Karina terbangun saat mendengar suara-suara ribut dari luar kamarnya. Kelopak matanya terasa sangat berat karena lelah yang amat sangat, tapi pada akhirnya ia pun tetap memaksakan diri untuk bangun.Karena suara-suara itu terlalu mencurigakan.Karina mengerang ketika beranjak untuk duduk di ranjangnya. Badannya remuk. Aah, salahnya juga kenapa terhanyut dengan Virgo yang mengakui perasaan kepadanya, yang kemudian malah disusul dengan percintaan yang penuh gelora.Padahal semalam Karina pun habis digempur oleh Jeremy.Masalahnya, Virgo itu manis sekali. Sikapnya selalu lembut dan mampu membuat Karina merasa seolah benar-benar dicintai.Jika dipikir-pikir, apa yang telah dia alami itu sangatlah aneh. Satu tubuh lelaki yang sama telah menjamah dirinya, namun dengan dua kepribadian yang sangat jauh berbeda dan bertolak belakang.Suara itu kembali terdengar, dan Karina pun yakin jika itu adalah suara dua orang perempuan yang sedang berbincang pelan. Siapa mereka?Karina pun mulai berjalan
"Dia pasti akan selamat dan bisa melalui ini semua. Kita harus tetap meyakini akan hal itu, Karina." Perkataan Dokter Dharmawan itu hanya bisa sedikit membuat Karina agak tenang, meskipun air mata tak hentinya menganak sungai dari manik bening beriris hitamnya. Ya, untuk saat ini tak ada yang bisa dilakukan selain menunggu keajaiban. Keajaiban yang akan membawa Virgo kembali dari koma. Terbayang kembali ketika Karina ketika melihat pemandangan mengerikan di kamar lelaki itu. Tubuhnya lemas seolah tak bertulang saat menatap nanar ke arah lantai, yang telah dibanjiri cairan merah kental yang mengeluarkan bau besi yang tajam. Darah. Darah Virgo, yang sedang tergeletak tak sadarkan diri, tak jauh hanya beberapa langkah dari Karina berdiri. "Aku tidak mengerti." Karina berucap pelan sembari menatap Dokter Dharmawan yang duduk di sampingnya. Mereka sama-sama menunggu kabar dari Dokter Bedah yang sedang menangani Virgo di dalam ruang operasi. "Kenapa dia ingin membahayakan nyawanya send
"Aku haus."Sebuah suara yang berucap dingin itu membuat Karina yang sedang menonton televisi sambil duduk di sofa pun menganggukkan kepalanya, lalu segera beranjak berdiri."Sekalian juga ambilkan kameraku yang disimpan di laci," titah lelaki itu lagi, yang hanya dijawab kembali disahut dengan anggukan tanpa suara dari Karina.Gadis itu mengambil gelas kaca dari lemari, lalu mengisinya dengan air dingin. Situasi hening dengan hanya suara air yang dari dispenser kulkas ini tak pelak membuat Karina melamun.Dan tanpa bisa dicegah, pikirannya pun seketika melayang ketika Virgo masih di sini.Yaitu saat Karina memasak untuk makan malam mereka, dan Virgo menungguinya sambil bersandar di kitchen set. Lelaki itu mengajaknya mengobrol dan bercanda sembari memasak, membuat waktu berlalu dengan sangat menyenangkan.Sehabis makan malam, biasanya mereka jalan-jalan di taman, atau mengendarai mobil berkeliling kota, atau malah sekedar bersantai di penthouse sambil menonton televisi. Yang seringny
