Beranda / Romansa / Cintaku Terhalang Weton / 111. Kabar Baik dari Tika

Share

111. Kabar Baik dari Tika

Penulis: Rindu Rinjani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Huh belum juga ada panggilan kerja, duit tabungan juga kan lama-lama habis,” keluh Ayu sambil melirik laptopnya.

Sudah beberapa kali ia melamar pekerjaan, bukan hanya rumah sakit tapi perusahaan lain yang sekiranya membutuhkan tenaga administrasi, tapi hasilnya masih juga nihil. Sempat ia berpikir kalau keputusannya kali ini salah. Dia tak seharusnya pergi dari rumah dan meninggalkan pekerjaannya yang mapan.

Namun jika diingat kembali kehidupan karirnya berbanding terbalik dengan kehidupan pribadinya. Ia tak pernah mendapatkan kenyamanan, dan hubungan dengan orang tua yang tak pernah akur belakangan ini. Apalagi dengan kehadiran budhe Ning yang selalu saja ikut campur urusan keluarganya dan bersikap seolah-olah dia adalah ibu kandung Ayu.

Danang sendiri yang selama ini selalu menjadi sandarannya. Lelaki yang dikira akan menjadi tempatnya berlabuh sama sekali tidak bisa memberinya dukungan apa-apa.

“Nggak … aku nggak boleh kembali, ini sudah keputusanku. Aku harus maju dan menerima re
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cintaku Terhalang Weton   112. Ada Yang Memperhatikan Ayu

    Sejak dari tempat parkir Ayu sama sekali tidak bisa tenang. Ia merasa ada yang mengawasi semenjak tadi. Sesekali ia bergidik lantaran tidak nyaman.“Kenapa sih orang-orang pada ngeliatin?” pikirnya.Sebenarnya jika Ayu rajin mengakses sosial media, tentunya ia akan tahu apa penyebab orang-orang memperhatikan dirinya. Dinda dan rekan sekantornya sudah menyebarkan berita hilangnya Ayu di sosial media, tentunya hal ini sudah tersebar kemana-mana. Namun sayangya sejak ia pergi dari rumah, dia sama sekali tidak pernah mengakses sosial media agar tidak dicari. Sepertinya ia benar-benar ingin memutus hubungan dengan keluarga dan orang di dekatnya.“Tenang … aku harus tenang, mungkin ini hanya perasaanku saja,” gumam Ayu pada diri sendiri saat ia merasa orang-orang memperhatikannya.Ayu pun langsung menuju cafe tempat pertemuannya dengan Tika siang ini. Sempat beberapa saat ia melihat ke sekeliling mencari dimana cafe yang dimaksud.Cafe tempat Ayu akan bertemu dengan Tika memang berada di se

  • Cintaku Terhalang Weton   113. Desakan Dinda

    Wira tampak tidak nyaman saat ini. Semenjak tadi ponsel di dalam sakunya bergetar terus-menerus. Pemuda ini kemudian melirik ketiga pria di hadapannya dan mengangguk memohon pamit.“Maaf saya permisi angkat telepon dulu,” pamit Wira sopan.Kali ini ia memang ada pertemuan dengan beberapa rekan bisnis, memang tergolong pertemuan tidak resmi, hanya sekedar brainstorming untuk membuka lahan baru.“Iya Bos gampang, pasti sekarang lagi ngurusin calon istri ya?” canda salah satu rekannya.Wira hanya tersenyum kecut. Berita pertunangannya dengan Ayu memang sudah menyebar kemana-mana, termasuk berita hilangnya Ayu.Untung Wira bisa mengelabui dengan mengatakan Ayu meninggalkan rumah karena grogi, dan itu juga seijin Wira. Entah orang-orang itu percaya akan argumennya atau tidak, yang penting pembicaraan itu tak ada lagi setelahnya.“Ada apa lagi kamu nelepon aku? Bikin berisik tahu!” seru Wira yang memang sudah mulai jengah dengan panggilan dari Dinda.Semenjak kejadian sepulang dari club Wir

