Beranda / Romansa / Cinta dan Dosa / Bab 16: Perempuan Itu Bukan Mainan

Share

Bab 16: Perempuan Itu Bukan Mainan

Penulis: SachanStory
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-17 00:51:57

“Semoga kamu sadar, Bis. Perempuan itu bukan mainan. Mereka adalah harta berharga kedua orangtuanya, dan seorang lelaki tidak berhak untuk merusaknya.”

Melati tersenyum menyaksikan adegan itu lewat jendela kamarnya. Jika tadi dia sempat berpikir untuk menyembunyikan statusnya dengan Bisma, kini berbeda.

Dia ingin memperkenalkan Bisma dengan Papanya, agar sedikit demi sedikit Bisma paham, bahwa perempuan bukanlah barang yang seenaknya bisa dipermainkan.

“Pergi kamu. jangan kemari lagi, kalau sikapmu masih seperti itu.”

Terdengar dengan jelas suara teriakan Anton, dan bersamaan dengan suara mesin mobil yang mulai dihidupkan. Itu artinya Bisma telah pergi. Sekarang saatnya bagi Melati untuk membersihkan diri, dan bersiap untuk menerima hukuman dari sang papah tercinta.

“Kenal dari mana sama lelaki itu?” tanya Anton. Kini keluarga Melati sedang menikmati makan malam bersama.

“Dari sekolah, Pah. Kebetulan dia ketua Tim Basket,” jawab Melati. Sedikit menundukkan kepalanya.

“Wih … yang nginc
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta dan Dosa   Bab 17: Sebuah Rencana

    “Caranya … Lo kerjain aja lewat anaknya,” jawab Rexha, yang kembali menghisap rokok.“Maksud Lo langsung tidurin gitu?” tanya Doni, antusias.“Bukan … itu terlalu cepat. Lo tinggal kiss aja si Melati tanpa dia tahu, kasih tanda di lehernya. Anak bokap kayak gitu, pasti masih suka manja-manja sama orangtuanya.” Rexha mulai serius, dan menyimpan rokoknya terlebih dahulu.“Bisa dibayangkan kan, reaksi bokapnya kalau liat ada tanda merah di leher anak gadisnya. Dia pasti langsung marah, dan emosi. Itu udah cukup buat ngerjain bokapnya.”“Wih gila, Lo. Bapak-bapak aja mau dikadalin,” Doni menepuk-nepuk pundak Bisma.Sementara Bisma hanya tersenyum miring, semakin dia bisa menghancurkan gadis itu, maka ada beberapa orang yang tersakiti. Tak terkecuali, Raka–orang yang telah berani mengancamnya.“Thanks Xha, ide Lo keren banget.” Bisma menepuk pundak Rexha, dan kembali meneguk minumannya.Sesuai rencana semalam, kini Bisma sedang mengajak Melati pada saat jam istirahat, untuk makan bersama d

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-17
  • Cinta dan Dosa   Bab 18: Kecurigaan Bisma

    “Mel, aku … “ Bisma sedikit memiringkan wajahnya. Ini saat yang tepat, Melati sudah terpesona oleh kharismanya.Hingga … Bisma semakin mendekatkan wajahnya. Dan …Suara music dari ponsel Melati, membuyarkan lamunan sang gadis. Ia lantas menjauh dan melihat Maudi sedang menghubunginya.“Aku sudah bilang, hati-hati dengan Bisma.” Suara Maudi terdengar pelan, namun jelas. Dia tersadar, hampir membuat kesalahan dengan Bisma.Tanpa diketahui oleh Bisma, bahwa Maudi sedang mengawasi mereka dari atas pohon sambil memegangi buku favoritnya.“Siapa Mel?” tanya Bisma. Dia bersifat setenang mungkin, meski hatinya sedang dilanda kekesalan. Kesal karena tidak mendapatkan apa yang dia mau.Melati menggeleng dan menghampiri BIsma kembali. “Nggak ada, ayo kita selesaikan makan. Aku harus segera ke kelas.”Sial, Bisma mengumpat dalam hati. Ini baru permulaan, setidaknya dia tahu titik lemah Melati. Mereka pun menghabiskan makanan, dan segera menuju ke area kelas.Seperti biasa Bisma menggandeng Melati

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-17
  • Cinta dan Dosa   Bab 19: Jebakan dari Bisma.

