Wenny ingin meredakan suasana.Hendro menatapnya sambil tersenyum genit, "Bantu aku?"Hendro dibius, dan Wenny ingin membantunya.Wenny pun tak bisa berkata-kata.Wajahnya yang mungil langsung memerah, dia melambaikan tangannya dengan cepat, "Bukan seperti yang kamu pikir, aku bisa membantumu dengan cara lain.""Oh?" Melihat Wenny berusaha menjelaskan dengan panik, Hendro bertanya dengan lucu, "Apa cara lainnya?"Wenny tak bisa menjawab.'Apa dia sengaja?'Sengaja menggodanya.Godaan seorang pria dewasa kepada seorang gadis.Kini Hendro berdiri di hadapannya, kakinya yang jenjang terbungkus celana panjang, di atas pinggangnya yang ramping diikatkan ikat pinggang kulit yang mahal.Wenny tidak berani memandang ke bawah ikat pinggang, dia tidak berani memandang bagian itu.Namun, wajahnya hampir sejajar dengan bagian itu, jadi Wenny mengalihkan pandangannya dengan canggung.Pada saat ini, wajah mungilnya tertangkap di telapak tangannya. Hendro mengangkat sudut bibirnya sambil berkata, "We
Tidak ada yang merespon.Andy masih mengantar para tamu di luar, dia mengantar Pak Robin dan Pak Jose ke mobil sambil tersenyum, "Pak Robin, Pak Jose, kerja sama kita..."Pak Robin menatap luka-luka di wajahnya dengan lucu, "Pak Andy, sebaiknya kamu cari dokter untuk obati wajahmu dulu."Para bos pun masuk ke mobil mewah dan pergi.Andy lalu kembali ke ruang tamu dengan wajah muram, dia mendatangi Landy dan berkata, "Landy, apa yang telah kamu lakukan? Kamu benar-benar mempermalukanku!"Sebenarnya, orang yang paling tidak bisa terima itu Landy. Dia masih bingung kenapa semuanya jadi gini, dia jelas sudah rencanakan semuanya dengan baik.Landy menarik lengan baju Andy dan berkata, "Sayang, dengarkan penjelasanku..."Andy mendorongnya, lalu mengambil jas dan pergi, "Aku tidak mau melihatmu lagi!"Akhirnya dia meninggalkan rumah ini.Wajah Landy yang penuh goresan langsung tampak pucat. Awalnya dia ingin manfaatkan kesempatan ini untuk dapatkan kembali cinta Andy, tetapi siapa sangka mala
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, sesosok tubuh yang tinggi dan tampan terbalut dalam kabut air pun berjalan keluar, Hendro sudah selesai mandi.Dia tampak mengenakan piyama sutra hitam. Begitu keluar, dia mendengar Steve mengajak Wenny keluar.Wenny menoleh ke arah Hendro dan berkata kepada Steve, "Nanti aku telepon lagi."Setelah menutup telepon, Wenny menatap Hendro dan berkata, "Pak Hendro, aku pergi dulu."Dia lalu mengulurkan tangan mengambil tasnya.Saat ini Hendro menjawab dengan acuh tak acuh, "Mau ke mana? Mau keluar dengan Steve?"Tanpa menjawab, Wenny berbalik dan pergi.Namun, Hendro menjulurkan tangan, menahan pergelangan tangannya yang ramping.Itu langsung menghentikan langkah Wenny, suhu tubuh Hendro terasa sangat panas.Suhu panas yang menyengat di ujung jarinya seakan membakar kulit Wenny.Mandi air dingin bukan hanya gagal mendinginkannya, malah membuat Hendro semakin panas.Wenny ingin menarik kembali tangannya, tetapi Hendro mendorongnya ke dinding, "Seberapa j
