Share

Gus Afnan

last update Huling Na-update: 2022-08-21 09:43:56

Jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melebihkan cintanya padaMu, agar bertambah kekuatanku untuk lebih mencintaiMu.

           (Cinta dalam Balutan doa)

***

Satu bulan berlalu. 

Hari ini Arni dijenguk ibunya bersama Airin, kakaknya. Kak Airin juga mengajak Syahrul keponakannya. Arni datang ke aula setelah namanya dipanggil lewat pengeras suara yang ada di tempat konfirmasi pondok putri.

Arni sangat bahagia, Arni memeluk erat ibunya juga kakaknya, tak luput dari serangannya, keponakannya diciuminya hingga bangun dari tidurnya yang berada digendongan ibunya. Syahrul bayi yang berusia 4 bulan itu langsung merengek karena ulah tantenya. 

"Gimana, Dek. Kerasan 'kan?" tanya kak Airin.

Arni tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. "Alhamdulillah, Kak," jawabnya.

Bu Syafaah hanya tersenyum bangga melihat putri bungsunya kerasan, meskipun Arni terlihat sedikit kurusan.

"Tapi kamu sedikit kurusan, Dek," ungkap Airin.

"Iya, Nak. Kamu sedikit kurusan," ucap ibunya.

"Nggak apalah kurusan dikit, 'kan di pondok harus banyak tirakat," ungkapnya sambil nyengir.

"Buk, bagaimana kabar bapak?" tanyanya. Arni juga merindukan sang bapak, maklum Arni sangat dekat dengan bapaknya.

"Alhamdulillah, bapak sehat, nggak mungkin 'lah bapak ikut sekalian ke sini, motornya nggak muat, masak harus dibandrek sama kakak kamu, bapak kamu juga nggak bisa bawa motor 'kan!" ucap Ibunya.

Memang bapak nya tidak berani mengendarai sepeda motor setelah kecelakaan dulu, traumanya sampai sekarang, jadi kalau berpergian lebih mengandalkan ojek, angkot atau di antar Airin, itu pun kalau Airin sedang libur kerja seperti saat ini.

"Alhamdulillah kalau bapak sehat," ungkapnya. 

"O iya, ini tadi dibuatkan Ibu cilok kesukaanmu, juga bubur kacang ijo. Sengaja Ibu buatkan banyak supaya bisa kamu bagikan sama teman sekamar kamu lainnya. Selain itu juga ibu bawakan makanan kesukaanmu," ujarnya.

"Masya Allah, makasih, Bu. Arni seneng banget," ujarnya sambil berbinar.

"Iya, sama-sama, yang semangat ya di pondok," ucapnya.

"Ini juga Ibu kasih uang, dicukup-cukupkan ya," ucap Bu Syafaah sambil memberikan uang untuk Arni.

"Tadi untuk pembayaran pondok, uang makan beserta spp sekolah sudah kakak bayar di bagian administrasi, Dek," ungkap Airin menimpali. 

"Makasih ya, Kak," ucapnya.

"Eits, jangan bilang makasih ke aku, itu uangnya ibu dan bapak, gajiku ya buat beli susunya Syahrul dan kebutuhan rumah, jadi maaf Kakak nggak bisa bantu ibu dan bapak biayai sekolah dan pondok kamu, kakak bantu doa aja ya," ujar Airin nyengir.

"Hehehe, nggak apa, Kak. Aku masih butuh doa, supaya bisa sukses, begitu juga bapak dan ibu. Makasih ya, Kak."

Arni sangat tau kakaknya juga harus bekerja keras menghidupi anaknya karena suaminya lepas tanggung jawab dan saat ini tak tau ada di mana.

"Kami pulang dulu ya, Dek. Jadwal jenguk santri sudah selesai," ucap Airin. 

"Adek madih kangen kalian," ungkap Arni manja.

"Hush ... Nggak boleh gitu, nanti tambah nggak kerasan lho, ibu dan kakak kamu nggak mau lagi lho jenguin kamu, biar uangnya kami titipin ke Halimah atau yang lain aja kalau kamu pakai rewel," ucap bu Syafaah menakuti Arni.

"Jangan, Bu. Baiklah Arni nggak rewel kok," ungkapnya masih memeluk Ibunya.

"Sudah kami pulang ya, Assalamualaikum,"   pamit Airin.