    “Gue minta bukti. Kalau ketahuan mereka masih berhubungan, gue gak bakal pakai cara halus lagi ke cewek gue.”Bisma bangkit dan segera menghubungi Maudi, dia tidak akan memaafkan kedua orang itu, jikalau mereka benar-benar mengkhianati Bisma.“Halo Bis?” terdengar suara Maudi dari seberang sana.“Hallo, Di. Lo sekarang lagi dimana?” tanya Bisma basa-basi. Jika benar mereka masih berhubungan, bisa Bisma pastikan selama ini Maudi mengawasi mereka berdua. Bisma tersenyum licik, dia ingin mencoba satu hal untuk membuktikannya.“Gue lagi di luar nih. Lagi mau ke Cafe, ada apa? Lo mau ikutan.”“Nggak. Gue mau minta bantuan nih. Urgent.”“Ya udah, apa? Mumpung gue belum pergi.”“Gue minta Lo datang ke kantor Bokap. Tolong ambilin jaket gue yang ada di ruangan pribadi gue, kalau nyuruh orang rumah Lo tahu sendiri kan isinya apa. Bisa bahaya.”Bisma tersenyum, untung dia ingat belum menyimpan jaketnya yang ketinggalan. “Oh, Okay. Gue bisa atur.”“Sekarang yah, gue kebetulan Gue lagi ada latih

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-17
  • Cinta dan Dosa   Bab 20: Masuk Dalam Perangkap

    Melihat Melati yang sudah tertidur, akibat efek dari obat tidur yang telah Bisma campurkan kepada minuman tadi. Ia lantas menghentikan mobilnya di tempat yang cukup sepi.“Lo tahu … gue nunggu moment ini dari dulu.” Bisma membelai wajah kekasihnya dengan begitu lembut. Dia langsung menghirup aroma tubuh dari sang gadis, dimulai dari rambut, telinga, dan ….Saat hendak menyentuh bibir mungil itu, suara dering ponsel Melati membuat Bisma mengurungkan niatnya. Bisma mengambil ponsel itu, yang diletakan di dalam saku rompi sekolahnya. Dengan jelas tertera nama Maudi disana.Bisma tersenyum sinis, “Gue mau tahu reaksi Lo. Saat Lo tahu kenyataan hari ini …. ”Ia langsung menonaktifkan ponsel Melati dan mengambil ponsel miliknya. Lalu dia menyentuh menu berbentuk kamera dan mulai menyalakan rekaman Video. “Jika dalam satu Minggu Gue gak bisa dapetin apa yang Gue mau, ini bakal jadi senjata untuk neken Lo, Mel!”Bisma langsung menyimpan ponselnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-18
  • Cinta dan Dosa   Bab 21: Apa Yang Terjadi?

    “Ma-maksud Mama apa?” Melati tidak menyangka, bagaimana Dewi bisa mengetahui kebohongannya.“Ayo ke kamar kamu!” Dewi menarik Melati agar ikut dengannya ke kamar.“Cerita sama Mama. Kamu dari mana, Mel?” tanya Dewi. Yang bersifat setenang mungkin, agar anak gadisnya mau berbicara kepadanya.“Maaf!” Melati menunduk, percuma berbohong. Dewi sudah tahu kebohongannya.“Rencananya pulang Sekolah, aku mau ketemuan sama Kak Maudi di luar …. ”Dewi menggeleng, lelaki itu baik? Bagaimana bisa lelaki itu berbuat kurang ajar kepada anak gadisnya. Namun, Dewi memilih diam. Dan akan mendengarkan penjelasan anaknya sampai selesai.“Tapi … saat aku mau naik taxi. Kak Bisma ajak aku untuk ikut pulang sama dia. Dan aku … aku malah ketiduran di mobil Kak Bisma.”Melati menatap Dewi, lalu memeluknya. “Kata Kak Bisma dia gak berani antar pulang dalam keadaan tidur, takut Papa marah.”Dewi menggeleng, 'Anak itu. Apa dia sengaja melakukan ini?'“Mel! Kamu harusnya dengar baik-baik nasihat dari Papah mu unt