Hana datang!Hendro tiba-tiba menegang.Nalar yang baru saja hilang pun kembali pada saat ini, dia memejamkan matanya yang penuh kekecewaan.Apa yang sedang dia lakukan?Kenapa dia memaksa Wenny lakukan hal semacam ini!Saat ini, Wenny tiba-tiba merasa lega, Hendro telah melepaskannya."Kamu tetap di sini, jangan keluar."Setelah berkata, Hendro langsung pergi.'Dia pasti pergi cari Hana.'Pria yang tadinya berkobar-kobar karena nafsu, langsung menarik diri dan meninggalkannya begitu dengar nama Hana.Rona merah membara di wajah Wenny perlahan memudar, dia hanya bisa tersenyum pahit mengejek dirinya sendiri, ‘Sebagai istri sah, aku malah lebih mirip selingkuhan, sebaliknya Hana terasa seperti istri sahnya.'Ironis sekali.Apa yang akan Hendro lakukan dengan Hana?Pasti menyelesaikan hal yang belum mereka selesaikan tadi.Wenny berjongkok, mengambil ponsel di karpet dan memasangnya kembali.Tak lama kemudian nada dering ponsel berbunyi, ada panggilan masuk.Telepon dari Landy.Wenny pun
Hana telah belajar menari sejak kecil, dia juga telah menghabiskan banyak uang untuk perawatan tubuh setiap bulan agar kulitnya putih dan lembut. Dia memiliki sosok tubuh yang ramping, yang terlihat semakin menawan saat dia mengenakan rok suspender.Hendro duduk di sofa sambil menatapnya, menghadapi godaannya yang sedang menanggalkan pakaian, pandangan Hendro menyapu sosok anggunnya dari atas ke bawah.Hana memang adalah wanita tercantik di Kota Livia, seorang wanita yang dapat disukai Hendro tentu memiliki kemampuan yang luar biasa.Melihat Hendro sedang menatapnya dengan tatapan lugas layaknya seorang pria yang menatap seorang wanita, Hana mengangkat alisnya dengan bangga.Dia melangkah maju dengan sepatu hak tingginya, lalu menaiki paha Hendro dan duduk di atas dengan berani.Jari-jarinya menyentuh otot-otot kencang pria itu dan mempermainkannya dengan genit, "Hendro, tubuhmu keras banget."Hana lalu mengangkat alisnya sambil berkata, "Tubuhmu begitu keras, aku sudah serahkan diriku
Kamar tidur utama tampak kosong, Wenny tidak ada di sana.Saat ini, terdengar ketukan pintu, Sutinah pun muncul di luar pintu, "Pak, saat datang aku bertemu Nyonya, Nyonya sudah pergi."'Dia sudah pergi?''Bukankah kusuruh jangan pergi?'"Bos, aku sudah minta orang untuk cari penawar aroma afrodisiak."Hendro membuka mulut dan berkata, "Tidak perlu."Setelah berkata, Hendro masuk ke kamar mandi dan mandi air dingin lagi.Sebenarnya, aroma afrodisiak di ruangan itu telah dipadamkan oleh Wenny, Hendro hanya menghirup sisanya, jadi khasiat obatnya tidak terlalu kuat, Hendro bisa mengatasinya dengan tekad yang kuat.Hendro berdiri di bawah pancuran, membiarkan air dingin mengalir dari kepalanya. Tetesan air kecil membasahi otot-ototnya yang kuat lalu memantul, ketampanannya cukup untuk membuat siapa pun terpesona.Hendro menyipitkan matanya, gambaran wajah Wenny yang mungil, serta tangannya yang lembut muncul dalam benaknya.Membuatnya sangat nyaman.Hasrat yang baru saja dia tahan muncul
Alex merasa tertarik, "Tanding apa?"Wenny tahu Alex sangat suka bermain game, "Ayo main game bersama dan lihat siapa yang menang."Apa?Alex tertawa terbahak-bahak, "Wenny, kamu mau main game denganku? Aku ini raja, gimana mungkin bisa kalah dari orang desa sepertimu?"Sudut bibir Wenny agak terangkat, "Kamu akan tahu setelah bertanding."Alex lalu mengeluarkan ponselnya dan berkata, "Oke, ayo kita bertanding, hari ini akan kutunjukkan kebodohanmu."Wenny juga mengeluarkan ponselnya, keduanya pun mulai bermain game.Di dalam permainan, Alex memegang pedang besar dan mengayun dua kali dengan gagah, "Wenny, bersiaplah mati!"Detik berikutnya, terdengar suara GAME OVER.Permainan telah berakhir.Alex tiba-tiba melompat, wajahnya penuh ketidakpercayaan. Tepat saat dia mengayun untuk memamerkan diri, Wenny turun dari langit, kapak di tangannya berbalut cahaya keemasan menebas langsung ke arahnya dan membunuhnya.Alex kalah.Kenapa dia bisa kalah?Alex pemain veteran, dia itu seorang raja!
