Orlando tersentak saat mendengar suara debuman benda jatuh. Pria itu mundur beberapa langkah menjauhi tepi gedung sembari berteriak. Air mata yang tadi mengalir pun langsung berhenti. Kala dia menemukan seorang wanita terkapar tak berdaya, Orlando langsung berlari menghampiri.
“A...apa-apaan ini?” gumamnya tergagap. “Apa yang terjadi? Kenapa kamu jatuh dari atas sana? Apa yang terjadi?!”
“Hei, Nona! Bangunlah! Kamu tidak mati, kan?”
Siapa yang tidak panik jika menemukan seseorang jatuh dari langit? Apalagi, atap gedung ini adalah tempat yang ingin Orlando jadikan sebagai kenangan terakhirnya sebelum bunuh diri.
Namun, dia malah dikejutkan dengan pemandangan benda jatuh dari langit. Dan ternyata itu adalah seorang wanita!
“Nona, apa kamu baik-baik saja? Kamu masih bisa bernapas?” Orlando memberanikan diri mengulurkan tangan saat melihat dada perempuan itu kembali naik turun.
Beberapa luka terbuka dengan darah segar terlihat begitu jelas. Pemandangan itu membuat Orlando harus menahan mual.
“Apa aku harus memanggil ambulans?” batin Orlando gusar. Segera dia meraba kantong celananya, dan baru ingat kalau ponsel pintarnya sudah dia hancurkan.
“Bodoh, bodoh, bodoh!” Orlando memukul kepalanya berkali-kali.
Beberapa menit lalu, Orlando sangat putus asa sampai ingin mati. Dia sudah mengundurkan diri dari tempat bekerja, meninggalkan surat terakhir di apartemen, juga menghancurkan telepon genggamnya.
Semua itu Orlando lakukan karena ia lelah. Hidup sebatang kara di muka bumi tentu saja membuatnya kesepian. Dia selalu dicampakkan oleh wanita dengan kejam. Belum lagi, baru-baru ini Orlando difitnah telah melakukan penggelapan dana oleh rekan kantornya.
Dunia berlaku tidak adil baginya. Semua hancur dalam hitungan detik. Status Orlando berubah menjadi buronan. Wajahnya tercetak pada selebaran poster yang ditempel di setiap sudut kota. Hal itu membuatnya harus bermain petak umpet setiap hari.
Daripada mendekam di balik jeruji besi sampai membusuk, Orlando lebih memilih mati. Siapa yang akan menjamin kehidupannya akan membaik jika ia menyerahkan diri? Terlepas dari itu, Orlando bukanlah pelakunya.
Rasa bimbang Orlando terpaksa harus berakhir saat melihat tubuh wanita di hadapannya mendadak kejang. Lelaki itu mundur. Tangannya terlentang ke depan dengan waspada.
“Hei, Nona! Apa yang terjadi padamu?! Tolong jangan menakutiku!” pekik Orlando.
Tubuh wanita itu kejang hingga dadanya terangkat ke udara. Dia juga mengeluarkan suara seperti orang tercekik.
Orlando mematung sesaat melihat kejadian itu. Sampai akhirnya, dia menahan tubuh wanita tersebut agar kembali berbaring di lantai. Orlando mengeluarkan sapu tangan dari saku jaketnya, menggulung kain tersebut, kemudian memasukkannya ke dalam mulut wanita itu.
“Maafkan aku, Nona! Aku tidak tahu separah apa penyakit ayanmu. Hanya ini yang bisa aku lakukan!” seru Orlando dengan sebelah tangan menahan sapu tangan, dan tangan yang lain menahan tubuh perempuan tersebut agar tidak kejang lagi.
Beberapa menit berlalu dengan posisi seperti itu. Tubuh wanita di hadapannya mulai kembali lunglai. Namun, kelegaan di mata Orlando tidak berlangsung lama.
