Home / Romansa / Cinta di Kursi Roda / Bab 52: Cahaya Baru di Tempat Kerja

Share

Bab 52: Cahaya Baru di Tempat Kerja

Author: Restu Bumi
last update Last Updated: 2025-01-01 10:28:49

Pagi itu, Raka memasuki kantor dengan langkah yang lebih ringan, ada perubahan halus pada sorot matanya yang tidak lagi tampak terbebani, melainkan penuh keyakinan. Rekan-rekannya di kantor mulai menyadari perubahan yang perlahan terjadi dalam diri Raka. Senyum yang dulu jarang ia tunjukkan kini mulai sering muncul, dan ada semangat baru dalam caranya berbicara, cara ia melihat setiap proyek, setiap tantangan yang datang. Di balik itu semua, ada sosok Laila yang senantiasa menjadi penopang bagi langkah-langkah Raka menuju penyembuhan.

Hari ini, Raka dan Laila mendapat tugas untuk menyelesaikan proyek yang cukup rumit. Sebuah kolaborasi yang membutuhkan kerja sama erat, komunikasi mendalam, dan kepercayaan satu sama lain. Sejak pagi, mereka duduk di ruang rapat kecil yang terletak di sudut kantor, tempat di mana mereka bisa lebih leluasa untuk berdiskusi dan bertukar ide.

Laila duduk di seberangnya, menatap layar laptop dengan pandangan serius. Ada keindahan dalam kesederhanaan yang te
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cinta di Kursi Roda   Bab 53: Cinta Tanpa Batas

    Matahari siang itu bersinar hangat, membalut kota dalam cahaya yang lembut dan menenangkan. Laila berjalan di samping Raka, wajahnya memancarkan semangat yang penuh kasih. Setelah percakapan mendalam mereka sebelumnya, ada kebahagiaan baru yang tumbuh di antara mereka, namun Laila tahu, perjalanan ini masih panjang. Ada satu langkah lagi yang ingin ia tunjukkan pada Raka, sebuah langkah kecil yang mungkin dapat membuka hatinya lebih lebar, memberi pemahaman bahwa cinta dan kebahagiaan bisa hadir tanpa syarat.“Kemana kita?” tanya Raka sambil tersenyum, sedikit bingung namun ikut menikmati langkah ringan Laila di sampingnya.“Aku ingin memperkenalkanmu pada seorang teman,” jawab Laila sambil tersenyum lembut. “Dia sudah lama ingin bertemu denganmu.”Raka tidak banyak bertanya, ia tahu, bersama Laila selalu ada kejutan-kejutan manis yang penuh makna. Mereka berjalan melewati taman yang asri, hingga akhirnya tiba di sebuah café kecil yang tampak nyaman dan tenang. Di sudut café, terlihat

    Last Updated : 2025-01-02
  • Cinta di Kursi Roda   Bab 54: Cinta yang Kuat Menembus Batas

    Pagi itu, cahaya matahari perlahan-lahan merayap masuk melalui celah-celah jendela kamar Laila. Ia berdiri di depan cermin, menatap bayangannya sendiri dengan tatapan penuh tekad. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa perjalanan cintanya dengan Raka bukanlah jalan yang mudah. Bukan hanya mereka berdua yang harus berjuang dengan masa lalu dan rasa takut, tetapi kini juga harus berhadapan dengan pandangan keluarga, yang tak memahami kedalaman cinta yang mereka miliki.Di ruang tamu, keluarganya telah berkumpul, menunggu kehadiran Laila dengan raut wajah serius yang sudah terasa begitu asing. Orang tuanya, terutama ibunya, menatapnya dengan pandangan yang penuh harap, namun ada juga kerisauan yang jelas terlihat di sana. Ayahnya yang biasanya pendiam, pagi itu nampak lebih tegas dan serius, seolah-olah percakapan ini adalah sesuatu yang tidak bisa lagi dihindari.Laila mengambil napas dalam-dalam, mencoba menguatkan dirinya. Dengan langkah pelan namun pasti, ia berjalan menuju ruang tamu, meny