Alex menarik napas, wajahnya menjadi pucat. Apa yang dibicarakan si gadis desa yang begitu tidak tahu malu ingin menikahi Kak Hendro?'Wenny mau menghajarku?''Apakah dunia ini fantasi?''Di seluruh Kota Livia, hanya Kak Hendro yang berani menghajarku!'Wenny menarik Fany, "Fany, ayo pergi."Keduanya berjalan keluar, Hendro tiba-tiba meraih tangan Wenny.Jari-jarinya yang ramping menggenggam tangan Wenny, sentuhan kulit mereka seolah-olah menghasilkan arus listrik yang menawan, kenangan mereka kembali ke malam di Vila Cempaka, saat Hendro mendorongnya ke dinding...Wenny segera menarik tangannya kembali.Hendro memandangi wajahnya yang mungil dan cantik, tenggorokannya bergerak acuh tak acuh, "Wenny, hal semacam ini nggak akan terjadi lagi."Wenny menatapnya sambil berkata, "Pak Hendro, tolong beri tahu Nenek secepatnya, aku bisa pergi ke Biro Catatan Sipil untuk bercerai denganmu kapan saja, sudah lama aku ingin mengembalikan posisi Nyonya Jamil pada Hana."Selesai berkata, Wenny memb
Wenny melangkahkan kakinya hendak berjalan ke depan.Hanya saja, pada saat ini, terdengar suara dering ponsel. Pengacara Jimmy sedang meneleponnya.“Halo, Nona Wenny, ada sedikit masalah di kantor polisi. Kamu segera kemari!”Hati Wenny langsung berdetak kencang. Apa yang terjadi dengan Fany?Wenny langsung membalikkan tubuhnya dan berlari pergi.…Saat Wenny bergegas ke kantor polisi, Jimmy segera menghampirinya. “Nona Wenny.”“Ada apa dengan Fany?”Suara Wenny berhenti karena dia melihat sesosok bayangan tubuh yang familier baginya. Mona telah datang.Hari ini Mona juga mengenakan pakaian bermerek. Selebritas terkenal keluar dengan membawa sekelompok orang. Hari ini bertambah lagi dua orang pengacara di belakangnya.Mona berjalan ke hadapan Wenny, lalu berkata dengan tersenyum, “Wenny, dengar-dengar kamu datang buat jamin Fany. Jangan harap kamu bisa jamin dia. Sahabat baikmu akan tinggal di dalam sana selamanya. Dia nggak akan keluar lagi untuk selamanya.”Jimmy berkata dengan suara
“Cukup! Jangan bicara lagi!” sela Wenny. Dia tidak ingin mendengarnya.Sedikit pun Wenny tidak ingin mendengarnya.Hendro tersenyum dingin. Dia malah ingin Wenny mendengarnya. Dia ingin Wenny ingat semua itu karena Wenny yang menolaknya.Wenny menolaknya, jadi Hendro pun memberikannya pada teman kampusnya!Hendro melepaskan Wenny, lalu berkata dengan suara dingin, “Oke, kalau mau cerai, kita cerai saja. Kita cerai saja besok. Kalau bukan karena Nenek, sudah lama aku ingin campakkan kamu dari status istriku. Ada begitu banyak wanita antre di luar sana!”Hati Wenny terasa sangat sakit. Dia mengepal jari tangan putihnya, lalu berkata dengan mata merah, “Kalau gitu, kita ketemu di kantor catatan sipil jam sembilan pagi besok.”Usai berbicara, Wenny langsung meninggalkan tempat tanpa menoleh sama sekali.Hendro melirik bayangan tubuh langsing Wenny dengan raut dingin. Kalau gitu, cerai saja.Hendro memang ingin putus hubungan dengannya.Pernikahannya dengan Wenny memang sudah seharusnya ber
