Share

Chapter 26

Author: Yen Lamour
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Seraya berpura-pura menjalani tugas dari Crusio, kita cari tahu kelemahan Nox.” Jeff menyuarakan keluar pemikirannya.

“Kalau Nox memang punya kelemahan itu, mana mungkin dia masih bisa bernapas hingga sekarang!”

“Sebelumnya mungkin memang tidak ada, Sir. Namun, kini tak lagi sama. Apakah Anda ingat di sisi Nox saat ini ada anggota baru?”

Bayangan seraut wajah melintas ke dalam kepala sang pemimpin, membuatnya tersadar seketika lantas bibirnya membentuk senyuman licik. “Apakah kau yakin bisa memanfaatkan orang itu?” tanyanya.

“Kita dapat menyimpulkan jawabannya dengan melakukan uji coba, Sir.”

“Kau memang selalu bisa kuandalkan, Jeff. Tidak salah aku memilihmu sebagai orang kepercayaanku.” Ia menepuk-nepuk bahu Jeff diiringi wajah puas dan senyum lebar.

“Setelah kita melenyapkan Nox, posisi underboss berikutnya sudah pasti akan jatuh di tangan Anda,” Jeff mengucapkan keluar dengan nada penuh keyakinan dan disambut gelak tawa dari Bosnya.

“Aku mau beristirahat. Panggil orang untuk memb
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta dan Dendam   Chapter 27

    Elian berdeham pelan untuk menyamarkan wajahnya yang berubah tegang. “Ini masalah pria, kau tidak perlu tahu,” jawabnya.Tentu saja karena aku cemburu, Bodoh! Jelas sekali pria itu menyukaimu. Aku tidak suka melihat pancaran matanya saat sedang memandangmu. Batinnya bergumam.“Kau selalu bermain rahasia, El! Dengan sifatmu seperti itu, mana ada wanita yang bersedia menikah denganmu?” Maylin mencebikkan bibirnya kesal dan melipat kedua tangannya di atas dada.“Pria yang misterius cenderung mampu membuat wanita semakin penasaran dan mengejar pria itu.”Maylin tertawa sinis, lalu berkata, “Yeah … aku dapat melihatnya.” Kedua netranya mengarah ke dua orang Pengawal yang tengah berdiri mematung. “Ketimbang dari seorang wanita, lebih tepatnya bodyguard pribadimu lah yang sering mengejarmu, El.”Elian tidak menanggapi sindiran dari wanita di depannya itu. Dengan lembut ia merapikan untaian rambut Maylin yang jatuh hampir menutupi mata indahnya. Sebuah perhatian kecil, tetapi sangat melekat k

  • Cinta dan Dendam   Chapter 28

    Kedua sudut bibir Elian terangkat membentuk senyum lebar. Netranya tidak berhenti menatap pada layar ponselnya.“Apakah foto-foto itu membuatmu sebegitu bahagianya?” Maylin melirik Elian yang sedang duduk di sampingnya dengan seuntai senyum yang tidak lepas dari bibirnya sejak mereka mengambil beberapa foto bersama di Menara London. Sungguh ia tidak mengerti isi pikiran pria itu. Memangnya ada yang spesial dari foto itu?Foto yang tersimpan di dompetku selama ini berupa foto dirimu bersama Darwan. Hari ini bisa berfoto denganmu tanpa ada sosok pria lain, tentu saja membawa kebahagiaan tersendiri bagiku. Semoga keberuntungan dan kebahagiaan hari ini terus berlanjut sampai seterusnya. Batin Elian.“Kita mau ke mana?” Maylin bertanya saat mobil berbelok pada jalur yang bukan ke arah penthouse Elian.“Makan,” jawab Elian singkat.“Di mana?” tanya Maylin lagi.“Di restoran.”Jawaban singkat Elian membuat Maylin memutar bola mata. “Aku tahu, tetapi di mana?”“Kau akan tahu.” Pandangan mata

  • Cinta dan Dendam   Chapter 29

    “Siapa saja selain Brianna?” tanya Elian ingin tahu.“Hanya kami berdua saja.”Elian mengangguk. “Pergilah.”Maylin menatap Elian dengan terkejut dan tak percaya. Sebuah keajaiban mengingat Elian terlalu bersikap paranoid padanya. Padahal, ia sudah menyiapkan banyak ancaman untuk pria itu bila tidak diizinkan.“Sunggguh, El?” tanya Maylin memastikan.“Yeah ... asalkan bodyguardku harus selalu bersamamu, ke mana pun kau pergi.”“Suruh mereka mengawasiku dari jauh. Setiap berkumpul bersama teman baruku, jangankan mereka, aku pun merasa tidak begitu nyaman karena kehadiran bodyguardmu itu.”“Terlalu beresiko mengawasimu dari jauh, Lin. Kemungkinan terlambat melindungimu bisa saja terjadi. Aku tak akan mengizinkan mereka jauh-jauh darimu.” Elian menggelengkan kepalanya tidak setuju.“Oh Gosh! Aku bukan anak kecil! Memangnya siapa yang mau berbuat jahat padaku? Aku tidak punya musuh dan bukankah tadi kau sendiri yang mengatakan tak akan ada orang yang berani menculikku?” cibir Maylin.“Aku