"Datanglah, dan layani aku sekarang." Kalimat yang terdengar di telinga Juliet itu selalu berhasil membuat dadanya serasa sesak dan jantungnya seakan berhenti berdetak. Seharusnya dia sudah terbiasa. Ya. Bukankah kalimat itu selalu diucapkan oleh seorang Matthew Wiratama kepadanya melalui telepon, jika lelaki itu telah pulang ke rumah mewahnya? Masalahnya... Matthew tidak pernah kembali lagi ke rumah itu selama setahun terakhir ini karena harus mengurus bisnis barunya di Boston. Dan setahun tanpa harus melayani lelaki itu membuat Juliet merasa... seperti gadis biasa. Gadis normal yang seakan tidak memiliki beban berat di pundaknya. "Baik, Matthew. Aku mengerti," adalah jawaban standar dari Juliet sebelum gadis itu kemudian memutuskan sambungan teleponnya. Takdir hidup telah menjadikannya seorang Juliet Amanda, yang telah menjadi anak yatim piatu 3 tahun yang lalu di usianya yang ke 16 tahun. Dan Matthew Wiratama yang baik hati serta pemaaf, yang dengan hati seluas s
Ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi oleh Juliet saat menjadi seorang wanita simpanan untuk seorang Matthew Wiratama.Peraturan pertama : selalu patuh dan taat pada apa pun yang diperintahkan.Sebagai pemimpin tertinggi Wiratama Fleet Service, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa transportasi laut, darat dan udara, Matthew memiliki ego yang tinggi.Ia sudah menjadi pemimpin perusahaan multimiliar dollar di usia yang cukup belia, 27 tahun. Warisan yang ia dapatkan setelah ayahnya, Ibram Wiratama, meninggal dalam sebuah kecelakaan.Kejeniusan dan kecerdasan lelaki itu membuat Wiratama Fleet Service tetap survive, meskipun selama beberapa saat sempat kolaps karena kehilangan sosok pemimpinnya yaitu Ibram Wiratama.Matthew berhasil membawa perusahaannya keluar dari krisis, dan setelah itu dirinya pun mampu mendapatkan kepercayaan dari para pemegang saham serta secara resmi menduduki posisi menggantikan almarhum ayahnya sebagai CEO.Kegemilangan yang ia peroleh mendapatkan
Bagaikan sehabis diterjang badai super dahsyat.Begitulah kiranya apa yang terlihat pada ranjang dimana Juliet berada. Semuanya kacau dan semuanya tidak berada di tempatnya. Seprai sutra yang tadinya rapi melapisi kasur lembut nan empuk kini telah tercerabut kasar dan kusut tak berbentuk.Semua bantal dan guling telah teronggok di atas lantai, tercampakkan begitu saja oleh Matthew yang merasa terganggu dengan keberadaan benda-benda itu saat tubuhnya berada di atas tubuh Juliet.Sangat cocok dengan situasi di sekelilingnya, yang juga sama porak-porandanya karena dihancurkan oleh Matthew yang kesal karena Juliet tidak berada di rumah ketika ia pulang.Salah satu benda yang masih sesuai dengan tempat serta fungsinya adalah selimut sutra, yang kini sedang menutupi tubuh polos Juliet yang penuh keringat dan gemetar karena kelelahan.'Syukurlah, paling tidak untuk sekarang ini semuanya telah usai', desah Juliet dalam hati sembari memejamkan matanya. Tak ada yang berubah dari Matthew selama
"Tapi kenapa aku harus diborgol?!" Seru Juliet yang merasa tidak terima. Selama ini ia sudah seperti hewan peliharaan bagi Matthew, dan sekarang lelaki itu juga mau membuatnya seperti tahanan penjara?!Matthew berdecak kecil. "Ini hanya untuk memastikan saja kalau kamu tidak akan melarikan diri karena sekarang tak ada seorang pun di rumah ini selain kita berdua, Juliet. Jadi aku tidak mau ambil resiko dengan gadis nakal yang mengambil kesempatan di saat aku lengah.""Hah? Tak ada orang?" Ulang Juliet bingung. Rumah megah Matthew Wiratama ini padahal memiliki dua belas pelayan, lima orang tukang kebun dan empat supir. Belum lagi tiga pengawal yang berjaga di depan."Memangnya kemana mereka semua?""Kuliburkan satu hari," sahut Matthew santai sembari memain-mainkan ujung rambut panjang Juliet dengan jemarinya."Libur?""Ya. Libur. Karena hari ini aku sedang tidak ingin diganggu saat sedang bersamamu."GLEK.Juliet menelan ludah dengan manik bulatnya yang serta merta membelalak lebar, hi