Luka-luka di wajah serta tubuh wanita itu tiba-tiba saja menutup secara perlahan. Orlando memekik dan langsung menjauh. Lagi, dia membeku menyaksikan pemandangan magis yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
****
Kaliya membuka mata dengan usaha keras. Sakit di sekujur tubuh langsung bisa ia rasakan begitu sadar. Ingatan tentang perlawanannya dengan Lucifer, membuat Kaliya mengumpat kecil.
“Iblis sialan,” gumamnya sebal.
“Kamu sudah bangun?”
Suara pria asing membuat mata Kaliya spontan melebar. Diliriknya dengan cepat, dan dia mendapati seseorang tengah duduk beberapa langkah di hadapannya.
Kaliya bangkit. Insting memburunya langsung timbul jika melihat makhluk yang tidak ia kenali. Sayangnya, aksi Kaliya harus gagal ketika sesuatu menahan kedua pergelangan tangannya.
“Wow, wow, tenanglah, Nona! Maaf karena aku merantaimu seperti itu, tapi kamu sedikit terlihat berbahaya.”
“Apa yang kamu bicarakan? Lepaskan aku, manusia sialan!”
“Hei, tidak baik menghina orang seperti itu. Lagi pula, seharusnya kamu berterima kasih padaku.”
“Aku tidak pernah berterima kasih, dan meminta maaf kepada siapa pun! Apalagi kepada manusia rendahan sepertimu! Lepaskan aku sekarang juga!” desis Kaliya dingin.
Orlando merinding saat mendengar nada perintah yang amat mendominasi. Meski begitu, dia tetap teguh pada pendiriannya. Dia tidak akan melepaskan wanita aneh ini sampai bala bantuan datang.
“Ja-jangan bertingkah! Aku sudah melaporkanmu kepada polisi. Jika berani menyakitiku, kamu akan menyesalinya!” ancam Orlando. Dia kembali mundur seperti pengecut.
“Polisi?” Dahi Kaliya mengerut. “Apa itu?”
“Jangan bercanda, Nona. Orang bodoh sepertiku saja tahu apa itu polisi!”
Kaliya menggeleng. Rasa sakit masih menjalar di sekitar punggungnya. Tangannya berusaha menarik-narik rantai agar terlepas.
“Dengar, manusia. Aku berjanji tidak akan melukaimu. Kamu harus melepaskanku sekarang juga,” ucap Kaliya lemah.
“Tidak! Bagaimana mungkin aku bisa melepaskan seorang monster?”
“Monster apa maksudmu?”
“Jujur saja padaku, Nona. Kamu seorang monster, kan? Benar, kan? Jika kamu seorang manusia, tidak mungkin luka di tubuhmu bisa sembuh dengan sendirinya!” seru Orlando memberanikan diri.
Kaliya termenung, lalu berdecak kecil. “Dasar manusia bodoh. Memangnya kenapa kalau aku seorang monster? Kamu ingin membunuhku, hah?”