    Last Updated : 2025-01-03
  • Cinta di Kursi Roda   Bab 55: Keputusan di Ujung Perpisahan

    Dalam diam yang menyelimuti pagi itu, Raka memandangi pantulan dirinya di cermin. Tatapan matanya yang dalam menyiratkan pergulatan batin yang berkecamuk, seolah ada badai yang mengoyak setiap sudut hatinya. Mimpi semalam terus bergema di pikirannya, bayangan masa depan Laila yang tak berisi dirinya, hidup bebas tanpa beban yang ia bawa. Kenangan mereka begitu jelas, begitu dekat, namun juga terasa bagai jarak yang tak terjangkau.Setiap kata dan senyum Laila masih terukir jelas dalam ingatannya, memberikan kehangatan di setiap helaan napasnya. Namun, cinta itu kini seperti api yang membakar dari dalam, menyadarkan Raka pada satu kenyataan pahit—bahwa mungkin, ia adalah beban yang tak ingin diakui oleh Laila. Cinta yang selama ini menjadi sumber kekuatannya kini berubah menjadi keraguan. Dan semakin lama, perasaan itu berkembang menjadi tekad.Dengan napas berat, ia memutuskan untuk mundur, untuk memberi ruang bagi Laila agar bisa menemukan kebahagiaan tanpa harus mengorbankan apa pun

    Last Updated : 2025-01-04
  • Cinta di Kursi Roda   Bab 56: Janji di Bawah Langit yang Sama

    Laila berdiri di depan rumah Raka dengan hati yang mantap. Hembusan angin sore yang lembut membawa aroma dedaunan basah dan kicauan burung yang pulang ke sarang, menambah ketenangan dalam hatinya. Ia menarik napas panjang, menenangkan dirinya sebelum mengetuk pintu, membawa serta keberanian dan ketulusan yang telah ia jaga untuk pria yang begitu berarti baginya.Raka membuka pintu, dan ketika melihat Laila, senyumnya muncul meski matanya menyiratkan kelelahan yang dalam. Mereka duduk di ruang tamu yang sederhana, dan suasana terasa akrab, meski ada kebisuan yang seakan menyimpan ribuan kata di dalamnya.Setelah beberapa saat hening, Laila memulai percakapan dengan suara lembut. "Raka, aku tahu kamu masih merasa bimbang, merasa belum bisa menerima semuanya. Tapi aku datang ke sini bukan untuk meyakinkanmu bahwa cinta kita sempurna atau tanpa cela. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa cinta ini adalah pilihan yang aku ambil dengan penuh kesadaran."Raka terdiam, menatap Laila dengan hati yan

    Last Updated : 2025-01-05
  • Cinta di Kursi Roda   Bab 57: Jejak Kenangan yang Abadi

    Di bawah langit yang berwarna lembayung, Laila dan Raka duduk berdampingan di sebuah bangku taman yang menjadi saksi perjalanan hidup mereka. Angin sore berhembus lembut, membawa aroma nostalgia yang menggetarkan hati mereka. Di sanalah mereka, dua sosok yang pernah muda, kini duduk bersama, mengenang segala yang pernah terjadi di antara mereka.“Raka,” Laila memulai dengan suara lembut, matanya menatap jauh seakan menembus batas waktu. “Aku ingat pertama kali aku melihatmu, waktu itu kita masih sama-sama bersekolah. Kamu yang selalu bersemangat, selalu tersenyum dan punya impian besar. Kamu tahu? Aku diam-diam kagum padamu sejak saat itu.”Raka tersenyum tipis mendengar pengakuan Laila, matanya menyiratkan rasa bahagia sekaligus haru. “Kamu benar-benar mengingat semua itu, Laila? Aku pikir masa-masa itu hanyalah kenangan yang tak penting lagi.”Laila menoleh padanya, menatap wajah yang kini telah dipenuhi dengan ketenangan, keteguhan, meskipun terpahat beberapa garis keraguan. “Bagik