"Kali ini aku benar-benar ingin bicara serius denganmu, Matthew," ucap Darren tiba-tiba, sekembalinya Matthew ke ruangan kerja setelah mengantarkan Juliet ke kamarnya."Apa kamu tahu atau hanya berpura-pura tidak tahu dengan jurusan studi yang diambil oleh Juliet di kampusnya? Apa kamu tahu bahwa selama ini dia memilih fakultas hukum?" Tanya Darren yang penasaran."Memangnya kenapa jika Juliet memilih jurusan itu?" Sahut Matthew tak peduli. Lelaki itu duduk di sofa panjang di depan Darren, sembari membuka ponselnya untuk mengecek apakah ada pesan yang penting untuk dijawab."Juliet mungkin terlihat polos dan lemah pada tampak luarnya, tapi entah kenapa feeling-ku justru mengatakan hal yang sebaliknya. Bukan tidak mungkin dia sengaja mengambil jurusan hukum dalam rangka mencari celah untuk menjatuhkanmu," tukas Darren."Karena bukankah apa yang sudah kamu lakukan selama ini semuanya memang melanggar hukum? Kamu meniduri anak di bawah umur saat Juliet berusia 16 tahun. Lalu menyekap, me
"Aku haus."Sebuah suara yang berucap dingin itu membuat Karina yang sedang menonton televisi sambil duduk di sofa pun menganggukkan kepalanya, lalu segera beranjak berdiri."Sekalian juga ambilkan kameraku yang disimpan di laci," titah lelaki itu lagi, yang hanya dijawab kembali disahut dengan anggukan tanpa suara dari Karina.Gadis itu mengambil gelas kaca dari lemari, lalu mengisinya dengan air dingin. Situasi hening dengan hanya suara air yang dari dispenser kulkas ini tak pelak membuat Karina melamun.Dan tanpa bisa dicegah, pikirannya pun seketika melayang ketika Virgo masih di sini.Yaitu saat Karina memasak untuk makan malam mereka, dan Virgo menungguinya sambil bersandar di kitchen set. Lelaki itu mengajaknya mengobrol dan bercanda sembari memasak, membuat waktu berlalu dengan sangat menyenangkan.Sehabis makan malam, biasanya mereka jalan-jalan di taman, atau mengendarai mobil berkeliling kota, atau malah sekedar bersantai di penthouse sambil menonton televisi. Yang seringny
"Dia pasti akan selamat dan bisa melalui ini semua. Kita harus tetap meyakini akan hal itu, Karina." Perkataan Dokter Dharmawan itu hanya bisa sedikit membuat Karina agak tenang, meskipun air mata tak hentinya menganak sungai dari manik bening beriris hitamnya. Ya, untuk saat ini tak ada yang bisa dilakukan selain menunggu keajaiban. Keajaiban yang akan membawa Virgo kembali dari koma. Terbayang kembali ketika Karina ketika melihat pemandangan mengerikan di kamar lelaki itu. Tubuhnya lemas seolah tak bertulang saat menatap nanar ke arah lantai, yang telah dibanjiri cairan merah kental yang mengeluarkan bau besi yang tajam. Darah. Darah Virgo, yang sedang tergeletak tak sadarkan diri, tak jauh hanya beberapa langkah dari Karina berdiri. "Aku tidak mengerti." Karina berucap pelan sembari menatap Dokter Dharmawan yang duduk di sampingnya. Mereka sama-sama menunggu kabar dari Dokter Bedah yang sedang menangani Virgo di dalam ruang operasi. "Kenapa dia ingin membahayakan nyawanya send
