Share

Cinta yang Sudah Hilang
Cinta yang Sudah Hilang
Author: Florence

Bab 1

Author: Florence
Aku baru sadar dan mengambil handphonenya untuk membuka kunci, kata sandinya masih tanggal lahirku.

Jariku menggeser pesan ke bawah, semakin lama dilihat, pandanganku semakin buram.

Mereka berada di kantor yang sama, chatnya dari pagi sampai malam.

Gino mengeluh padanya: [Dia kalau nggak makeup, aku nggak bisa cium dia.]

[Wanita yang hamil ada baunya, mencium baunya itu buat aku nggak nyaman.]

Hatiku terasa sangat sakit, rasa sakit yang tidak bisa dideskripsikan perlahan-lahan dari hati menyebar ke seluruh tubuh.

Semenjak tahu aku hamil, dialah yang nggak sabaran menyimpan semua kosmetikku.

Dia juga yang sering memelukku lalu menarik nafas dalam-dalam, dan bilang bahwa tubuhku ada aroma susu bayi.

Pesan yang di atas, semakin di lihat semakin kelewatan.

Jariku bahkan mulai gemetar.

Melihat sebulan yang lalu, itulah pertama kali mereka bersama.

Melihat tanggalnya, hari itu adalah hari anniversary pernikahan kami.

Aku ingat hari itu, kue dan bunga yang dipesannya sudah datang semua, tapi orangnya nggak datang.

"Sayang, kantor tiba-tiba ada acara, aku pulang malaman."

Sebagai kompensasinya, dia mentransfer aku 3 juta, yang artinya mencintaiku hari ini, besok dan selamanya.

Dia sampai jam 3 subuh baru pulang, dengan penuh bau rokok datang mau menciumku.

Aku dengan tidak suka mendorongnya, dia dengan wajah yang penuh senyum memelukku.

Sekarang dipikir-pikir lagi, dia tidak pernah rokok dan minum, bau rokok itu mungkin untuk menutupi aroma parfum.

Di saat lagi bermesraan, handphonenya ada notifikasi yang masuk, aku masih mengingatinya untuk melihat.

Saat itu, dia hanya sekilas melihatnya dan membalikkannya di samping bantal: "Dalam grup lagi candaan."

Sekarang, saat aku tahu isi pesan itu, hanya merasa diriku konyol sekali.

Itu dikirim oleh Tasya: [Masih ada tenaga lagi untuk penuhi kewajiban?]

Paginya Gino baru membalasnya: [Tenagaku, masih perlu kamu ragukan?]

Aku seketika menjadi bagian dari permainan menjijikkan mereka.

Tidak bisa kubayangkan.

Pagi itu, dia memanaskan susu untukku dan bawa ke tempat tidur.

Dia tidak memperbolehkan aku bangun, dengan penuh kasih sayang menyuruhku minum dengan tangannya.

Sebelum keluar, dia menutupi selimutku dengan rapat dan memberikan ciuman di dahiku.

Sangat perhatian:

"Tidur lagi bentar, sarapan sudah aku panasin di panci."

Kami pacaran sejak kuliah, sejauh ini, sudah melewati seven year itch.

Kehamilan yang tidak direncanakan memang merusak rencana kami yang semula. Namun, Gino tidak ragu sedikit pun, dia bilang bahwa bayi ini adalah hadiah dari Tuhan.

Setelah hamil, perasaannya terhadapku semakin dalam.

Membuatku berpikir bahwa dia benar-benar menantikan kelahiran anak ini.

Tapi aku yang terlalu naif.

Ada satu kalimat dalam riwayat obrolan yang membuat hatiku seperti ditusuk oleh pisau.

Gino bilang: [Sudah hamil, mau gimana lagi, nggak mungkin aku bilang gugurin.]

Dia dengan tenang berselingkuh, selesai makan mengelap mulutnya dan kembali berperan suami yang baik.

Semakin baik padaku, rasa bersalahnya semakin sedikit.

Aku melihat semua riwayat obrolan mereka, menahan rasa jijik screenshot sebagai bukti.

Saat ini, ada notifikasi yang baru muncul, profilnya adalah adikku, Leo:

[Kakak Ipar, tolong pengertian sedikit sama Tasya, jangan kasih dia terlalu banyak pekerjaan.]

[Kedepannya dia adalah istri adikmu, dia sibuk sampai pulang rumah langsung tidur, kami bahkan nggak ada waktu untuk berkencan.]

