Azfer POV
Istanbul seperti biasa. Pagi yang sangat macet, taxi yang ku tumpangi meninggalkan airport. Aku langsung menuju pengadilan tempatku berdinas. Aku tidak mau buang huang waktu. Aku harus menyelamatkan Xavi dan secepatnya menemukan bukti untuk menyeret Canzu ke pengadilan, wanita itu perlu memberikan penjelasanya untukku dan semua orang. Dia bermuka seperti wanita kelas atas tapi kenyataannya budi pekertinya tidak begitu.
Kakiku setengah berlari menuju ruangan Ismet. Pas dia sedang akan keluar
"Ismet!!" Teriakku lantang, beberapa orang melihatku, begitupun Ismet.
"Hai abi, cepat sekali kembali?" Katanya berbalik dan memelukku sekilas.
"Aku ada berita penting
Love ya
Author pov Flash back Gedung Universitas Istanbul terlihat menjulang tinggi dari kejauhan, kampus ini adalah salah satu Universitas terbaik di turki, ini sudah seminggu dari kembalinya Azfer ke Istanbul, tapi Liana tidak muncul di kepolisian, Azfer juga sudah berkali kali mengirim pesan ke dia, tapi tidak ada satupun jawaban dari gadis manis itu, jadi dia putuskan untuk kesini saja, ke depan kampus, dia sudah memperoleh beberapa nomer mahasiswa fakultas hukum disini, bukan hal sulit kan bagi Azfer. "Halo, ini Elif bukan?, mahasiswa fakultas hukum?" Azfer menelephone Elif setelah dia mendapatkan kontaknya dari Ismet, dia bahkan berani mengesampingkan malunya hanya untuk menemui Liana. "Ini siapa, anda siapa?" Tanya Elif langsung histeris, nomer telephone A
Author POV Tinggg bunyi nyaring notifikasi ponsel nya membuat wanita cantik yang sedang menyesap tehnya itu berpaling, ia meletakkan gelasnya dimejanya dan segera membuka notifikasi ponselnya cepat. Gambar Azfer dan Liana ada disana, mereka begitu mesra, dan vidio terkahir adalah Azfer mencium Liana dalam mobil. lalu Liana mendorong Azfer, dan terakahir Liana pergi dari mobil Azfer. Amarahnya seketika memuncak, darahnya mendidih deras. Matanya seraya akan tanggal dari persendianya, jantungnya berpacu kecang sedangkan otaknya berdenyut panas sekarang. Dia langsung berdiri, dengan cepat handphone ditanganya melayang dengan cepat dan kemudian yang terjadi. "Ahhhhhhhh!!!" Canzu berteriak histeris melihat kabar te
Author POV Sebenarnya luka yang dialami Azfer tidak separah yang dibayangkan Liana, tapi sayang gadis cantik itu belum sempat melihat. Bahkan sekarang saja Azfer sudah diperbolehkan keluar rumah sakit. Tanganya terluka sebelah kanan karena senjata tajam salah satu orangnya Denis. Mereka terlibat perkelahian sengit yang membuat tangan azfer sampai terluka, tapi untungnya tidak parah, lihatlah komisioner tampan itu sudah kembali masuk ke kantor ia bertugas dan menanyai ismet perihal bukti yang mereka dapatkan tadi malam. "Liana katanya kesini jam 11 abi" "Hah, dimana dia sekarang?" "Mungkin di ruangan hakim Serge" habis ismet berkata begitu, Azfer langsung pergi dari hadapan Ismet, Ismet sendiri kurang paham kenapa Azfer begitu?, mungkin efek jatuh ci
Author POV - Ruang penyekapan Liana- Liana menatap langit-langit ruangan, kamar ini lumayan besar. Bau wangi-wangian semacam apel, menguar memenuhi ruangan. Liana tidak bisa bergerak dalam ikatan yang begitu kuat itu. "Selamat sore pengacara cantik" seorang berpakaian formal dan terlihat cantik itu mendantangi Liana. Liana melihat ke atas. Alangkah terkejutnya dia saat melihat wajah orang yang baru saja datang menyapanya dengan senyuman lebar itu. "Canzu?!" Desis Liana ketika mengenali orang yang sekarang berada didepanya ini. Dia memang telah mendapatkan berita ini dari Azfer tapi sedikit banyak. Dia tidak percaya, bahwa wanita cantik ini adalah dalang dari kasus Emir. "Hai" senyum Canzu pudar, raut dingin tercetak jela