Karina terbangun saat mendengar suara-suara ribut dari luar kamarnya. Kelopak matanya terasa sangat berat karena lelah yang amat sangat, tapi pada akhirnya ia pun tetap memaksakan diri untuk bangun.Karena suara-suara itu terlalu mencurigakan.Karina mengerang ketika beranjak untuk duduk di ranjangnya. Badannya remuk. Aah, salahnya juga kenapa terhanyut dengan Virgo yang mengakui perasaan kepadanya, yang kemudian malah disusul dengan percintaan yang penuh gelora.Padahal semalam Karina pun habis digempur oleh Jeremy.Masalahnya, Virgo itu manis sekali. Sikapnya selalu lembut dan mampu membuat Karina merasa seolah benar-benar dicintai.Jika dipikir-pikir, apa yang telah dia alami itu sangatlah aneh. Satu tubuh lelaki yang sama telah menjamah dirinya, namun dengan dua kepribadian yang sangat jauh berbeda dan bertolak belakang.Suara itu kembali terdengar, dan Karina pun yakin jika itu adalah suara dua orang perempuan yang sedang berbincang pelan. Siapa mereka?Karina pun mulai berjalan
"Anda mencari saya, Nyonya Wiratama?"Juliet menatap ke arah lelaki yang baru saja datang dan duduk tepat di seberang mejanya. Wanita itu mendengus geli mendengar nada hormat yang dibuat-buat lelaki itu, yang sebenarnya tersirat ledekan."Halo, Darren. Terima kasih sudah mau menemuiku di sini," sahut Juliet sembari tersenyum. Ia tahu kalau sepupu suaminya ini masih tidak menyukai dirinya.Sejak kejadian beberapa bulan yang lalu di saat Juliet bermaksud melarikan diri dari Matthew dengan berbagai cara, Darren tampaknya belum bisa percaya 100% padanya sampai sekarang.Sebenarnya Darren hanya terlalu menyayangi Matthew, dan bersikap awas kepada siapa pun yang hendak menyakiti sepupunya itu."Tentu saja saya akan menemui Anda, Nyonya. Apa ada yang bisa saya bantu?""Ck. Berhentilah bersikap terlalu formal Darren. Tak bisakah kamu berhenti memusuhiku? Aku bukan lagi Juliet yang dulu, asal kamu tahu," protes Juliet sambil menghela napas pelan melihat sikap Darren yang penuh kebencianberban
"Karina, bangun." Gadis bersurai gelap lurus itu pun sontak terbangun, ketika merasakan tubuhnya diguncang secara perlahan. Dengan manik menyipit sayu, Karina menatap seraut wajah oriental tampan yang balas menatapnya. Awalnya Karina hanya mengucek matanya, namun gadis itu pun seketika membelalak lebar ketika menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda. Ada yang berbeda dengan lelaki di sampingnya yang tengah menatap dirinya. Pertama, suaranya. Tidak serak dan berat seperti yang dimiliki oleh Jeremy, tapi sedikit lebih tinggi. Lalu yang kedua, tatapan kelam dan penuh gejolak milik Jeremy pun telah menghilang, digantikan oleh manik yang menyorot setenang air di lautan, namun entah kenapa kali ini juga seakan menyimpan misteri. Jelas sekali, lelaki ini adalah Virgo dan tak lagi Jeremy. "REINER?!" Karina berseru gembira, dan bergerak untuk duduk dan memeluk Virgo penuh ungkapan syukur. Sementara Virgo hanya diam tak bergeming. Maniknya masih mengamati dan berusaha mencerna bagaimana k
Matthew... memiliki saudari kembar?Sepanjang hari setelah kembali dari rumah utama keluarga Wiratama, pikiran Juliet penuh dengan bukti foto yang baru saja ia temukan.Hal mengejutkan dan Juliet pun yakin jika Matthew pun tidak mengetahuinya. Entah kenapa dan apa alasan dari Papa mertuanya menyembunyikan fakta tentang putrinya yang lain dari keluarga Wiratama?Ya ampun. Padahal Juliet bermaksud mencari tahu tentang perselingkuhan Kayana Wiratama dengan ayahnya, namun malah menemukan kejutan yang lain!Apa yang harus ia lakukan sekarang? Rasanya Juliet belum ingin memberitahukan ini kepada Matthew. Suaminya itu sedang berbahagia sekarang setelah berbaikan dengan Oma dan karena anak mereka di dalam kandungan Juliet.Mungkin Juliet akan memastikan lebih dulu tentang kebenaran ini, sebelum menyampaikannya kepada suaminya.Wanita cantik dan elegan itu pun meraih ponselnya untuk menelepon seseorang yang ia tahu mungkin memiliki power untuk mendapatkan informasi, meskipun... Juliet tidak ta
