"Sepertinya big boss sedang jatuh cinta sama Cherry!" ujar Azriel, salah satu pengawal Nicky Jansen kepada ketiga rekannya saat mereka memasukkan tas-tas belanjaan ke bagasi mobil.Benny menyahut, "Begitulah, tapi kulihat Cherry bukan gadis yang materialistis. Dia berulang kali menolak barang-barang belanjaan mewah ini, bos aja yang memaksanya menerima semuanya!" Setelah menaruh tas belanjaan di mobil, mereka kembali mengawal Nicky dan Cherry yang tak lama kemudian meninggalkan ION mall dan pindah ke Vivocity mall.Ketika sudah duduk di dalam mobil yang penuh dengan barang belanjaan, Nicky berkata ke pengawalnya, "Benny, kirim barang yang tadi kami beli ke hotel. Minta kunci cadangan ke resepsionis, katakan aku yang menyuruh kalian!""Baik, Sir. Nanti biar Azriel dan Zack yang menemani Anda berkeliling di Vivocity," jawab Benny yang dimengerti oleh rekan-rekannya.Hari telah menuju senja saat mereka sampai di Vivocity mall. Lampu-lampu di bagian outdoor landscape sudah mulai dinyalak
"Jeng Femmy, pokoknya saya nitip Rihanna ke Martin ya. Mereka 'kan sekarang satu asrama dan satu universitas. Nanti kalau berangkat dan pulang kuliah biar Rihanna nebeng sama Martin aja!" pesan Nyonya Diah, mama Rihanna sebelum melepas kepergian puteri bungsu kesayangannya di Bandara Soekarno-Hatta.Dengan wajah sumringah Nyonya Femmy pun merangkul bahu Nyonya Diah seraya menjawab, "Beres, Jeng. Nanti kupesenin sama Martin biar dia jagain Rihanna selama sekolah di Perth. Anak muda pastinya paham kalau diberi kesempatan untuk saling mengenal tho? Tenang, didikan keluarga kami keras jadi pasti nggak akan berani buat macam-macam, Jeng!" "Saya tenang kalau begitu, Jeng Femmy. Ssttt ... sepertinya Rihanna itu suka lho sama Martin, apa Mas Bambang dan Jeng Femmy setuju?" ujar mama Rihanna ingin mencari tahu pandangan calon besannya itu.Nyonya Femmy dengan sebuah anggukan yakin membalas, "Tenang, Jeng Diah. Keluarga kita 'kan dekat dan sudah lama saling kenal. Seandainya memang putera-pute
"Pak, ikutin mobil Ferrari hitam yang itu ya, jangan sampai lepas!" titah Monica pada sopir dari bangku penumpang mobil pribadinya."Siap, Non!" sahut Pak Kadir lalu segera membuntuti mobil sedan mewah yang dimaksud oleh nona mudanya. Jalan raya kota Jakarta siang itu sangat padat karena bertepatan dengan jam istirahat makan siang. Pasangan pacar baru di dalam mobil Ferrari yang dikemudikan sendiri oleh Nicky Jansen pun turut bermacet-macet ria dalam rangka makan siang di luar kantor.Semenjak kembali dari Singapura, mereka berdua memang menjadi lebih dekat dan kerap kali menghabiskan waktu bersama. Hubungan cinta yang sedang bersemi itu sedang indah-indahnya hingga senyum dan gelak tawa selalu menghiasi ketika Cherry menemani Nicky di waktu santainya yang terbatas."Oya, Cher, suara kamu 'kan bagus banget. Apa nggak pengin ikutan ajang pencarian bakat menyanyi di TV biar terkenal se-Indonesia Raya?" tanya Nicky penasaran. Dia ingin Cherry mendapatkan apresiasi yang terbaik atas baka
"Ciiittt!" Suara ban menggasak aspal jalanan karena rem yang mendadak terdengar nyaring.Sepeda motor yang sedang melaju tadi dipotong jalannya oleh sebuah mobil van dan dikelilingi 2 sepeda motor hingga tak dapat melarikan diri."Hey, turun kamu. Buruan!" teriak pria berpenampilan preman dengan codet lebar di pipi kirinya yang mencegat sepeda motor Mang Tarjo berboncengan dengan Cherry.Dengan gemetaran Cherry pun turun dari sepeda motor, dia takut gerombolan pria berpenampilan sangar itu memiliki niat tak baik. Daerah yang mereka lewati sepi kanan kiri sawah, tak ada orang melintas."Ada apa nih, Mas?" tanya Mang Tarjo memberanikan dirinya sekalipun gelagat pria-pria tak dikenal itu jelas-jelas tidak baik."Alaa ... jangan banyak cing cong loe! Gue hajar juga, nungging loe!" seru rekan pria bercodet tadi berlogat Betawi seraya memajukan kepalanya ingin memukul wajah Mang Tarjo yang dihentikan oleh temannya."Bawa tuh cewek, dia yang terpenting. Lelaki kurus loyo ini biarin aja. Ayo!