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-18
  • Cinta dan Dosa   Bab 22: Dikurung di dalam Toilet

    “Sayang aja, gue dulu keburu diputusin. Jadi … belum sempat muasin dia.”“Lo, sih, Sin. Jadi, keduluan sama anak kemarin sore.” Vanya, teman Sinta yang lagi ikut menimpali.“Ya … gimana, ya. Gini-gini gue masih punya harga diri. Gak kayak cewek udik satu ini, yang udah ngasih tubuhnya dengan sukarela ke Bisma.” Sinta mengibaskan rambutnya sedikit.“Kecil-kecil cabe rawit.” Kini Olla yang bersuara, teman Sinta yang berbadan gempal.“Gimana gak mau ngasih, Bisma kan tajir. Sama gue aja dulu, bisa ngasih puluhan juta. Apalagi sama nih cewek, gue denger bokapnya juga cuman pengusaha biasa.” Sinta semakin menjadi.Melati menggeleng, itu semua tidak benar. “Aku gak seperti itu,” lirihnya. Dia sudah benar-benar pusing dengan segala persoalan yang ada. “Bahkan … aku …. ” Melati menggeleng, kenapa harga dirinya harus diinjak-injak seperti ini?“Ups! Ini yang dibilang gak ngapa-ngapain.” Vanya menyungkurkan Melati kedepan, sehingga kepalanya terlihat seperti menunduk. “Lo lihat, Sin. Bekas apa

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-18
  • Cinta dan Dosa   Bab 23: Terjebak

    “Mel! Kamu gak apa-apa sayang?” tanya Bisma. Dia segera menghampiri Melati, yang saat ini berada di ruang UKS.Beruntung tadi Maudi menemukan Melati yang sudah pingsan di dalam. Berawal dengan kecurigaan Maudi, dikarenakan Melati tidak datang lagi untuk menemui dirinya.Akhirnya lelaki itu menelepon Melati, dan mendapati ponsel dan tas Melati tergeletak diluar kamar mandi umum. Dia pun langsung masuk ke dalam, dan mendapati Melati yang pingsan di dalam toilet.“Kamu kenapa? Siapa yang udah lakuin ini, Babe!” Bisma mengusap rambut kekasihnya.'Kamu, kamu yang udah buat aku seperti ini. Sebelum kenal kamu … hidup aku tenang.'Ingin rasanya Melati memaki Bisma, tetapi dia hanya bisa menahan semua itu di dalam hatinya.“A-ku .… ” Melati menggeleng, dia memegang kepalanya yang amat pusing.“Ini .… ” Bisma mengambil bubur yang sudah tersedia diatas meja. “Kamu makan dulu, ya?”Melati mengangguk, dengan telaten Bisma menyuapi gadis itu. Entah mengapa, hatinya mendadak perih, melihat wajah pu

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-19
  • Cinta dan Dosa   Bab 24: Akal Bulus Bisma

    “Kamu lihat apa yang disana?” tanya Bisma. Melati menggeleng, sekarang dia sudah benar-benar terjebak. Dalam Video itu sudah jelas, bahwa Melati dan Bisma pemain utamanya. Meski hanya sebatas Kissing, tetapi dia sudah merasa dilecehkan oleh Bisma.Bisma mengambil ponselnya dan segera meletakan kembali didalam tas “Bagaimana kalau Video ini sampai ke Papah kamu …. ” Bisma sengaja mengangguk ucapannya. Hanya ingin melihat wajah Melati, benar saja wajah Melati semakin memucat.“Atau aku kasih Video ini ke Maudi … dan aku sebar ke satu Sekolah.” Bisma mengusap wajah Melati lembut, “Aku gak peduli sama nama baik aku. Kita hadapi sama-sama sayang.”“Jangan! Aku mohon.” Melati memelas, apa jadinya jika video dan foto itu tersebar. Bagaimana dengan Papah nya? Terlebih Dewi, Mamah Melati pasti akan sangat malu keluarga besarnya.“Apapun untuk kamu sayang. Aku gak bakal sebagian ini.” Bisma menjauh dari Melati, lalu dia memantau keadaan sekitar. Tempat ini cukup sepi.“Makasih, aku mohon, jangan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-19

