerusuhan terus konser kita diberhentiin paksa itu rasanya gue kayak udah nggak pengen ngelanjutin lagi.”Sisil tertawa. “Tapi gue yakin itu cuma omongan lo karena lo lagi down. Ya gue tau banget sih kalo lo itu profesional. Lo nggak pasti akan mengakhiri dengan baik semua yang sudah lo mulai. Bukan memutus sesuatu di tengeh-tengah. Itu bukan lo banget,” katanya usai tawanya reda.Zevan terkekeh. “Yang ada di pikiran gue waktu itu tuh, kenapa sih harus kayak gini? Ini
Endra mengucapkan kata rindu lagi setelah berada di kamar hotel. Mendengar Endra berkata seperti itu, Dania tertawa. Sejujurnya, dia juga sangat merindukan Endra. Tapi dia tak terpikirkan untuk mengungkapkannya berkali-kali. Bisa melihat Endra di depan matanya sudah membuatnya tenang. Dan ya, otomatis rasa ridu di hatinya luruh dengan sendirinya.“Yang, kok kamu malah ketawa sih?” kata Endra.Dania tersenyum. “Habis kamu lucu,” sahut Dania.Endra lalu menlangkah mendekati Dania. Dia lalu menatap gadisnya itu dengan tatapan tajam. Dengan cepat, dia lalu merengkuh pinggul Dania, membuat tubunya dengan gadis itu tak berjarak. Perlahan, dia lalu menyapukan bibirnya dengan sangat lembut dan hati-hati. Setelah menanamkan sebuah kecupan dalam di bibir Dania, Endra lalu mundur dan melepaskan tangannya dari tubuh Dania.Dania lantas menatap Endra dengan tatapan aneh selama beberapa detik. Menyadari itu, Endra mengerutkan kening.“Kenapa?” tanyanya sambil tersenyum tipis.“Gitu doang?” tanya Da
Endra menelepon Karra sekitar jam sembilan pagi. Laki-laki itu bilang mereka akan berangkat ke Jakarta sekitar jam sebelas. Laki-laki itu memintanya bersiap-siap. Karra menghembuskan napas kasar setelah menerima telfon Endra. Dia lalu melemparkan ponselnya ke atas ranjang. Tapi kemudian Karra mengambil ponselnya lagi. Dia lalu menghubingi Lya. Dalam hitungan detik, Karra mendengar suara gadis itu dari seberang. “Ada apa Karra sayang?” tanya Lya. “Gue boleh curhat nggak?” kata Karra. “Boleh dong ...,” sahut Lya, “cerita aja. Kenapa ... kenapa?” “Gue bad mood,” sahut Karra. Dia menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke atas ranjang. “Why ... kenapa bad mood?” tanya Lya, “lo ngelihat Dania sama Endra indehoi lagi di mimpi lo?” Karra menghembuskan napas kasar. Mereka indehoi di dunia nyata,” kata Karra. “Whattt ... lo ngelihat mereka indehoi di dunia nyata? Kok bisa sih? Bukannya Karra lagi ikut Evolution konser?” tanya Lya. Karra menghembuskan napas lemah. Dia lalu menceritakan tent
“Sil, dengerin gue. Gue respect dan terima kasih banget sama lo karena lo udah peduli sama gue. Gue hargain perhatian dan kebaikan lo. Tapi, ini semua bukan masalah mudah. Terlalu banyak dan dalem rasa sakit dan kecewa yang nyokap gue buat. Gue cuma ingin dia sadar kalau selama ini ada kesenjangan antara apa yang dia kasih buat Endra dan gue. Gue cuma ingin dia bilang satu kata maaf. Tapi dia nggak pernah mau ngucapin kata itu. Egonya dia selangit,” balas Zevan panjang-lebar.Tentu saja Sisil tak bisa berkata-kata lagi setelah itu. Dia hanya bisa mendoakan agar secepatnya Hana bisa mengerti bagaimana perasaan Zevan.***Konser penutupan di Jakarta pecah sekali. Sepanjang konser, Zevan sangat bersemangat. bahkan di lagu yang iramanya agak mellow pun dia tetap berkeliling panggung. Dia menumpahkan rasa bahagia dan rasa leganya.Di akhir konser, member Evolution diberi kesempatan satu demi satu untuk mengucapkan terima kasih dan kesan-kesannya selama konser berlangsung. Yang pertama berb