"Nyonya Muda, apa yang Anda lakukan?!""Ssshh... jangan berisik, Tiana. Cepat masuk ke sini dan kunci pintunya!"Pelayan yang bernama Tiana itu pun mengangguk pelan, lalu bergegas melakukan apa yang dititahkan oleh majikannya, Nyonya Muda Wiratama.Setelah mengunci rapat ruang kerja milik mendiang Tuan Besar Ibram Wiratama, Tiana segera berjalan mendekati Nyonya Muda Juliet yang asyik membongkar sebuah lemari buku.Sejak resmi menikah dengan Matthew, Juliet diam-diam sering mengunjungi rumah utama keluarga Wiratama. Terutama ketika suaminya sedang berada di kantor.Selama ini Matthew selalu enggan jika ia mengajak untuk mengunjungi rumah besar yang kini kosong tak pernah ditinggali kecuali oleh para pelayan yang selalu membersihkannya secara berkala.Matthew seolah tak ingin menginjakkan kakinya di rumah ini lagi, namun tak juga ingin menyingkirkan dengan menjualnya misalnya. Ia tetap mempertahankan rumah keluarga dimana dirinya dibesarkan.Meskipun antara Juliet, Matthew dan Oma Anit
"Akulah Virgo, Karina sayang. Dan lelaki itu, lelaki yang bersamamu sebelumnya... justru dialah Jeremy yang sesungguhnya." Karina mengernyit kaget. Apa pula maksudnya ini?? "Dia mengambil tubuhku, dan berusaha menyembunyikan jiwaku jauh-jauh. Bahkan dia juga ingin membuatku musnah. Dia mungkin terlihat lelaki baik, tapi satu hal yang harus kamu tahu, Cantik. Dia belum mengeluarkan tabiat aslinya. Yang jauh... jauh lebih kejam dari diriku." Jeremy mengeluarkan devil's smirk-nya melihat wajah bingung Karina, lalu mengecup bibir gadis itu dengan sepenuh gairah. Karina menjauhkan bibirnya dari Jeremy, karena ada yang ingin ia katakan. "Kamu bohong!" Sergah gadis itu sengit. "Virgo tidak pernah memperlakukanku dengan kasar sepertimu, Jeremy!" Lelaki itu menelengkan kepalanya sembari tertawa kecil mendengar perkataan Karina. "Jadi kamu kira hanya karena lembut padamu selama ini, maka dia tidak bisa bersikap kasar, hm?" "Baik, akan kubuktikan kalau diriku yang kasar ini pun bisa bersika
Suara ketukan pelan di pintu membuat Matthew mengangkat kepalanya dari layar monitor. Berpikir bahwa mungkin itu adalah sekretarisnya yang hendak memberitahukan sesuatu."Ya, masuk!"Pintu itu pun terbuka, disertai oleh seraut wajah cantik yang muncul dari baliknya dan tersenyum kepada Matthew."Muffin?!" Matthew segera berdiri dari kursinya dan melangkah tergesa ke arah pintu, sementara Juliet telah masuk ke dalam ruangam dan tersenyum semakin lebar melihat suaminya yang menyongsong kedatangannya dengan penuh semangat, penuh cinta dan ketulusan.Matthew mengecup sekilas bibir lembut Juliet lalu memeluk tubuh istrinya dengan erat. "Kejutan yang sangat manis dan menyenangkan melihatmu datang ke kantor, Muffin. I really miss you.""Matthew, sebenarnya aku ke sini untuk--" Juliet tak bisa melanjutkan kalimatnya lagi karena suaminya yang tak sabaran kini sudah melumat bibirnya dengan serakah. Sebuah ciuman penuh dengan kepemililan mutlak yang hanya kepada dirinya.Juliet berusaha menghin