Beranda / Romansa / Cintaku Terhalang Status / 34. "Sesuatu yang tidak akan menyakitimu."

Share

34. "Sesuatu yang tidak akan menyakitimu."

Penulis: Teha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-23 14:07:46
"Kak Velo, stop, jangan masuk sini! Gantian di depan dong," sergah Selvi saat aku hendak duduk di kursi belakang mobil Mas Vincent. Gadis itu bahkan menggunakan kedua tangannya untuk menghalangiku.

Meskipun ia tak mungkin memukul atau menyakitiku, sorot matanya terlihat garang. Gadis itu serius melarangku duduk bersamanya di tengah.

"Eh, aku kan mesti nemenin Ricky, Vi. Ricky itu kan anakku, sudah seharusnya aku menjaganya, kenapa kamu larang?" keluhku memprotes sikapnya. Kok jadi aneh sih anak ini? Kan sudah biasa kalau kami bepergian naik mobil, aku selalu di belakang bersama Bu Berta dan Ricky.

Siang ini keluarga besar 201-203 pergi bersama main ke mall, Mas Vincent mau traktir kami makan karena dia baru dapat bonus. Keluarga besar sih, tapi isinya cuma lima orang.

"Heleh, berdalih saja Kakak ini. Ricky anak baik pasti maulah aku temani sama Mamak, biasa pula kami main bareng. Sekali-kali lah Kakak nemenin pak sopir. Hihi." Selvi mengerling manja, menggodaku.

Walah! Jadi ini maks
Teha

Halo, Pembaca. Maaf baru bisa tambah 1 bab, tapi agak panjang ya, 1511 kata. Semoga bisa up lebih banyak. Makasih.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
septiyana
berawal dari kepo, terus bikin kepikiran, lama2 jatuh cinta
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Cintaku Terhalang Status   35. Pengagum Rahasia

    Bekerja sebagai penyanyi di kafe ini cukup menyenangkan. Gajinya memang tidak besar, tapi lumayan sebagai uang tambahan. Belum lagi kalau ada pengunjung yang memberi tips atau hadiah. Jadwal kerjanya juga tidak terlalu mengikat. Kami bisa minta libur saat sakit atau ada keperluan. "Pokoknya kita masing-masing bebas atur jadwal sebagai satu tim, saling pengertian, saling terbuka, dan yang penting panggung tetap jalan, ya," kata Mas Randy yang jadi penanggung jawab pertunjukan.Kami berkomitmen agar jangan sampai semua penyanyi libur di hari yang sama, jadi tetap ada yang menyanyi setiap malamnya. Saling pengertian dan koordinasi sajalah. Selain itu bos dan teman-teman yang bekerja di kafe ini sangat bersahabat. Walaupun aku seorang janda muda beranak satu, mereka tetap merespek dan tidak merendahkan aku. Mungkin karena bos kami, Pak Benny, menanamkan sikap itu dalam dirinya, juga anak buahnya. "Semangat, Velove! Kamu pasti bisa membesarkan Ricky dengan baik." Demikian bosku sering m

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • Cintaku Terhalang Status   36. Nostalgia Cinta Pertama

    "Hai, Love!" Erick menyapaku dengan senyuman terbaiknya. Penampilannya pun tak kalah ciamik.Hari ini nampaknya aku harus menyiapkan diri untuk terpesona pada Erick. Si Jarjit ekstra charming. Kenapa tiba-tiba aku menyebutnya sebagai Jarjit lagi? Karena pria ini mendadak mengingatkanku akan masa saat kami masih berpacaran di bangku SMA. Untuk kali kedua Erick mengajak aku dan Ricky pergi. Katanya sih mau ke taman rekreasi terbesar di Jakarta itu, yang ada badutnya itu, bukan yang ada badaknya ya. Eh?Papa si Ricky bertekad untuk menyenangkan anak lelakinya tersayang."Sudah siap?" tanyanya sewaktu tiba di depan pintu rusun kami. "Siap! Tinggal berangkat saja," jawabku riang."Ricky, ikut Papa." Erick mengulurkan tangan agar anakku ikut dengannya. Mereka berdua turun duluan, sedangkan aku mengunci pintu. "Jadi pergi, Ve?" Tetangga sebelahku tiba-tiba nongol. "Jadi, Mas. Mau ikut?" kekehku tak serius.Pria itu tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Kalian saja ya, aku jaga rumah. I