Tanpa sadar, aku menggigit bibirku.

Nggak lama yang lalu, Gino baru saja menambah-nambah bumbu saat mengenalkan calon pasangan untuk adikku.

Pasangan itu bukan orang lain, melainkan Tasya.

Gino beberapa detik kemudian balas:

[Besok kamu ajak dia pergi nonton film, aku beliin tiket.]

Leo mengirimin stiker yang senyum berturut-turut:

[Makasih kakak ipar, hanya kamu yang bisa diandalkan.]

Darahku langsung membanjiri otak hingga terasa berputar.

Tidak sulit membayangkan, apa yang sedang mereka lakukan sekarang.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 2

    Adikku yang bodoh masih belum tahu kalau dia dipermainkan di obrolan chat orang lain.Handphoneku tiba-tiba bunyi, Gino menelepon."Sayang, handphoneku ketinggalan di rumah ya?" Suara nafasnya berat sekali."Ada kah? Aku nggak perhatiin."Dia sepertinya menghela nafas lega:"Kamu kenapa masih belum tidur? Pergilah tidur, jangan tunggu aku."Aku berdiri di balkon menanyainya: "Kami lari di mana?""Taman di samping."Aku berkata dengan suara yang tenang:"Tadi pagi lihat berita, di sana sedang perbaikan jalan, ada pagar penghalang."Dia terhenti, lalu dengan nada suara yang santai:"Aku nggak lewat sana, jangan khawatirkan aku."Telepon sangat cepat sudah putus, aku sepertinya mendengar ketawa ringan dari sana.Hatiku terasa sakit, kedua tangan memegang pagar, lama kemudian baru bisa menenangkan diri.Leo sangat puas dengan Tasya, setiap perkataannya terdengar ingin sekali langsung menikah.Tetapi, Tasya tidak berpikir seperti itu.Kami sudah bertemu beberapa kali saat acara makan bersam

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 3

    Kehamilanku, sama sekali bukan tidak terencana.Sepanjang malam aku tidak bisa tidur, di saat mau pagi, aku melihat pesan dari grup keluarga.Kemarin Gino membuat sup ayam sengaja tanya ke ibu mertua.Sekarang ibu mertua tag dia di dalam grup:[Aku buatin sup, nanti aku antarin.]Aku berdiri pergi ke ruang tamu, ruangan sangatlah sunyi, dia masih belum pulang.Hatiku seketika menjadi sangat dingin.Aku menggunakan air dingin cuci muka, lalu pesan mobil untuk pergi ke rumah sakit.Mengantri untuk pemeriksaan.Di saat lagi menunggu operasi, aku menarik keluargaku ke dalam grup.Adikku masih di perjalanan berangkat kerja, melihat ini, dia mengirim tanda tanya ke dalam grup.Suster memanggil namaku.Sebelum masuk ke ruang operasi, aku mengirim riwayat obrolan chat yang sudah aku rapiin ke dalam grup.Saat aku baring, cahaya lampu itu sedikit menyilaukan.Aku menutup mataku, dalam hati sangatlah tenang.Tanganku memegang perut yang masih datar.Masih kecil, apakah nyawa yang di dalam sini b

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 4

    Dia datang memegangku dengan mata yang merah:"Lina, gimana sama anak?"Aku dengan wajah yang dingin: "Sudah nggak ada."Wajahnya seketika jadi pucat, matanya terbeliak lebar, terbata-bata dan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Dia seperti tidak percaya, menunduk dan melihat perutku."Apakah kamu puas sekarang?"Aku memberikan formulir operasi itu kepadanya, tanpa melihatnya, aku langsung membuka pintu taksi dan menutup kembali.Ketika mobil melaju dengan cepat, aku melihat ibu mertua dengan rambut berantakan berlari ke sini.Dia seperti orang gila, mengangkat termos yang di tangannya memukul kepala Gino.Sayang sekali dengan sup ayam itu.Aku menelepon ke adik, mendengar suaranya yang terisak, hatiku juga sedih."Datang ke rumah sebentar, tapi nanti kurangi kekuatan di tanganmu."Adikku menjawab dengan suara berat, tiba-tiba bertanya padaku: "Kak, apakah kamu baik-baik saja?""Aku nggak papa, hanya saja anak sudah nggak ada.""Brengsek......" Adikku menggertakan giginya."Mati s