Arni segera mencium punggung tangan sang kakak dan sang ibu lalu memeluk mereka. 

"Wa'alaikumussalam," jawabnya.

Arni segera masuk ke kamarnya dan membagi makanan yang dibawakan ibu dan kakaknya tadi pada temannya yang lain di kamar itu, mereka semua segera berkumpul dan menikmati makanan itu bersama.

"Enak banget, Ni. Masakan ibu kamu," ucap mbak Reva.

"Beneran, aku juga setuju sama kamu, Rev," ucap mbak Ratna ikut menimpali.

Arni tersenyum. 

"Jadi pingin banget liburan terus main ke rumah kamu menikmati pecel dan jualan ibu kamu yang lain, Ni," ujar mbak Raya. 

"Silahkan, Mbak. Silahkan ke rumahku kalau liburan nanti," jawabnya.

"Insyaallah, siap ...," ucap semuanya.

Mereka semua tertawa bersama penuh dengan cinta.

***

Hari ini hari kamis. Kegiatan di pondok putri bertambah meskipun sekolah diniyah sedang libur, setelah pembacaan surat yasin dan surat al kahfi selepas sholat maghrib tadi. Kegiatan selanjutnya setelah sholat pada malam jumat kali ini manaqiban. Para santri putri sudah bersiap untuk berkumpul di aula putri untuk mengikuti kegiatan manaqiban. Kegiatan ini selesai pada pukul 10 malam. Setelah kegiatan selesai para santri di wajibkan untuk segera tidur karena pukul 1 malam nanti mereka semua harus bangun untuk mengikuti sholat tasbih yang dikerjakan setiap malam jumat dan dilanjut sholat malam. 

Pagi pun tiba ....

Saat ini kamar Arni kebagian piket untuk membersihkan ndalem. Mereka semua segera bersiap membawa alat-alat kebersihan. Dengan dipantau mbak pengurus yakni mbak Rista, mereka segera menuju ndalem.

"Arni kamu ke kamar buya ya, sama Ratna!" ucap mbak Rista memerintahkan.

"Baiklah, Mbak."

Ratna dan Arni segera masuk ke kamar buya. Mereka segera membersihkan kamar itu, menata buku dan pakaian buya mereka. Saat-saat ini 'lah yang santri harapakan, karena bisa langsung menyentuh barang pribadi milik pemangku pondok pesantren ini.

"Mbak Ratna, buya dan ummi itu punya anak berapa?" tanya Arni.

"Dua," jawab Ratna. 

"Laki-laki atau perempuan, Mbak?"

"Dua-duanya."

"Mereka sekarang ada di mana?" tanya Arni.

"Sekarang Gus Afnan putra bungsu Buya sedang melanjutkan pendidikannya di Mekkah, sedangkan Neng Fauziah ikut suaminya yang mengajar di Mesir."

Arni mengangguk mengerti.

"O iya, kabarnya Gus Afnan akan pulang dalam waktu dekat ini, dia akan mengajar di pondok ini juga,kamu tau nggak, Ni? Gus Afnan itu tampan buanget, semua santri putri 0ada kleoek-kleprk sana ketampanan nya, masya Allah deh ...," ungkap mbak Ratna.

Arni hanya tersenyum melihat ekspresi mbak Ratna saat mengatakan tampan Gusnya itu.

Usianya masih muda sekitar 22 tahun tapi kepintarannya patut diacungi jempol,  tampan, pintar, anak kiyai, nasabnya tidak diragukan lagi," puji mbak Ratna. 

Arni menyimak cerita mbak Ratna. 

"Sayang ya, kita cuma bisa mengagumi ketampananya saja, nggak mungkin 'lah santri kayak kita dapat berjodoh dengannya, yang jelasnya pasti anak kiyai pemangku pondok besar juga yang akan me jadi istrinya," ucap mbak Ratna.

"Iya, Mbak. Nggak berani aku mimpi terlalu tinggi nanti kalau jatuh bisa sakit dan remuk hati ini, hehehe," ucap Arni melucu. 

Ratna sangat menyukai tingkah  polos Arni.

Setelah semua rapi, mereka segera keluar dari kamar itu, tidak disangka mereka berdua berpapasan dengan kiyai  Laqief yang akan memasuki kamarnya.

