Setelah mendapatkan izin dari sang suami. Arni berjalan menuju Yulia meminta izin juga pada sang mertua. Memegang erat tangan sang mertua berharap meminta dukungan pada mereka. Jujur, Arni takut dan ragu. Mertua mana yang membiarkan sang menantu menemani laki-laki yang pernah ada di hati sang menantu. Tanpa ia duga. Yulia menggandeng tangannya dan membawanya mendekat ke brangkar Afnan. Arni yang sedari tadi menunduk sedikit menengadah melihat wajah tulus Yulia yang tersenyum mengangguk padanya. Arni langsung memeluknya. Yulia memang sangat menyayangi Arni seperti anaknya sendiri. Namun, ia tadi sempat kecewa mendengar Afnan meracaukan nama sang menantu dalam ketidaksadarannya. Ia baru bisa mengerti setelah Azzam menelpon Arni tadi."Dok, ini Arni. Apa yang harus dia lakukan untuk membantu gus Afnan supaya segera sadar?" tanya Yulia. "Kok sejak tadi enggak bilang kalau ada Mbak Arni di ruangan ini," ucap sang dokter. Yulia tersenyum tidak menjawab."Baiklah Mbak Arni tolong ajak pasie
Pengalaman pahit yang menuntutku untuk selalu bersikap ikhlas bisa dijadikan sebagai pelajaran hidup yang sangat berharga sehingga diriku akan menjadi lebih kuat ke depannya. Karena dengan menerima keadaan dan ikhlas dengan apa yang telah terjadi akan memberikanku kemudahan untuk melangkah agar menjadi pribadi yang lebih baik.(Afnan- Cinta dalam Balutan Doa)Sudah satu bulan Afnan dirawat di rumah sakit, kondisinya sudah mulai membaik. Kaki dan tangannya sudah dibuka perbannya. Namun, untuk berjalan Afnan belum bisa, untuk sementara ini dirinya harus menggunakan kursi roda sambil mengikuti terapi, kaki kirinya memang yang paling parah. Meskipun ia tidak sampai lumpuh. Afnan sudah bisa sedikit tenang dan menerima kondisinya. Ia belajar untuk ikhlas menjalani takdirnya. Ummi Syarifah sangat perihatin dengan keadaan sang putra saat ini. Ketika ia melihat Afnan air matanya lolos membasahi pipinya dengan sendirinya. Ia selalu berusaha menyembunyikan kesedihannya supaya Agnan tidak ikut s
Satu bulan berlalu setelah Arni dan Azzam menjenguk Afnan. Arni masih dengan aktivitasnya ke kampus. Azzam juga sudah kembali bertugas seperti biasanya. Hubungan Azzam dan Arni semakin harmonis. Arza semakin lucu dan menggemaskan sesuai perkembangannya, kini usia baby tampan itu sudah 8 bulan lebih.Kebetulan hari ini libur. Azzam mengajak keluarga kecilnya jalan-jalan. Rencananya ia mengajak Arni dan baby Arza ke mall dan taman."Sayang, sudah siap belum?" tanyanya pada sang istri. "Sudah, Mas. Arza juga sudah siap," ujar Arni. "Masya Allah, cantiknya istriku! Makin hari makin cantik aja deh, rasanya aku enggak rela ada cowok yang melirikmu," ucapnya tulus sambil mencium kening Arni."Apaan sih, modus melulu deh!" ucap Arni sambil memukul dada bidang sang suami."Beneran, Dek. Aku enggak gombal, rasanya ... aku sangat takut kehilangan kamu, Dek!""Aku enggak akan ninggalin kamu dan enggak akan mau itu terjadi, Mas. Terus apa yang Mas khawatir?""A-aku enggak mengkhawatirkan apa-ap