Bab terbaru

  • Cinta dan Dosa   80: Perbedaan

    “Lo pernah sadar gak sih. Gak seharusnya kita berdua hadir dikehidupan Melati. Yang berujung membawa dia ke penderitaan.”“Maksud Lo?”Maudi memejamkan matanya, “dia masuk Rumah Sakit lagi hari ini.”“Apa yang terjadi?” Bisma menoleh ke arah Maudi.“Sinta, dia bully Melati hari ini sama Geng nya saat dia ambil berkas-berkas kepindahan.”Bisma mengepalkan tangannya, “cewek itu!”“Dan yang lebih parah lagi, Doni ada diantara mereka! Dia melakukan kekerasan yang berlebihan sama Melati.”“Doni?” tanya Bisma tidak percaya.“Ya! Doni, dia suka sama Melati.” Maudi terkekeh, “bukan hanya kita yang suka dia.”“Lalu, kenapa dia melakukan kekerasan?”“Entahlah! Dia bilang kalau selama ini dia gak suka sama Lo. Jadi, begitu dia tahu Melati adalah perempuan yang bisa buat Lo jatuh cinta dengan tulus. Dia ingin balas dendam lewat Melati, bahkan dia tadi hampir ngelecehin Melati.”Bisma membulat

  • Cinta dan Dosa   79. Tidak Harus Hadir dalam Hidupnya

    “Lit, aku pulang dulu, ya,” pamit Maudi kepada Lita yang sedang berjaga.Lita tampak bimbang, tidak mungkin ia menghadapi keluarga Melati sendirian.“Ada sesuatu yang harus aku urus, setelah keluarga Melati datang. Kamu bisa pulang.”Seolah paham dengan apa yang terjadi, Maudi pun menambahkan. “BIlang yang sebenarnya terjadi. Katakan juga, aku akan kesini lagi nanti sekitar jam delapan,” jelasnya, sambil melirik ke jam tangan yang sudah menunjukan pukul enam sore lebih.Lita mengangguk, pemuda dihadapannya terlihat sudah sangat kelelahan. Sedari tadi Maudi yang sibuk mengurus administrasi dan juga sibuk meyakinkan pihak keamanan sekolah agar mau menahan para pelaku.“Jaga Melati, ya!” Maudi segera meninggalkan ruang perawatan Melati. Ada beberapa hal yang memang perlu dia urus.Siapa disangka, saat Maudi pergi keluar pintu rumah sakit lewat koridor kiri. Dewi dan Raka datang dari koridor kanan. Mereka segera menuju ruang rawat Me

  • Cinta dan Dosa   78. Dejavu

    Doni semakin naik fitam, melihat Melati yang hanya berdiam tanpa mengikuti perintahnya. Dia pun teringat salah satu film yang pernah dia tonton, bagaimana pemeran utama pria terlihat sangat menikmati permainan setelah menyiksa lawan mainnya terlebih dahulu.“Lo emang ditakdirkan untuk balas rasa sakit Gue!” Doni melepaskan cengkramannya, lalu kembali mencambuk paha putih Melati dengan ikat pinggang.Kini, perut dan kakinya sudah memerah.“Buka semua kain yang masih melekat ditubuh, Lo!” ancam Doni sambil mengayunkan kembali ikat pinggangnya. Melati menggeleng, jika harus mati hari ini. Dia tidak akan menyesalinya.'Bugh!'Kembali dia mencambukan ikat pinggang itu ke kaki sang gadis. Membuat Melati meringis menahan nyeri diseluruh tubuhnya.“Lo gak bisa ngelawan setelah ini!” Doni melemparkan ikat pinggang itu lalu melepaskan semua kain yang menutupi tubuhnya.Sinta tersenyum penuh kemenangan, saat yang ia tunggu akhirnya tiba. Doni telah sepakat dan