Kiyai Laqief melihat sekilas pada Arni, ada sesuatu di hatinya. Entah melihat gadis itu kiyai Laqief langsung suka dengan kepribadian gadis manis itu.

"Nama kamu siapa, Nduk?" tanyanya. Membuat Arni dan Ratna menoleh sopan.

"Maaf, Buya. Saya Ratna."

"Bukan kamu, Nduk! Teman kamu ini," ucapnya sambil menunjuk Arni.

"Maaf, Buya. Nama saya Arni,"ucapnya sopan dan sambil menunduk.

Kiyai Laqief tersenyum sambil melangkahkan kakinya menuju kamarnya. 

"Ya Allah, Ni. Seumur-umur selama mondok di sini hampir 6 tahun  nggak pernah aku ditanya atau bicara  langsung  sama Buya," ungkap mbak Ratna.

"Mungkin kamu santri baru, yang pertama kali di sapa langsung oleh Buya," ucapnya lagi.

Arni tersenyum.

"Kamu harus senang, Ni," ucapnya. 

Ratna tetap heboh sampai di kamar mereka, membuat semua penghuni kamar  yang ada di dalam berdecak kagum pada Arni.

***

Hari minggu seluruh penghuni pondok pesantren putri heboh dengan kedatangan putra bungsu Kiyai  Laqief. Gus Afnan beserta rombongannya datang dari Arab, ia memutuskan untuk menetap dan akan menggantikan ayahnya, Kiyai Laqief. Semua santri putri berebut untuk menyaksikan moment itu meskipun hanya melihat dari kejauhan, melihat dari balkon lantai 3.

"Masya Allah, tampan banget," ucap salah satu santri.

Mereka semua han6a bisa mengagumi sosok tampan bersahaja itu dari kejauhan. 

"Arni, Ayo! Aku penasaran dengan wajah Gus Afnan," ajak Mutia sambil menarik tangan Arni.

"Iya, Tia. Sebentar," jawabnya.

Mereka ikut berdesakan bersama para santri lain yang penasaran dengan Gus Afnan.

"Masya Allah, iya benar kata mbak-mbak, Gus Afnan  memang tampan, pakai banget, mirip oppa korea," puji Mutia sambil malu-malu.

Arni ikut melihat, sekilas Arni juga mengagumi sosok bersahaja itu.

"Gimana, Ni. Cakep bin tampan bin ganteng 'kan?" ucap Mutia nyengir.

"Hehehe, kamu bisa aja, Tia. Udah ah, nggak baik terlalu mengagumi sosok yang bukan mahram kita, nanti timbulnya zina hati. Boleh sih kagum tapi sewajarnya saja, takut juga ah kalau kepikiran wajah gus Afnan terus," ujar Arni.

Mutia menanggapinya dengan senyum.  

"Ya Allah ... Berharap dapat jodoh seperti Gus Afnan, kalau tidak Gus Afnan, setidaknya hampir mendekati, Aamiin ...," ucap Mutia berdoa. 

"Aamiin ...  Semoga Alhah kabulkan," jawab Arni sambil tersenyum.

Mereka memutuskan untuk kembali ke kamar mereka, masih banyak tugas dari sekolah yang harus mereka kerjakan supaya tidak benturan dengan jadwal pondok.

Kaugnay na kabanata

  • Cinta dalam Balutan Doa    Bertemu Gus Afnan

    Orang bilang, pertemuan pertama selalu kebetulan. Tapi, bagaimana caramu menjelaskan pertemuan-pertemuan kita selanjutnya?***Sudah satu bulan Gus Afnan pulang ke Indonesia. Ia sudah berkali-kali menggantikan Buya Laqief mengisi kajian kitab kuning untuk para santri pada pagi dan sore hari, tentu saja saat Buya Laqief berhalangan hadir atau ada acara di luar pondok pesantren. Cara pengajarannya pun sangat mudah di cerna ole semua santri, apalagi di usianya yang masih sangat muda, menjadikan Gus Afnan bisa lebih menguasai para santri dan berbaur dengan mereka tanpa canggung, bahkan kabarnya Gus Afnan tidak malu dan canggung ikut bermain sepak bola di lapangan pondok putra bersama santri yang lain.Gus Afnan juga terkenal sebagai pemuda sholeh yang santun dan baik hati, tidak membeda-bedakan status dan kepintaran. Para santri juga terbiasa berkumpul dengannya, meskipun masih ada canggung para santri terhadapnya karena mereka menghormati statusnya sebagai putra Kyai. Bakal penerus pondo