AUTHOR POV Malam yang panjang di Sile, kalau saja waktu bisa berputar kembali ke masa lalu Canzu akan memilih untuk menjadi gadis biasa, dengan kehidupan biasa, tapi nahas yang terjadi adalah hal sebaliknya. Setelah ibunya meninggal dia dipaksa untuk tinggal bersama ayah kandungnya, tanpa dia tau sosok ayahnya dari kecil. Dia di paksa berjalan sendiri dimegahnya rumah Suleiman Kozcouglu, yang bukan lain adalah ayah kandungnya, yang menjadikan dia seperti sekarang. Ini hari ke dua, seorang berpakian preman berjalan tergopoh gopoh pada Canzu. Dia harus melapor atau tidak habislah semua. "Nona Canzu" yang dipanggil menoleh santai. "Semua persiapan sudah selesai, kita harus pindah malam ini" alis Canzu terangkat mendapati perk
Azfer pov Untuk kedua kalinya hatiku menangis pilu. Untuk kedua kalinya pula aku membuat gadis ini terbaring pucat dalam perawatan di rumah sakit. Sudah jangan bayangkan lagi bagaimana diriku kini. Andai saja dia datang setelah kasus ini selesai mungkin lebih baik, tuhan tolong hukum aku segera. Aku melibatkan gadis yang ku cintai tanpa dia tau apapun. Kali ini yang terakhir, benar-benar harus yang terakhir. Aku harus memastikan semua ini sudah berakhir, apakah berakhir? kenyataanya Canzu belum ditemukan sampai sekarang ini. sudah dua hari setelah penemuan Liana di pulau pribadi Canzu. Tapi tidak ada tanda tanda Canzu ditemukan, media koran dan sebagainya sudah memberitakanya sampai pelosok negeri, tapi masih nihil. “Dimana kau bersembunyi wanita setan!? Tidak kau kau mendapat alasan lain selain mencintaiku, bagiku cintamu padaku itu hanya sebuah
Author pov Ardan berjalan cepat ke ruangan sidang "Tuan Ardan?" Seseorang menghentikan langkah Ardan sebelum membuka handle pintu ruang sidang "Iya" Ardan menoleh "Perkenalkan saya Ismet teman detektif Azfer, detektif Azfer menyuruh saya untuk memberikan dokumen ini kepada anda" kata Ismet menyerahkan file biru pada Ardan, Ardan lalu membuka map file tersebut, dia tersenyum sekilas. "Ini tugasnya nona Liana, bagaimana bisa di komisioner Azfer?" Tanya Ardan yang ditanya tak bisa menjawab dia tersenyum sekilas pada Ardan, Ismet bingung mengatakannya. "Bukankah nona Liana sedang dirawat?" "Iya tuan" kata Ismet mem
Tolga memberikan kode pada Ismet lewat pesan, mata Ismet membulat, dengan cepat ia langsung keluar ruangan, ia langsung ke Arda untuk berdiskusi "Günaydın" katanya masuk ruangan, Arda dan Azfer sudah memandangnya dengan sorot tajam "Abi, emir diculik" Mata keduanya membulat, Azfer langsung berdiri mengusap mukanya "Aku sudah menduga akan begini" kata Azfer Ismet lalu duduk dibangku depan arda yang memang kosong "Abi, wanita itu bisa melakukan apapun" Arda menyahut santai "Maaf abi, setelah penculikan Liana, aku menjadi banyak curiga pada wanita itu" Azf
