"Bagaimana?" Seru seorang lelaki berparas tampan bak malaikat dengan wajah tenang bak air laut mematikan.
"Posisi Tuan kecil berada di Markas Mara Salvatrucha, lebih tepatnya di Markas bajingan kecil itu, Bos." Jawab pemuda berwajah khas Amerika itu tegas, tanpa mengalihkan pandangannya pada layar laptop dengan jemarinya bergerak aktif diatas keyboard.
'Baiklah mari kita bermain, Mr. Lucky Salvatore Luciano.' Desis lelaki dua puluh satu tahun itu yang biasa disebut sang agung King Frederich. Tak sulit baginya menemukan keberadaan putra kecilnya, yang kini diculik kelompok mafia kecil yang sengaja mengantarkan nyawa pada King Frederich sang penguasa dunia.
Sebenarnya ini bukan perkara sulit untuknya, namun Darren lebih memilih mengulur waktu untuk menangkap musuh kecilnya itu. Karena posisi Lucky dan Darrell yang merupakan korban penculikkan begitu berbeda, metode ini sering disebut taktik pisah selain si penculik b
Sibuk memikirkan kondisi sang putra dibawah kuasa Mara Salvatrucha, tiba-tiba ponsel pintarnya berbunyi dengan malas ia menekan tombol on pada benda kecil ditelinga kanannya, yang biasa disebut hands free bluetooth gold. "Darren, malam ini Xiao fu akan datang ke paviliunmu, dia sudah berada di lapangan helikopter khusus di Mansion milikmu untuk melakukan penerbangan ke Indonesia." Seketika lelaki itu terdiam ketika mendengar suara Ayah kandungnya diseberang sana, pria paruh baya itu mengatakan jika Arsyilla bersiap akan ke Indonesia malam ini. Itu berarti Arsyilla mengira dirinya yang sudah mengambil Darrell dengan cara kotor, Darren menghela napas pelan ketika menangkap pemikiran pendek Arsyilla tentang dirinya. Perempuan itu tidak akan berhenti menyalahkannya atas hilangnya putra kecilnya sampai Darrell ketemu, sungguh sulit menjalani hidup dengan dua keperibadiaan ganda dengan satu wanita keras kepala. "Hm.." Sudah biasa Arsyilla datang ke
"Apa? Kamu ingin aku berhenti, sementara cucumu menghilang." Baba Kun hanya mengangguk lemah kemudian berusaha mengusap puncak kepala Syilla, tetapi Syilla melengos kemudian menatap Ayah Jem dan Bunda Vanya bergantian lalu menatap Dr. Matthew dan Ezha dengan tatapan kecewa. "Dimana putraku? Katakan jika kalian membenci semua kenyataan ini, tapi tidak dengan membenci anakku, dia tidak bersalah. Aku lah yang bersalah disini, dan sekarang-- dimana anakku? Dimana anakku, Tuan? Tunjukkan dimana anakku.." Teriak Syilla mengema sambil memegang lengan Ayah Jem dengan tatapan kesakitan. "Selama ini aku membiarkan kalian dekat dengan Darrell, karena aku ingin anakku merasakan kasih sayang kalian seperti yang kalian berikan padaku. Tapi-" "Xiao fu-- tenangkan dirimu, nak. Berdoalah semoga Darrell baik-baik saja, Baba yakin Darrell adalah anak yang cerdik."" "Apa anda bilang? Baik-baik saja? Cerdik? Apakah kamu mengatakan jika putraku sudah tumbuh dewasa,
Perbedaan zona waktu antara Moscow dengan Los Angeles membuat siapapun akan berpikiran aneh, baiklah inilah perbedaan yang mencolok itu. Jika di Moscow sudah menjelang petang, bahkan bisa dikatakan malam hari sementara di Los Angeles masih pukul setengah sembilan pagi, perbedaan waktu cukup jauh karena perputaran waktu di Moscow lebih cepat dibanding Carnifornia. Kini Darren dan Leon tengah menjejakkan kaki jenjangnya ditanah Negeri Paman Sam, Amerika serikat. Dimana sebagaian dari kekuasaannya berada disana, tak lupa topeng berlapis perak menutupi wajah tampannya, sementara Leon memakai topeng berlapis emas berdiri sebagai pemimpin jalan Tuannya. Tak hanya itu, konsep penukaran status Bos dan anak buah ini sudah berlaku semenjak berdirinya kelompok gangster terdahulu. Seperti beberapa tahun lalu, Darren enggan menunjukkan dirinya sebagai King Frederich yang sebenarnya, alhasil Leon lah yang harus berjalan menemui para partnernya. Leon melirik Bosnya sejenak untuk me
"Mr. Luciano saat ini tidak berada di kandangnya, tetapi dia bersembunyi untuk menyelamatkan nyawanya sendiri." Suara ledakan begitu nyaring menggelegar seluruh Markas Los Zetaz, ketiga ketua kelompok gangstere itu menatap lelaki bertopeng emas di depannya tak percaya, berbeda dengan Mr. Watanake yang hanya tetap tenang seolah semua ini adalah sambutan hangat dari saudara bestie nya. Sementara yang ditatap malah melirik lelaki bertopeng perak yang samar-samar menyeringai licik di sampingnya. 'Sejak kapan si Bos menyiapkan semua ini tanpa ku ketahui, astaga mungkin si curut Tiger itu yang menyiapkannya. Kenapa aku sekarang jadi bodoh sekali, astaga!!' Leon masih melirik pria beranak satu di sampingnya itu dengan tatapan aneh, bagaimapun juga selama beberapa hari ini ia sibuk dengan pekerjaannya dan membiarkan Bos licinnnya itu menjalani kehidupan keluarga kecilnya yang baru dimulai. "King, apa yang kau lakukan?" hardik Louwis deng