    Huling Na-update : 2022-09-08
  • Cinta dalam Balutan Doa    Perasaan itu Mulai Tumbuh

    Memperhatikanmu diam-diam, mendoakanmu setiap hari dan mencintaimu secara rahasia. (-Afnan- Cinta dalam Balutan Doa)***Semenjak kejadian Jum'at yang lalu, Arni semakin canggung, apapun yang dirinya dengar tentang Gus Afnan, yang menjadi idola seantero pondok putri, membuat gadis itu sedikit menghindar bila ada bahasan tentang penerus Buya Laqief itu. Tidak mau munafik. Dirinya juga masih normal, apalagi remaja seusia dirinya baru mengenal arti cinta, labil sekali hatinya, jujur sejak kejadian itu hati Arni terpaut dengan pemuda tampan nan sholeh itu. Namun ia menyakini kalau itu hanya perasaan sesaat, perasan seorang santri mengidolakan ustadz atau Gusnya, bukan perasaan cinta perempuan dewasa. Arni selalu berusaha mengubur rasa yang sudah mulai mengakar di hatinya itu, tak membiarkan semakin berkembang, ia fokus dengan tujuannya untuk mondok, mengejar cita-citanya, membanggakan kedua orang tuanya, dan ngalap barokah dari kyai Laqief.Malam ini selepas sholat maghrib, Arni

    Huling Na-update : 2022-09-08
  • Cinta dalam Balutan Doa    Ada yang Penasaran!

    Jika aku jatuh cinta padanya, cintakanlah aku pada seseorang yang melebihkan cintanya padaMu agar bertambah kekuatan untuk lebih mencintaiMu (Gus Afnan~ Cinta dalam Balutan Doa)***Afnan langsung merebahkan tubuhnya di ranjangnya. Menghilangkan capek di tubuhnya. Dirinya tersenyum mengingat kejadian saat di kelas dan di kantor madrasah Diniyah tadi."Kamu semakin menantang, dan membuatku semakin penasaran. Khairina Azzalina Arni, nama yang bagus, pintar namun sayang usianya masih 15 tahun. 1 juli 2006. Terpaut 7 tahun denganku," lirihnya.Afnan tau data lengkap Arni, tadi di kantor madrasah Diniyah dirinya sedang mencari data-data itu, sempat membuat kang Dedik, sepupunya yang juga menjadi kepala Diniyah itu heran bukan kepalang. Afnan yang tau sepupunya menatapnya dengan beribu tanda tanya di benaknya berdalih mencari data santri baru supaya mempermudah memberi soal nantinya. Biar santri-santri baru itu tidak terbebani dengan soal yang belum mereka kuasai. Antara percaya d

    Huling Na-update : 2022-09-08
  • Cinta dalam Balutan Doa    Liburan

    Satu bulan berlalu.Saat ini Arni siap mengikuti lomba mewakili ponpesnya bersama para santri lainnya yang juga dipilih untuk mewakili pondok sama seperti dirinya.Gus Afnan sudah siap menunggu di halaman pondok dengan mobilnya. Ia berdiri di depan mobilnya. Sudah tersedia 4 mobil lainnya untuk mengantar para peserta lomba dan pengurus pendamping. Dua mobil untuk santri putra dan dua mobil untuk santri putri."Kalian atur sekarang ya, Kita sudah sedikit terlambat, ayo segera berangkat!"ucap Afnan.Setelah mengatakan itu Afnan segera masuk dan melajukan mobilnya bersama Kang Dedik. Arni masuk ke dalam mobil bersama santriwati lainnya.Saat ini mereka sudah sampai di tempat lomba. Arni dan para santri lainnya segera berkumpul dengan para peserta lainnya untuk mendengarkan peraturan-peraturan lomba dari panitia.Sudah satu bulan ini Afnan mencoba menghilangkan perasaanya pada Arni, mencoba mencari kesibukan lain. Namun tetap saja Arni tidak bisa aja hilangkan di dalam hari dan pikira