  • Cinta dan Dendam   Chapter 30

    Maylin mendongak tatkala mendengar suara seorang pria dan tertegun melihat kemiripan wajah pria itu dengan Elian. “Selamat malam, Mr. Carter,” Maylin menyapa dengan sopan. Ini kali pertama ia bertemu dengan Ayah Elian.“No, no … panggil saja Daddy Emilio and good night too, Dear.”“Eh? Da— daddy?” Maylin tampak terkejut.“Frida pasti senang mengetahui kau tetap menjadi calon menantunya. Dan kau, Elian … kenapa tidak memberi tahu Daddy tentang hubungan kalian ini?”Maylin menatap Elian yang hanya bergeming. Pria itu tidak sama sekali terlihat akan meluruskan kesalahpahaman Ayahnya. “Anda salah paham, Mr. Carter,” ucapnya kemudian.“Daddy Emilio, Dear,” tukas Emilio memperbaiki panggilan wanita itu untuknya.“Ba— baiklah, Daddy Emilio.” Merasa percuma saja Maylin menyatakan keberatannya sebab Ayah Elian terlihat tidak mau dibantah. “Maaf, Daddy Emilio. Ada suatu hal yang ingin kutanyakan.”Elian yang dapat menebak perihal apa yang akan ditanyakan oleh Maylin, bersiap menahan wanita itu,

  • Cinta dan Dendam   Chapter 31

    Melihat putranya seakan-akan siap membunuh siapa pun saat ini juga, membuat Emilio memberikan sebuah pertanyaan, “Apakah kau jatuh cinta kepada wanita itu, Elian?” Helaan napas panjang Emilio berembus ketika menanti jawaban yang tak kunjung keluar dari bibir putranya. “Daddy sudah pernah memperingatkanmu, jangan pernah menaruh cinta kepada wanita mana pun, Elian. Terjebak dalam cinta mampu melumpuhkan logika terbaikmu. Terlebih akan ada banyak hal yang harus kau korbankan. Tidak hanya merugikan dirimu sendiri, tetapi juga kelompok kita dan sebelum kau menghancurkan musuhmu, mereka terlebih dulu yang akan menghancurkanmu.” “Seandainya saja cinta memiliki tombol on dan off untuk mengaturnya, maka aku tidak perlu bersusah payah membunuh perasaan cinta ini, Dad!” jawab Elian mengusap wajahnya frustrasi. “Sejak kapan kau mencintainya?” tanya Emilio. Ia bukannya tidak memahami perasaan Elian. Dirinya pun juga pernah berada di posisi putranya seperti saat ini. Namun, tidak semua cinta ha

  • Cinta dan Dendam   Chapter 32

    Angin malam berhembus kencang hingga menusuk tulang meskipun pakaian tebal berlapis melekat di tubuh, angin dingin tetap melawan masuk. Membuat orang-orang yang masih beraktivitas di luar sana, lebih merapatkan lagi jaket yang membungkus tubuh mereka demi menghalau udara dingin.Nox beserta anak buahnya melangkah masuk menuju rumah besar bergaya kuno dengan tiang dan dinding batu yang kukuh. Beberapa pepohonan yang begitu lebat dan tinggi menjulang mengelilingi bangunan besar itu. Tanaman merambat, tumbuh subur di dinding yang membentengi rumah.Jika dilihat dari luar, rumah tersebut tampak tidak berpenghuni dan pada malam hari terlihat sangat mengerikan seperti rumah-rumah besar dan angker dalam film horor.Bangunan itu adalah peninggalan leluhur Crusio pada zaman penjajahan dahulu kala, yang kemudian dijadikan tempat rahasia keberadaan Crusio yang tidak diketahui oleh siapa pun, terkecuali Nox dan Imperius, seorang konselor bagi Crusio.Oleh sebab itu, penampilan luar bangunan denga