Wajah tampan Hendro langsung berubah dingin. Dia masih ingat masalah Wenny mengonsumsi pil kontrasepsi demi Steve. Selama ini, dia tidak menghubungi Wenny karena ingin menjauh dari Wenny dan memutuskan hubungan. Namun, hari ini Wenny berinisiatif untuk makan di rumah lama. Hendro mengira dia ingin melembutkan sikapnya, alhasil apa yang dia katakan? Dia berkata, Hendro, aku mau cerai sama kamu.Dia bahkan berkata, sehari pun dia tidak bisa menunggu lagi.Apa Wenny merasa Hendro terlalu baik padanya?Hendro menatap Wenny dengan tatapan dingin. Dia mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Wenny. “Wenny, apa malam ini kamu pulang buat pancing emosiku ya?”Wenny spontan mencampakkan tangan Hendro. “Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!”‘Apa katanya?’Wenny menengadah wajah kecilnya untuk bertatapan dengan tatapan dingin Hendro, lalu berkata dengan tegas, “Hendro, kamu benar-benar kotor!”Saking kotornya, Wenny tidak sanggup untuk menerimanya.Urat hijau di kening Hendro mulai menonjo
Hendro melirik Mona yang berada di sisinya sekilas. “Turun.”Hendro menyuruh Mona untuk menuruni mobil.Dia hendak meninggalkan Mona di tengah jalan.Begitu Mona menuruni mobil, mobil mewah langsung melaju pergi, meninggalkan asap knalpot mobil di wajahnya.Mona merasa marah hingga mengentakkan kakinya.…Wenny sudah tiba di rumah lama Keluarga Jamil. Dia sedang duduk di ruang tamu sembari menemani Bu Lisa mengobrol.Tidak lama kemudian, pintu rumah lama terbuka. Angin dingin di luar sana membaluti tubuh anggun dan tegak yang berjalan ke dalam rumah. Hendro telah pulang. Pelayan wanita menyapa dengan hormat, “Tuan.”Hendro mengganti sepatunya di depan rak, lalu melangkah ke dalam ruang tamu. Dia pun melihat Wenny.Setelah di UKS waktu itu, mereka berdua tidak bertemu lagi. Wenny semakin kurus dan lemah saja. Wajah mungilnya yang secantik dewi, kini terlihat semakin dingin dan anggun.Wenny baru saja keluar dari kampus. Dia masih mengenakan seragam kuliahnya dengan kemeja putih, rok ko
Wenny mengalihkan pandangannya dan menggeleng. “Yuvi, aku baik-baik saja.”Wenny mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi telepon rumah lama Keluarga Jamil.Bu Lisa merasa sangat gembira. “Wenny, akhirnya kamu bersedia telepon Nenek. Nenek kangen sekali sama kamu ….”Wenny mengangkat kelopak matanya, lalu melihat bayangan mobil mewah itu. “Nenek, malam ini aku nggak ada kelas. Aku bisa temani kamu makan malam di rumah.”“Bagus sekali. Kebetulan malam ini Hendro juga pulang. Nenek tunggu kepulanganmu.”“Oke.”Setelah panggilan ditutup, Wenny melihat ke sisi Yuvi. “Yuvi, aku mesti pulang ke rumah lama.”“Oke, kamu temani Bu Lisa makan malam sana.”Wenny menatap Yuvi. “Bukan, aku pergi untuk cari tahu siapa sebenarnya sugar daddy di belakang Mona.”‘Apa?’Yuvi terbengong.…Mobil mewah edisi panjang Rolls-Royce melaju kencang di jalan raya. Sutinah mengendarai mobil di depan, sedangkan Mona duduk di baris belakang. Dia sedang menatap pria di sampingnya.Hendro mengenakan setelan jas hitam
Tadi, Wenny sudah mencoba suhu airnya. Air itu hanya hangat dan sama sekali tidak panas.Tatapan mata Wenny yang jernih perlahan menatap wajah Mona. "Kamu sengaja tuduh Fany, sebenarnya targetmu dari awal adalah aku, 'kan?"Mona malah mengangkat bahu sambil tersenyum santai. "Ya."Yuvi yang berdiri di samping benar-benar dibuat kesal. "Mona, kamu gila ya? Selama ini, Wenny selalu menganggapmu sebagai teman. Apa kamu lupa waktu di Hotel Gosan, siapa yang nekat datang menyelamatkanmu setelah kamu dibawa paksa sama Pak Melvin? Nggak masalah kalau kamu menjauhi kami setelah sukses, tapi kamu malah balas kebaikan Wenny dengan kejahatan? Apa kamu masih punya hati nurani?"Mona sama sekali tidak merasa bersalah. Dia malah membalas sambil tersenyum sinis, "Akhirnya kalian jujur juga. Selama ini, sebenarnya kalian cuma iri sama aku. Kalian iri karena aku punya pacar yang kaya raya. Kalian iri karena aku bisa jadi artis terkenal."Iri?Yuvi sampai kehabisan kata. "Kalau berani, coba sebut nama p