****
Manusia di hadapannya semakin tergagap. Melihat itu, Kaliya tersenyum kecil. Dia kembali menarik-narik tangannya dengan kuat agar bisa melepaskan diri.“Tidak! Berhenti bergerak atau aku akan membunuhmu!” seru Orlando dengan suara gemetar.“Manusia sepertimu berani membunuhku? Hahaha. Dari luar saja kamu sudah terlihat lemah!”“Aku tidak lemah! Aku menggendongmu dari gedung itu sampai ke sini. Lalu ... lalu aku juga memiliki stik golf pribadi! Aku tidak lemah!”“Menjijikkan. Berhentilah mengoceh seperti pecundang!” cibir Kaliya muak. “Cepat lepaskan aku atau nyawamu akan melayang malam ini!”Keras kepala, Orlando menggeleng cepat. Dia berlari ke ruangan lain, lalu kembali dengan sebuah stik golf di tangan.“Aku tidak bercanda saat aku bilang memilikinya,” ujarnya sembari bersiaga dengan posisi seperti orang yang akan memukul.“Cih. Baiklah, baiklah. Aku perc
Orlando dan petugas polisi di sana langsung berteriak. Mereka mendekati jendela dan melihat ke bawah. “Apa wanita itu sudah gila? Kenapa dia malah melompat?!” “Sudah aku bilang kan, kalau wanita itu aneh!” seru Orlando ketakutan. Mata mereka terus mencari ke jalanan di bawah sana. Namun, mereka tidak menemukan satu tubuh pun yang terkapar. “Apa-apaan ini? Kamu menyuruhnya bunuh diri di hadapan kami?” bentak petuga kepolisian sambil menatap Orlando dengan marah. “Ti-tidak! Tentu saja tidak, Sir! Harus saya katakan berapa kali lagi kalau perempuan itu aneh! Dia seorang monster!” “Sir, saya akan mencari ke bawah,” ujar petugas yang satunya. Setelah mendapat anggukan, dia segera berlari dari sana. Orlando kembali menatap ke bawah melalui jendela. Meski ini larut malam, lampu jalanan dan penerangan dari beberapa kedai masih terlihat bersinar. Hal itu membuat Orlando bisa mendapati pemandangan apa pun dengan jelas. Namun, tubuh wanit
“Apa yang kalian tunggu? Cepat lawan perempuan itu!” jerit salah satu dari mereka.Tanpa menunggu lama, mereka mulai menyerang Kaliya secara bersamaan. Meski seluruh tubuh Kaliya sakit, kekuatan iblis tentu saja lebih besar dari pada kekuatan manusia.Maka dari itu, Kaliya dengan mudah membanting mereka, menendang tubuh mereka hingga terpental, bahkan ia mampu membuat senjata besi yang mereka bawa menjadi hancur.“Aku tidak main-main soal mencabik jantung kalian, lho! Jangan berani macam-macam denganku!” seru Kaliya marah. Kilat kemerahan menyorot dari matanya.Seorang gadis yang tadi bergabung dengan mereka, kini malah memojokkan diri di antara jajaran tong sampah. Bau pendosa yang sudah busuk, kini semakin menyiksa usai berpadu dengan tumpukan limbah rumah tangga.“Kenapa kamu bersembunyi seperti itu?” gumam Kaliya lembut. Dia berjalan mendekat dengan langkah ringan. “Bukankah tadi kamu sangat ini menyera
“Lepaskan aku, Lucifer!” ucap Katarina terengah-engah.Penampilan perempuan itu sangat lusuh dan kacau. Lucifer bahkan hampir tidak mengenali Katarina jika bukan anak buahnya yang berkata.“Dari mana kalian menemukan wanita ini?” tanya Lucifer kepada bawahannya.“Dia sedang dalam perjalanan melarikan diri ke kerajaan iblis timur, Tuanku.”“Kerja bagus. Buatkan dia sangkar yang luas!”“Baik, Tuan!” Anak buah Lucifer menunduk hormat. Kemudian mereka mengalihkan perhatian kepada Katarina.Katarina didorong ke lantai hingga tersungkur. Beberapa pasukan iblis itu kemudian mengeluarkan tombak mereka masing-masing. Dari ujung tombak mereka mengalir cahaya merah legam yang berbentuk seperti sulur-sulur tipis, kemudian bergabung dan membentuk jeruji secara perlahan. Beberapa saat kemudian, sangkar luas telah menaungi tubuh Katarina dengan sempurna.“Apa yang kamu lakukan, Lucife