"Huh! Apa yang akan anda lakukan Mr. Watanake?" Itu bukan Louwis dan Samuel yang bertanya karena kedua pria itu sudah menunjukkan wajah ketakutan, namun Wen Xia yang sedari diam langsung bertanya ketika merasakan lidahnya tengah gatal sambil terus was-was takut Mr. Frederich dan Mr. Watanake membabat habis daerah kekuasaannya juga. "Tiga menit lagi." "What? Mr. Watanake, tolong ampuni kami. Tolong jangan berantas daerah kekuasaan kami, apa daya kelompok kecil seperti kami yang hanya bisa meminta belas kasihmu juga Mr. Frederich, kami mohon.. tolong, beri kami kesempatan satu kali saja." Teriak Samuel dan Louwis bak anjing jalanan dengan nada ketakutan juga terlihat cucuran keringat dingin membasahi dahi keduanya. Yoshi hanya memutar bola matanya malas melihat tingkah kekanakan kedua kurcacinya itu, walaupun keduanya tampak lebih tua darinya. Tidak menutup kemungkinan jika kedua pria tua itu tidak takut mati, melainkan takut hartanya habis dalam sekeja
Syilla baru saja terbangun dari tidur laknatnya, wanita itu merenggang otot karena tubuhnya terasa kaku semenjak perdebatannya semalam dengan Kakak laki-lakinya, Faihung, karena sikap keras kepalanya berniat nekad akan menyusul suami dan anaknya ke Los Angeles. Tetapi, malah dibuat tertidur oleh King Lion itu, yang entah bagaimana caranya yang jelas tanpa obat tidur atau apapun. Alhasil, Syilla terlelap di ranjang kamar milik Darren semalaman. "Huff, sial!! Kenapa aku bisa tertidur di ranjang laknat ini sih? Faihung Gege? Kenapa tiba-tiba dia datang kesini seolah menutupi keberadaan Darren? Apakah selama ini-- hm, tidak mungkin? Padahal sekitar tiga bulan yang lalu, Faihung Gege melakukan misi rahasia di Russia. Apa dia sengaja kembali ke Jawa?" Guman perempuan mungil itu bingung sendiri. Selama menikah dengan Izzuddin dan ia sudah membulatkan tekad melupakan masa lalunya dengan Darren, Ayah biologis Darrell-putranya. Syilla tidak mau lagi mengunju
Lelaki itu sedari tadi menahan emosinya ketika Syilla membentak juga menuduhnya yang tidak-tidak, apa lagi ini masalah perebutan hak asuh anak mereka yaitu si kecil Darrell. Duo Orang tua biologis bayi laki-laki yang bernama Darrell Frederich 'or' Bilal Elbarak itu tengah asyik berdebat merebutkan sesuatu yang bisa dilakukan secara kepala dingin, tetapi Syilla malah terlihat ngegas terus sedari tadi. "Aku tidak peduli, kau memang harus pertanggung jawab atas hidup dan mati Darrell, karena dia adalah darah dan dagingmu." "Memangnya kau pikir selama ini aku tidak cukup bertanggung jawab?" Tanya Darren dengan nada santai. Sementara Leon yang masih setia berdiri disamping Tuannya malah menatap Bos freezernya itu jengah, pasalnya saat di Los Angeles semalam Darren tampak acuh tak acuh seolah enggan berbicara sama sekali dan pagi ini malah bersikap aneh saat berdebat dengan wanitanya pula. Leon sempat berpikir, apakah pria yang sedang duduk begitu tenang it
Lelaki berhati kejam bak iblis berwajah malaikat itu beranjak dari duduknya, melangkahkan kaki jenjangnya mendekati Syilla dengan tatapan tak teralihkan menatap wajah damai itu. "Minggir." "Jangan sakiti istrimu lagi, Bos." Kata Leon parau, bagaimanapun juga Leon begitu menyayangi Syilla seperti adiknya sendiri. "Hm." Darren langsung membopong tubuh mungil wanitanya ala bridal style, membawanya keluar paviliun dan mendudukkannya dikursi penumpang sebelah kursi kemudi. Darren menatap kagum wajah cantik itu dengan senyuman manis yang hampir tak pernah ia tunjukkan, tangan besarnya mengusap lembut pipi cubby jejak air mata kemarin sore, karena ulah kelompok Mara Salvatrucha yang mengambil putra mereka secara paksa. "Cantik, aku tidak menyangka bisa membuat wanita tak berdosa ini mengikuti jejak kekejamanku. Bahkan karena ketakutan ku mengenai takdirnya, aku harus memaksanya melakukan dosa besar di usia dini hingga terlahirnya putra kesayanganku.