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • Cintaku Terhalang Status   37. Tak Semudah Itu

    "Mas, bisa minta tolong ambilkan foto kami?" Sepasang suami istri dengan kedua anak mereka menghampiri kami guna meminta tolong mengambilkan foto mereka sekeluarga. "Baik, Pak," sahut Erick. Dengan cekatan ia memotret mereka beberapa kali. Erick bahkan bertindak sebagai pengarah gaya. "Terima kasih, Mas. Mau sekalian saya ambilkan foto dengan istri dan anaknya?" Bapak itu menawarkan diri untuk memotret kami bertiga: aku, Erick, dan Ricky. "Eh ...." Aku kaget mendengar ucapannya. "Boleh, Pak. Pakai ponsel saya ya," sahut Erick cepat. Ia menyerahkan ponselnya kepada bapak itu, lalu sejenak meringis padaku. Aku memelototinya sebentar, tapi aku tidak tega untuk menjelaskan kalau kami hanya mantan pasangan. Ya sudah, aku ikuti saja kemauannya, toh cuma berfoto. "Satu, dua, tiga." Pria itu beberapa kali mengambil foto kami. "Yang mesra dong, Mas. Dirangkul gitu, istrinya .... Nah, bagus! Sekali lagi ya, satu, dua, tiga." Berkat pengarahan gaya dari si bapak, Erick berhasil melancarkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27
  • Cintaku Terhalang Status   38. Identitas Sang Pria Misterius

    Menghadapi pria-pria penggoda bagiku sudah tidak mengganggu lagi. Cuekin sajalah intinya. Dan berurusan dengan dua pria pengejar hatiku, mantan suami dan tetanggaku, juga sudah membuatku terbiasa. Mereka berdua memang kadang masih nyebelin, tapi tidak ada lagi ribut atau persaingan sengit. Entah perjanjian apa yang sudah mereka buat, kemungkinan sudah ada kesepakatan di antara keduanya untuk bersaing secara sehat dan tidak saling menjatuhkan. Nggak ada yang mau ngaku kalau aku tanyain. Ah, biarin saja mereka! Selain kedua jenis pria ini, yang serius atau yang sekadar menggoda, aku menemukan satu jenis lain yang sedikit unik.Di suatu malam seorang pria muda dan tampan menemuiku. "Selamat malam, Velove," sapanya dengan seulas senyum di wajahnya. Penampilannya trendi, dan wajahnya tampak dandy khas pria metroseksual.Bukan berarti aku melihatnya dengan make-up mencolok seperti anggota-anggota boyband Korea yang mau tampil di panggung, tapi tampak jelas kalau ia merawat wajah dan tubuhn

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • Cintaku Terhalang Status   39. Serigala Berbulu Domba

    Tidak butuh waktu lama bagi Charlie untuk mendapatkan kepercayaanku. Dalam pikiranku selama ini Charlie yang selalu sopan itu lelaki yang baik. Pria itu masih suka memberikan hadiah kecil setelah aku tampil. Ia juga sering menawarkan diri untuk mengantarkanku pulang, namun untuk yang satu ini aku lebih memilih untuk menolak. Erick dan Mas Vincent saja sampai saat ini masih belum aku beri kesempatan untuk itu, apalagi Charlie. Lalu suatu malam job menyanyiku selesai lebih awal, Charlie datang menemuiku. "Hai, penyanyi kesayangan Charlie," sapanya riang. Seperti biasanya penampilan Charlie tidak pernah gagal, selalu memesona. "Hahaha. Hai, Charlie. Masih di sini?" sahutku sembari mengemasi barang-barangku yang tak seberapa. "Masih dong, aku menantimu supaya kita bisa pulang bareng. Boleh kan? Mumpung belum terlalu malam." Lagi-lagi pria itu meminta sambil memasang muka memohon dengan wajah tampannya. "Hehe. Boleh deh, aku juga belum pesan ojol kok. Sekarang saja ya, biar nggak kema