    Huling Na-update : 2022-09-08
  • Cinta dalam Balutan Doa    Perjodohan

    Cinta bukan hanya sekedar ucapan namun harus dibarengi dengan pengorbanan. Mencintai dan dicintai itu adalah anugrah terindah dari Allah Subhanallah Wa Ta'ala***Satu tahun setengah Arni menjadi santri di pondok ini, suka duka sudah ia lewati bersama santri lainnya, terkhusus teman dan sahabat sekamarnya. Selama di pondok Arni tidak pernah berbuat macam-macam ataupun melanggar tata tertib pondok. Ia belajar sesuai apa yang menjadi cita-citanya. Saat ini ia sudah kelas dua program IPA. Tinggal satu tahun setengah lagi ia sudah lulus.Bagaimana perasaannya pada Gus Afnan? Kalau boleh jujur Arni masih menyimpan perasaannya itu dalam-dalam di relung hatinya, dirinya hanya tidak ingin terluka, biarkan saja ia mencintai dalam diam, mengagumi tanpa harus mengumbar. Toh, hal itu alamiah bagi remaja sepertinya. Yang mulai mengenal cinta.Arni selalu memupusnya dalam hati, karena apa yang diimpikan tentang Gus Afnan hanya hayalan semata, karena ia tau mereka tidak akan pernah bersatu. Biarkan

    Huling Na-update : 2022-09-08
  • Cinta dalam Balutan Doa    Prosesi Lamaran

    Allah menguji kita dengan sesuatu yang kita cintai, maka janganlah berlebihan mencintainya, agar saat sedih tidak berlebihan.***Setelah sholat isya'. Airin menyuruh Arni untuk segera mengganti pakaiannya yang sudah Airin siapkan."Dek, cepet ganti pakaianmu ya, keluarga calon besan sudah mengabari, mereka sudah bersiap untuk berangkat ke sini," ujar Airin."Aku gak bisa, Kak. Aku gak bisa ...," pekiknya."Dek, kakak mohon jangan mempermalukan ibu dan bapak, apalagi keluarga mereka keluarga terpandang di kecamatan ini," bujuk Airin lagi. Arni masih menangis terisak sambil menenggelamkan wajahnya di pahanya."Apa ini sudah takdir Arni ya, Kak?" lirihnya. Airin mendekat dan ikut menangis. "Ada saatnya kita harus berkorban demi kebahagian orang tua kita, mengubur apa yang kita mimpikan. Dan percayalah ibu dan bapak hanya ingin yang terbaik untuk kita, kamu harus ikhlas. Insya Allah, Allah akan memberimu kebahagiaan. Percayalah, Dek!"Arni mengangguk. " Insya Allah, semoga keputusan ib

    Huling Na-update : 2022-09-08
  • Cinta dalam Balutan Doa    Diantar Azzam Kembali ke Pesantren

    Belajarlah tenang dan sabar. Jalan keluar sebuah masalah dan kemenangan selalu diraih oleh mereka yang tenang dan sabar.***Pagi ini setelah membantu ibunya berbelanja Arni segera bersiap untuk kembali ke pondok. Arni membereskan meja makan sederhana setelah dirinya, Ibu dan bapaknya selesai sarapan. Syafaah dan Herman terlihat sedih, karena Arni tidak lagi ceria seperti biasanya, biasanya Arni selalu cerewet, manja pada sang bapak. Setelah prosesi lamaran semalam Arni menjadi lebih pendiam."Bapak berangkat kerja dulu ya, Bu, Nak." pamit Herman.Arni mengangguk. "Hati-hati, Pak. Setelah ini Arni juga langsung balik ke pondok, Pak" pamitnya."Belajar yang pintar, Nak ya. Jangan pikirin yang belum terjadi, jalanilah hidupmu sebagai santri dan pelajar seperti biasa, bapak harap kamu bisa ceria seperti biasanya," ucap Herman."Iya, Pak," jawab Arni singkat. "Buk, bapak berangkat.""Iya, Pak. Hati-hati."Sebelum Herman sampai di pintu, ada sepeda motor besar yang berhenti di depan

    Huling Na-update : 2022-09-08
  • Cinta dalam Balutan Doa    Kejujuran Gus Afnan pada Sang Abah