  • Cinta dan Dendam   Chapter 33

    Tampak Restin Banara tengah bergelut di atas ranjang dengan rasa sakit akibat efek pengobatan kemoterapi.“Mau muntah, Res?” Fifi memandang sang adik dengan tatapan khawatir.Restin tanpa menjawab, langsung menundukkan wajahnya ke arah wadah dan memuntahkan isi perutnya. Fifi yang berada di sampingnya, mengurut pelan leher Restin seraya mengusap lembut punggung adiknya itu.“Kita langsung ke rumah sakit, ya?” Fifi bertanya dengan nada sedikit membujuk.Restin menggelengkan kepalanya. “Aku hanya muntah-muntah saja, Fi. Tidak demam, juga tidak diare. Dokter mengatakan jika kondisiku tidak memungkinkan baru segera ke rumah sakit, 'kan?”“Tapi ini sudah ke empat kalinya kamu muntah, Restin! Nafsu makanmu juga menurun drastis. Dokter berpesan untuk menjaga leukosit tetap normal agar dapat melakukan jadwal kemoterapi yang kedua.”“Aku mengerti kekhawatiranmu, tetapi aku yang paling mengerti kondisi tubuhku seperti apa. Tenang saja, aku masih sanggup bertahan, Fi. Aku akan berusaha untuk sem

  • Cinta dan Dendam   Chapter 34

    “Siapa itu alien?” Valo mengernyitkan keningnya tatkala mendengar umpatan tadi. “Apakah ada karyawan yang bernama alien di kantor ini, Ric?” tanyanya pada Asistennya yang berdiri di sebelah kirinya.“Setahu saya tidak ada, Sir.”“Cari tahu orang yang memiliki nama makhluk planet asing itu!”Seketika satu alis mata Riccardo terangkat tinggi, keheranan mendengar sebuah perintah remeh yang baru saja terucap dari mulut Bosnya. Ia mengikuti arah pandangan Bosnya tengah menatap wanita yang mengumpat tadi hingga menghilang di balik pintu lift bersama karyawan lainnya.Tidak, tidak! Mungkin hanya pikiranku yang terlalu berlebihan. Batin Riccardo, mengusir kecurigaannya mengenai kemungkinan Bosnya jatuh cinta kepada wanita itu.*****“Kak Valo? Ada apa sepagi ini berkunjung ke kantor?” Pertanyaan itu terlontar keluar bersamaan dengan langkah kaki Elian berhenti di tempat Valo dan Riccardo berdiri.“Oh hai, Elian! Kebetulan sekali … kau mengenal seorang bernama alien?” Valo balik bertanya. Meli

Latest chapter

  • Cinta dan Dendam   Chapter 73

    “Aku tidak menuntut banyak penjelasan saat tahu kalau kau sudah mengetahui dari Vlora, rahasia yang selama ini kusimpan rapat-rapat, lalu perubahan sikapmu setelah kita berada di kota ini ….” Maylin menjeda sejenak. Sepasang netranya menatap Elian penuh menyelisik, menunggu reaksi dari pria blasteran itu. “Bahkan, tanpa sepengetahuanku kau menutupi identitas keluargaku agar tidak diketahui Valo,” imbuhnya.Melihat ekspresi kedua mata abu-abu itu tersentak kaget, Maylin menemukan jawabannya. “Kau begitu misterius, Elian. Namun, aku tak akan protes karena itu adalah privasimu. Jadi, aku harap kau pun juga bisa menghargai privasiku.”Keheningan memenuhi mereka, kemudian melanjutkan sarapan dalam diam. Sampai ketika Maylin bangun dari kursinya dan membawa peralatan makan hendak mencucinya, suara Elian memecahkan kesunyian di antara mereka.“Semua yang kulakukan, terlepas dari baik atau buruk ….”Maylin memutar tubuhnya menghadap Elian. Kedua mata mereka kini saling bertemu. Sepasang iris

  • Cinta dan Dendam   Chapter 72

    [Yeah, Deon menyuruhku menghapus semua data kalian untuk berjaga-jaga bila seseorang ingin mencari tahu tentang Frans Pramanta.]“Kalian yang dimaksud apakah mama, Rayla, juga tante Fifi?” Maylin mendelik, terkejut mendengar jawaban Leonel.[Seluruh keluargamu, sweety, termasuk Frans Pramanta. Ada apa? Dari mana kau mengetahuinya?]Serentetan pertanyaan itu menguap begitu saja dari bibir Leonel.“Kalau begitu, apakah diam-diam kak Leonel juga meretas database yang ada di dalam sistem perusahaan Elian, menghapus nama-nama keluarga yang kucantumkan di sana?” Alih-alih menjawab, Maylin balik bertanya. Tidak menutup kemungkinan Leonel melakukannya sebab pria itu memang ahli di bidang tersebut.Tidak ada suara jawaban dari pria itu. Maylin menjauhkan ponsel dari telinganya dan menatap layarnya sejenak mencoba memastikan. Masih tersambung.Maylin menempelkan kembali ponsel di telinga kanannya. “Halo? Kak Leo? Apakah kau masih berada di sana?”[Bukan aku.]“Apa maksudnya?” Dahi Maylin menger