  • Cinta dan Dosa   77. Bullying (2)

    Tubuh Melati bergerak seketika, terlebih saat dia melihat Sinta menyalakan handphone dan mengarahkan kepada dirinya.Vanya tersenyum sinis, dia pun segera mengambil sebotol sirup yang sudah mereka siapkan.'Kayaknya tuh cowok punya fantasi liar,' batin Vanya melirik kearah lelaki bertopi dan bermasker yang ada di samping Sinta.Olla segera mengambil gunting, sedangkan Lidya memegangi tubuh Melati. Jikalau gadis itu berontak.Dengan tersenyum mengejek, dia segera menggunting cardigan yang melekat ditubuh Melati. Sehingga, Melati hanya menggunakan kaos putih berlengan pendek dan juga rok selututnya.Vanya pun menyiramkan sirup berwarna merah itu di atas kepala Melati. Sehingga, airnya bisa sampai ke bawah dan mengenai kaos putih sang gadis malang itu.'Glek.' Lelaki di samping Sinta hanya bisa menelan salivanya, saat dia bisa melihat jelas bagian tubuh Melati yang tercetak dan transparan akibat kebasahan. “Santai kali, Br

  • Cinta dan Dosa   76. Bullying (1)

    Tepat di hari Sabtu, Melati berniat untuk pergi ke Sekolah. Mengurus berkas-berkas untuk proses kepindahannya.Dia baru sempat melakukan ini karena sebelumnya masih harus menemani Bisma di Rumah Sakit. Sampai akhirnya, mantan kekasihnya dipulangkan pada hari Jum'at.“Terimakasih, kamu sudah mau menjaga Bisma selama di Rumah Sakit.” Fatma memeluk Melati erat, merasa terharu dengan apa yang dilakukan anak gadis yang disukai oleh putranya.“Sama-sama, Tan.” Malati tersenyum, “aku juga minta maaf. Kalau setelah ini, mungkin aku gak akan bisa menemui Bisma lagi. Aku sudah harus full di Rumah.”Fatma mengangguk, dikarenakan Maudi telah menjelaskan tentang keputusan keluarga Melati, yang memintanya agar mengikuti Homeschooling.“Kamu bisa kesini kapanpun kamu mau.” Fatma memeluk menggenggam tangan Melati. Gadis itu pun akhirnya berpamitan kepada Fatma dan Adi Prasetyo, setelah itu dia akan berangkat ke SMA Bintang.“Jangan terlalu dipikirkan. Kalau dia memang p

  • Cinta dan Dosa   75. Dendam!

    Januari, 2015.Tepat dihari Senin pertama bulan Januari, seluruh siswa sekolah sudah mulai mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik.Begitupun dengan Nayla, dia sudah mulai memasuki Sekolah. Meski sedikit berbeda, tidak ada Elvano yang akan mengganggunya saat jam istirahat berlangsung.“Padahal Lo bisa ikut Ujian Nasional dulu di sini Van. Kenapa harus dari sekarang perginya.”Sebuah perpisahan yang tiba-tiba, membuat Nayla merasakan kehampaan. Dia tidak tahu dengan perasaannya kepada Elvano, meski sebelum pergi, dia telah membalas cintanya. Tapi, hatinya berkata lain.Baginya, Elvano adalah sosok Kakak yang menjadi pengganti Melati.“Nay! Gue pergi dulu, jaga diri Lo baik-baik ya!” Elvano mengusap lembut puncak kepala Nayla. Dia sengaja menemui Nayla terlebih dahulu, sementara keluarga lainnya sudah mulai melakukan check in.“Iya, pasti.” Nayla mengangguk.Elvano tersenyum, dia mengambil sesuatu dari dalam saku celananya. Lalu memberikannya kepada Nayla. “Ini untuk Lo. Sorry,

  • Cinta dan Dosa   74. Ada yang hilang.