    Last Updated : 2025-01-06
  • Cinta di Kursi Roda   Bab 58: Dibawah Tekanan dan Dukungan

    Proyek perusahaan itu bukan sekadar tantangan, melainkan sebuah ujian bagi Raka. Tekanan datang dari berbagai sisi, menuntut kesempurnaan, kecepatan, dan ketepatan dalam segala hal. Setiap hari, ia harus menghadapi rekan-rekan kerja yang, meski tak secara terang-terangan, mempertanyakan kemampuannya. Bagi Raka, keadaan ini seperti dua sisi mata uang: di satu sisi, ia ingin membuktikan diri, tapi di sisi lain, rasa cemas dan keraguan terus menghantui.Namun, di balik segala tekanan yang menumpuk, ada satu cahaya yang selalu hadir di sampingnya, siap memberikan dukungan tanpa henti. Laila, sebagai rekan kerja sekaligus kekasihnya, selalu berada di sana. Ia tahu bahwa Raka membutuhkan lebih dari sekadar dukungan profesional; ia butuh kehadiran yang mampu menguatkan hati dan jiwanya di tengah badai.Suatu pagi, Raka duduk di ruang kerjanya, menatap layar komputer dengan tatapan penuh kebimbangan. Angka-angka dan grafik yang terpampang di hadapannya seolah berubah menjadi sekumpulan pertan

    Last Updated : 2025-01-07
  • Cinta di Kursi Roda   Bab 59: Cahaya di Ujung Jalan

    Pagi itu, aroma embun pagi masih terasa segar di udara ketika Raka memasuki ruang terapi. Hatinya bergolak antara keteguhan dan keraguan. Terapi fisik ini adalah babak baru yang tak pernah ia bayangkan akan menjadi bagian dari hidupnya. Ia tahu, jalan ini akan sulit, penuh dengan rasa sakit dan batas-batas yang mungkin tak akan pernah terlewati. Namun, di tengah segala keraguan itu, ada sosok yang selalu berada di sisinya, Laila.Raka berdiri di ambang pintu, menghela napas panjang sejenak sebelum melangkah masuk. Sejak kejadian yang mengubah hidupnya, ia telah memikirkan berkali-kali apakah ia harus menyerah pada mimpi-mimpinya atau terus bertahan, meski keterbatasan ini menjadi bayangan yang terus menghantuinya. Namun kehadiran Laila menjadi pelita yang menuntunnya, membuatnya sadar bahwa hidup ini masih memiliki makna, bahwa cinta sejati adalah alasan untuk bertahan.Ketika ia mulai melangkah masuk, tangan Laila dengan lembut menggenggam tangannya. Tatapan penuh kasih dan semangat

    Last Updated : 2025-01-08
  • Cinta di Kursi Roda   Bab 60: Puncak Perjuangan

    Raka menatap layar laptop di hadapannya, angka dan grafik yang rumit akhirnya membentuk satu pola yang sempurna. Selesai sudah proyek yang telah ia kerjakan selama berbulan-bulan. Proyek besar yang tak hanya menguras fisik, tetapi juga menggugah sisi emosi dan mentalnya. Dengan satu tarikan napas yang dalam, ia memejamkan mata, membiarkan rasa lega dan syukur membanjiri seluruh jiwa dan raga.Di balik semua itu, ada Laila, pendukung setianya yang selalu hadir di setiap langkah. Dalam setiap momen ragu, ketika tubuhnya terasa lelah dan pikirannya hampir menyerah, Laila menjadi sumber kekuatan yang tak tergantikan. Ia adalah sosok yang dengan tulus mempercayai kemampuan Raka, bahkan di saat Raka sendiri hampir hilang kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kehadiran Laila, mungkin keberhasilan ini hanya akan menjadi angan kosong, sebuah impian yang terlalu jauh untuk diraih.Raka pun menatap Laila yang berada di ruangan yang sama, berdiri dengan senyum bangga yang penuh ketulusan. Matan