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29
  • Cintaku Terhalang Status   40. Orang yang Bisa Kupercaya

    "Sudah, tenanglah, Velove. Ada aku di sini, jangan takut lagi." Pria itu terus berupaya menenangkanku, membiarkan aku menangis di dadanya, sambil sesekali mengusap kepalaku dengan penuh kelembutan. Sikapnya seperti seorang bapak yang menenangkan anak perempuannya. Setelah mengalami kejadian naas dengan Charlie tadi, aku hanya bisa syok dan terdiam. Di depan para polisi pun aku tak bisa menangis. Namun, ketika tetangga yang aku sayangi ini datang, aku merasa diriku sangat lemah, dan butuh dilindungi, hingga akhirnya aku mencurahkan seluruh air mataku kepadanya. Memang, orang yang berhasil dihubungi oleh pak polisi tadi adalah tetanggaku, entah bagaimana ceritanya bisa begitu. Barang kali Mas Vincent mengirimiku pesan karena aku belum juga pulang. Walau tidak bisa menjemputku, pria itu selalu memastikan aku pulang dengan selamat. "Sepertinya istri Bapak mengalami pelecehan seksual," ujar salah satu polisi itu kepada Mas Vincent sewaktu tangisanku mulai mereda. Cukup lama juga aku mena

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-29
  • Cintaku Terhalang Status   41. Bidadari Jatuh

    "Turunkan aku, Mas," desakku dengan suara bernada keras. Kami sudah sampai di depan rumahku di lantai dua. Tadinya aku bilang pada Mas Vincent untuk membiarkan aku naik tangga sendiri. Kasihan kan kalau dia harus menggendongku sampai ke lantai dua. "Mas, aku jalan sendiri saja. Kasihan Mas Vincent kalau gendong aku terus, aku berat, Mas," ucapku memintanya untuk tidak bersikap berlebihan lagi. Apa coba katanya? "Kamu berat? Enggak ah, badanmu tuh ringan, seringan badan Ricky. Kalau harus membawa kamu sampai lantai lima pun aku sanggup," sahutnya, lalu dengan santai membawaku berputar seperti orang yang menari. "Udah kayak pengantin baru saja ya kita ini," kekehnya. Edan memang nih orang! Pingin aku timpuk rasanya, tapi kok sayang? Eh, maksudku sayang kalau sampai dia jatuh, nanti aku ikutan jatuh, gitu. Terus apa tadi katanya, bobotku seringan Ricky? Aku disamain dengan bocah umur tiga tahun? Dia pikir tulangku terbuat dari apa? Daun bambu? Ampun deh! Yang lebih edan lagi, setel

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-01
  • Cintaku Terhalang Status   42. Aku Serius

    Katanya kita bisa melihat wajah jujur seseorang ketika ia sedang tertidur. Tidak ada kepura-puraan atau rekayasa di sana. Sama halnya yang aku lihat saat ini, wajah jujur Mas Vincent yang masih tidur di ruang depan rumahku. Rupanya setelah aku tertidur ia memilih tidur di situ ketimbang pulang ke rumahnya. Pria ini bahkan hanya tidur di atas tikar piknik yang biasa dipakai Ricky saat bermain. Iba rasanya hatiku. Aku mengamati pria yang selalu tenang dan suka bercanda itu. Wajahnya tampak damai, namun tampak sedikit tanda kelelahan. Entah jam berapa dia tidur semalam, ia pasti capek karena kejadian semalam. Ah, betapa banyak hutang budi yang aku miliki kepadanya. Dan di lubuk hatiku yang terdalam aku semakin sadar betapa aku masih membutuhkan sosok seorang pria, dan khususnya pria itu adalah Vincent. Maksudku, setidaknya pria seperti dialah yang mampu menopang aku dan anakku. Entah berapa lama aku terdiam menatapnya, sampai akhirnya tetanggaku itu terbangun dan membuka matanya. Bebe

