Wenny kembali ke rumah tua Keluarga Jamil. Begitu memasuki ruang tamu, dia melihat Udin, seseorang yang tidak akan pernah dia lupakan.Saat itu, Landy membawa Wenny ke rumah Udin di pedesaan, Udin bisa dibilang sebagai ayah angkatnya.Sekarang Bu Lisa dan Udin sedang duduk di sofa ruang tamu, Bu Lisa menyambut Udin dengan ramah. "Wenny dibesarkan di pedesaan, kamu telah mendidiknya dengan sangat baik hingga menjadi menantu Keluarga Jamil."Mata kiri Udin buta, sekarang dia hanya memiliki satu mata. Sosok tubuhnya sangat kekar, dulunya dia kecanduan alkohol dan suka memukuli istrinya.Udin yang sedang duduk di sofa mahal, memandangi sekeliling rumah tua Keluarga Jamil, dekorasi mewah dan lukisan antik di mana-mana membuatnya semangat dan rakus.Namun, di hadapan Bu Lisa, Udin berpura-pura sederhana dan jujur, "Bu Lisa terlalu sungkan, apakah Wenny menimbulkan masalah bagi Keluarga Jamil?"Bu Lisa sangat menyayangi Wenny, "Nggak kok, Wenny sangat baik."Udin teringat sesuatu dan menunjuk
Udin tersenyum polos dan berkata, "Halo, Pak Hendro. Aku nggak nyangka hidup Wenny saat ini begitu baik, aku merasa lega ketika melihat kalian begitu bahagia. Aku pamit dulu dan nggak ganggu kalian."Bu Lisa segera membujuknya untuk tinggal, "Tinggallah untuk makan malam, aku sudah meminta para pelayan untuk siapkan makan malam. Kita adakan makan malam reuni keluarga malam ini."Hendro memandang Udin dan berkata, "Ayo makan malam bersama."Hendro dan Bu Lisa meminta Udin untuk tinggal.Udin tersenyum, "Kalau begitu, aku akan menuruti..."Wenny tiba-tiba memotong pembicaraannya, "Dia tidak akan tinggal untuk makan malam."Udin tercengang dan menatap Wenny.Wenny juga menatapnya, "Kamu baru saja keluar dari penjara, jangan datang ke Keluarga Jamil lagi."Begitu kata-kata ini diucapkan, suasana tiba-tiba menjadi suram.Bu Lisa tertegun, dia menatap Udin dengan kaget, "Besan, apa kamu pernah masuk penjara?"Wenny memasang ekspresi kosong di wajahnya, "Ya, dia dipenjara selama sepuluh tahun
Hendro terlalu murah hati, Udin berpikir sejenak dan berkata, "Pak Hendro, berikan sesuai keinginanmu saja."Hendro, "Dua miliar, cukup?"'Dua miliar?'Mata Udin berbinar, dia tidak menyangka Hendro akan memberikan dua miliar dengan mudah."Cukup."Hendro mengeluarkan cek dan menyerahkannya pada Udin.Udin menghitung angka nol di belakang dan jumlahnya benaran dua miliar. "Terima kasih, Pak Hendro, aku pergi dulu."Udin dengan senang hati pergi membawa cek senilai dua miliar....Hendro kembali ke kamar tidur, di mana Wenny sedang menunggunya.Wenny menatapnya dan bertanya, "Apa yang baru saja Udin katakan padamu?"Hendro membuka kancing kemeja hitamnya, memperlihatkan tulang selangka yang ramping. Dia tersenyum sambil berkata, "Menurutmu, apa yang akan dia katakan padaku?"Wenny mengerutkan kening, "Aku bertanya dengan serius, bukan bercanda."Hendro melepas jam tangan di pergelangan tangannya dan meletakkannya di lemari. Melihat ekspresinya yang tegang dan serius, Hendro mengangkat a