Fany dibawa ke kantor polisi?Ekspresi Wenny langsung berubah setelah mendengar kabar itu. Dia segera menutup telepon, lalu berkata pada Yuvi, "Yuvi, aku harus pergi ke kantor polisi.""Wenny, aku ikut kamu."....Di kantor polisi, Wenny dan Yuvi akhirnya bertemu dengan Fany yang kini sedang ditahan di ruang tahanan. Wenny menggenggam sepasang tangan Fany yang terasa dingin. "Fany, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa sampai ditahan di sini?"Wajah Fany terlihat pucat dan linglung. "Wenny, ini semua ada hubungannya sama Mona si artis terkenal itu."Kemudian, Fany menceritakan semuanya dari awal, "Tadi, Nona Mona datang ke Ella untuk sesi pemotretan majalah. Dalam prosesnya dia perlu pakai sling pengaman, tapi ternyata talinya sudah dipotong duluan. Saat sesi pemotretan berlangsung, talinya putus dan dia langsung jatuh. Waktu itu, Nona Mona tiba-tiba menunjukku di hadapan semua orang. Dia bilang, dia lihat aku potong tali itu dengan mata kepalanya sendiri. Akhirnya, polisi data
Mona langsung menghentikan langkahnya. "Wenny, Yuvi, kebetulan banget. Kalian juga di sini."Wenny dan Yuvi berniat melangkah mendekati Mona.Namun, para pengawal berbaju hitam langsung berdiri di depan mereka. "Berhenti!"Mona pun melambaikan tangan, lalu berucap sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, mereka ini teman kuliahku."Begitu mendengar ucapan Mona, para pengawal pun segera mundur. Wenny dan Yuvi baru bisa melangkah maju dan berdiri di depan Mona."Mona, kamu sudah jadi artis terkenal?" Yuvi menatap ke arah Mona.Mona mengangkat alis, lalu menjawab santai, "Ya, aku sudah punya pacar. Pacarku yang membantuku jadi artis terkenal.""Pacar? Mona, kamu sudah pacaran? Kenapa sebelumnya kami nggak pernah dengar kamu punya pacar?"Mona tersenyum sangat manis. "Pacarku ganteng dan kaya raja. Dia juga sayang banget padaku."Sambil berkata begitu, Mona melangkah lebih dekat. Dia meraih tangan kecil Wenny sambil berujar, "Wenny, sekarang hidupku sangat bahagia. Kamu pasti ikut senang, 'kan? K
Wenny berbaring membelakangi Hendro, sementara pria itu duduk di tepi ranjang. Keduanya seperti sepasang suami istri yang baru saja bertengkar.Hendro mengepalkan tangannya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya mengucapkan satu kata, "Oke."Setelah itu, Hendro bangkit dan pergi.Dia benar-benar pergi.Air mata yang sejak tadi coba Wenny tahan kembali jatuh tanpa bisa dikendalikan. Dia menarik selimut, lalu menutup rapat wajah mungilnya yang sudah penuh air mata di baliknya. Tidak ada yang perlu dianggap serius. Lagi pula, mereka hanya melakukannya sekali. Berhubung Hendro tidak menyukainya, anggap saja semalam dirinya telah digigit anjing.Akan tetapi, hati Wenny tetap terasa sangat sakit.Wenny tahu betul, dia masih mencintai Hendro.Dia masih sangat mencintai pria itu.....Setelah hari itu, Wenny dan Hendro tidak pernah lagi saling menghubungi. Selama beberapa waktu terakhir, orang yang paling sering menjadi perbincangan adalah Mona.Mona tiba-tiba mengikuti sebuah program varie