Azfer pov
Dugaanku salah ternyata selama ini, ku kira setelah Canzu meninggal bisnis ilegal itu akan hancur, ternyata tidak, aku baru saja menerima laporan bahwa bisnis itu tetap berjalan seperti biasa lancar-lancar saja, siapa mafia dibalik bisnis ilegal itu selain Canzu Kocozulgu, aku lalu tiba-tiba teringat, tembakan yang pas mengenai kepala Canzu, membuat gadis cantik itu langsung limbung dan melepaskan nyawa saat itu juga, tembakan itu seperti tembakan sniper jarak jauh, karena target yang tak meleset dan pas pada titik vital kepala, tembakannya pun konsisten.
"Ini abi semua foto foto dan hasil forensik Canzu" Ismet meletakkan dokumen dimejaku didepanku saat ini.
"Kenapa abi" Ismet bertanya tentu dia tahu, aku dalam banyak pikiran akhir akhir ini.
love
Author POV Flash back Cerita Ipek Wanita cantik berdarah Turki Rusia itu baru saja selesai dari kamar mandi. Rambutnya masih basah, ia mengambil peralatan pengering rambut yang biasa ia letakkan dimeja rias, lalu dia menancapkan colokanya pada tempatnya lalu mesin berbunyi nyaring mengeluarkan hawa panas. Dia mengoyang goyangkan diatas kepalanya sambil menyisir rambutnya pelan. Dreeetttttt dreeettt dreeettt Bunyi ponsel nya bergetar dimeja nakas, ia meletakkan hairdyernya ke rak rias dan segera ke meja nakas. Mengambil ponselnya ternyata sebuah massange masuk. Azfer : "Ipek, tolong aku, aku baru saja dikeroyok oleh orang tak dikenal disebuah bar di kawasan XXX , cepat
Author POV "Begitulah" kata Xavi mengakhiri cerita panjangnya. Liana menangkap sesuatu inti dari semua cerita Xavi yang panjang itu. "Jadi anda melindungi Azfer sejak lama?" Pertanyaan itu langsung membuat Xavi memandangi tajam Liana didepanya kini. Tatapanya sulit untuk diartikan oleh Liana, begitupun Azfer dia tidak menduga akan mendapatkan inti dari semuanya dari pertanyaan Liana barusan. Yang dipandangi tajam dua orang Turki itu tersenyum, Liana tersenyum. "Nona Xavi mencintai pak Azfer?" Kini pertanyaanya jelas, jelas sekali dan Azfer belum sempat memberitahu Liana kenyataanya, tapi gadis itu dengan cerdasnya menangkap dari cerita panjang Xavi, yang mendapatkan pertanyaan lebih ekstrim itu terlihat mukanya mem
Author POV Malam pesta "Baju ini cocok untukmu An, navy simple, akan bagus" Pelin berkata. Sekarang mereka sedang dirumah Elif, dan Elif sudah siap dengan semuanya tinggal Ana dan Pelin. Ana melihat sekilas baju yang ditawarkan pelin simple sekali, berlengan panjang model korea dan simpel. "Rasanya aku harus make up kamu deh, dandanan kamu enggak banget" kata Pelin, Ana melotot dan sekarang dia harus pasrah di tangan Pelin, permintaan Pelin sulit untuk ditolak. -** Elif, Pelin dan Liana sudah siap, mereka menunggu Mert untuk menjemput mereka. "Lihatkan hasil karyaku bagus sekali" bangga Pelin pada Elif "Hem, harus ku akui karyamu sekarang luar biasa" tambah Elif yang pasrah sudah dikrecoki sahabatnya satu itu. Dari tadi, dia kalah telak karena make up pada wajah Ana, sangat luar biasa natural dan cantik. "Berapa jam kita disana?" Tanya Liana pada akhirnya, dia sudah tidak membayangkan bagaimana dia dis
Author POV - Hari Wisuda - Wajah cantik itu telah berpose dengan senyumanya yang merekah indah, Elif dan Pelin disampingnya lalu dia mengangkat ponselnya dengan antusias. "Halo ibu!!!" Liana berteriak bahagia. //Hai sayang,, ibu turut bahagia melihat anak ibu yang cantik ini wisuda// Liana mengangis bahagia, dia duduk dikursi yang telah ditinggalkan orangnya entah kemana. "Ibu, ibu harus foto sekarang, nanti Liana edit biar kita satu frame ya ibu" //Tentu nak// jawab wanita paruh baya itu menangis juga. "Ana kangen ibu" //Ce
Azfer pov Aku sudah menebak jika akan bertemu Ipek di kampus Liana. Aku pernah bertemu denganya di acara Liana pesta. Aku begitu terkejut menemuinya disana, sejauh ini tidak ada tanda-tanda dia muncul kembali, tapi saat itu aku tidak mau mengabaikan Ana. "Apa kabar fer?" Tanya Ipek setelah berhenti disebuah sudut taman ini, ia memandangku tajam kini. Tentu dengan banyak pertanyaan. "Baik, sangat baik" jawabku, mungkin dia sudah tau arti dari jawabanku. Tapi aku tidak lagi bisa menyalahkanya atas patahnya hatiku. Setelah aku mendengarkanya dari Xavi, bagaimanapun Canzu berperan menyingkirkan Ipek. "Hem, kita tidak sempat menyapa dipesta kemarin?" Basa-basinya. Aku mulai tidak suka dengan sesuatu yang berbelit-belit.