  • Cintaku Terhalang Weton   114. Minuman Ayu

    Minuman yang dipesan oleh Tika pun datang ke meja mereka. Perempuan dengan rambut berwarna itu pun membulatkan matanya ke arah pelayan.“Kenapa lama sekali sih? Pengunjung cafe nggak terlalu banyak juga!” keluhnya dengan pandangan yang tidak menyenangkan.Ayu yang ada di depannya pun menyentuh tangan Tika, meminta agar tidak mempermasalahkan hal ini.“Nggak bisa gitu donk Yu. Nanti dia keenakan, kerjanya gak bakalan bener. Pelayan seperti ini harus ditegur takutnya jadi kebiasaan!” balas Tika.Sebenarnya bukan maksud Tika untuk marah pada pelayanan yang menurutnya lama. Biasanya kalau hal ini terjadi, ia hanya menegur dengan halus karena ada image selebgram yang ia bawa. Namun kali ini ia harus membuat Ayu minum lebih banyak lagi.Tika ingin Ayu merasa mabuk dan membuat Pak Dirga, lelaki hidung belang yang mencari perawan. Inginnya setelah Ayu mabuk, Pak Dirga bisa membawa Ayu ke kamar dan mulai melampiaskan keinginan binatangnya. Sedangkan Tika sendiri bisa mendapatkan uang yang bany

  • Cintaku Terhalang Weton   115. Semakin Berdegup Kencang

    Ayu mengambil tisu dan mulai mengusap bibirnya setelah menghabiskan satu gelas John Daly. Memastikan kalau lipsticknya masih menempel dengan sempurna.Tika tampak celingak-celinguk dan bermain dengan ponselnya, berpura-pura mencari kliennya untuk membuat Ayu semakin yakin.“Oh, iya Pak iya maaf sudah mengganggu,” ucap Tika di telepon kemudian melirik ke arah Ayu.“Yu maaf ya, orangnya masih ada berkas yang mau ditandatangani. Bentar lagi otw ke sini kok. Kamu gak marah kan?” tanya Tika.Ayu hanya mengangguk. Kemudian ia memegangi lehernya dan mulai berdehem.“Kamu kenapa?” tanya Tika terlihat khawatir.Pipi Ayu sepertinya memerah dan mulai menoleh kanan kiri lalu mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Tika setengah berbisik.“Tik, tenggorokanku kok serik ya, masih haus,” ucapnya perlahan.Tika kembali menutup mulutnya dan tersenyum.“Nggak usah sungkan kalau emang masih haus. Ya udah aku pesenin lagi, enak kan?”Ayu mengangguk malu-malu. Segera saja Tika melambaikan tangan pada pelay

  • Cintaku Terhalang Weton   116. Kepanikan di Rumah Danang

    Warga tampak panik dan memaki-maki saat melihat Ibu Mbak Diah tak sadarkan diri. Mbak Diah segera menghembuskan napas panjang dan menenangkan diri.Dia memang harus tenang agar penanganan bagi Ibunya sesuai dengan prosedur hingga tidak terjadi hal yang fatal meski sebenarnya ada perasaan was-was melanda. Apalagi sang Ibu memiliki riwayat penyakit darah tinggi sebelumnya.“Mudah-mudahan nggak fatal. Awas aja kalau sampai Ibu kenapa-kenapa!” amuknya dalam hati.Dengan sigap ia mengambil bantal kursi untuk diletakkan di bawah kaki Ibunya setelah memeriksa nadi dan pernapasannya, kemudian meminta salah satu warga membuatkan minuman hangat di rumahnya.“Terima kasih Ibu-Ibu, tapi mohon maaf bisa tolong mundur sedikit supaya Ibu lebih lega? Satu lagi, boleh tolong saya untuk membuatkan minuman hangat di belakang dan mengambil minyak kayu putih di meja situ?” tunjuk Mbak Diah pada meja yang terletak di sebelah ruang tamu.Dua orang perempuan paruh baya pun langsung sigap menuruti keinginanny

  • Cintaku Terhalang Weton   117. Kamu Bukan Anak Ibu Kalau ....