Mata Cherry ditutupi dengan kain hitam yang diikatkan ke kepalanya, dia dipaksa turun dari mobil dan berjalan entah ke mana pria-pria tak dikenal itu membawanya."Kita naik lift ke unit apartmentku di lantai 20!" perintah Antoni Razak kepada anak buahnya yang menggamit lengan Cherry di sisi kanan dan kiri.Cherry hanya bisa membisu sembari menangisi nasibnya kenapa begitu apes. Dia tak berani membayangkan apa yang akan dilakukan oleh pria hidung belang yang dulu pernah mengganggunya di bar dan sempat dihajar oleh Nicky.Bunyi bel penanda lift telah sampai di lantai tujuan terdengar di telinganya. Detak jantung Cherry semakin kencang dan tak menentu. Dia hanya bisa terus berdoa berharap keajaiban ada orang siapa pun itu yang akan menolongnya lepas dari mara bahaya."Lho, kenapa itu kok ditutup mata dan mulutnya, Pak?!" Suara seorang pria yang terdengar berwibawa bertanya ke komplotan penculik Cherry."Heh, bukan urusanmu! Sudah diam saja, anggap kamu nggak lihat apa-apa ... ini uang tu
"Selamat malam, Pak. Kami mendapat laporan ada kegiatan tak wajar di unit apartment ini!" ujar seorang pria berseragam polisi di depan pintu apartment Antoni Razak."Malam juga, Pak Polisi. Ahh ... mana ada aktivitas mencurigakan seperti itu. Ini hunian mewah dengan sistem keamanan yang bagus kok!" kelit Antoni dengan jantung berdebar kencang dan keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya. Monica yang juga berdiri di hadapan polisi tersebut ikut salah tingkah. Dia berusaha untuk segera kabur dari tempat itu. "Om, Monic pamit ya. Sudah malam ntar dicariin sama mamaku!" ujarnya cepat-cepat sambil melangkah ke arah lift."Tunggu dulu, sebentar. Mbak jangan pergi ke mana-mana. Kami akan lakukan pemeriksaan tempat ini!" sergah petugas polisi itu lalu memberi kode ke anak buahnya untuk menjaga Monica.Dia pun meminta Antoni memberi jalan untuk masuk ke unit apartment mewah milik pribadi tersebut. Di atas ranjang, Cherry segera berteriak meminta pertolongan, "Pak Polisi, saya diculik. Tolong
"Dasar perempuan gembel! Berani-beraninya dia berbohong dan berpura-pura jadi korban untuk menjebloskan Monica ke penjara!" lirih Nyonya Diah yang bersebelahan dengan mama Martin di bangku pengunjung persidangan kasus penculikan dan penganiayaan Cherry Ayudia."Jeng, memang anak tukang warteg itu tak tahu diuntung. Padahal keluarga kalian sering memesan katering ke Bu Inah 'kan?!" timpal Nyonya Femmy yang juga sejak dulu selalu membenci Cherry."Iya, Jeng Femmy. Kesel banget jadinya, bener-bener nggak tahu diri si Cherry!" jawab Nyonya Diah dongkol."TOK TOK TOK." Palu hakim diketok tiga kali untuk menenangkan ruang persidangan yang berisik jelang pembacaan vonis terdakwa."Harap tenang, Semuanya. Keputusan akhir dari persidangan atas kasus penculikan dan penganiayaan Nona Cherry Ayudia yang juga berpotensi menjadi pemerkosaan akan segera saya bacakan. Terdakwa Bapak Antoni Razak sebagai pemimpin komplotan penculik dan pelaku penganiayaan dijatuhi hukuman sanksi pidana bui selama 5 ta