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02

Bab terbaru

  • Cintaku Terhalang Status   Catatan Penting Nggak Penting

    Dear Pembaca, Terima kasih banyak Kakak sudah membaca buku ini sampai selesai. Atau kalaupun Kakak sekadar pingin tahu, apa yang ditulis author di akhir novel, boleh lah, saya tidak akan spoiler isi atau ending cerita Velove di sini. Hehe. Awalnya saya tidak berniat untuk menulis catatan ini, tapi sepertinya perlu juga ya, mengingat novel ini adalah novel galau judul. Haha. Akhirnya judul yang saya gunakan untuk novel ini adalah "Cintaku Terhalang Status". Bahkan covernya saya ganti. Huhu Sedikit sedih, karena saya sebenarnya sangat menyukai gambar wanita berbaju merah yang pertama saya gunakan untuk sampul novel ini. Tapi setelah saya pertimbangkan lagi, melihat background gambar yang cukup gelap, saya berpikir untuk menggantinya dengan gambar yang lebih terang, maka terpilihlah gambar wanita berbaju biru yang saat ini saya gunakan di sampul novel ini. Untung masih cantik ya. Kalau saya pakai foto saya sendiri sebagai sampul, pasti nggak jadi cantik, karena saya kan manis, seper

  • Cintaku Terhalang Status   88. (Bab Terakhir) Bahagia Bersama

    "Ini serius, Dok?" Aku terpana menyaksikan hasil USG kehamilanku. Rasanya sulit berkata-kata. "Benar, Bu. Selamat ya, bayinya kembar." Dokter Rini, dokter kandungan yang menangani kehamilanku, menyelamati kami. "Pi ..." Aku melirik suamiku yang tersenyum lebar. "Bagus dong, minta satu malah dikasih dua," candanya dengan cengiran lebar. Aku yakin ia memahami perasaanku, makanya ia mencoba menetralkannya dengan gurauan.Ada sedikit keraguan di dalam benakku, karena aku harus membawa dua nyawa lain bersamaku. Apakah aku sanggup melakukannya?Dan demi meyakinkanku bahwa semua bisa berjalan lancar, kami berkonsultasi lebih lanjut dengan Dokter Rini. Ia memastikan bahwa kondisiku dan janinku sehat. "Apakah saya bisa melahirkan secara normal, Dok?" tanyaku, berharap kelahiran anak kembar masih membawa kemungkinan persalinan normal. Bila mungkin, aku tak ingin perutku dibelah."Tentu saja bisa. Yang penting kondisi ibu sehat, bayi sehat, tidak mustahil untuk melahirkan normal. Tapi kalaup

  • Cintaku Terhalang Status   87. Keluarga Kecilku

    Kami masih tinggal di rumah Papi selama dua minggu, serta bolak balik ke rusun. "Sudah, kalian tinggal di sini saja, biar Mami ada teman," desak Mami suatu kali. Duh, gimana ini? Nggak enak mau nolak, tapi nggak mungkin juga dituruti. Sebaik apapun mertuaku, aku dan mas Vincent pingin tinggal di rumah kami sendiri."Nggak bisa dong, Mi, rumah kami 'kan sudah susah-susah dibangun, masa nggak ditempati?" protes Mas Vincent kepada ibunya. Mami cemberut. "Kami akan sering ke mari kok, Mi, tenang saja ya. Kami nggak akan lupa sama Mami dan Papi," ujarku, barulah Mami tenang.Rumah baru kami dalam proses mendapatkan sentuhan akhir, dan kami mulai mengisinya dengan perabotan. Setelah sebulan semuanya beres, kami pindah dan mulai tinggal di sana. "Kamu suka nggak sama hasil akhirnya, Sayang?" tanya suamiku saat kami bertiga, bersama Ricky tentunya, bercengkrama di halaman belakang. "Suka banget, Mas," jawabku riang, "Ricky juga." Hasil akhirnya rumah kami memang mirip dengan rumah Papi