    Last Updated : 2025-01-09

Latest chapter

  • Cinta di Kursi Roda   Bab 107: Hal Bahagia yang Telah Dijanjikan—END

    Pagi itu, matahari terbit dengan keindahan yang seakan dirancang khusus untuk mereka, memberikan pancaran lembut ke seluruh penjuru. Di dalam ruangan yang dipenuhi dengan wangi bunga melati dan mawar, suasana terasa sakral, seolah alam semesta turut memberi restu atas persatuan dua jiwa yang telah melalui perjalanan panjang penuh suka dan duka. Hari ini adalah hari yang telah lama mereka nantikan, hari yang ditetapkan oleh cinta dan keteguhan mereka.Laila berdiri di depan cermin, mengenakan gaun putih sederhana namun anggun yang menjuntai hingga ke lantai. Ia memandang dirinya, melihat pantulan wajah yang penuh dengan kebahagiaan dan keteguhan hati. Ada kilatan air mata di sudut matanya, tetapi ia berusaha menahannya, takut merusak riasan yang telah dipersiapkan dengan cermat. Namun, ini bukanlah air mata sedih, melainkan air mata syukur, air mata dari perasaan yang begitu penuh dan meluap-luap di hatinya.Saat pintu diketuk, Laila berbalik, mendapati ayahnya berdiri di sana dengan s

  • Cinta di Kursi Roda   Bab 106: Refleksi Sebelum Janji Suci

    Malam itu, gemerlap bintang tampak lebih terang, seakan alam semesta turut merayakan keheningan yang menyelimuti hati Laila dan Raka. Mereka duduk terpisah, Laila bersama keluarganya dan sahabat-sahabatnya, sementara Raka menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekatnya. Meski berjarak, hati mereka seakan saling terhubung, seiring pikiran yang merenung tentang perjalanan yang telah mereka tempuh hingga sampai di malam ini.Di kamar yang dihiasi oleh kilau cahaya lilin lembut, Laila duduk bersandar di ranjang sambil menatap gaun pernikahan yang tergantung di sudut ruangan. Gaun putih yang anggun itu seperti simbol murni dari segala harapan yang ia miliki, tentang cinta, tentang kebersamaan, dan tentang kehidupan baru yang akan dimulai besok. Jemarinya menyusuri kain lembut itu, seolah ingin meresapi setiap benang yang tersulam di sana—benang-benang harapan yang telah ia bangun bersama Raka.Sahabat-sahabat Laila duduk di sekitarnya, wajah mereka memancarkan kebahagiaan yang tulus. Mer

  • Cinta di Kursi Roda   Bab 105: Bayang-Bayang Masa Lalu

    Pagi itu, udara terasa sejuk, sinar matahari menyelinap di antara dedaunan, memancarkan cahaya lembut yang menenangkan hati. Laila, yang duduk di teras rumahnya, merasakan kebahagiaan mengalir dalam dadanya. Hari-hari menuju pernikahan begitu dekat, dan setiap saat terasa seperti mimpi yang indah. Namun, di tengah kedamaian pagi itu, ponselnya bergetar, menandakan ada pesan masuk. Ketika membuka pesan itu, senyum di wajah Laila perlahan memudar. Pesan dari nomor yang tidak dikenalnya, sebuah pesan singkat namun mengganggu: “Aku tahu masa lalu Raka. Jika kamu ingin tahu kebenarannya, hubungi aku. Jika tidak, kebahagiaanmu mungkin hanya sementara.” Pesan itu membuatnya terdiam. Ada keanehan dalam kata-katanya, seperti sebuah ancaman tersembunyi, namun juga seperti tawaran untuk membuka tabir yang mungkin selama ini tertutup. Laila menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri, tetapi perasaannya terlanjur bergejolak. Di hatinya, ia percaya pada Raka. Namun, bisikan ketakutan muncul,