Author POV Liana sudah sempurna, dia hanya akan membawa Azfer makan ke restoran indonesia, Liana kenal orang yang punya restaurant, dia sering ke KBRI Istanbul. Liana Duduk santai sambil mengutak atik ponselnya. Dia lirik jam tanganku sudah pukul 09.00 pm,Liana segera mengambil ponselnya, dia mengirim massage pada Azfer, dia ketik tapi dia sedikit berhenti, lalu dia menghempaskan pantatnya disofa, Liana tidak ingin terjadi sesuatu sampai membuat Azfer tidak konsen nyetir tiga puluh menit kemudian, akhirnya dia berpikiran untuk kesana dulu, lalu dia keluar untuk memesan taxi, taxi kuning melaju cepat ke arah utara. Liana melangkahkah kakinya ke pintu restaurant itu, dia memandang berkeliling restoran tersebut, hari cukup ramai sepertinya sehingga semua tempat hampir penuh. "Haiiii Lian!!!" Teriak seseo
Author POV "Hai?" Sapa Ipek didepan Azfer. Mereka sudah disebuah cafe di pinggiran selat Bosporus, mata Azfer mengerjap beberapa kali, dalam gengaman wanita cantik asli Turki ini adalah seorang pria kecil berusia sekitar dua tahun. Azfer kemudian tersenyum pada Ipek dan ia melirik pada laki-laki kecil yang Azfer tebak adalah anak ipek. "Hai ganteng?" Sapa Azfer ramah dengan senyuman lebarnya. Ipek tersenyum sekilas mendapati respone Azfer terhadap Arion. Anak hasil dari pernikahan Ipek dengan pengusaha asal Yunani. "Ayo beri salam untuk paman" kata Ipek sedikit berjongkok disamping Arion. "Senang bertemu denganmu paman" katanya dengan terbata, anak itu kemudian mencium kedua pipi Azfer, Azfer sendiri s
Ana pov Sudah berapa lama aku tidak melihat banyak tanaman hijau dan sawah membentang luas? rasanya sudah lama sekali. Padahal aku meninggalkan bogor dua setengah tahun yang lalu, padi-padi menghijau dikejauhan sana, lalu banyak burung yang terbang dilangit. Aku rindu tanah airku. Aku rindu dengan rumah, terutama ibu, akh iya, aku membelikanya oleh oleh foto Egin, hadeh ibuku satu itu, memang luar biasa. Aku membelikanya kaset film Turki, biar ibu bisa menonton puas-puas wajah Egin. Aku mengeleng mengingat perkataan ibu, tiba tiba sekilas bayangan, membuatku teringat pada Azfer. bagaimana pemuda itu? apakah cinta ini berakhir sekarang? Aku tak tau. Jujur rasanya memang sangat sulit mengapainya. Keluarganya memang sangat welcome tapi , akh sudahlah, membahas Azfer tidak akan pernah habis. Jika memang dia adalah jodohku, aku yakin bagaimanapun Allah akan memperte
Author POV Azfer telah bersiap untuk pulang hari ini, dia tersenyum lembut ke Istrinya-Liana, wanita yang sedang membereskan semua barang itu terlihat sangat sibuk, beberapa kali dia mondar mandir untuk mengecek barang-barangnya. "sayang..." Azfer memangil dengan suara yang lembut sekali. Liana menoleh dalam mode pelan, matanya mengerjap beberapa kali ketika bertemu dengan manik mata suaminya. "ada apa sayang?" tanyanya, dia sedang serius dan berkonsentrasi penuh. Azfer tersenyum sekilas lalu mengeleng pelan. "kamu jangan terlalu capek" ucapnya, Liana kemudian tersenyum dan menghampiri suaminya itu. Liana tentu saja tidak memperbolehkan Azfer untuk ikut serta membereskan semua barang-barang, kesehatanya belum sepenuhnya pulih. "aku kayak De-javu ya, kayak adengannya kebalik gitu" Liana lalu tertawa berderai, Azfer ikut tersenyum lebar mendapati tawa istrinya yang renyah itu. "dulu kamu yang kayak gini di Ista