  • Cinta dan Dendam   Chapter 71

    “Jawaban seperti apa yang ingin kau dengar?” Elian balik bertanya dengan datar, “Kak Sio.”“Kau pasti memiliki alasan untuk melakukannya. Aku ingin tahu apa alasan itu.” Sio tersenyum tipis.Suasana menjadi hening beberapa saat. Elian hanya bergeming menatap Sio, menunggu pria itu memutuskan hukuman apa yang harus diterimanya sebagai konsekuensi melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi mereka.“Wanita itu … apakah dia yang menjadi alasanmu mengenyahkan bodyguard-mu sendiri?”Pertanyaan itu sukses membuat ekspresi wajah Elian berubah menjadi tegang. Hanya sesaat, karena sepersekian detik kemudian, ia kembali memasang wajah datarnya.Sio menyeringai menatap Elian. “Apakah uncle sudah tahu?”“Tidak,” jawab Elian singkat. Bagaimanapun juga, ia harus menyelamatkan posisi ayahnya yang telah mencoba menyembunyikan segala perbuatannya.Sio menghembuskan kembali asap rokoknya ke udara. “Kau tahu kalau aku memberikan kepercayaan penuh padamu, bukan? Terus terang aku sangat kece

  • Cinta dan Dendam   Chapter 70

    Mendengar satu nama itu disebut, berhasil melenyapkan ketenangan yang baru saja Maylin dapatkan dari efek alkohol itu. Seketika tubuhnya menjadi kaku. Jantungnya seolah berhenti berdetak. “Kedua orang tuaku ….” Maylin berhenti sejenak.Padahal, ia telah mengubur dalam-dalam semua kenangan yang mengingatkannya pada kebahagiaan sekaligus kepedihan ke dalam lubuk hatinya. Namun, hanya sepersekian detik buih-buih kenangan yang telah lama terpendam itu mendadak berhamburan.Kepalanya tertunduk dalam, berusaha keras menahan rasa sesak serta amarah di dadanya dengan mengepal erat kedua tangannya di bawah meja hingga kuku-kukunya menusuk telapak tangannya.“Mereka membuangku ketika usiaku sepuluh tahun,” ucap Maylin melanjutkan. Kebohongan itu keluar dari mulutnya begitu saja.Kau tidak sepenuhnya berbohong, Lin. Bajingan itu memang meninggalkan kalian terhitung sudah empat belas tahun. Sebuah suara bergema di dalam benaknya.“Bolehkah aku tahu, apa yang telah terjadi?” tanya Valo.Ada keseri

  • Cinta dan Dendam   Chapter 69

    Di depan lorong satu-satunya akses menuju ruang restoran, seorang wanita dengan rambut bergelombang cokelat dan seorang petugas terlihat tengah saling melempar argumen sementara seorang pria lain dengan balutan setelan jas biru dongker-nya berdiri di sebelah wanita itu.Ia hanya diam seraya mendengarkan perdebatan kedua orang dewasa itu yang terus berlanjut. Tidak peduli orang-orang yang berlalu lalang, menoleh ke arah mereka, sebelum kemudian memandang dirinya dengan tatapan memuja.Penampilannya dengan setelan resmi, membungkus tubuhnya yang sempurna. Wajah tampan maskulin, garis rahang yang tegas adalah perpaduan sempurna yang diidam-idamkan seluruh kaum adam di seluruh dunia sekaligus menggoda kaum hawa di saat yang bersamaan.Seolah Tuhan sedang bahagia ketika menciptakannya. Tampan. Kaya. Benar-benar godaan yang terlalu sulit untuk tidak menaruh perhatian, terkecuali Maylin Pramanta. Hanya wanita itu yang tidak terpesona pada seorang Valo Wren Osborn.“Apakah Anda tidak mengerti