  • Cinta di Kursi Roda   Bab 104: Janji di Tengah Ketidakpastian

    Malam mulai menyelimuti kota dengan kedamaiannya, seolah ikut memahami perjuangan hati sepasang kekasih yang duduk di taman kecil, jauh dari hiruk-pikuk dunia. Di sana, di bawah rembulan yang memancarkan sinarnya yang lembut, Raka dan Laila saling menatap dengan mata yang penuh tekad. Keputusan yang akan mereka ambil bukanlah hal mudah, namun mereka tahu bahwa cinta mereka mampu menjadi pelita di tengah ketidakpastian.Laila menghela napas dalam, mencoba mengendapkan perasaan yang bergemuruh di dalam hatinya. Meski kecemasan masih terselip, ia merasa keyakinan yang mendalam bahwa cintanya pada Raka tidak goyah. Ia tahu bahwa hidup tak selalu berjalan seperti yang mereka rencanakan, tetapi dalam hatinya, ia percaya bahwa cinta mereka memiliki kekuatan untuk mengatasi segala rintangan."Raka," ucap Laila dengan suara lembut, memecah kesunyian di antara mereka. "Aku tahu kondisimu mungkin belum stabil, tapi… apakah kamu yakin kita tidak akan menunda pernikahan ini?"Raka tersenyum tipis,

  • Cinta di Kursi Roda   Bab 103: Di Ujung Ketabahan

    Hari itu kembali dipenuhi dengan keheningan yang sarat beban. Raka dan Laila duduk di ruang konsultasi dokter, dan meski kehangatan sinar matahari pagi menembus jendela, suasana di dalam ruangan terasa dingin, sunyi, seperti terkurung di antara dinding ketidakpastian. Laila duduk di samping Raka, menggenggam tangannya erat seolah-olah mengalirkan kekuatan yang tak terlihat. Raka hanya bisa diam, menatap lurus ke depan, mencoba menahan perasaan cemas yang perlahan merambat ke dalam hatinya.Dokter memandang mereka dengan tatapan lembut namun tegas, seolah memahami beratnya kabar yang hendak ia sampaikan. Dengan suara rendah, ia mulai menjelaskan, “Pak Raka, dari hasil pemeriksaan terakhir, kami menemukan bahwa kondisi jaringan di sekitar luka lama Anda memburuk. Hal ini memerlukan perawatan khusus dan waktu pemulihan yang mungkin tidak singkat. Kami perlu memastikan bahwa peradangan tidak menyebar lebih luas, karena itu dapat berdampak serius pada kesehatan Anda.”Kata-kata dokter tera

  • Cinta di Kursi Roda   Bab 102: Luka yang Kembali Terasa

    Di tengah hiruk-pikuk persiapan yang semakin menuntut perhatian, ada sesuatu yang diam-diam menggulung dalam benak Raka. Ia mencoba menepis perasaan itu, menguburnya di antara lembaran undangan yang belum terkirim, daftar tamu yang terus bertambah, dan keputusan warna dekorasi yang belum selesai. Namun, seiring waktu, rasa sakit itu justru semakin kuat, mengusik ketenangan yang susah payah ia bangun bersama Laila.Raka memegang sisi tubuhnya, tepat di tempat luka lamanya berada. Rasa nyeri itu datang bagai kenangan yang menggores kembali, sebuah ingatan yang tak ia ingin ingat. Luka itu sudah ia lupakan sejak lama—setidaknya, itulah yang ia yakini. Tapi kini, tubuhnya seakan mengingatkan kembali, sebuah peringatan bahwa ia pernah mengalami rasa sakit yang lebih dari sekadar fisik. Ada luka batin yang sepertinya ikut berdenyut bersama rasa nyeri itu.Dengan napas yang berat, Raka meraba daerah yang terasa sakit, mendapati dirinya diliputi kecemasan. Bukan hanya rasa sakit itu yang meri