Liana POVaku tidak pernah menyangka akan melibatkan diriku pada urusan yang sangat pelik ini, ku pikir semuanya akan terkendali. nyatanya tidak satupun yang dapat ku kendalikan.Suamiku terbujur dengan peralatan medis di sekujur tubuhnya, bahkan tadi aku bergetar hebat ketika menelephone ibuku dan mama Dilara, entahlah apa yang akan mereka katakan padaku nanti, Mama bahkan menangis hebat dan langsung memesan penerbangan ke Indonesia malam ini juga, tapi jarak istanbul-Indonesia yang mencapai hampir delapan jam perjalanan udara.dokter sudah memeriksa Azfer tadi dan melakukan tindakan operasi cepat, kalau Azfer dapat melewati masa kritisnya dalam waktu kurang dari 24 jam kemungkinan dia akan sembuh lebih besar, tapi lain lagi jika ia tidak dapat melewati masa kritis, mungkin aku harus bersiap dengan kemungkinan terparah.aku menekan-nekan ponselku sebentar aku menghubungi Ismet, mukanya langsung muncul dalam layar ponselku ketika panggilanku dijawab
Author Pov Mobil metalik hitam jenis sedan keluaran terbaru itu, memasuki area istana gubernur Jawa barat, lebih tepatnya di kota kembang Bandung. Seorang dengan pakaian formal berwarna merah berkelas menuruni mobil tersebut, lalu mobil dibelakangnya juga mengikuti, seorang berwajah sangat rupawan di ikuti seorang pria paruh baya keluar dari mobilnya. "Ibu Liana" panggil Sancar "Iya pak" wanita itu menjawab dengan santai, siapa lagi kalau bukan Liana. "Bagaimana persiapan untuk presentasinya?" "Sudah saya siapkan pak" katanya mantap, kedua laki-laki itu saling pandang dan mangut-mangut sekilas, kemudian mereka berjalan memasuki gedung besar itu di ikuti Liana dibelakang mereka. -- Pertemuan itu berjalan dengan sangat baik, bahkan tidak ada kendala yang berarti bagi pihak AHA, sumber daya manusia indonesia yang mengelola pertanian sangat besar apalagi dijawa barat, gubernur sangat senang atas inve
Author POV Lampu merah itu terjadi sangat lama dipertengahan jalan, kini mobil sudah sampai pada jalan palgura mobil mengerem mendadak, membuat Xavi hampir tersungkur kedepan. "Akhh.... " ucapan Xavi terputus setelah beberapa orang berkaos hitam mengendor pintu mereka. Ada empat orang sekarang yang mengerumuni mobil mereka. "Buka pintunya!!!" teriaknya lantang, sebuah pistol sudah ditodongkan tepat disamping kaca, memaksa ujang langsung tiarap. "Buka sebelum semua orang berkerumun Nona!!!" Teriak yang disamping Xavi, dengan cepat Ujang membuka kunci pintu mobil, dan dengan cepat orang-orang itu membuka mobil dan memaksa Xavi keluar. "Ikut kami baik baik nona" kata mereka dengan halus Xavi yang tidak mengerti bahasa