    Danang mencoba untuk menghembuskan napas panjang di tengah kemacetan. Kabar dari sang kakak benar-benar membuatnya khawatir. Keadaan ibu memang sangat penting baginya. Sebagai anak lelaki tertua, ibu memang menjadi tanggung jawabnya.Semenjak tadi tak hentinya Danang bertanya-tanya bagaimana kakaknya bisa tahu tentang Ayu. Ingin sekali memarahi Dinda dan juga rekan satu kantornya yang menyebarkan berita kehilangan Ayu. Namun sebenarnya tindakan Dinda ada benarnya juga, dengan berita ini ia berharap Ayu dapat segera ditemukan.Sampai sekarang Danang tak habis pikir dan mencoba untuk menerka-nerka apa yang dilakukan oleh keluarga Ayu sampai membuat ibunya pingsan.“Kurang ajar sekali kalau keluarganya Ayu sampai membuat Ibu kenapa-kenapa. Tentu aku nggak akan memaafkan hal ini,” amuk Danang memegang benda bundar di hadapannya dan melaju menuju rumah Ibunya saat jalanan sudah lengang.Di rumah Ibu ….Mbak Diah yang masih duduk di samping Ibunya pun pura-pura tidak mendengar pertanyaan Ib

  • Cintaku Terhalang Weton   118. Penjelasan Danang

    Melihat sang Ibu yang terduduk sambil mengelus dada, dan napas yang tampak terengah-engah, Danang pun langsung berteriak memanggil kakaknya. Panik? Tentu saja apalagi secara tidak langsung dialah penyebab dari semua ini.“Mbak … Mbak, tulungono Ibu (Mbak … Mbak tolongin Ibu)!” teriaknya memanggil sang kakak.Bu Lis langsung mengangkat tangannya, “Wis uwis, ra sah nyeluk Mbak mu ibu rapopo, ibu ameh ngomong aro kowe (Sudah-sudah tidak usah manggil mbak mu, ibu nggak pa pa, ibu pengin ngomong sama kamu)!” seru Ibu sambil melambaikan tangan ke arah Danang.Danang yang semula bersiap untuk berdiri pun membatalkan niatnya. Kembali ia duduk di samping ibunya dan menunduk. Bukan ia takut, tapi rasa hormat yang besar pada wanita yang melahirkannya.Beragam terkaan bersemayam dalam pikirannya. ia bertanya-tanya apa yang dilakukan oleh keluarga Ayu kali ini.“Pasti mereka ngelabrak ibu dan bikin cerita yang nggak … nggak mengenai Ibu. Aku harus buat perhitungan soal ini!” amuk Danang dalam hati

  • Cintaku Terhalang Weton   119. Danang Minta Bantuan Dinda

    Danang menghentikan mobilnya di sebuah kios minuman dingin. Ia perlu mendinginkan kepalanya saat ini. Sejak meninggalkan rumah tadi, pikirannya terus dipenuhi oleh amarah karena ulah keluarga Ayu.Semenjak melihat keadaan sang Ibu, Danang memang berencana untuk melaporkan keluarga Ayu pada pihak yang berwajib.“Huh enak saja udah buat Ibu pingsan, malah kabur!” runtuknya sambil menikmati segelas es teh.Namun Danang masih bingung dengan langkah apa yang harus ditempuh olehnya sekarang. Dia sama sekali tidak paham soal hukum.Diam-diam Danang memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan olehnya, hingga akhirnya ia ingat akan seseorang.“Oh iya, coba tanya dia saja ya siapa tahu dia ada kenalan pengacara yang bisa bantu,” pikir Danang.Danang yang sedang kalut pun mulai lupa kalau saat ini masih jam kerja, hingga ia nekad untuk menelepon seseorang di sela-sela waktu kerjanya.“Iya halo Pak Danang,” jawab seseorang yang ditelepon olehnya.Ada getaran dalam suara sosok yang ditelepon oleh Dana