“TIDAK!” teriak Katarina saat cahaya api kemerahan yang begitu besar, menghempas ke arah dirinya.Seketika, semuanya berubah menjadi gelap. Rasa terbakar menyelimuti seluruh tubuh Katarina. Padahal dia sendiri tercipta dari api neraka. Namun, dia tetap bisa merasakan kesakitan saat api milik Lucifer menyerang tubuhnya.Katarina dibawa tenggelam begitu dalam. Tubuhnya dilahap dengan ganas. Meski dia menjerit sekuat mungkin, tak akan ada yang bisa menolong Katarina. Tidak siapa pun.Dari kejauhan, tawa Lucifer terdengar begitu congkak dan arogan. Katarina juga bisa merasakan pukulan dan sengatan hebat di seluruh tubuhnya. Lucifer tidak memberikan jeda kepada Katarina untuk bernapas. Dia diserang secara terus-menerus.“Inilah akibatnya jika kamu kurang ajar padaku, Katarina!” Gema suara Luciifer terdengar.Bibir Katarina terbuka untuk berteriak. Tetapi satu suara pun tidak keluar.“Teruslah seperti itu, Katarina! T
Otomatis Orlando langsung ketakutan saat mendengar perkataan wanita tersebut. Dia menundukkan kepala dengan mata yang terpejam erat. Seolah dengan cara seperti itu, sosok perempuan mengerikan itu akan segera menghilang dari pandangannya.“T-tolong tinggalkan aku sendiri! Pergilah dari sini!” rengak Orlando ketakutan.“Hahaha. Apa yang sedang kamu lakukan? Apa dengan menutup matamu, lantas aku akan pergi? Lucu sekali!”Kaliya menggebrak kaca mobil dengan kuat. Seketika retakan memenuhi benda transparan itu.Orlando memekik. Dia kembali berteriak seperti perempuan.“Tolong! Tolong selamatkan aku! Aku belum mau mati, tolong selamatkan aku!” jeritnya dengan mata berkaca-kaca.Kaliya tertawa bahagia saat melihat pemandangan itu. Siapa yang menyangka bahwa manusia bodoh yang telah menyelamatkan dirinya, kini akan berada di bawah jeratan kukunya sekarang juga?Sebuah tinju ringan Kaliya layangkan ke arah k
Pengejarannya terhadap Orlando juga bukan tanpa alasan. Kala mengetahui jika membunuh manusia bisa membuatnya semakin kuat, Kaliya segera mengikuti ke mana aroma Orlando pergi.Ya. Kaliya ingat bagaimana busuknya bau Orlando. Jika di dunia iblis, semakin busuk suatu kaum, maka semakin kuat dan dipuji-pujilah mereka. Maka dari itu, Kaliya sempat bingung. Apakah Orlando adalah bagian dari iblis juga? Namun, kenapa Orlando bentukannya sangat manuasiawi sekali?“Siapa sebenarnya dirimu?” bisik Kaliya kepada lelaki itu.“Kenapa aku tidak bisa melukai orang bodoh sepertimu?”“Tentu saja kamu tidak boleh!” balas Orlando gemetaran.Mata Kaliya memicing saat tiba-tiba setitik cahaya muncul dari ujung jalan. Suara sirine menggema di tengah kegelapan malam.“Suara apa itu?” tanyanya panik.“I-itu suara mobil polisi, bodoh! Kamu akan segera ditangkap karena telah membunuh orang lain!”
“Tidak!” seru petugas kepolisian itu saat melihat Kaliya dan Orlando terjun dari jembatan.“Apa mereka sudah gila?” ujar yang lain masih syok.“Bagaimana ini, Sir?”“Cepat hubungi bala bantuan, dan beri tahu mereka untuk mencari di setiap hilir sungai!”“Baik, Sir!”Aparat kepolisian itu juga mulai mengevakuasi tubuh beberapa polisi lain yang sudah tidak bernyawa. Laporan ke kantor pusat sudah diberikan. Mereka mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati dan segera melapor jika menemukan wanita dengan kekuatan aneh.Potret wajah Kaliya juga sempat tertangkap oleh kamera black box. Maka dari itu, Kaliya dan Orlando resmi menjadi buronan.***Suara gemericik aliran air beserta kicauan burung berhasil membuat seluruh indra Kaliya kembali berfungsi.Perempuan itu terhenyak. Dia langsung bangun dan mendapati pemandangan kumuh di sekelilingnya.