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 5

    Adik menjauhkanku dengannya, dengan nggak sopan berkata:"Sudah melakukan hal yang menjijikkan, masih mau suruh kakakku lahirin anak?""Kamu nanya dulu sama anakmu, saat lagi main di luar, mikirin nggak perasaan kakakku yang lagi hamil?"Gino tiba-tiba berteriak dengan marah:"Cukup!"Seketika aku merasa sangat lucu, sudah sampai detik ini, dia masih merasa punya hak untuk marah."Tanya aku?""Tanya aku apa?""Ada nggak yang tanyain apakah aku mau anak ini?"Dia tertawa dingin."Lina, kita sudah bilang nggak mau punya anak, kamu yang mau menjebakku, sekarang masih menyalahkanku?""Kalau nggak ada anak ini, mana mungkin aku begini?"Dia menarik nafasnya lalu melihat sekeliling:"Aku tiap hari di luar mencari uang dan menghidupi keluarga, begitu pulang harus fokus samamu.""Untuk anak yang sebenarnya tidak aku inginkan ini, lihatlah kehidupan kita sekarang, masih ada artinya?""Sudah berapa lama kita tidak pergi traveling?""Keranjang belanjaan penuh dengan barang-barang anak, dulu valen

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 6

    "Bisa nggak jangan pergi? Aku... Aku tahu kalau kamu sudah pergi, hubungan kita tidak ada kesempatan untuk diperbaiki lagi.""Perbaiki?"Aku hanya merasa setiap kata yang keluar dari mulutnya sangat lucu.Aku melepaskan satu per satu jarinya:"Apa yang perlu diperbaiki? Sekarang kamu punya banyak waktu untuk bersamanya."Setelah naik ke mobil, adik melihat handphonenya.Tangannya sedikit gemetar saat di kemudi.Dia menoleh dan melihatku, dengan ekspresi sedih:"Bagaimana bisa ada orang yang begitu tidak tahu malu?"Di layar, ada pesan yang dikirim oleh Tasya:[Karena kamu sudah tahu semuanya, tidak ada yang perlu aku katakan lagi.][Dia mana pun membuat aku menyukainya, aku tidak bisa menahannya.]Adik tiba-tiba memukul kemudi dengan keras:"Sial, aku tidak tahan lagi."Dia menelepon Tasya, tetapi terdengar suara sibuk.Jelas sekali, dia sudah memblokir kami.Dia tidak bisa menahan diri, setetes air mata jatuh dari matanya, dan dengan cepat dia mengangkat tangan untuk mengusapnya."Aku

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 7

    "Bukannya kita melakukan pencegahan......"Dia menatapku sejenak, kemudian menghentikan kata-katanya.Adikku sudah mengepalkan tinjunya, suara gemeretak terdengar.Tiba-tiba dia berlari, dengan kasar memegang pergelangan tangan Tasya dan menarik gelang emas itu dengan paksa."Sakit, sakit... hiss..." Matanya terbelalak, kesakitan sampai air mata bercucuran."Benar-benar kotor."Adikku berjalan dengan langkah besar dan cepat, dengan terburu-buru melemparkan pakaian dan koper ke luar.Aku menghela napas panjang, melihat ke arah Gino:"Bagus juga, sepertinya kita sudah menyelesaikan masalah.""Perjanjian cerai aku juga akhirnya berguna, kalau kamu tidak menandatanganinya, kamu akan masuk penjara."Gino menundukkan kepalanya dan terdiam lama, ketika dia mengangkat kepalanya melihatku, matanya penuh kecemasan:"Lina, bukan seperti yang kamu pikirkan, aku..."Wajah ibu terlihat sangat serius, sambil menarik dan mendorong ibu mertua dan Gino keluar.Pintu tertutup dengan suara yang keras.Sua