Udin ingin bersenang-senang setelah menghabiskan sepuluh tahun di penjara.Muncikari klub malam itu langsung tersenyum ketika melihat cek senilai dua miliar, "Nak, saatnya melayani tamu."Sekelompok gadis berpakaian cantik masuk dan berdiri berjajar di depan Udin.Muncikari itu tersenyum dan berkata, "Kak Udin, gadis mana yang kamu suka?"Udin melihat sekilas dan berkata, "Gadis-gadis ini terlalu tua, aku suka yang lebih muda, carikan yang muda."Muncikari itu berkata, "Kak Udin, gadis-gadis ini baru berusia 20 tahun, mereka masih sangat muda."Udin teringat sesuatu dan menjilat bibirnya dengan tidak senonoh, "Aku suka yang lebih kecil."Muncikari itu menatap Udin dan berpikir, 'Jangan-jangan orang ini seorang pedofil? Dia pasti orang mesum.'Tiba-tiba pintu ruang VIP itu ditendang, Udin mendongak dan melihat Wenny datang.Muncikari terkejut. "Gadis cantik dari mana ini? Siapa yang kamu cari?"Wenny mengabaikan muncikari itu, dia menatap Udin dengan dingin, lalu mengulurkan tangannya d
Wenny yang masih kecil mengambil alih pekerjaan wanita malang itu, dia mencuci dan memasak setiap hari, serta menanggung pukulan Udin.Udin akan menjambak rambutnya, menendangnya dan terkadang memukulinya dengan ikat pinggang.Masa-masa itu sungguh sulit.Perlahan Wenny tumbuh besar, Wenny yang cantik menjadi semakin mencolok di pedesaan, hal-hal yang lebih mengerikan mulai terjadi.Tatapan Udin mulai bernafsu saat menatapnya, dia akan memaksa Wenny duduk di pangkuannya dan mencium wajahnya dengan mulutnya yang berbau alkohol.Saat mandi di malam hari, Wenny mengunci pintu dengan hati-hati, tetapi ketika dia menoleh, sepasang mata selalu menatapnya melalui celah pintu dengan senyuman cabul.Itu adalah mimpi buruk yang menghantui masa kecilnya.Pernah sekali Udin membawa dua temannya pulang untuk minum, mereka tersenyum bertanya, "Kak Udin, kenapa kamu tidak mencari istri baru?"Udin terkekeh-kekeh, "Bukankah istri baruku ada di rumah? Aku hanya perlu membesarkannya sampai dia dewasa."
Wenny sedang memulihkan dirinya sendiri.Angin malam ini terasa segar dan menyenangkan, orang-orang yang berjalan di jalan semuanya tersenyum. Wenny merasa sedikit kedinginan, jadi dia mengangkat tangannya dan memeluk dirinya sendiri....Wenny kembali ke rumah tua, dia ingin bertemu nenek.Ketika tiba di pintu kamar Bu Lisa, Wenny melihat Bu Lisa sedang berbicara dengan Hendro.Bu Lisa berkata dengan penuh kasih sayang, "Hendro, Ayah angkat Wenny datang hari ini, tapi suasana hati Wenny kayaknya kurang baik, kamu harus lebih perhatian padanya."Bu Lisa menghela napas dan berkata, "Wenny dibawa ke pedesaan saat kecil, Ayahnya meninggal dini, Ibunya juga kurang baik padanya. Aku bisa merasakan kalau Wenny selalu kesepian dan ingin dicintai.""Meskipun Ayah angkat Wenny dipenjara selama sepuluh tahun, dia mampu mendidik Wenny dengan baik dan menjadikannya menantu Keluarga Jamil, kita harus berterima kasih padanya. Lihat saja apa yang dia butuhkan, rumah, pekerjaan, uang, kamu harus atur
Begitu kata-kata ini diucapkan, Hendro sangat bersyukur tidak ada orang lain yang mendengarnya.'Emang aku nggak punya harga diri?''Aku sama sekali nggak pernah melakukan hal seperti itu!'Untungnya, Wenny terhibur dengan kata-katanya, dia menempel di pelukan Hendro, memeluk erat pinggangnya yang kuat dan ramping, lalu tertidur.Hendro merasa Wenny terlalu bergantung, dia menundukkan mata untuk menatapnya. Wenny sudah berhenti menangis, tetapi air matanya telah membasahi bulu matanya yang lebat, ini tampak menyedihkan.Hendro mengerutkan bibirnya, "Aku bukan Ibumu, aku Ayahmu! Wenny, coba panggil ayah."Wenny yang sedang tertidur tidak bisa memberikan respons apa pun.Hendro memeluk bahunya dan tertidur....Keesokan harinya, Wenny membuka matanya.Cahaya pagi di luar cerah dan sinar matahari yang hangat telah memenuhi ruangan. Sekarang sudah pagi keesokan harinya.Wenny ingin bangun, tetapi ketika bergerak, dia menemukan ada yang aneh. Sebuah lengan kekar memeluk bahunya yang lembut