Kaliya hanya bisa mengernyitkan dahi ketika melihat kepergian manusia itu. Entah kenapa, nada bicara Orlando sangat tak enak didengar oleh gendang telinganya.“Apa-apaan itu tadi? Kenapa ekspresi Orlando juga berubah seperti itu?”Meski sempat bingung dengan reaksi dari manusia tersebut, Kaliya memilih untuk tidak mengkhawatirkannya.Kondisi perut dan suasana hatinya sudah berubah-ubah. Dan perempuan iblis itu tidak mau menambah pikirannya karena Orlando.Di sisi lain, Orlando berjalan masuk ke dalam hutan. Pria itu kemudian membuang napas kasar beberapa kali. Rasa kecewa tampak jelas di matanya.“Kalau kamu membenci Lucifer, lantas kenapa kamu membiarkan iblis itu menjamah dirimu, Kaliya?” gumam Orlando.Orlando menatap rimbun pepohonan di depannya. Saat menemukan sebuah pohon dengan batang yang besar, entah kenapa ia ingin sekali menghampiri pohon tersebut dan melayangkan tinjunya di sana.Namun, Orlando bukanlah lelaki seperti itu. Dia hanyalah manusia lemah yang bahkan orang-orang
“Huweeek!” Kaliya mendadak muntah. Dia mencoba menutup hidungnya, tapi aroma busuk itu semakin membuatnya tak bisa mengontrol diri.“Astaga, Kaliya! Apa yang terjadi padamu?” seru Orlando panik.Mendengar keributan yang mereka timbulkan, Alex dan Hannah pun segera menghampiri mereka.Saat melihat keadaan Kaliya yang tiba-tiba saja muntah seperti itu, tentu saja keduanya merasa khawatir. Hannah langsung memegangi kedua bahu Kaliya, takut-takut wanita iblis itu mendadak pingsan. Sementara itu, Orlando membantu memijat bagian belakang leher Kaliya.“Ada sesuatu di sana!” seru Orlando kepada Alex. “Mungkin sesuatu itu yang membuat Kaliya muntah-muntah seperti ini!”“Kalau begitu bawa Kaliya kembali ke tempat peristirahatan,” ujar Alex. “Masalah di sini biar aku yang selesaikan.”“Tapi Alex—”“Tidak apa-apa, Hannah.” Alex tersenyum ke arah wanita ular itu. Dia berusaha untuk membuat Hannah tenang.“Aku akan baik-baik saja. Aku dan Foxie akan mengurus ini semua. Kamu dan Orlando harus memba
“Aku tidak yakin akan hal itu, Orlando.” Kaliya menjawab sembari menatap ke arah api unggun di depannya.Sesekali, wanita iblis itu menjulurkan tangan sehingga ia bisa memainkan api tersebut.“Bagaimana kalau kita berjalan-jalan ke negara lain?” cetus Hannah tiba-tiba.Semua perhatian langsung tertuju pada wanita ular tersebut.“Apa maksudmu, Hannah?” tanya Kaliya sambil mengerutkan dahi.