Author POV Azfer telah bersiap untuk pulang hari ini, dia tersenyum lembut ke Istrinya-Liana, wanita yang sedang membereskan semua barang itu terlihat sangat sibuk, beberapa kali dia mondar mandir untuk mengecek barang-barangnya. "sayang..." Azfer memangil dengan suara yang lembut sekali. Liana menoleh dalam mode pelan, matanya mengerjap beberapa kali ketika bertemu dengan manik mata suaminya. "ada apa sayang?" tanyanya, dia sedang serius dan berkonsentrasi penuh. Azfer tersenyum sekilas lalu mengeleng pelan. "kamu jangan terlalu capek" ucapnya, Liana kemudian tersenyum dan menghampiri suaminya itu. Liana tentu saja tidak memperbolehkan Azfer untuk ikut serta membereskan semua barang-barang, kesehatanya belum sepenuhnya pulih. "aku kayak De-javu ya, kayak adengannya kebalik gitu" Liana lalu tertawa berderai, Azfer ikut tersenyum lebar mendapati tawa istrinya yang renyah itu. "dulu kamu yang kayak gini di Ista
Liana POVaku tidak pernah menyangka akan melibatkan diriku pada urusan yang sangat pelik ini, ku pikir semuanya akan terkendali. nyatanya tidak satupun yang dapat ku kendalikan.Suamiku terbujur dengan peralatan medis di sekujur tubuhnya, bahkan tadi aku bergetar hebat ketika menelephone ibuku dan mama Dilara, entahlah apa yang akan mereka katakan padaku nanti, Mama bahkan menangis hebat dan langsung memesan penerbangan ke Indonesia malam ini juga, tapi jarak istanbul-Indonesia yang mencapai hampir delapan jam perjalanan udara.dokter sudah memeriksa Azfer tadi dan melakukan tindakan operasi cepat, kalau Azfer dapat melewati masa kritisnya dalam waktu kurang dari 24 jam kemungkinan dia akan sembuh lebih besar, tapi lain lagi jika ia tidak dapat melewati masa kritis, mungkin aku harus bersiap dengan kemungkinan terparah.aku menekan-nekan ponselku sebentar aku menghubungi Ismet, mukanya langsung muncul dalam layar ponselku ketika panggilanku dijawab
Author Pov Mobil metalik hitam jenis sedan keluaran terbaru itu, memasuki area istana gubernur Jawa barat, lebih tepatnya di kota kembang Bandung. Seorang dengan pakaian formal berwarna merah berkelas menuruni mobil tersebut, lalu mobil dibelakangnya juga mengikuti, seorang berwajah sangat rupawan di ikuti seorang pria paruh baya keluar dari mobilnya. "Ibu Liana" panggil Sancar "Iya pak" wanita itu menjawab dengan santai, siapa lagi kalau bukan Liana. "Bagaimana persiapan untuk presentasinya?" "Sudah saya siapkan pak" katanya mantap, kedua laki-laki itu saling pandang dan mangut-mangut sekilas, kemudian mereka berjalan memasuki gedung besar itu di ikuti Liana dibelakang mereka. -- Pertemuan itu berjalan dengan sangat baik, bahkan tidak ada kendala yang berarti bagi pihak AHA, sumber daya manusia indonesia yang mengelola pertanian sangat besar apalagi dijawa barat, gubernur sangat senang atas inve
Author POV Lampu merah itu terjadi sangat lama dipertengahan jalan, kini mobil sudah sampai pada jalan palgura mobil mengerem mendadak, membuat Xavi hampir tersungkur kedepan. "Akhh.... " ucapan Xavi terputus setelah beberapa orang berkaos hitam mengendor pintu mereka. Ada empat orang sekarang yang mengerumuni mobil mereka. "Buka pintunya!!!" teriaknya lantang, sebuah pistol sudah ditodongkan tepat disamping kaca, memaksa ujang langsung tiarap. "Buka sebelum semua orang berkerumun Nona!!!" Teriak yang disamping Xavi, dengan cepat Ujang membuka kunci pintu mobil, dan dengan cepat orang-orang itu membuka mobil dan memaksa Xavi keluar. "Ikut kami baik baik nona" kata mereka dengan halus Xavi yang tidak mengerti bahasa