  • Cintaku Terhalang Status   86. Kembali ke Rusun

    Ingatanku melayang ke hari sebelumnya. Aku dan Mas Vincent mengucapkan janji suci, bertukar cincin, serta acara resepsi bersama keluarga besar kami yang begitu menghangatkan hati. Aku juga mengingat tentang suamiku yang ternyata tak pandai bernyanyi, foto-foto bersama, hingga aku mengenakan gaun pengantin bak princess pilihan suamiku, dan berdansa bersamanya.Tak lupa pula aku sempat berdansa dengan Papi, dan menemukan bahwa sebenarnya ia adalah bapak mertua yang sangat baik. Lalu .... "Astaga!" pekikku bagai tersambar petir.Secara mendadak aku bangun dan terduduk di ranjang. "Semalam kan ... aaaiiiihh ...." keluhku penuh penyesalan.Semalam aku sudah terlalu lelah untuk berpikir bahwa itu adalah malam pengantin kami. Aku malah tertidur sebelum suamiku sempat bergabung di ranjang, bahkan aku tidur terlalu nyenyak sampai pagi, ah, bukan, sampai siang begini. Saat kulirik jam di dinding sudah sekitar jam delapan pagi. Kesal pada diriku sendiri, aku menghempaskan kembali punggungk

  • Cintaku Terhalang Status   85. Sifat Asli Papi

    "Kamu lihat di sana ... si tengah ...," ucap suamiku, menarik perhatianku untuk sejenak mengalihkan pandangan dari wajah tampannya. Mas Vincent sedikit menolehkan kepalanya ke kanan. Aku melihat adik iparku, Vina, sedang berdansa bersama suaminya. Kami berdua pun saat ini ada di tengah ruangan, saling memeluk dan menggenggam tangan, berdansa meski gerakan kami tidak jelas, hanya berputar-putar dari tadi. Kami saling memandang sambil cengengesan.Si Papi yang punya ide agar kami mengadakan pesta dansa juga di malam resepsi. Duh, bapak-bapak satu ini ... sudah tidak tahu lagi aku mesti ngomong apa. "Vina?" tanyaku pada Mas Vincent. Ia mengangguk."Mereka sangat serasi bukan?" tanyanya meminta pendapatku."Iya, Mas. Cocok banget, cantik dan ganteng," timpalku menyetujui.Ketiga anak Papi dan Mami berpostur tinggi. Vania, aku sudah tahu sebelumnya. Kalau Vina, baru hari ini kami bertemu. Postur mereka mirip, wajahnya tentu berbeda, dan pembawaan mereka berbeda. Vania bisa tampil tomboy

  • Cintaku Terhalang Status   84. Kejutan di Pesta Pernikahan

    "Velove, sudah siap?" Satu suara bernada ramah menanyaiku.Ibu mertuaku tampak tersenyum menatapku, sembari menyandarkan sisi tubuhnya ke ambang pintu. Aku tersenyum melihatnya dari pantulan cermin."Kurang sedikit, Tante Mona, sabar ya," sahut Mbak Niken, MuA yang mendandaniku hari ini. "Ciamik benar makeup-nya, Ken, kamu memang juru rias profesional, sudah cucok lah untuk dandanin artis," komentar Mami memuji kerabatnya itu."Menantu Tante yang dasarnya cantik, makeup dikit saja langsung cetar membahana badai halilintar gemuruh ombak di lautan," sahut Mbak Niken sok dramatis. "Hahaha." Kedua wanita itu tertawa kompak. Aku setengah mati menahan diri agar tidak terbahak karena khawatir makeup-ku akan luntur jika terlalu banyak berkeringat. Mbak Niken adalah sepupu Mas Vincent, anak dari kakak tertua Mami. Ia sengaja diminta untuk makeup-in kami. Kata Mami makeup-nya bagus, dan karena masih keluarga sendiri kami bisa dapat diskon.Dasarnya sudah perias profesional sih, mukaku sukses