“Ya, kau tahu. Aku berpengalaman dalam berburu pria, ingat? Dalam prosesnya, aku selalu berkelana dari satu hutan ke hutan lain, dan itu aku lakukan bukan hanya di satu negara. Jadi bila kau ingin menemukan permata itu lebih cepat, kau tidak boleh diam di tempat terlalu lama, Kaliya.”“Jadi kamu ingin kami pergi berkelana?”“Ya, benar. Apa itu terdengar sulit bagimu? Aku yakin hal itu bukanlah ide yang buruk.”Kaliya melirik ke arah Orlando dan Alex. Kedua rekannya itu tampak memikirkan saran dari Hannah. Mau tak mau, Kaliya juga ikut memikirkannya. Mulai dari bagaimana cara pergi mengelilingi dunia
Hannah tak bisa menyembunyikan senyuman bahagia di bibirnya. Ketika Kaliya membebaskannya dari kandang gaib, wanita ular itu langsung meneriakkan nama Alex.Akibat kelakuan wanita ular itu, Alex yang sedang berburu pun langsung berlari secepat angin.“Hannah!” seru manusia serigala itu begitu melihat Hannah.“Alex!”Keduanya berlari untuk saling menghampiri kemudian mereka berpelukan. Bukan hanya pelukan biasa, melainkan pelukan yang amat erat. Kaliya yang melihatnya pun bahkan sampai takut jika Alex dan Hannah bisa saling meremukkan tulang masing-masing.“Bisakah kalian tidak bertingkah seperti ini di depanku?” cetus Kaliya sebal.Hannah dan Alex pun terpaksa melepaskan pelukan mereka. Senyum lebar menghiasi bibir masing-masing, dan itu menambah rasa sebal di benak Kaliya.“Maaf, Kaliya. Kami hanya terlalu senang,” ujar Alex membela diri, atau lebih tepatnya membela kelakuan mereka.Kaliya hanya mendengus pelan, kemudian wanita iblis itu memutuskan untuk memberi waktu kepada Alex dan
“Aku bisa menjadikan semua keturunan Hannah sebagai pengikutku!” serunya lagi.“Ya, benar! Kamu bisa melakukan itu, Kaliya!”Wanita iblis itu kemudian tertawa bahagia. Sebuah tawa yang sangat khas. Anehnya, Orlando malah senang bila Kaliya tertawa seperti itu. Meskipun Orlando tahu bahwa Kaliya memiliki rencana liciknya sendiri.Setelah diskusi singkat itu, Kaliya dan Orlando kembali menghampiri Hannah. Tanpa basa-basi, Kaliya segera mengatakan maksud dari rencananya.“Hannah,” panggil wanita iblis itu.Hannah yang tengah duduk sambil merenung pun mendongak. Sepasang matanya tampak berbinar karena lapisan air mata. Ekspresi kelabu yang menghiasi wajahnya membuat Kaliya jadi merasa bersalah.Tapi, Kaliya tidak akan tunduk dengan mudah tentu saja. Selama hidupnya sebagai iblis, dia selalu mengupayakan berbagai cara agar hubungan yang ia miliki dengan makhluk lain bisa memberikan benefit tersendiri untuknya.“Kaliya,” balas Hannah pelan.“Aku sudah memikirkannya matang-matang.”“Sungguh?