  • Cinta dan Dendam   Chapter 68

    Entah sudah berapa lama, Valo masih belum juga kembali. Pria itu hanya menyuruhnya agar menunggu di dalam mobil hingga akhirnya Maylin merasa bosan dan mengambil ponsel untuk mengusir kejenuhan tersebut. Dilihatnya hasil foto yang ada di kameranya seraya senyum-senyum sendiri.Ia kemudian mengirimkan beberapa foto kepada Rayla, bermaksud memamerkan kepada sang kakak. Tidak lama setelah foto terkirim, pesan masuk pun berbunyi.[Elian membawamu ke tempat lokasi syuting film legendaris Robin Hood dan Harry Potter? Kau sangat beruntung, adikku! Akan tetapi, kau menjadi sangat amat menyebalkan! Aku juga ingin berkunjung ke sana!]Maylin terkikik membaca balasan dari Rayla, lalu menggerakkan jemarinya di atas layar ponsel, mengetik sederet kalimat.[Mintalah pada kak Deon. Suami tercintamu itu tanpa ragu-ragu pasti mengabulkan keinginanmu. By the way, bukan Elian yang membawaku pergi, tetapi teman baruku.]Jemarinya berhenti bergerak untuk sejenak. Membaca sekali lagi pesannya sebelum menek

  • Cinta dan Dendam   Chapter 67

    Tidak berapa lama kemudian, sepasang netranya membelalak. “No way! Tiket broomstick training! Seriously?” pekik Maylin dengan nada tidak percaya.“Tiket ini sangat terbatas. Aku mendapatkannya dengan susah payah karena diprioritaskan untuk pengunjung berusia 6 hingga 16 tahun. Jika kau mau berterima kasih padaku, cukup berhenti bersungut padaku. Deal?”Maylin melipat kedua tangannya. “Kau sendiri yang memulainya. Sudah kuperingatkan, aku bukan wanita murahan seperti wanita-wanita yang pernah bersamamu.”“Baiklah, aku mengaku bersalah. Maafkan aku, okay?” ujar Valo sembari mengulas senyum bersalah. Sedetik kemudian, dirinya terkejut setelah menyadari kalimat apa yang baru saja ia lontarkan. Kalimat itu meluncur begitu saja, tanpa direncanakan. Meskipun begitu ia tetap ingin terlihat tenang di hadapan wanita itu.Would somebody mind telling me, what the bloody hell’s going on? Valo memaki dalam hatinya.Maylin menghela napas pasrah. “All right! Aku tidak mau merusak suasana hatiku yang

  • Cinta dan Dendam   Chapter 66

    “Kembali? Absolutely is no!" jawab Maylin sembari bersedekap. "Apakah kau pernah mendengar sebuah kereta akan mengemudikan balik ke stasiun yang telah mereka lewati hanya untuk mengangkut penumpang yang telat? Begitu pun dalam kamus hidupku. Tak akan kembali ke titik awal setelah melewatinya. Jika kau takut, pergilah. Aku bisa melanjutkannya sendiri. Tantangan ini sangat menyenangankan!” imbuhnya penuh semangat.Namun, baru beberapa langkah tubuhnya kembali menabrak dinding kaca tersebut. Tak hanya sekali—dua kali, hingga emosi wanita itu mulai terlihat dengan mengumpat setiap kali dirinya tertabrak.“Berhenti menertawaiku, Jerk!” Maylin menggeram kesal lantaran Valo tergelak kencang melihatnya berulang kali gagal mencari jalan di saat bersamaan tubuhnya menabrak kaca.“Perlu bantuan?” ujar Valo di tengah-tengah tawanya.Akan tetapi, sifat keras kepala yang begitu mendarah daging dalam diri wanita itu kontan menolak begitu saja. Ia ingin dengan caranya sendiri menaklukkan tantangan te

  • Cinta dan Dendam   Chapter 65

    Valo dan Maylin segera turun dari jet, lalu di bawah jet telah ditunggu oleh beberapa pria berpakaian serba hitam dan juga sebuah limousine siap mengantar mereka.“Sama seperti Elian. Pengusaha terkenal seperti kami memang membutuhkan jasa bodyguard untuk melindungi kami dari ancaman,” ujar Valo menjelaskan ketika mendapati tatapan Maylin mengarah ke pengawalnya.Maylin bersikap tak acuh, lantas masuk ke dalam limousine tanpa sepatah kata. Tidak berselang lama, mobil perlahan bergerak meninggalkan parkiran pesawat. Sepanjang perjalanan Maylin tidak berhenti menatap pemandangan dari luar jendela mobil.Sekelilingnya didominasi daun-daun beragam warna yang melekat di dahan-dahan pohon, juga rerumputan hijau dan sinar matahari yang memancar serta awan yang berlapis hingga terlihat seperti bulu halus menjadi perpaduan yang indah hingga mencuri perhatian bagi siapa saja yang melewati sekitarnya. Dan juga sebuah kastil yang cukup megah dan terkenal, yakni Bamburg Castle. Beberapa kali Mayli

DMCA.com Protection Status