Hendro memanggil namanya.Pop.Wenny mencabut rambutnya sekuat tenaga dan akhirnya melepaskannya.Wenny duduk, "Ada apa?"Hendro menatapnya, "Kamu sengaja?"Wenny kemudian menyadari ada yang tidak beres, saat membuka kancing bajunya, Wenny sudah duduk di atas tubuhnya.Postur saat ini adalah Wenny duduk di atas tubuh Hendro.Pikiran Wenny menjadi kosong, dia tanpa sadar mengencangkan kakinya.Pinggang Hendro yang kuat dan kencang berada tepat di bawahnya, kedua kakinya yang putih ramping terbentang dan tergantung di pinggangnya, bersinar terang dan agak menyilaukan.Begitu Wenny mengencangkan kakinya, mata Hendro langsung memerah, otot-otot di balik piyama sutranya menegang. Hendro mengulurkan tangan, memegang kedua sisi pinggangnya yang lembut dan berkata dengan serak, "Lepaskan."Wajah Wenny tersipu, rambutnya berserakan, tatapannya tampak panik, Wenny tidak mengerti, "Lepaskan apa?"Hendro menggerakkan jakunnya dan berkata, "Kakimu menjepit terlalu kencang."Wenny tak bisa berkata-k
Wenny melangkahkan kakinya hendak berjalan ke depan.Hanya saja, pada saat ini, terdengar suara dering ponsel. Pengacara Jimmy sedang meneleponnya.“Halo, Nona Wenny, ada sedikit masalah di kantor polisi. Kamu segera kemari!”Hati Wenny langsung berdetak kencang. Apa yang terjadi dengan Fany?Wenny langsung membalikkan tubuhnya dan berlari pergi.…Saat Wenny bergegas ke kantor polisi, Jimmy segera menghampirinya. “Nona Wenny.”“Ada apa dengan Fany?”Suara Wenny berhenti karena dia melihat sesosok bayangan tubuh yang familier baginya. Mona telah datang.Hari ini Mona juga mengenakan pakaian bermerek. Selebritas terkenal keluar dengan membawa sekelompok orang. Hari ini bertambah lagi dua orang pengacara di belakangnya.Mona berjalan ke hadapan Wenny, lalu berkata dengan tersenyum, “Wenny, dengar-dengar kamu datang buat jamin Fany. Jangan harap kamu bisa jamin dia. Sahabat baikmu akan tinggal di dalam sana selamanya. Dia nggak akan keluar lagi untuk selamanya.”Jimmy berkata dengan suara
“Cukup! Jangan bicara lagi!” sela Wenny. Dia tidak ingin mendengarnya.Sedikit pun Wenny tidak ingin mendengarnya.Hendro tersenyum dingin. Dia malah ingin Wenny mendengarnya. Dia ingin Wenny ingat semua itu karena Wenny yang menolaknya.Wenny menolaknya, jadi Hendro pun memberikannya pada teman kampusnya!Hendro melepaskan Wenny, lalu berkata dengan suara dingin, “Oke, kalau mau cerai, kita cerai saja. Kita cerai saja besok. Kalau bukan karena Nenek, sudah lama aku ingin campakkan kamu dari status istriku. Ada begitu banyak wanita antre di luar sana!”Hati Wenny terasa sangat sakit. Dia mengepal jari tangan putihnya, lalu berkata dengan mata merah, “Kalau gitu, kita ketemu di kantor catatan sipil jam sembilan pagi besok.”Usai berbicara, Wenny langsung meninggalkan tempat tanpa menoleh sama sekali.Hendro melirik bayangan tubuh langsing Wenny dengan raut dingin. Kalau gitu, cerai saja.Hendro memang ingin putus hubungan dengannya.Pernikahannya dengan Wenny memang sudah seharusnya ber