    Biasakanlah untuk jujur karena kejujuran itu menuntun kita pada kebaikan dan kebaikan itu menuntun kita pada keselamatan.Dan ....Tinggalkanlah segala yang meragukanmu dan ambillah yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya, kejujuran akan mendatangkan ketenangan, sedangkan kedustaan akan mendatangkan kegelisahan. ***Saat ini Afnan menemui sang abah, Kiyai Laqief. Beliau saat ini berada di perpustakaan pribadinya."Assalamu'alaikum, Abah," sapanya."Wa'alaikumussalam, Nak. Masuklah!" jawab Kiyai Laqief menyudahi aktivitasnya. "Apa saya mengganggu Abah?" tanyanya ragu sebelum masuk ke ruangan itu. "Tidak, Nak. Ada apa? Apa ada hal yang membuatnya gelisah?" Afnan mengangguk. Kiyai Laqief menyuruhnya duduk di sofa sampingnya. "Maafkan saya, Abah," lirihnya."Apa kamu melakukan kesalahan, Nak?""Banyak, Abah. Mungkin dosa Afnan terlalu banyak, Abah. Afnan sudah membagi cinta Afnan untuk Allah pada makhluknya, Afnan tidak bisa menjaga pandangan(gadhul bashar) pada lawan jenis," lirih Af

    Huling Na-update : 2022-09-08

Pinakabagong kabanata

  • Cinta dalam Balutan Doa    Tentang Spin off Cinta dalam Balutan Doa

    Bersabarlah dalam segala hal, tetapi yang terpenting adalah bersabar dengan emosi yang ada di dalam dirimu sendiri. Karena Meskipun seribu orang memilih untuk mencemooh dan meremehkanmu. Maka hal terbaik adalah menjadikan cemoohan mereka menjadi penyemangat dalam mengarungi hidupmu. (Fathiyah) *** “Mohon maaf, Mas tampan. Aku mau ambil motorku,” ucapnya yang berhasil membuat dua laki-laki tampan dan satu wanita cantik menoleh ke arahnya sambil memindai penampilan lusuh Fathiyah. Polisi wanita berparas cantik itu langsung menertawakan Fathiyah dengan senyuman yang terkesan mengejek. “Ternyata Briptu Arza ada penggemar baru ya?” ucap polisi wanita berparas cantik yang tertulis di tag namenya bernama Luna itu, terlihat jelas ia mengejek Fathiyah sambil masih melihat penampilan lusuh gadis itu. “Ternyata Briptu Arza yang tampan bukan saja menjadi idola anak pejabat, dan anak kaum borjuis ternyata anak pank seperti dia juga mengidolakannya,” ucapnya lagi semak

  • Cinta dalam Balutan Doa    Pekerjaan Baru

    Dengan tersenyum bukan berarti kita bahagia, terkadang semua itu hanya sampul untuk menyembunyikan kesedihan karena kesedihan tidak perlu dipamerkan atau pun diperlihatkan sedangkan kebaikan tidak perlu disombongkan. (Fathiyah) *** Setelah diterima bekerja, Fathiyah kembali pulang dan mengabarkan berita gembira itu pada sang bibi. “Assalamualaikum, Bik,” sapanya dengan riang. “Kenapa sudah pulang? Apa kamu tuli? Aku sudah bilang kamu enggak boleh pulang sebelum mendapatkan pekerjaan!” sengitnya tanpa menjawab salam dari Fathiyah. Fathiyah tersenyum menanggapi omelan sang Bibi. “Diajak ngomong malah senyam-senyum kagak jelas, cepat cari kerja yang benar!” ucapnya kesal. “Alhamdulillah, Bik. Aku sudah diterima kerja di kafe dan Resto yang instagramable, tempatnya bagus, Bik.” “Beneran kamu sudah diterima kerja? Kamu enggak lagi halu ‘kan? Awas saja kalau bohong!” ucapnya. “Enggak bohong! Aku beneran diterima, Bik.” “Ya sudah aku senang mendengarnya,” ketusnya sambil kembali k