Sebuah ciuman berapi-api di bibir Cherry membuat gadis itu pening karena serasa kehabisan oksigen dalam paru-parunya. Nicky benar-benar tak tahan lagi ingin mengekspresikan perasaan cinta terdalam yang menggebu kepada kekasih hatinya.Pak Harjo yang mengemudikan mobil di bangku depan Ferrari hitam itu hanya bisa tersenyum tipis. Dia turut bahagia untuk tuan mudanya yang sempat galau berbulan-bulan semenjak ditinggal selingkuh mantan tunangannya tersebut bisa menemukan pengganti yang lebih baik."Cher ... aku ingin memberikan seluruh dunia dan seisinya kalau aku sanggup hanya untuk membahagiakanmu." Nicky meletakkan telapak tangan Cherry di atas jantungnya yang berdetak kencang, "aku jatuh cinta sama kamu dan itu berlaku selamanya. Tak akan ada lagi gadis lain yang bisa menggantikan tempatmu!"Kata-kata kekasihnya yang berusia matang itu begitu indah dan serasa merasuk ke dalam hatinya, Cherry tak mampu membalas dengan cara yang puitis sekalipun ingin. Dia hanya menganggukkan kepalanya
"Iya, Om. Nama saya Luther, maaf ... Om ini siapa ya?" Putra sulung Cherry tak mengenali ayah biologisnya sendiri. Pedro dan Justin saling sikut seraya memperhatikan kemiripan wajah kakak mereka dengan pria yang menyapa Luther barusan."Aku papa kandungmu, Luther. Apa nggak ingat? Kita pernah ketemu puluhan tahun lalu!" jawab Martin yang membuat pemuda di hadapannya mundur beberapa langkah lalu segera menaruh piring ke meja karena takut menjatuhkan benda itu hingga membuat heboh di tengah acara ramai.Luther menolak dengan keras karena kenangannya tentang Martin nyaris tak ada, "Om, tolong jangan ngaku-ngaku. Saya lebih baik panggilkan dad and mom, tunggu di sini!" Dia bergegas mencari Nicky dan Carrisa yang sedari tadi hanya ditemani Chrissy, si bungsu.Seolah menahan lara hatinya karena kesalahan di masa mudanya, Martin tetap di tempatnya menunggu putra kandungnya bersama Cherry dulu memanggil orang tuanya untuk menemui dia.Pedro menebak-nebak bahwa pria di hadapannya adalah sosok
Dua puluh tahun kemudian.Carrisa yang sedang bersantai sore menikmati secangkir teh di patio backyard mansion house mewah keluarga Jansen di Jurong, Singapura dikagetkan oleh sebuah undangan via email. Perlahan dia membaca dengan teliti isi undangan via online itu lalu menghela napas panjang. "Kenapa, Mom? Kok wajahnya tiba-tiba kayak nggak enak gitu sih?" tegur Pedro yang kini telah menjadi pemuda tampan berusia 20 tahun. Genetik Kaukasoid dari keluarga daddynya nampak semakin jelas di perawakan tinggi gagah dan hidung mancung serta bola mata cokelat madu yang melelehkan hati kaum Hawa itu.Istri Nicky Jansen yang masih nampak awet muda tersebut tertawa kering seraya menjawab, "Ada undangan reuni SMA di Bandung, Indonesia!""Ohh ... pantas!" tukas Pedro paham, kunjungan mereka ke Indonesia memang sangat dibatasi oleh Nicky, ayahnya. "Tapi kalau untuk acara yang langka dan berkesan begitu masa sih nggak boleh, Mom?" lanjut Pedro berusaha memberi secercah harapan.Carrisa menaruh can
"Mencintaimu seumur hidupku, selamanya setia menanti. Walau di hati saja, seluruh hidupku. Selamanya. Kau tetap milikku."Lantunan lagu pamungkas di pesta pernikahan Martin dan Rihanna terasa mengharu biru. Rihanna memang merequest lagu yang dipopulerkan oleh Krisdayanti itu. Dia sempat menitikkan air matanya ketika berdansa di pelukan suaminya, cinta pertama yang awalnya bertepuk sebelah tangan."Jangan nangis dong, Sayang!" bujuk Martin sembari berdansa dengan langkah perlahan mengikuti irama