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 8

    "Keluarga kami bersalah sama Lina, dan juga Leo. Aku tahu kalian mungkin meremehkan kami, tapi aku juga tidak punya pilihan."Aku duduk di sofa tanpa bergerak, seolah-olah apa yang dia katakan sekarang sudah tidak ada hubungannya lagi dengan aku.Ibu mertua berkata, dia terus mendesak Gino sampai akhirnya dia setuju untuk menandatangani perceraian:"Tapi dia yang mengusulkan untuk pergi tanpa apa-apa, Lina, dia tidak mau pergi darimu, semuanya aku yang memaksanya, aku yang salah."Aku sudah tidak ingin lagi memikirkan pendapatnya, bagaimana bisa ada kata tidak mau pergi?Saat dia terus-menerus mencari alasan untuk keluar malam dan tidur dengan Tasya.Saat dia dan orang lain mengomentari keadaanku setelah hamil.Apakah dia ada pikirkan aku?Sebulan kemudian, ibu membelikan tiket pesawat untukku dan memaksa adikku untuk membawaku pergi:"Keluar jalan-jalan, bersantai, apa pun yang kamu mau biar adikmu yang belikan."Sebenarnya aku ingin mengatakan kalau aku sudah jauh lebih baik, perasaa

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 9

    Aku menghentikan langkah kakiku: "Kamu ingat hari itu? Aku memberimu kesempatan.""Aku sebenarnya tidak suka minum sup ayam, tapi aku pikir, masak itu perlu beberapa jam, kalau sudah malam kamu tidak akan keluar lagi.""Tapi kamu tidak sabar dan mau pergi.""Itu adalah kesempatan terakhir yang kuberikan padamu."Aku mengakhiri cuti dan kembali masuk kerja lebih awal.Hidup tampak kembali tenang seperti sebelumnya, di waktu senggang aku bersosialisasi dan bertemu teman-teman baru.Ada gadis muda yang beberapa kali bertemu dengan adikku yang datang mengantar barang untukku, dan tersipu sambil bertanya-tanya samaku.Tak lama kemudian, aku mendengar dari ibu bahwa adikku mendapatkan banyak perhatian dari wanita.Gadis itu meninggalkan kesan yang sangat baik, kepribadiannya ceria dan ramah.Keduanya sering berkencan, dan aku melihat adikku semakin ceria setiap harinya.Dengan semua kontak yang terputus, Gino seperti menghilang dari duniaku.Beberapa bulan kemudian, ibu tiba-tiba dengan sem

Latest chapter

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 10

    "Anak sudah besar, sekarang aku juga tidak bisa melakukan aborsi." Tangan adikku mengepal lalu dilepaskannya lagi, mengeluarkan suara yang hampir tidak terdengar: "Aku bukan memungut barang bekas." Ibu menjulurkan kepala dari dapur: "Di rumahku tidak ada tahta yang harus diwariskan, anak dan wanita yang tidak jelas asal-usulnya tidak kami terima." "Kalian berdua jangan terdiam lagi, datang sini bantu bawa mangkok dan sendok, tamu sebentar lagi datang." Tasya masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi adikku sudah menutup pintu dengan wajah dingin. Beberapa hari kemudian, mantan ibu mertua menyuruh kenalan datang untuk menjadi perantara.Orang itu baru saja membuka mulut, langsung dipotong dengan tidak sabar oleh ibu: "Aku sudah bosan dengan cerita busuk dari keluarganya itu. Kalau kamu datang untuk meminta anak perempuanku rujuk, kita juga nggak perlu berteman lagi." "Orang normal mana yang mau mendorong anak perempuannya ke dalam jurang api?" Kata-kata perantara itu terhenti ole

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 9

    Aku menghentikan langkah kakiku: "Kamu ingat hari itu? Aku memberimu kesempatan.""Aku sebenarnya tidak suka minum sup ayam, tapi aku pikir, masak itu perlu beberapa jam, kalau sudah malam kamu tidak akan keluar lagi.""Tapi kamu tidak sabar dan mau pergi.""Itu adalah kesempatan terakhir yang kuberikan padamu."Aku mengakhiri cuti dan kembali masuk kerja lebih awal.Hidup tampak kembali tenang seperti sebelumnya, di waktu senggang aku bersosialisasi dan bertemu teman-teman baru.Ada gadis muda yang beberapa kali bertemu dengan adikku yang datang mengantar barang untukku, dan tersipu sambil bertanya-tanya samaku.Tak lama kemudian, aku mendengar dari ibu bahwa adikku mendapatkan banyak perhatian dari wanita.Gadis itu meninggalkan kesan yang sangat baik, kepribadiannya ceria dan ramah.Keduanya sering berkencan, dan aku melihat adikku semakin ceria setiap harinya.Dengan semua kontak yang terputus, Gino seperti menghilang dari duniaku.Beberapa bulan kemudian, ibu tiba-tiba dengan sem