Wajah tampan Hendro langsung berubah dingin. Dia masih ingat masalah Wenny mengonsumsi pil kontrasepsi demi Steve. Selama ini, dia tidak menghubungi Wenny karena ingin menjauh dari Wenny dan memutuskan hubungan. Namun, hari ini Wenny berinisiatif untuk makan di rumah lama. Hendro mengira dia ingin melembutkan sikapnya, alhasil apa yang dia katakan? Dia berkata, Hendro, aku mau cerai sama kamu.Dia bahkan berkata, sehari pun dia tidak bisa menunggu lagi.Apa Wenny merasa Hendro terlalu baik padanya?Hendro menatap Wenny dengan tatapan dingin. Dia mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Wenny. “Wenny, apa malam ini kamu pulang buat pancing emosiku ya?”Wenny spontan mencampakkan tangan Hendro. “Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!”‘Apa katanya?’Wenny menengadah wajah kecilnya untuk bertatapan dengan tatapan dingin Hendro, lalu berkata dengan tegas, “Hendro, kamu benar-benar kotor!”Saking kotornya, Wenny tidak sanggup untuk menerimanya.Urat hijau di kening Hendro mulai menonjo
Hendro melirik Mona yang berada di sisinya sekilas. “Turun.”Hendro menyuruh Mona untuk menuruni mobil.Dia hendak meninggalkan Mona di tengah jalan.Begitu Mona menuruni mobil, mobil mewah langsung melaju pergi, meninggalkan asap knalpot mobil di wajahnya.Mona merasa marah hingga mengentakkan kakinya.…Wenny sudah tiba di rumah lama Keluarga Jamil. Dia sedang duduk di ruang tamu sembari menemani Bu Lisa mengobrol.Tidak lama kemudian, pintu rumah lama terbuka. Angin dingin di luar sana membaluti tubuh anggun dan tegak yang berjalan ke dalam rumah. Hendro telah pulang. Pelayan wanita menyapa dengan hormat, “Tuan.”Hendro mengganti sepatunya di depan rak, lalu melangkah ke dalam ruang tamu. Dia pun melihat Wenny.Setelah di UKS waktu itu, mereka berdua tidak bertemu lagi. Wenny semakin kurus dan lemah saja. Wajah mungilnya yang secantik dewi, kini terlihat semakin dingin dan anggun.Wenny baru saja keluar dari kampus. Dia masih mengenakan seragam kuliahnya dengan kemeja putih, rok ko
Wenny mengalihkan pandangannya dan menggeleng. “Yuvi, aku baik-baik saja.”Wenny mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi telepon rumah lama Keluarga Jamil.Bu Lisa merasa sangat gembira. “Wenny, akhirnya kamu bersedia telepon Nenek. Nenek kangen sekali sama kamu ….”Wenny mengangkat kelopak matanya, lalu melihat bayangan mobil mewah itu. “Nenek, malam ini aku nggak ada kelas. Aku bisa temani kamu makan malam di rumah.”“Bagus sekali. Kebetulan malam ini Hendro juga pulang. Nenek tunggu kepulanganmu.”“Oke.”Setelah panggilan ditutup, Wenny melihat ke sisi Yuvi. “Yuvi, aku mesti pulang ke rumah lama.”“Oke, kamu temani Bu Lisa makan malam sana.”Wenny menatap Yuvi. “Bukan, aku pergi untuk cari tahu siapa sebenarnya sugar daddy di belakang Mona.”‘Apa?’Yuvi terbengong.…Mobil mewah edisi panjang Rolls-Royce melaju kencang di jalan raya. Sutinah mengendarai mobil di depan, sedangkan Mona duduk di baris belakang. Dia sedang menatap pria di sampingnya.Hendro mengenakan setelan jas hitam
Tadi, Wenny sudah mencoba suhu airnya. Air itu hanya hangat dan sama sekali tidak panas.Tatapan mata Wenny yang jernih perlahan menatap wajah Mona. "Kamu sengaja tuduh Fany, sebenarnya targetmu dari awal adalah aku, 'kan?"Mona malah mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Ya."Yuvi yang berdiri di samping benar-benar dibuat kesal. "Mona, kamu gila ya? Selama ini, Wenny selalu menganggapmu sebagai teman. Apa kamu lupa waktu di Hotel Gosan, siapa yang nekat datang menyelamatkanmu setelah kamu dibawa paksa sama Pak Melvin? Nggak masalah kalau kamu menjauhi kami setelah sukses, tapi kamu malah balas kebaikan Wenny dengan kejahatan? Apa kamu masih punya hati nurani?"Mona sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah membalas sambil tersenyum sinis, "Akhirnya kalian jujur juga. Selama ini, sebenarnya kalian cuma iri sama aku. Kalian iri karena aku punya pacar yang kaya raya. Kalian iri karena aku bisa jadi artis terkenal."Iri?Yuvi sampai kehabisan kata. "Kalau berani, coba sebut nama p