Kaliya berdecak kesal. Dia tidak suka dengan perdebatan kecil di depannya. Menurut Kaliya, apa yang dilakukan oleh Alex dan Hannah itu terlalu dramatis. Dan Kaliya benci melihatnya!“Kaliya?”Tiba-tiba Kaliya merasakan sentuhan di lengan atasnya. Dia langsung melirik, dan mendapati wajah tampan Orlando.“Mari bicara sebentar,” ucap lelaki itu. “Kamu tidak perlu memberikan keputusan secara buru-buru. Aku yakin Alex dan Hannah akan mengerti, kalau kamu juga butuh mempertimbangkan permintaan mereka.”“Ya, benar.” Kaliya menyahut. “Beri aku waktu untuk memikirkan itu semua. Sebelum aku memberi keputusan, kalian dilarang bertemu!” serunya kemudian dia memanggil Foxie.“Foxie! Bawa Alex untuk kembali berburu, dan jangan kembali ke sini sebelum aku memanggil!”Foxie mengaum singkat, lalu serigala itu menarik-nari celana Alex dengan giginya.Alex sendiri tidak menjawab. P
“Arghhh!” Alex mengerang pelan sembari memegangi dadanya.Di sisi lain, Hannah yang terkejut pun langsung melotot ke arah wanita iblis tersebut.“Kenapa kamu menyakiti dia, Kaliya?” serunya geram.Kaliya hanya menatap Alex dengan datar, kemudian dia berjalan ke arah Hannah hingga jarak mereka hanya terpisahkan oleh sekat gaib yang diciptakan Kaliya sendiri.“Aku tidak menyakitinya. Aku hanya membantu Alex untuk kembali sadar dari tipu dayamu, Hannah.”“Aku tidak melakukan tipu daya apa pun! Manusia serigala itulah yang telah jatuh cinta kepadaku!” desisnya penuh dengan keangkuhan.Ingin sekali Kaliya menarik lidah wanita ular itu dan menariknya hingga putus. Dia tidak suka bila ada makhluk lain yang bersikap arogan. Hal itu selalu mengingatkannya akan betapa menyebalkannya sifat Lucifer dahulu.Kaliya berdecak pelan. Kemudian perempuan iblis itu berkata, “Sekedar informasi, aku benci kepada pembohong, mau makhluk apa pun itu.”“Dan sekedar informasi juga, Kaliya, daya tarik dari dirik
Kaliya menoleh dan hanya memperhatikan mereka dengan tenang. Alex meletakkan dua ekor musang ke tanah, berikut dengan kayu bakar yang ia kumpulkan. Disusul dengan Foxie yang juga meletakkan satu ekor musang mati ke tanah.“Kenapa kalian pergi begitu saja? Bagaimana jika terjadi sesuatu tanpa sepengetahuanku?”“Tenang saja, kamu tidak perlu khawatir, Kaliya. Lagi pula kami berburu masih di sekitar sini, kok!” dalih Alex. Meski dimarahi, wajah Alex tampak sumringah. Dan sepertinya Kaliya tahu apa penyebabnya.Tanpa aba-aba, wanita iblis itu berjalan menghampiri Alex lalu menekan tengkuknya dengan cepat. Kaliya mengalirkan rasa panas dari telapak tangannya ke leher pria tersebut, berharap bahwa Alex akan tersadar dari sihir wanita ular itu.Ajaibnya, sedetik kemudian raut wajah Alex langsung berubah. Senyum lebar yang tadi menghiasi wajahnya telah digantikan dengan ekspresinya seperti biasa.“Astaga, apa yang sudah terjadi kepadaku?” ucap manusia serigala itu.“Kamu telah terbuai, Alex!”
“Tidak bisa!” sergah Hannah. “Di hutan lain, kebanyakan manusia tidak takut kepadaku. Jika aku menampakkan diri, mereka pasti berniat untuk memburuku. Aku pernah tertangkap satu kali, ngomong-ngomong.”“Bernahkah? Oleh siapa?” tanya Kaliya penasaran.“Kamu ingin tahu kelanjutannya?”Kaliya mengernyitkan dahi. Mendadak perasaannya berubah tidak enak.“Aku akan memberitahu apa pun yang ingin kamu dengar, Kaliya. Tapi sebelumnya, lepaskan aku dari kurungan gaib ini!”Kaliya berdecak pelan. “Fiuh... hampir saja aku terkecoh. Maafkan aku, Hannah, sepertinya aku tidak bisa mengeluarkanmu sekarang. Sihir yang kamu tunjukkan padaku, tidak cukup untuk membuatku terhipnotis!”Kaliya kemudian melangkah lebih dekat sampai jaraknya dengan wanita ular itu hanya terpisah satu langkah.“Dan jika kamu lupa, Hannah, aku adalah wanita iblis terkuat yang sudah hidup selama enam ratus tahun. Jadi aku harap kamu tidak macam-macam kepadaku, dan kepada rekan-rekanku. Mengerti?”Wanita ular di depannya hanya