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 8

    "Keluarga kami bersalah sama Lina, dan juga Leo. Aku tahu kalian mungkin meremehkan kami, tapi aku juga tidak punya pilihan."Aku duduk di sofa tanpa bergerak, seolah-olah apa yang dia katakan sekarang sudah tidak ada hubungannya lagi dengan aku.Ibu mertua berkata, dia terus mendesak Gino sampai akhirnya dia setuju untuk menandatangani perceraian:"Tapi dia yang mengusulkan untuk pergi tanpa apa-apa, Lina, dia tidak mau pergi darimu, semuanya aku yang memaksanya, aku yang salah."Aku sudah tidak ingin lagi memikirkan pendapatnya, bagaimana bisa ada kata tidak mau pergi?Saat dia terus-menerus mencari alasan untuk keluar malam dan tidur dengan Tasya.Saat dia dan orang lain mengomentari keadaanku setelah hamil.Apakah dia ada pikirkan aku?Sebulan kemudian, ibu membelikan tiket pesawat untukku dan memaksa adikku untuk membawaku pergi:"Keluar jalan-jalan, bersantai, apa pun yang kamu mau biar adikmu yang belikan."Sebenarnya aku ingin mengatakan kalau aku sudah jauh lebih baik, perasaa

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 7

    "Bukannya kita melakukan pencegahan......"Dia menatapku sejenak, kemudian menghentikan kata-katanya.Adikku sudah mengepalkan tinjunya, suara gemeretak terdengar.Tiba-tiba dia berlari, dengan kasar memegang pergelangan tangan Tasya dan menarik gelang emas itu dengan paksa."Sakit, sakit... hiss..." Matanya terbelalak, kesakitan sampai air mata bercucuran."Benar-benar kotor."Adikku berjalan dengan langkah besar dan cepat, dengan terburu-buru melemparkan pakaian dan koper ke luar.Aku menghela napas panjang, melihat ke arah Gino:"Bagus juga, sepertinya kita sudah menyelesaikan masalah.""Perjanjian cerai aku juga akhirnya berguna, kalau kamu tidak menandatanganinya, kamu akan masuk penjara."Gino menundukkan kepalanya dan terdiam lama, ketika dia mengangkat kepalanya melihatku, matanya penuh kecemasan:"Lina, bukan seperti yang kamu pikirkan, aku..."Wajah ibu terlihat sangat serius, sambil menarik dan mendorong ibu mertua dan Gino keluar.Pintu tertutup dengan suara yang keras.Sua

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 6

    "Bisa nggak jangan pergi? Aku... Aku tahu kalau kamu sudah pergi, hubungan kita tidak ada kesempatan untuk diperbaiki lagi.""Perbaiki?"Aku hanya merasa setiap kata yang keluar dari mulutnya sangat lucu.Aku melepaskan satu per satu jarinya:"Apa yang perlu diperbaiki? Sekarang kamu punya banyak waktu untuk bersamanya."Setelah naik ke mobil, adik melihat handphonenya.Tangannya sedikit gemetar saat di kemudi.Dia menoleh dan melihatku, dengan ekspresi sedih:"Bagaimana bisa ada orang yang begitu tidak tahu malu?"Di layar, ada pesan yang dikirim oleh Tasya:[Karena kamu sudah tahu semuanya, tidak ada yang perlu aku katakan lagi.][Dia mana pun membuat aku menyukainya, aku tidak bisa menahannya.]Adik tiba-tiba memukul kemudi dengan keras:"Sial, aku tidak tahan lagi."Dia menelepon Tasya, tetapi terdengar suara sibuk.Jelas sekali, dia sudah memblokir kami.Dia tidak bisa menahan diri, setetes air mata jatuh dari matanya, dan dengan cepat dia mengangkat tangan untuk mengusapnya."Aku