“Hidup adalah serangkaian perubahan yang alami dan spontan. Jangan tolak mereka karena itu hanya membuat penyesalan dan duka. Biarkan realita menjadi realita. Biarkan sesuatu mengalir dengan alami ke mana pun mereka suka.” ***"Bagaimana keadaan putra saya, Dok?" tanya Hambali saat melihat dokter yang menangani sang putra."Keadaan briptu Azzam masih kritis, kami sudah mengeluarkan peluru yang menembus perutnya, tinggal satu peluru lagi yang masih bersarang di jantungnya belum kami angkat, tapi kami berjanji akan memberikan yang terbaik untuknya." DokMendengar hal itu Arni limbung dan tak sadarkan diri. Yulia panik melihat sang menantu. Hambali mengangkat tubuh menantunya yang sudah ia anggap seperti putri kandungnya sendiri bersama Yulia yang berada mengikutinya dan berteriak meminta bantuan suster supaya memanggilkan dokter untuk Arni.30 menit berlalu, Arni baru sadar dari pingsannya. Ia berusaha duduk meskipun kepalanya masih pusing, tubuhnya pun masih lemas. Ia melihat ada sel
Tidak ada sesuatu yang kekal di dunia ini, karna kematian merupakan sebuah hakikat yang akan menghampri semua manusia.كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَاِ نَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّا رِ وَاُ دْخِلَ الْجَـنَّةَ فَقَدْ فَا زَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا مَتَا عُ الْغُرُوْرِArtinya: Setiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan hanyalah di hari kiamat akan diberikan semua pahalanya. Barang siap yang dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga, sungguh mendapatkan kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu.Kematian itu jembatan yang akan menghubungkan antara kekasih kepada kekasih.(HR Imam An-Nawawi)***Menjelang maghrib Syafaah datang bersama Arza dan Herman, setelah Haikal menjemputnya tadi. Syafaah melihat sang putri sangat kacau di pelukan sang besan yang mencoba menenangkannya. Ia tidak tega melihat sang putri di usianya yang masih terbilang muda 20 tahun mengalami banyak cobaan seperi ini.
100 hari sudah Azzam meninggalkan Arni untuk selama-lamanya. Selama 100 hari itu juga Arni masih mengurung diri di kamarnya. Bahkan ia mengajukan ke kampusnya untuk kuliah online, beruntung pihak kampus menyetujuinya dengan berbagai pertimbangan apalagi Arni termasuk mahasisiwi yang pintar dengan kepintaran diatas rata-rata mahasiswa lainnya. Arza sudah tidak lagi ia susui karena ia dalam kondisi hamil, meskipun begitu setiap hari ia meminta Yulia untuk membawa Arza ke kamarnya. Hanya Arza yang mampu membuatnya kuat dan tegar menghadapi semuanya. Hanya Arza yang bisa menjadi obatnya, air matanya belum kering selalu membasahi pipinya. Andai saja dirinya tidak sedang hamil rasanya ia enggan makan. Namun, ia harus sehat demi janinnya, buah cintanya dengan Azzam. Keduanya akan menjadi penguat Arni dalam menghadapi hidupnya.***Beberapa bulan berlalu ia menjalankan aktivitasnya di rumah. Semua kebutuhannya selalu Yulia dan Hambali cukupi, begitu juga kebutuhan Arza.Usia kandungannya jug
Kebahagiaan adalah ketika apa yang Anda pikirkan, apa yang Anda katakan, dan apa yang Anda lakukan semuanya selaras dalam satu kesatuan. "Ulurkan cintamu karena Allah dan tariklah cintamu juga karena Allah, dengan begitu kamu tentu tak akan kecewa. Mencintainya karena Allah. Karena tidak ada cinta yang sempurna. Cinta yang sempurna hanyalah pada Nya." (AFNAN- CINTA DALAM BALUTAN DOA)Satu bulan sudah Arni dan Afnan menikah. Arni menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik. Tugas yang berhubungan dengan mempersiapkan segala kebutuhan Afnan tentunya. Namun, bukan tugas memenuhi kebutuhan batin sang suami. Hingga saat ini dirinya belum bisa melakukan hubungan suami istri, dan Afnan sangat menghormati keputusan Arni. Ia akan terus menunggu Arni membuka hati untuknya kembali. Meskipun ia tidak tahu kapan itu terjadi. Fokusnya saat ini hanya kebahagiaan ketiganya. Agnan akan berusaha membahagiakan ketiganya. Bila cinta itu hadir kembali itu bonus terindah untuknya.Satu bulan ini juga