  • Cinta dalam Balutan Doa    Tentang Fathiya

    Sebuah harapan akan tercapai dengan adanya semangat yang tak pernah pudar. Dengan keyakinan dan sebuah kesabaran pasti akan berbuah indah saat waktunya tiba. (Fathiyah) *** Fathiyah sudah meletakkan lamaran kerja di beberapa toko, kafe dan restoran. Namun, hingga kini ia belum dapat panggilan. Dirinya sadar kalau hanya lulusan SMA, bahkan ia belum punya pengalaman kerja. Hanya berbekal ijazah SMA dan keahlian memasak yang diajarkan oleh sang ibu dulu semasa hidup, ia pun melamar pekerjaan ke kafe dan restoran sebagai koki. Kebetulan sang ibu dulu adalah seorang koki di rumah makan mewah. Dua tahun sudah Kedua orang tuanya meninggal dunia. Saat itu juga sang bibi dan sang paman memutuskan tinggal di rumah Fathiyah, karena rumah yang disewa mereka sudah habis masa kontraknya. Rika, sang bibi selalu memperlakukan Fathiyah seperti pembantu di rumahnya sendiri, semua pekerjaan rumah di kerjakan gadis itu. Bahkan tak jarang Fathiyah harus rela kelaparan karena sang bibi tidak memberi

  • Cinta dalam Balutan Doa    Curhatan Dua Gus Tampan

    Tiga bulan sudah Arza pulang ke rumah kedua orang tuanya, di pesantren. Meskipun ia harus berangkat pagi sekali. Namun, di sini hatinya sedikit tenang karena di sini dirinya banyak teman dan bisa berkumpul dengan kedua adiknya yang selalu ada saja tingkah kocaknya, sehingga bisa membuatnya terhibur.“Bang, kenalin aku sama Kak Luna dong,” ucap Azril yang saat ini berada di kamar sang abang.“Apaan sih, Dek. Enggak enak ngomongin Luna, nanti Bunda dan Abi dengar tau,” ucapnya berbisik.“Terus kenapa kalau Bunda dan Abi tau? Abang ‘kan bisa langsung mengkhitbahnya? Secara Abang ‘kan sudah mengenalnya sejak lama. Jadi enggak usah pakai proses taaruf.”“Enggak semudah itu, Dek.”“Kenapa emangnya?”“Luna belum mau berhijab, menurut pandangannya, orang berhijab itu ribet. Apalagi kalau ada yang berhijab panjang dan lebar, pasti dia enggak suka.”“Astaghfirullahal Adziim ... terus Abang kok bisa suka perempuan yang berpikiran sempit seperti itu sih?” ucap Azril tidak suka. Padahal tadi diri

  • Cinta dalam Balutan Doa    Tentang Arza

    Putra sulung Arni dan almarhum Azzam bernama Arza sudah menjadi seorang perwira polisi. Abdi negara seperti apa yang diamanahkan oleh Azzam. Afnan sudah memberi peluang itu pada putra sambungnya. Ia mengarahkan semua tanpa harus memaksa, meskipun itu adalah sebuah amanah. Sebagai ayah sambung, Afnan tidak hanya menyayangi dan mengayomi Arza dan Azril. Ia sudah berperan lebih dari seorang ayah sambung. Afnan bahagia bila Arza berhasil memenuhi amanah almarhum Azzam menjadi seorang polisi yang jujur dan tetap mengedepankan norma agama *** Setelah pulang dari tempatnya bekerja siang ini, Arza pamit pada Hambali dan Yulia untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya. Bahkan Arza izin pada komandannya untuk tidak mengikuti apel besok pagi. Setelah berkendara cukup jauh Arza pun sampai di pesantren milik sang abi. Ia segera masuk ke ndalem mencari keberadaan kedua orang tuanya. Arza segera menemui sang bunda dan sang abi yang berada di kebun belakang. Arni dan Afnan sering menghabiskan wak

  • Cinta dalam Balutan Doa    Berusaha Menjadi Baik

    Dengan senang hati Azril melakukan tugasnya, setiap harinya ia lewati dengan senyuman. Bahkan dirinya bisa istiqomah menjalankan sholat berjamaah, yang paling dirinya banggakan ia bisa mengerjakan sholat malam bersama Kiyai Bisri dengan khusyuk. Kiyai Bisri selalu membangunkannya sebelum sahur tiba. Ia juga ikut berbuka dan sahur bersama Kiyai Bisri dan Ummi Roudhoh. Awalnya dirinya menolak dengan lembut. Namun, Ummi Roudhoh dan Kiyai Bisri sedikit memaksa. Ummi Roudhoh juga sudah sedikit akrab dengan pemuda tampan itu, beliau sering menceritakan cucu-cucunya pada AzrilKecerdasan yang dimiliki Azril membuat pemuda tampan itu dengan mudah menyerap ilmu yang dirinya peroleh. Bahkan di luar batas kemampuannya.Pernah Kiyai Bisri mencoba mengetes ilmu pemuda tampan itu dengan menanyakan beberapa hadits yang dirinya ajarkan pada Azril di perpustakaan pribadinya dan Azril dengan mudah menjawab, bahkan dengan cepat beserta penjabarannya dan penjelasannya. Kiyai Bisri sampai geleng kepala.P