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 5

    Adik menjauhkanku dengannya, dengan nggak sopan berkata:"Sudah melakukan hal yang menjijikkan, masih mau suruh kakakku lahirin anak?""Kamu nanya dulu sama anakmu, saat lagi main di luar, mikirin nggak perasaan kakakku yang lagi hamil?"Gino tiba-tiba berteriak dengan marah:"Cukup!"Seketika aku merasa sangat lucu, sudah sampai detik ini, dia masih merasa punya hak untuk marah."Tanya aku?""Tanya aku apa?""Ada nggak yang tanyain apakah aku mau anak ini?"Dia tertawa dingin."Lina, kita sudah bilang nggak mau punya anak, kamu yang mau menjebakku, sekarang masih menyalahkanku?""Kalau nggak ada anak ini, mana mungkin aku begini?"Dia menarik nafasnya lalu melihat sekeliling:"Aku tiap hari di luar mencari uang dan menghidupi keluarga, begitu pulang harus fokus samamu.""Untuk anak yang sebenarnya tidak aku inginkan ini, lihatlah kehidupan kita sekarang, masih ada artinya?""Sudah berapa lama kita tidak pergi traveling?""Keranjang belanjaan penuh dengan barang-barang anak, dulu valen

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 4

    Dia datang memegangku dengan mata yang merah:"Lina, gimana sama anak?"Aku dengan wajah yang dingin: "Sudah nggak ada."Wajahnya seketika jadi pucat, matanya terbeliak lebar, terbata-bata dan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Dia seperti tidak percaya, menunduk dan melihat perutku."Apakah kamu puas sekarang?"Aku memberikan formulir operasi itu kepadanya, tanpa melihatnya, aku langsung membuka pintu taksi dan menutup kembali.Ketika mobil melaju dengan cepat, aku melihat ibu mertua dengan rambut berantakan berlari ke sini.Dia seperti orang gila, mengangkat termos yang di tangannya memukul kepala Gino.Sayang sekali dengan sup ayam itu.Aku menelepon ke adik, mendengar suaranya yang terisak, hatiku juga sedih."Datang ke rumah sebentar, tapi nanti kurangi kekuatan di tanganmu."Adikku menjawab dengan suara berat, tiba-tiba bertanya padaku: "Kak, apakah kamu baik-baik saja?""Aku nggak papa, hanya saja anak sudah nggak ada.""Brengsek......" Adikku menggertakan giginya."Mati s

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 3

    Kehamilanku, sama sekali bukan tidak terencana.Sepanjang malam aku tidak bisa tidur, di saat mau pagi, aku melihat pesan dari grup keluarga.Kemarin Gino membuat sup ayam sengaja tanya ke ibu mertua.Sekarang ibu mertua tag dia di dalam grup:[Aku buatin sup, nanti aku antarin.]Aku berdiri pergi ke ruang tamu, ruangan sangatlah sunyi, dia masih belum pulang.Hatiku seketika menjadi sangat dingin.Aku menggunakan air dingin cuci muka, lalu pesan mobil untuk pergi ke rumah sakit.Mengantri untuk pemeriksaan.Di saat lagi menunggu operasi, aku menarik keluargaku ke dalam grup.Adikku masih di perjalanan berangkat kerja, melihat ini, dia mengirim tanda tanya ke dalam grup.Suster memanggil namaku.Sebelum masuk ke ruang operasi, aku mengirim riwayat obrolan chat yang sudah aku rapiin ke dalam grup.Saat aku baring, cahaya lampu itu sedikit menyilaukan.Aku menutup mataku, dalam hati sangatlah tenang.Tanganku memegang perut yang masih datar.Masih kecil, apakah nyawa yang di dalam sini b

  • Cinta yang Sudah Hilang   Bab 2

    Adikku yang bodoh masih belum tahu kalau dia dipermainkan di obrolan chat orang lain.Handphoneku tiba-tiba bunyi, Gino menelepon."Sayang, handphoneku ketinggalan di rumah ya?" Suara nafasnya berat sekali."Ada kah? Aku nggak perhatiin."Dia sepertinya menghela nafas lega:"Kamu kenapa masih belum tidur? Pergilah tidur, jangan tunggu aku."Aku berdiri di balkon menanyainya: "Kami lari di mana?""Taman di samping."Aku berkata dengan suara yang tenang:"Tadi pagi lihat berita, di sana sedang perbaikan jalan, ada pagar penghalang."Dia terhenti, lalu dengan nada suara yang santai:"Aku nggak lewat sana, jangan khawatirkan aku."Telepon sangat cepat sudah putus, aku sepertinya mendengar ketawa ringan dari sana.Hatiku terasa sakit, kedua tangan memegang pagar, lama kemudian baru bisa menenangkan diri.Leo sangat puas dengan Tasya, setiap perkataannya terdengar ingin sekali langsung menikah.Tetapi, Tasya tidak berpikir seperti itu.Kami sudah bertemu beberapa kali saat acara makan bersam

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status