Apa yang membuat pernikahan orang tua dulu langgeng berpuluh-puluh tahun? Karena mereka jatuh cinta setiap hari pada orang yang sama. Itulah yang terjadi. Maka, kesedihan apa pun, ujian seberat apa pun bisa dilewati dengan baik. –Tere Liye-***"Bunda aku mau dibeliin pistol-pistolan kayak punyaku Aidil, pistolnya bisa ngeluarin air," pinta Arza. Ia merengek pada sang bunda."Iya, Nanti ya, Nak. Nunggu adik bobok dulu," ucap Arni lembut."Enggak mau, maunya sekarang. Ayo bunda!""Sayang ... biarin adik bobok dulu. Ini adik udah mulai memejamkan matanya, kalau Abang rame terus adek bisa enggak bobok nih," ujarnya.Arza mengerucutkan bibirnya meninggalkan sang bunda tertanda dirinya sedang marah. Afnan yang baru datang dari kampus melihat sang putra yang mukanya ditekuk, ia segera menghampirinya. "Abang kenapa, kok mukanya ditekuk gitu? Wajah tampan anak Abi 'kan jadi jelek," ucap Afnan sambil menggendong bocah 3 tahun itu. "Bunda cuma sayang sama adek enggak sayang sama Abang," ren
Bersabarlah dalam segala hal, tetapi yang terpenting adalah bersabar dengan emosi yang ada di dalam dirimu sendiri. Karena Meskipun seribu orang memilih untuk mencemooh dan meremehkanmu. Maka hal terbaik adalah menjadikan cemoohan mereka menjadi penyemangat dalam mengarungi hidupmu. (Fathiyah) *** “Mohon maaf, Mas tampan. Aku mau ambil motorku,” ucapnya yang berhasil membuat dua laki-laki tampan dan satu wanita cantik menoleh ke arahnya sambil memindai penampilan lusuh Fathiyah. Polisi wanita berparas cantik itu langsung menertawakan Fathiyah dengan senyuman yang terkesan mengejek. “Ternyata Briptu Arza ada penggemar baru ya?” ucap polisi wanita berparas cantik yang tertulis di tag namenya bernama Luna itu, terlihat jelas ia mengejek Fathiyah sambil masih melihat penampilan lusuh gadis itu. “Ternyata Briptu Arza yang tampan bukan saja menjadi idola anak pejabat, dan anak kaum borjuis ternyata anak pank seperti dia juga mengidolakannya,” ucapnya lagi semak
Dengan tersenyum bukan berarti kita bahagia, terkadang semua itu hanya sampul untuk menyembunyikan kesedihan karena kesedihan tidak perlu dipamerkan atau pun diperlihatkan sedangkan kebaikan tidak perlu disombongkan. (Fathiyah) *** Setelah diterima bekerja, Fathiyah kembali pulang dan mengabarkan berita gembira itu pada sang bibi. “Assalamualaikum, Bik,” sapanya dengan riang. “Kenapa sudah pulang? Apa kamu tuli? Aku sudah bilang kamu enggak boleh pulang sebelum mendapatkan pekerjaan!” sengitnya tanpa menjawab salam dari Fathiyah. Fathiyah tersenyum menanggapi omelan sang Bibi. “Diajak ngomong malah senyam-senyum kagak jelas, cepat cari kerja yang benar!” ucapnya kesal. “Alhamdulillah, Bik. Aku sudah diterima kerja di kafe dan Resto yang instagramable, tempatnya bagus, Bik.” “Beneran kamu sudah diterima kerja? Kamu enggak lagi halu ‘kan? Awas saja kalau bohong!” ucapnya. “Enggak bohong! Aku beneran diterima, Bik.” “Ya sudah aku senang mendengarnya,” ketusnya sambil kembali k