Fany dibawa ke kantor polisi?Ekspresi Wenny langsung berubah setelah mendengar kabar itu. Dia segera menutup telepon, lalu berkata pada Yuvi, "Yuvi, aku harus pergi ke kantor polisi.""Wenny, aku ikut kamu."....Di kantor polisi, Wenny dan Yuvi akhirnya bertemu dengan Fany yang kini sedang ditahan di ruang tahanan. Wenny menggenggam sepasang tangan Fany yang terasa dingin. "Fany, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa sampai ditahan di sini?"Wajah Fany terlihat pucat dan linglung. "Wenny, ini semua ada hubungannya sama Mona si artis terkenal itu."Kemudian, Fany menceritakan semuanya dari awal, "Tadi, Nona Mona datang ke Ella untuk sesi pemotretan majalah. Dalam prosesnya dia perlu pakai sling pengaman, tapi ternyata talinya sudah dipotong duluan. Saat sesi pemotretan berlangsung, talinya putus dan dia langsung jatuh. Waktu itu, Nona Mona tiba-tiba menunjukku di hadapan semua orang. Dia bilang, dia lihat aku potong tali itu dengan mata kepalanya sendiri. Akhirnya, polisi data
Mona langsung menghentikan langkahnya. "Wenny, Yuvi, kebetulan banget. Kalian juga di sini."Wenny dan Yuvi berniat melangkah mendekati Mona.Namun, para pengawal berbaju hitam langsung berdiri di depan mereka. "Berhenti!"Mona pun melambaikan tangan, lalu berucap sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, mereka ini teman kuliahku."Begitu mendengar ucapan Mona, para pengawal pun segera mundur. Wenny dan Yuvi baru bisa melangkah maju dan berdiri di depan Mona."Mona, kamu sudah jadi artis terkenal?" Yuvi menatap ke arah Mona.Mona mengangkat alis, lalu menjawab santai, "Ya, aku sudah punya pacar. Pacarku yang membantuku jadi artis terkenal.""Pacar? Mona, kamu sudah pacaran? Kenapa sebelumnya kami nggak pernah dengar kamu punya pacar?"Mona tersenyum sangat manis. "Pacarku ganteng dan kaya raja. Dia juga sayang banget padaku."Sambil berkata begitu, Mona melangkah lebih dekat. Dia meraih tangan kecil Wenny sambil berujar, "Wenny, sekarang hidupku sangat bahagia. Kamu pasti ikut senang, 'kan? K
Wenny berbaring membelakangi Hendro, sementara pria itu duduk di tepi ranjang. Keduanya seperti sepasang suami istri yang baru saja bertengkar.Hendro mengepalkan tangannya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya mengucapkan satu kata, "Oke."Setelah itu, Hendro bangkit dan pergi.Dia benar-benar pergi.Air mata yang sejak tadi coba Wenny tahan kembali jatuh tanpa bisa dikendalikan. Dia menarik selimut, lalu menutup rapat wajah mungilnya yang sudah penuh air mata di baliknya. Tidak ada yang perlu dianggap serius. Lagi pula, mereka hanya melakukannya sekali. Berhubung Hendro tidak menyukainya, anggap saja semalam dirinya telah digigit anjing.Akan tetapi, hati Wenny tetap terasa sangat sakit.Wenny tahu betul, dia masih mencintai Hendro.Dia masih sangat mencintai pria itu.....Setelah hari itu, Wenny dan Hendro tidak pernah lagi saling menghubungi. Selama beberapa waktu terakhir, orang yang paling sering menjadi perbincangan adalah Mona.Mona tiba-tiba mengikuti sebuah program varie