Bab terbaru

  • Cintaku Terhalang Weton   224. Biar Ayu Tahu

    Dengan frustrasi Danang meninggalkan ruang perawatan saat Dinda terlelap sebagai reaksi obat bius yang disuntikkan. Manager marketing itu menyusuri koridor klinik bersalin dengan keresahan yang pekat. Dia sama sekali tak menyangka acara gathering yang diadakan oleh bank tempatnya bekerja menjadi awal masalah.Mendengar ancaman Dinda tadi, dia merasa seolah langit runtuh di atas kepalanya. Entah bagaimana cara mencari bukti-bukti yang dia butuhkan. Untuk saat ini Danang hanya meyakini perasaan dan analisa berpikirnya bahwa dia tak bersalah.Danang hanya ingat merasa ngantuk setelah makan malam bersama Dinda. Bahkan dia tak sanggup untuk menyetir mobil dan membiarkan Dinda mengambil alih kemudi. Setelah itu dia tak ingat apa pun lagi yang diperbuatnya."Aaarrgh ... sial banget siih! Bisa-bisanya perempuan itu mengancam untuk melaporkan ke polisi atas tindakan yang tidak pernah kulakukan! Hiiih!" Danang berteriak dengan rasa sesal dan kesal saat tiba di taman depan klinik sambil bergumam

  • Cintaku Terhalang Weton   223. Drama Semakin Menjadi

    Danang menghindari Dinda dan menjauh menuju meja makan. Sementara Dinda yang kesal dengan sikap Danang terus mengekori lelaki itu. Dengan kasar Dinda menarik kursi di samping Danang yang duduk dekat meja makan."Mas, ini anakmu. Masa kamu lupa kalau sudah meniduriku malam itu?" Dinda memaksa meraih tangan Danang yang terlipat di atas meja makan.Danang bergeming. Dia diam sambil kembali berusaha mengingat kejadian malam itu. Namun tak satu pun potongan ingatan meniduri Dinda terlintas dalam benaknya. Dengan kesal Danang menggebrak meja makan."Jangn membodohiku, Dind. Malam itu tidak terjadi apa-apa di antara kita!" Danang mengepalkan kedua tangan dengan marah hingga buku jari-jarinya memutih."Lalu bagaiman aku bisa hamil kalau kamu nggak meniduriku, Mas? Ini anakmu! Jangan jadi pengecut kamu!" Amarah Dinda terpancing hingga berteriak memaki DanangDinda sama sekali tak menduga jika ternyata Danang sulit ditekan. Pria yang tampak baik dan santun itu nyatanya keras keapla dan tak mau

  • Cintaku Terhalang Weton   222. Sandiwara Dinda

    Dinda termenung mendengar ucapan Wira. Serasa dihipnotis Dinda bahkan merasa saran Wira adalah sebuah ide yang cemerlang. Lagi pula semua orang sudah tahu foto-foto dirinya bersama Danang yang sengaja ia kirimkan ke grup-grup WA perusahaan."Tapi saat ini kan Danang sedang diskorsing, Mas. Gajinya juga dipotong. Aku nggak mau ya hidup dengan lelaki miskin. Kebutuhanku banyak." Dinda menyampaikan uneg-uneg yang mengganjal di hatinya.Bagaimanapun Dinda tak ingin hidup susah bersama lelaki yang memang disukainya. Ia khawatir selamanya gaji Danang akan dipotong. Sementara jika kehamilannya terus membesar akan butuh biaya yang lebih banyak.Wira tertawa mendengar ucapan Dinda. Perempuan matre seperti Dinda tak pernah ada tempat di hatinya. Apa lagi selama ini Dinda hanya lah sebuah mainan baginya."Nggak selamanya gaji Danang akan dipotong. Kalau pimpinan cabang bank dimana kamu bekerja tahu bahwa lelaki itu bertanggung jawab padamu, bisa jadi malah dia akan naik posisi." Wira mempermain