Author POV Dipulau Bali, Xavi terlihat berjalan santai didekat pantai Kuta, ia sering menikmati matahari dipantai cantik itu, tidak sulit untuk menginjakkan kaki setiap hari dipantai itu, karena jarak rumah yang dibangun Liana dikuta tidak jauh dari pusat gemerlap pantai kuta. Langkah kakinya berjalan telanjang menyusuri pantai yang penuh dengan turis dari berbagai negara itu, dia senang karena tidak perlu bersapa atau ramah pada orang-orang itu karena toh orang-orang itu juga tidak mengenalnya, dia juga tidak ingin mengenalkan dirinya ke semua orang, anggap saja, dia ingin melarikan diri dari kenyataaan bahwa orang yang telah mengisi hatinya bukan orang yang pantas untuk dia temani. Lalu Xavi duduk pada pasir putih, setelah matahari terbit dari arah barat dia beranjak dari tempat duduknya, dia berniat ingin kembali ke rumah, mungki n asisten rumahnya yang di
Author POV Welcome Soekarno-Hatta Akhirnya Arslan, Azfer dan Liana tiba dibandara Soekarno-Hatta, ibu Liana-Sumarni terlihat menunggu di penjemputan bandara bersama Sari, wajah mereka terlihat berbinar binar, Liana dan Azfer menggeret koper mereka, sedangkan Assisten mereka dan Arslan sedang berjalan kedepan. "Itu mereka Sari" kata Sumarni pada Sari, mata Sari langsung memandang ke arah kedatangan dan benar saja Azfer dan Liana terlihat tersenyum manis dari kejauhan, dengan cepat Sumarni menghampiri ke empatnya. "Sayang" Liana langsung memeluk ibunya begitu dekat, Azfer memeluk sari sekilas, merek bergantian berpelukan. "Ibu kangen nak" katanya disertai lelehan air mata dari sudut matanya.
Liana POV Deru mobil Azfer terdengar memasuki lobi, kantor ini tidak besar dan pegawaiku juga tidak banyak, jadi ada tamu yang masuk hanya mampir saja kami akan langsung tau, Azfer seperti biasa dengan ramahnya dia menyapa pegawai lalu gagang pintu terbuka lebar "Tünaydın sweety" "Tünaydın sweet heart" aku langsung memeluknya, senyumanya merekah dan indah "Bagaimana tadi pertemuanya" "Duduklah dulu, teh kopi?" Tawarku "Kopi saja" lalu duduk disofa tamu Aku beranjak ke mesin coffe untuk membuatkaanya moccacino, setelah selesai aku segera menghampirinya dan meletakkan moccacino nya d
Liana PoV Bagaimana dia bisa mengenalku? Tanyaku pada diri sendiri, aku mencoba tersenyum untuk orang satu ini. "Iya saya, ada yang bisa saya bantu Sancar bey?" Tanyaku pada orang yang baru saja memangil namaku. "Anda lawyer AHA?" Dia tersenyum ramah padaku, jelas dia bukan orang yang bisa ramah kepada siapapun, cenderung wajah yang dingin, tapi kenapa dia bisa sangat ramah dan tau namaku?. "Iya benar pak" kataku, Oemar didisampingku hanya diam memperhatikam kami, sekilas dia melirikku dari sudut matanya, Sancar mendekat. "Saya permisi dulu ibu Liana" kata Oemar dia memang agak gelisah sejak Sancar memangilku baru saja. "Oh, iya pak Oemar terima kasih, nanti s
Liana POV "Selamat siang... " aku berdiri didepan seorang resepsionist. "Selamat siang ibu Liana, rapatnya sudah dimulai, ada di lantai Lima" sebegitu seringnya aku kesini sampai-sampai resepsionist itu mengenal wajahku. "Terima kasih" jawabku tersenyum "Ibu Liana..." seseorang memanggilku dari belakang, aku menoleh rasanya tidak asing dengan suara itu, seorang laki laki tampan bertubuh tegap tersenyum padaku. "Oemar" kataku lalu mengulurkan tangan, dia tersenyum manis. "Bagaimana kabarmu?" lanjutku "Baik baik" jawabnya tersenyum lalu pintu lift membuka, kami langsung masuk