Sebuah harapan akan tercapai dengan adanya semangat yang tak pernah pudar. Dengan keyakinan dan sebuah kesabaran pasti akan berbuah indah saat waktunya tiba. (Fathiyah) *** Fathiyah sudah meletakkan lamaran kerja di beberapa toko, kafe dan restoran. Namun, hingga kini ia belum dapat panggilan. Dirinya sadar kalau hanya lulusan SMA, bahkan ia belum punya pengalaman kerja. Hanya berbekal ijazah SMA dan keahlian memasak yang diajarkan oleh sang ibu dulu semasa hidup, ia pun melamar pekerjaan ke kafe dan restoran sebagai koki. Kebetulan sang ibu dulu adalah seorang koki di rumah makan mewah. Dua tahun sudah Kedua orang tuanya meninggal dunia. Saat itu juga sang bibi dan sang paman memutuskan tinggal di rumah Fathiyah, karena rumah yang disewa mereka sudah habis masa kontraknya. Rika, sang bibi selalu memperlakukan Fathiyah seperti pembantu di rumahnya sendiri, semua pekerjaan rumah di kerjakan gadis itu. Bahkan tak jarang Fathiyah harus rela kelaparan karena sang bibi tidak memberi
Tiga bulan sudah Arza pulang ke rumah kedua orang tuanya, di pesantren. Meskipun ia harus berangkat pagi sekali. Namun, di sini hatinya sedikit tenang karena di sini dirinya banyak teman dan bisa berkumpul dengan kedua adiknya yang selalu ada saja tingkah kocaknya, sehingga bisa membuatnya terhibur.“Bang, kenalin aku sama Kak Luna dong,” ucap Azril yang saat ini berada di kamar sang abang.“Apaan sih, Dek. Enggak enak ngomongin Luna, nanti Bunda dan Abi dengar tau,” ucapnya berbisik.“Terus kenapa kalau Bunda dan Abi tau? Abang ‘kan bisa langsung mengkhitbahnya? Secara Abang ‘kan sudah mengenalnya sejak lama. Jadi enggak usah pakai proses taaruf.”“Enggak semudah itu, Dek.”“Kenapa emangnya?”“Luna belum mau berhijab, menurut pandangannya, orang berhijab itu ribet. Apalagi kalau ada yang berhijab panjang dan lebar, pasti dia enggak suka.”“Astaghfirullahal Adziim ... terus Abang kok bisa suka perempuan yang berpikiran sempit seperti itu sih?” ucap Azril tidak suka. Padahal tadi diri
Putra sulung Arni dan almarhum Azzam bernama Arza sudah menjadi seorang perwira polisi. Abdi negara seperti apa yang diamanahkan oleh Azzam. Afnan sudah memberi peluang itu pada putra sambungnya. Ia mengarahkan semua tanpa harus memaksa, meskipun itu adalah sebuah amanah. Sebagai ayah sambung, Afnan tidak hanya menyayangi dan mengayomi Arza dan Azril. Ia sudah berperan lebih dari seorang ayah sambung. Afnan bahagia bila Arza berhasil memenuhi amanah almarhum Azzam menjadi seorang polisi yang jujur dan tetap mengedepankan norma agama *** Setelah pulang dari tempatnya bekerja siang ini, Arza pamit pada Hambali dan Yulia untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya. Bahkan Arza izin pada komandannya untuk tidak mengikuti apel besok pagi. Setelah berkendara cukup jauh Arza pun sampai di pesantren milik sang abi. Ia segera masuk ke ndalem mencari keberadaan kedua orang tuanya. Arza segera menemui sang bunda dan sang abi yang berada di kebun belakang. Arni dan Afnan sering menghabiskan wak
Dengan senang hati Azril melakukan tugasnya, setiap harinya ia lewati dengan senyuman. Bahkan dirinya bisa istiqomah menjalankan sholat berjamaah, yang paling dirinya banggakan ia bisa mengerjakan sholat malam bersama Kiyai Bisri dengan khusyuk. Kiyai Bisri selalu membangunkannya sebelum sahur tiba. Ia juga ikut berbuka dan sahur bersama Kiyai Bisri dan Ummi Roudhoh. Awalnya dirinya menolak dengan lembut. Namun, Ummi Roudhoh dan Kiyai Bisri sedikit memaksa. Ummi Roudhoh juga sudah sedikit akrab dengan pemuda tampan itu, beliau sering menceritakan cucu-cucunya pada AzrilKecerdasan yang dimiliki Azril membuat pemuda tampan itu dengan mudah menyerap ilmu yang dirinya peroleh. Bahkan di luar batas kemampuannya.Pernah Kiyai Bisri mencoba mengetes ilmu pemuda tampan itu dengan menanyakan beberapa hadits yang dirinya ajarkan pada Azril di perpustakaan pribadinya dan Azril dengan mudah menjawab, bahkan dengan cepat beserta penjabarannya dan penjelasannya. Kiyai Bisri sampai geleng kepala.P