  • Cintaku Terhalang Weton   221. Penolakan Wira

    Dengan wajah penuh rasa sesal Dinda menatap pakaian Agil yang Kotor terkena muntahannya. Ia sendiri merasa jijik dengan cairan kehijauan dan berbau itu. Tak bisa dibayangkannya bagaiman perasaan Agil yang bajunya berlumuran cairan yang keluar dari lambung Dinda."Gil, maaf." Dinda menatap sendu seraya menangkupkan kedua tangan di depan dada. Agil berdecak mendengar permintaan maaf Dinda. "Sudah aku nggak apa-apa. Tinggal ganti baju aja. Kamu sebaiknya mengisi perut yang kosong. Itu makanannya masih bersih. Makan lah, meskipun sedikit." Kembali Agil membuka bungkusan makanan dan mengambil sepotong pizza lalu menyodorkan pada Dinda.Entah kenapa Dinda menutup mulut dan hidungnya. Aroma makanan favoritnya itu berubah layaknya monster yang menakutkan. Ia mendorong tangan Agil dengan sebelah tangan yang tak digunakan untuk menutup mulut. "Jauhkan, Gil. Perutku eneg membaui makanan itu."Pak Bambang yang ada di ruangannya memperhatikan interaksi antara Dinda dan Agil. Dia merasa heran den

  • Cintaku Terhalang Weton   220. Gejala Aneh Pada Dinda

    Dinda merasa puas akhirnya pimpinan dan para karyawan di tempatnya bekerja mengetahui skandal yang dia ciptakan. Malam itu memang Dinda menjebak Danang. Saat makan malam diam-diam ia menaburkan obat tidur ke dalam makanan Danang. Dengan dibantu oleh Wira, ia membawa Danang ke kamarnya.Dengan bantuan Wira juga maka Dinda memperoleh hasil foto yang luar biasa manipulatif. Foto-foto topless yang seolah dirinya ditiduri Danang berhasil menimbulkan banyak spekulasi pendapat yang rata-rata menguntungkannya. Bahkan Danang sampai menerima sangsi skorsing dan pemotongan gaji dari bank tempat mereka bekerja.Meskipun puas foto-foto itu tersebar, namun Dinda kecewa karena hingga hari ini Danang belum juga dapat diraihnya. Lelaki itu bahkan makin dingin dan cenderung menghindari Dinda. Bagaimana bisa Dinda mengikat hati Danang jika sampai saat ini jarak masih membentang di antara mereka.Waktu terus berlalu sejak Danang diskorsing. Hari ini masuk Minggu kedua Dinda tak melihat kehadiran Danang d

  • Cintaku Terhalang Weton   219. Permintaan Budhe

    Sesaat setelah masuk ke dalam rumah Ayu, Wira disuguhi teh hangat dan setoples penuh camilan. Budhe Ning juga mempersilakan Wira untuk salat di rumah itu. Namun Wira memilih untuk berangkat ke musala terdekat dan salat magrib di sana.Budhe Ning mencari keberadaan Ayu setelah Wira berangkat ke musala. Sedangkan Ayu memanfaatkan waktu yang ada dengan mandi dan bersiap untuk salat. Di pintu dapur menuju ruang makan, Ayu berpapasan dengan Budhe Ning."Nduk, kamu itu tadi ke mana? Ndak enak loh sama Nak Wira kalau kamu pergi tapi Ndak bilang-bilang dulu sama calon suamimu. Apa lagi Nak Wira tahunya kan hari ini kamu itu cuti." Budhe Ning menghalangi langkah Ayu yang hendak ke kamarnya.Ayu sendiri merasa jengah dengan segala ucapan budhe Ning yang terus saja nyerocos tentang perjodohan antara dirinya dan Wira. Padahal hingga detik ini Ayu masih terus meragukan ketulusan cinta Wira padanya."Ngapunten, Budhe. Saya mau salat dulu. Sebentar lagi waktu magrib habis." Ayu memotong ucapan Budhe