  • Cintaku Terhalang Status   83. Kerepotan

    Meskipun ini bukan kali pertama aku menikah, apa yang aku alami sekarang sangat berbeda dengan apa yang aku lalui sewaktu bersama Erick. Situasi kami saat itu memang hanya memungkin untuk mengadakan acara pernikahan sederhana, yang penting resmi. Maklum lah, kami 'kan kawin lari. Benar-benar nekat! Kadang masih sulit percaya, aku yang polos bisa melakukan hal segila itu. Sedangkan dengan Mas Vincent kali ini, meskipun katanya sederhana dan hanya akan mengundang keluarga, persiapan untuk calon pengantin sama ribetnya dengan mereka yang mengundang banyak orang di hajatan mereka. "Senin, kita fitting baju, Ve." Demikian kata Mas Vincent satu hari sebelumnya. Aku menatapnya keheranan. "Loh kok? Harus fitting baju juga, Mas?" tanyaku sedikit memprotes. "Memangnya kamu mau nikah pakai baju apa? Daster?" tanyanya balik, sedikit meledek. Hmm, iya juga sih. Setidaknya kami harus pakai baju khusus, bukan sekadar kebaya sederhana seperti yang kukenakan di hari pernikahanku dengan Erick dulu

  • Cintaku Terhalang Status   82. Perencanaan

    "Pokoknya kita buat acara besar-besaran, lebih besar daripada saat Kangmas batal menikah dulu, dan laksanakan secepatnya saja." Papi mengeluarkan ultimatumnya setelah kami semua berkumpul untuk membicarakan pernikahanku dan Mas Vincent. Bu Berta, serta beberapa orang kepercayaan Papi dan Mas Vincent juga hadir. Awalnya kami berpikir untuk mengajak ibu panti untuk hadir juga, namun Bu Wiwin menolak. "Sudah, kalian saja yang rencanakan. Ibu pokoknya ikut meramaikan dan membantu mengerjakan apapun jika dibutuhkan nanti," kata Bu Wiwin. Kalau dipikir-pikir hal ini bijaksana juga, kasihan Bu Wiwin juga ibu panti yang lain kalau harus terlalu repot dengan urusan kami. Apalagi panti berada di tempat yang cukup jauh dari sini. "Baiklah, yang penting Ibu datang untuk memberikan restu pada kami berdua, ya," pinta Mas Vincent yang datang bersamaku. "Pasti, Mas, jangan khawatir," cakap Bu Wiwin sembari tersenyum ramah. Ia berjanji akan datang bersama ibu panti yang lain, juga beberapa anak.

  • Cintaku Terhalang Status   81. Kesabaran Itu Pahit, Namun Buahnya Manis

    Dukungan yang kami dapatkan bukan hanya dari Vania. Si anak tengah di keluarga ini, Vina, juga menyatakan siap membantu kami untuk meyakinkan sang ayah. Walau tak bisa datang langsung ke mari, ia menyempatkan diri untuk menelepon dan berbicara dengan ayahnya. "Sorry, ya, Kangmas, Papi masih sulit diyakinkan. Sampaikan ke Mbak Velove, aku akan mencoba bicara dengan Papi lagi nanti," ucap Vina di seberang sambungan telepon, melaporkan hasil pembicaraannya dengan bapaknya. Berbeda dengan Vania yang memanggilku hanya dengan nama, Vina menambahkan embel-embel 'Mbak' di depan namaku. Sebenarnya aku merasa sedikit canggung, karena meskipun aku menjalin hubungan dengan kakak mereka, dan kemungkinan besar akan menjadi kakak ipar mereka juga, mereka sebenarnya lebih tua dariku. Si bungsu saja hanya terpaut tujuh tahun usianya dari Mas Vincent. Sedangkan aku sebelas tahun lebih muda dari calon suamiku. "Mungkin kamu belum terbiasa saja, Ve. Belajarlah menerima kenyataan bahwa kamu akan meni

DMCA.com Protection Status