lagu yang sedang dilantunkan biduanita bersuara bening di atas panggung dengan iringan home band.Tatapan mata Rihanna berkaca-kaca, dia menyunggingkan senyum sendu sembari menatap Martin. "Malam ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan buatku, Tin. Dahulu kupikir aku nggak akan pernah bisa menjadi wanita yang kau pilih menjadi istrimu. Cintaku itu hanya bisa kunikmati sendiri dalam diam!" ujarnya masih berdansa penuh perasaan.Martin menghela napas lalu menjawab, "Maafkan karena sadarku yang t
Ruangan di JCC Plenary Hall yang menjadi tempat acara resepsi Dokter Martin Bintoro dan Rihanna Annelika Razak dipadati lautan manusia karena undangan yang disebar berjumlah seribu dari kedua keluarga mereka.Keluarga kecil Cherry bersama tetangga mereka Bu Murni dan Bu Sundari baru saja sampai di sana. Mereka mengisi buku tamu lalu memasukkan amplop sumbangan. Penerima tamu berparas cantik dengan balutan dress anggun yang berwarna hijau pastel dari pihak wedding organizer menyerahkan cenderamata kepada mereka."Wah, pestane geden ya, Mbakyu!" seru Bu Sundari yang berasal asli dari Banyumas, Jawa Tengah. (Wah, pestanya besar-besaran ya, Kakak Perempuan!) "Iya. Wajar soalnya Rihanna putri bungsu terakhir yang menikah dan Martin juga jadi pewaris tunggal keluarga Bintoro, Jeng Sundari!" jawab Bu Inah maklum. Sebenarnya jika dibandingkan dengan acara pernikahan dengan putrinya dulu, ini menjadi hal yang miris untuk diperbandingkan. Jelas sudah status sosial mereka berbeda perlakuan.And
"Halo, selamat pagi!" sapa Nyonya Regina Jansen dengan wajah berseri-seri ketika memasuki kamar perawatan menantunya."Selamat pagi, Ma. Semalam maaf kami nggak membangunkan Mama sewaktu berangkat ke rumah sakit. Takut Mama kecapekan kalau ikut begadang!" jawab Carrisa seraya menerima kecupan sayang di pipi kanan kiri dari mama mertuanya.Namun, Nyonya Regina Jansen mengibaskan tangannya seraya berkata, "Sudah nggakpapa, yang terpenting semua sehat sesudah melahirkan. ASI kamu lancar 'kan, Carrisa?" "Syukur, lancar kok. Sudah minum bolak-balik dari tadi Pedro. Ini lagi aja kelar terus dia terlelap. Nggak rewel bocahnya, Ma. Apa mau coba gendong?" balas Carrisa yang kemudian menyerahkan bayinya ke Nyonya Regina.Wanita berumur yang masih nampak awet muda itu menggendong cucu bungsunya begitu fasih karena memang telah mengasuh banyak anak-anak selama puluhan tahun, empat anak kandung dan sepuluh cucu. "Wajah Pedro seperti jiplakan ayahnya sewaktu bayi. Oya, di mana Nicky?" ucap Nyonya
Nicky berdiri di balik punggung istrinya seraya mendekap calon ibu yang sedang hamil besar itu. Sebelum tidur Carrisa terbiasa membersihkan wajahnya dan menggunakan skincare agar kulitnya terhindar dari penuaan dini sedari muda. Sementara itu telapak tangan Nicky mengusap-usap lembut perut istrinya yang membuncit itu dari balik kain lingerie khusus wanita hamil."HPL kata dokter kapan sih? Lama amat ya!" ucap Nicky sembari mengecupi leher wanita kesayangannya yang wangi semerbak bunga."Sudah nggak sabar buat ketemu si jagoan kecil ya, Daddy?" goda Carrisa sambil terkikik. Dia lalu menjawab, "sebenernya ini telat dari HPL lima hari, Mas. Jadi bisa kapan saja sih!" Nicky mengerutkan keningnya lalu menyahut, "Berarti harus dipacu deh biar bisa pecah ketuban dan kontraksi. Beib, kita ML ya habis kamu kelar pake skincare, mau kusembur di dalam biar bisa lancar melahirkan. Udah telat pula nih!""Masih wajar bukannya ya? Kan baru telat HPL lima hari sih, Sayang!" kelit Carrisa lalu menutup