  • Cintaku Terhalang Weton   218. Ternyata Dia

    Setelah meninggalkan taman kota, Wira membawa Ayu ke cafe dimana seharusnya Danang mengajak perempuan itu ketemuan sebelumnya. Wira memilih tempat duduk di sudut agar leluasa mengamati lalu lalang orang keluar masuk cafe itu."Jadi ini tempat penuh kenangan antara kamu dan Danang?" Wira menatap Ayu sebelum mengambil buku menu yang ada di meja pelanggan.Ayu berjengit mendengar pertanyaan Wira. Entah dari mana lelaki itu tahu tentang cafe ini yang memang salah satu tempat favorit dan menjadi kenangannya bersama Danang. Ia sering melepas penat selepas kerja di hotel Premier milik lelaki yang saat ini duduk di sisi kanannya. Setiap kali berkunjung ke tempat ini biasanya Ayu janjian dengan Danang. Keduanya menghabiskan waktu dan mengisi kembali energi yang terkuras seharian saat bekerja dengan menikmati kopi panas yang uapnya meruap menenangkan jalinan sinap di kepala mereka. Alunan live music di cafe ini menemani percakapan Ayu dan Danang kala itu."Hai ... halo ...." Wira melambaikan ta

  • Cintaku Terhalang Weton   217. Mungkinkah?

    Danang meninggalkan taman kota dengan hati gundah. Ucapan Ayu terngiang di telinganya. Dia kecewa karena Ayu membela Wira. Namun pembelaan Ayu terhadap Wira justru menimbulkan tanda tanya besar di hati Danang.Sambil berpikir Danang megendarai mobil dengan kecepatan sedang. Diiringi lampu jalanan yang mulai benderang dan alunan azan magrib, Danang tiba di rumah yang ditinggalinya bersama sang ibu.Setelah memarkirkan mobil di halaman rumah, Danang berjalan gontai menuju rumah. Saat dia membuka pintu, Bu Asih-ibunya, tampak baru saja selesai berwudhu. Raut wajah teduh Bu Asih basah dengan air yang menetes."Nang, tumben kamu lemes gitu," tegur ibunya.Danang berusaha menyembunyikan keresahannya dari perempuan yang melahirkannya. Dia tak ingin ibunya terseret dalam keresahan yang merajai hati saat ini."Nggak apa-apa, Bu. Cuma cape saja," Danang meraih tangan Bu Asih dan mengecup punggung tangan surganya.Bu Asih membelai kepala sang putra dengan lembut. "Yawis, kamu mandi dulu biar leb

  • Cintaku Terhalang Weton   216. Bertengkar Lagi

    Dalam kekesalannya Danang tatapan Danang beradu dengan pandangan Wira yang sedang tersenyum penuh misteri seolah mengejeknya. Dia pun bangkit dan berjalan menuju tempt duduk Wira yang berseberangan dengan bangku taman yang didudukinya bersama Ayu.Melihat Danang yang berdiri dan berjalan menuju bangku seberang, Ayu merasa heran. Namun keheranannya terjawab saat pandangnnya menemukan sosok Wira yang sedang dihampiri Danang. Dengan penuh tanda tanya Ayu bangkit dan mengekori langkah Danang."Mau apa kau di sini?" Danang berkacak pinggang sambil membentak Wira.Melihat Danang yang berdiri di hadapannya dengan kemarahan yang pekat, Wira hanya mengangkat sudut bibirnya. Dia tersenyum penuh ejekan. "Masalah kalau aku di sini? Setahuku ini tempat umum. Siapa pun boleh ke sini?" Sambil memainkan kunci mobil di tangannya, Wira menjawab pertanyaan Danang.Danang mendengus kesal. "Nggak usah sok-sokan kau. Pasti kau membuntuti Ayu ke sini kan!" Jari telunjuk tangan kanan Danang diacungkan ke dep

DMCA.com Protection Status