Author POV Dipulau Bali, Xavi terlihat berjalan santai didekat pantai Kuta, ia sering menikmati matahari dipantai cantik itu, tidak sulit untuk menginjakkan kaki setiap hari dipantai itu, karena jarak rumah yang dibangun Liana dikuta tidak jauh dari pusat gemerlap pantai kuta. Langkah kakinya berjalan telanjang menyusuri pantai yang penuh dengan turis dari berbagai negara itu, dia senang karena tidak perlu bersapa atau ramah pada orang-orang itu karena toh orang-orang itu juga tidak mengenalnya, dia juga tidak ingin mengenalkan dirinya ke semua orang, anggap saja, dia ingin melarikan diri dari kenyataaan bahwa orang yang telah mengisi hatinya bukan orang yang pantas untuk dia temani. Lalu Xavi duduk pada pasir putih, setelah matahari terbit dari arah barat dia beranjak dari tempat duduknya, dia berniat ingin kembali ke rumah, mungki n asisten rumahnya yang di
Author POV Welcome Soekarno-Hatta Akhirnya Arslan, Azfer dan Liana tiba dibandara Soekarno-Hatta, ibu Liana-Sumarni terlihat menunggu di penjemputan bandara bersama Sari, wajah mereka terlihat berbinar binar, Liana dan Azfer menggeret koper mereka, sedangkan Assisten mereka dan Arslan sedang berjalan kedepan. "Itu mereka Sari" kata Sumarni pada Sari, mata Sari langsung memandang ke arah kedatangan dan benar saja Azfer dan Liana terlihat tersenyum manis dari kejauhan, dengan cepat Sumarni menghampiri ke empatnya. "Sayang" Liana langsung memeluk ibunya begitu dekat, Azfer memeluk sari sekilas, merek bergantian berpelukan. "Ibu kangen nak" katanya disertai lelehan air mata dari sudut matanya.
Liana POV Deru mobil Azfer terdengar memasuki lobi, kantor ini tidak besar dan pegawaiku juga tidak banyak, jadi ada tamu yang masuk hanya mampir saja kami akan langsung tau, Azfer seperti biasa dengan ramahnya dia menyapa pegawai lalu gagang pintu terbuka lebar "Tünaydın sweety" "Tünaydın sweet heart" aku langsung memeluknya, senyumanya merekah dan indah "Bagaimana tadi pertemuanya" "Duduklah dulu, teh kopi?" Tawarku "Kopi saja" lalu duduk disofa tamu Aku beranjak ke mesin coffe untuk membuatkaanya moccacino, setelah selesai aku segera menghampirinya dan meletakkan moccacino nya d
Liana PoV Bagaimana dia bisa mengenalku? Tanyaku pada diri sendiri, aku mencoba tersenyum untuk orang satu ini. "Iya saya, ada yang bisa saya bantu Sancar bey?" Tanyaku pada orang yang baru saja memangil namaku. "Anda lawyer AHA?" Dia tersenyum ramah padaku, jelas dia bukan orang yang bisa ramah kepada siapapun, cenderung wajah yang dingin, tapi kenapa dia bisa sangat ramah dan tau namaku?. "Iya benar pak" kataku, Oemar didisampingku hanya diam memperhatikam kami, sekilas dia melirikku dari sudut matanya, Sancar mendekat. "Saya permisi dulu ibu Liana" kata Oemar dia memang agak gelisah sejak Sancar memangilku baru saja. "Oh, iya pak Oemar terima kasih, nanti s
Liana POV "Selamat siang... " aku berdiri didepan seorang resepsionist. "Selamat siang ibu Liana, rapatnya sudah dimulai, ada di lantai Lima" sebegitu seringnya aku kesini sampai-sampai resepsionist itu mengenal wajahku. "Terima kasih" jawabku tersenyum "Ibu Liana..." seseorang memanggilku dari belakang, aku menoleh rasanya tidak asing dengan suara itu, seorang laki laki tampan bertubuh tegap tersenyum padaku. "Oemar" kataku lalu mengulurkan tangan, dia tersenyum manis. "Bagaimana kabarmu?" lanjutku "Baik baik" jawabnya tersenyum lalu pintu lift membuka, kami langsung masuk