"Setelah menggelar beberapa kali persidangan maka Hakim memutuskan untuk mengabulkan gugatan cerai Saudara Martin Bintoro kepada Saudari Cherry Ayudia. Menyangkut harta gono-gini dan hak asuh anak disertakan dalam lampiran keputusan pengadilan agama Kota Bandung tertanggal hari ini!" tutur hakim ketua yang memimpin persidangan cerai pasangan muda itu. Ditutup dengan ketokan palu sebanyak tiga kali.Bisik-bisik riuh segera terdengar mengiringi kepergian hakim meninggalkan ruang persidangan. Martin dan Cherry pun berdiri saling berhadapan lalu mereka berjabat tangan."Selamat menjalani kehidupan barumu sebagai Nyonya Nicky Jansen ya, Cher. Semoga kamu bahagia bersamanya!" ujar Martin berusaha bersikap tegar menerima perceraian dengan wanita yang selalu dicintainya itu.Cherry dengan helaan napas dalam menjawab, "Kamu juga mau nikah sama Rihanna 'kan? Selamat membina biduk rumah tangga yang baru. Semoga langgeng sampai kakek nenek. Tentang Luther, kalau pun kamu nggak menjenguknya lagi p
Ketika Carrisa dan Nicky sampai di rumah duka di mana jenasah Nyonya Femmy Bintoro disemayamkan sebelum prosesi pemakaman, wanita itu terkejut membaca nama kakak perempuan Martin juga tertulis di papan karangan bunga duka cita. "Ya Tuhan, Mas ... itu nama kakaknya Martin lho yang tertera di papan. Namanya Nadira Feriska Bintoro. Apa dia juga meninggal dunia bersamaan dengan mamanya?!" ujar Carrisa seakan tak percaya. Tak lama setelah mobil Nicky dan Carrisa tiba di parkiran rumah duka, Bu Inah yang dibonceng oleh Andi bersama adiknya Vina yang duduk di tengah sepeda motor pun tiba. Dengan segera Carrisa menghampiri mereka ditemani oleh suaminya."Bu, ini apa benar kalau Kak Dira juga meninggal dunia?" tanya Carrisa dengan kening berkerut. "Iya, Cher. Kabarnya awalnya stroke lalu komplikasi gangguan pernapasan. Masih muda padahal, Ibu saja kaget karena Nadira itu usianya hanya beda beberapa tahun dari kamu 'kan? Jaga kesehatan ya kamu dan Nak Nicky, gaya hidup yang baik sedari muda
"Halo. Martin, kamu pulang ke Bandung sekarang juga kalau bisa. Kak Dira masuk rumah sakit dan mama kamu ... meninggal dunia, Nak!" ujar Pak Bambang Bintoro di telepon. Suaranya sengau karena baru saja menangisi kehilangan istrinya yang begitu mendadak.Putranya di ujung telepon terpaku berdiri di depan pintu ruang praktik. Martin baru saja selesai istirahat makan siang. Dia seolah tak percaya dengan berita duka yang didengarnya sendiri. "Halo, ini beneran, Pa?" tanya Martin memastikan."Iya, Tin. Masa Papa bercanda buat hal seserius ini? Mama kamu digigit ular berbisa di kebun belakang sewaktu dia mau panen buah melon. Papa sekarang di kamar jenasah Rumah Sakit Widya Harapan Medika. Kamu cepat ke sini, setidaknya ada yang bantuin Papa mengurus kakakmu atau mengikuti proses pengiriman jenasah ke rumah duka!" terang papanya dengan nada serius."Baik, Pa. Martin akan segera izin ke bagian administrasi rumah sakit agar shift praktik siang hingga malam diliburkan. Yang tabah ya, Pa, harus