  • Cinta di Kursi Roda   Bab 101: Di Balik Senyum Laila

    Pagi itu, Laila berangkat ke kantor dengan senyuman yang terpancar dari wajahnya, menyembunyikan kelelahan yang perlahan menggerogoti hatinya. Ia mencoba menata pikirannya agar tetap tenang. Proyek besar yang tengah ia tangani tiba-tiba menghadapi masalah serius. Kritik dari klien datang bertubi-tubi, seakan membebani langkah Laila yang biasanya mantap dan percaya diri. Sebagai seorang pemimpin tim, ia tahu harus kuat dan tetap tegar, tetapi hari-hari penuh tekanan ini mulai membuatnya merasa terjebak dalam pusaran yang tak berujung.Saat tiba di kantor, suasana ruangan terasa tegang. Rekan-rekan kerjanya menatap layar komputer dengan wajah penuh kecemasan, dan beberapa dari mereka saling berbisik dengan nada kekhawatiran. Laila tahu, proyek ini bukan hanya tentang reputasinya, tetapi juga menyangkut seluruh tim yang telah bekerja keras bersamanya selama berbulan-bulan. Pikirannya mulai mengabur oleh rasa bersalah yang perlahan-lahan menghantui. Ia merasa telah mengecewakan semua oran

  • Cinta di Kursi Roda   Bab 100: Bayang-bayang Masa Lalu

    Di pagi yang tenang, Laila dan Raka duduk berdampingan di ruang tamu, di hadapan mereka terdapat tumpukan undangan pernikahan yang siap dikirimkan kepada para kerabat dan sahabat. Keheningan melingkupi ruangan, hanya suara lembut gesekan kertas dan detik jarum jam yang terdengar. Mereka sedang berada di fase akhir dari persiapan pernikahan, dan untuk sesaat, suasana ini memberikan kehangatan yang mengikat hati mereka dalam harapan akan kebahagiaan yang segera tiba.Laila, dengan senyum lembut di wajahnya, membolak-balik daftar nama yang sudah mereka siapkan. Setiap nama terasa membawa kenangan, setiap nama memiliki kisahnya sendiri yang pernah mewarnai hidup mereka. Namun, di balik senyum hangat itu, Raka terlihat agak gelisah. Tangannya menggenggam erat pena di jemarinya, sementara matanya sesekali melirik daftar nama yang terbentang di hadapannya.“Kamu baik-baik saja, Raka?” Laila bertanya lembut, menyadari perubahan kecil di ekspresi wajah tunangannya.Raka terdiam sejenak, seolah

  • Cinta di Kursi Roda   Bab 99: Di Bawah Bayang-bayang Tekanan

    Pagi itu, Raka duduk di meja kerjanya dengan kepala tertunduk, matanya tertuju pada layar komputer yang dipenuhi angka-angka dan laporan yang terus berdatangan. Senyum lembut yang biasa terlihat di wajahnya kini menghilang, tergantikan oleh ekspresi tegang dan cemas. Sejak pagi, ia merasa terperangkap dalam pusaran masalah yang tak ada habisnya. Setiap pesan yang masuk, setiap rapat yang harus dihadiri, dan setiap keputusan yang dituntut untuk segera diambil seperti menambah beban yang menekan pundaknya.Di sela-sela kesibukannya, pikirannya melayang ke momen-momen bersama Laila di taman kecil itu. Ia ingat senyumnya, tenangnya udara sore yang menyelimuti mereka, dan janji mereka untuk menghadapi segala sesuatu bersama. Tetapi kini, janji itu terasa goyah ketika beban di tempat kerja ini mengancam mengguncang ketenangan yang baru saja mereka temukan. Raka menarik napas dalam, mencoba menenangkan gejolak dalam dadanya.Namun, beban tanggung jawab ini bukan sesuatu yang bisa ia abaikan.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status