  • Cinta dalam Balutan Doa    Memecahkan Masalah

    Kang Abduh mulai mencurigai Kang Fajar dan Kang Khaidir setelah ada gelagat berbeda yang ditunjukkan keduanya. Ia harus bisa memecahkan masalah ini dan mencari bukti supaya nama baik Neng Arsyi dan juga Gus Azril tidak jelek di mata santri lain, meskipun mereka berdua ada perasaan, tapi tidak begini caranya. Apalagi mereka calon pewaris pesantren.“Gus Azril bisa membuktikan kalau ini benar-benar fitnah?” tanya Kang Abduh.“Insya Allah aku bisa membuktikannya. Aku tau mereka tidak menyukaiku. Itu tidak masalah buatku, tapi ini tidak menyangkut diriku saja karena Neng Arsyi diikut campurkan dan aku tidak mau itu terjadi,” ujar Azril yakin. Meskipun Arsya kecewa pada keduanya, tapi melihat kesungguhan Azril yang membela sang adik membuat dirinya tersenyum tipis.“Halah, paling memang ini disengaja. Azril saja yang memang tidak bisa menahan diri dan tidak bisa menjaga kehormatan pesantren dengan mengajak ketemuan Neng Arsyi, dasar biang kerok. Sejak dia datang kan selalu ada saja tingkah

  • Cinta dalam Balutan Doa    Fitnah

    Azril mengantar kepulangan keluarganya di pintu aula. Setelah beberapa wejangan diberikan oleh Abi, Bunda dan Neneknya.Azril ingin di sisa waktunya di pesantren ini bisa lebih dekat dengan Kiyai Bisri. Menyerap ilmu beliau lebih sempurna, dan mungkin dengan melakukan beberapa kesalahan akan membuatnya di takzir dan di serahkan langsung pada Abah Yai, itu pemikirannya.Azril kembali ke kamarnya dan membawa beberapa bingkisan yang dibawakan sang bunda tadi. Ia langsung membagikan beberapa makanan untuk santri lain termasuk Arsya.“Sesuai janjiku padamu dulu, Sya. Aku habis disambang keluargaku. Ini, aku kasih bolu kelapa kesukaanku khusus buat kamu, semoga kita satu selera dan kamu juga menyukainya,” ujarnya.Arsya sangat senang dan langsung menerima bolu kelapa dan ayam geprek kesukaan Azril.“Makasih banyak ya, Ril. Aku juga pasti menyukainya. Makanan ini pasti juga enak banget,” ujarnya.Azril tersenyum menanggapinya. Memang bagi Azril masakan sang bunda paling enak, tiada tandingan

  • Cinta dalam Balutan Doa    Dijenguk Abi dan Bunda(Gus Afnan dan Ning Arni)

    Hubungan Arsya dan Azril sedikit merenggang, tidak lagi seperti dulu. Azril lebih menghindari Arsya. Meskipun Arsya ingin selalu dekat dengan Azril seperti yang dulu. Namun, Azril membatasinya. Sungguh suasana seperti ini Arsya tidak menyukainya.Sudah 17 hari Azril berada di pesantren itu. Banyak pelajaran yang ia dapatkan, mulai dari persahabatan yang ia dapatkan dari Arsya dan beberapa teman yang lainnya, desir aneh yang ia rasakan pada Arsyi, saudara kembar Arsya. Sikap tak bersahabat yang ditunjukkan oleh Kang Khaidir dan Kang Fajar yang semakin membencinya, serta kajian kitab kuning dan penjelasan dari Abah Yai yang selalu membekas di hatinya. Bahkan dirinya sangat mrn8kmsti takziran yang diberikan oleh pengurus yang mengajarkan padanya sebuah tanggung jawab. Ada alasan lain yang membuat Azril bertindak semaunya sendiri. Alasan yang cukup aneh yaitu mengabdi secara langsung pada Abah Yai dan dengan melakukan kesalahan terus menerus dirinya yakin setelah ini hukumannya akan diam

DMCA.com Protection Status