Kang Abduh mulai mencurigai Kang Fajar dan Kang Khaidir setelah ada gelagat berbeda yang ditunjukkan keduanya. Ia harus bisa memecahkan masalah ini dan mencari bukti supaya nama baik Neng Arsyi dan juga Gus Azril tidak jelek di mata santri lain, meskipun mereka berdua ada perasaan, tapi tidak begini caranya. Apalagi mereka calon pewaris pesantren.“Gus Azril bisa membuktikan kalau ini benar-benar fitnah?” tanya Kang Abduh.“Insya Allah aku bisa membuktikannya. Aku tau mereka tidak menyukaiku. Itu tidak masalah buatku, tapi ini tidak menyangkut diriku saja karena Neng Arsyi diikut campurkan dan aku tidak mau itu terjadi,” ujar Azril yakin. Meskipun Arsya kecewa pada keduanya, tapi melihat kesungguhan Azril yang membela sang adik membuat dirinya tersenyum tipis.“Halah, paling memang ini disengaja. Azril saja yang memang tidak bisa menahan diri dan tidak bisa menjaga kehormatan pesantren dengan mengajak ketemuan Neng Arsyi, dasar biang kerok. Sejak dia datang kan selalu ada saja tingkah
Azril mengantar kepulangan keluarganya di pintu aula. Setelah beberapa wejangan diberikan oleh Abi, Bunda dan Neneknya.Azril ingin di sisa waktunya di pesantren ini bisa lebih dekat dengan Kiyai Bisri. Menyerap ilmu beliau lebih sempurna, dan mungkin dengan melakukan beberapa kesalahan akan membuatnya di takzir dan di serahkan langsung pada Abah Yai, itu pemikirannya.Azril kembali ke kamarnya dan membawa beberapa bingkisan yang dibawakan sang bunda tadi. Ia langsung membagikan beberapa makanan untuk santri lain termasuk Arsya.“Sesuai janjiku padamu dulu, Sya. Aku habis disambang keluargaku. Ini, aku kasih bolu kelapa kesukaanku khusus buat kamu, semoga kita satu selera dan kamu juga menyukainya,” ujarnya.Arsya sangat senang dan langsung menerima bolu kelapa dan ayam geprek kesukaan Azril.“Makasih banyak ya, Ril. Aku juga pasti menyukainya. Makanan ini pasti juga enak banget,” ujarnya.Azril tersenyum menanggapinya. Memang bagi Azril masakan sang bunda paling enak, tiada tandingan
Hubungan Arsya dan Azril sedikit merenggang, tidak lagi seperti dulu. Azril lebih menghindari Arsya. Meskipun Arsya ingin selalu dekat dengan Azril seperti yang dulu. Namun, Azril membatasinya. Sungguh suasana seperti ini Arsya tidak menyukainya.Sudah 17 hari Azril berada di pesantren itu. Banyak pelajaran yang ia dapatkan, mulai dari persahabatan yang ia dapatkan dari Arsya dan beberapa teman yang lainnya, desir aneh yang ia rasakan pada Arsyi, saudara kembar Arsya. Sikap tak bersahabat yang ditunjukkan oleh Kang Khaidir dan Kang Fajar yang semakin membencinya, serta kajian kitab kuning dan penjelasan dari Abah Yai yang selalu membekas di hatinya. Bahkan dirinya sangat mrn8kmsti takziran yang diberikan oleh pengurus yang mengajarkan padanya sebuah tanggung jawab. Ada alasan lain yang membuat Azril bertindak semaunya sendiri. Alasan yang cukup aneh yaitu mengabdi secara langsung pada Abah Yai dan dengan melakukan kesalahan terus menerus dirinya yakin setelah ini hukumannya akan diam