    “Apa yang terjadi?” tanya Maudi panik. Melati menggeleng, dia langsung memeluk Maudi.Takut. Itu yang dia rasakan saat ini. Entah mengapa, selain wajah Bisma yang selalu memenuhi pikirannya akhir-akhir ini. Selalu ada sosok lain yang datang, namun tidak terlihat jelas.Dan dia … terlihat menakutkan.“Kamu capek?” tanya Maudi yang langsung menduduki Melati. Dia segera melepas jaketnya dan memakaikan kepada Melati.“Aku selalu bilang dari awal kita sering jalan. Kamu itu cantik, jangan sering pakai pakaian pendek gini.” Maudi mencubit hidung Melati gemas.Melati hanya menanggapi dengan senyuman. Entah kenapa Maudi selalu mengira bahwa pakaian yang dipakai pendek. Padahal ini lumrah bagi gadis seusianya. Lagipula pakaian yang Melati pakai hanya selutut tidak pernah lebih atas.“Agak panjangan dikit. Aku gak mau ada yang memandang kamu dengan tatapan gak biasa.”Malati mengangguk, “Ia. Maaf!”“Apa yang terjadi? Kamu tadi kaya takut banget?”“Kaki ku digigit sesuatu tadi. Tapi, udah gak ke

  • Cinta dan Dosa   73. TANDA!

    “Mel! Apa kamu melakukan ini terpaksa?” tanya Bisma serius, saat ini Melati sedang membantunya untuk memberi makan siang.Melati menggeleng, “Nggak! Kalau terpaksa gak bakal sampai dua Minggu aku disini.”Bisma lega mendengarnya, “Aku takut kamu terpaksa. Sampai saat ini aku merasa kamu belum memaafkan aku.”Melati meletakan mangkuk yang tadi dia pegang, “Jangan bahas yang sudah berlalu. Aku mohon sama kamu.”“Maaf! Mel.” Bisma menatap Melati. “Aku merasa berdosa sama kamu.”“Bis, kita sekarang teman. Kita sudah janji, untuk memulai semua dari awal. Aku sudah maafkan kamu, aku juga sudah melupakan apa yang terjadi sebelumnya,” jelasnya sambil membuang muka.“Iya, Mel! Aku janji gak akan bahas itu lagi. Sebelumnya aku juga sudah janji sama Maudi untuk menghapus semua yang menjadi penyebab permasalahan kita. Aku gak akan inget itu lagi.” Bisma meraih tangan Melati.“Sudah jam satu siang. Aku harus pulang.” Melati melepaska

  • Cinta dan Dosa   72. Pewaris Keluarga

    Hari ini, kondisi Bisma mulai membaik. Dia sudah makan makanan yang lebih enak menurutnya. Seperti saat ini, dia diizinkan untuk makan nasi tim. terdengar sederhana memang, tetapi itu makanan terenak yang dia makan semenjak sadar.Seperti sebelumnya, dia memilih menikmati pemandangan di luar rumah sakit. Sambil melihat rerumputan hijau, dan melihat anak-anak yang sedang bermain di taman bermain yang dibuat khusus oleh pihak rumah sakit. Karena, anak-anak tidak diperkenankan masuk Rumah Sakit, maka agar tidak bosan, disediakanlah taman dengan segala fasilitasnya.“Kenapa nangis?” Fatma menyimpan wadah yang berisi makanan dan menghapus air mata yang keluar dari sudut mata anaknya.“Bisma hanya ingat masa-masa Bisma kecil dulu, Mom!” Bisma menunjuk anak-anak yang sedang bermain. “Bebas dan tanpa beban.”“Semua orang itu akan tumbuh dan berkembang. Jadikan semua itu sebagai kenangan!”“Bisma jadi ingat Kak Willy. Kalau Kakak masih ada, pasti

DMCA.com Protection Status