Darrell tampak mengangguk patuh kemudian menyandarkan kepalanya di dada Syilla, bayi itu seolah tidak peduli apapun yang dilakukan orang dewasa.
"Kak, sebaiknya kita periksa sekarang saja. Syilla tidak ingin lama-lama meninggalkan Kak Izzu di rumah."
"Huff... padahal Kakak masih ingin memanjakan calon keponakan Kakak itu, walaupun masih pakai uang Izzu. Hehehe.."
Mendengar ucapan Kakak iparnya itu mau tidak mau Syilla hanya bisa menggelengkan kepala pelan. Memang benar mereka berdua jalan-jalan juga menggunakan black card hasil meminta secara paksa dari Izzuddin tadi pagi, siapa lagi jika bukan Ezha dalangnya.
Lagi-lagi wanita mungil itu harus menahan hasrat ingin memeluk suaminya, mengingat sebentar lagi akan ada hari speisal untuk mereka berdua. Akhirnya ia hanya bisa mengusap lembut baby tummy nya lembut seraya berkata;
'Sabar dulu ya, Sayang. Sebentar lagi kita akan buat kejutan buat Daddy, kamu baik-baik saja disana. Mom, menyayangimu.'
"Adik ipar, kamu dimana?" Teriak cempreng ala Nafeeza pagi-pagi seperti biasanya, membuat para pelayan dan bodyguard yang sedang bertugas dengan pekerjaannya masing-masing menoleh kearah Kakak perempuan dari Tuan besarnya itu. "Maaf, Non. Nyonya Syilla dengan berada di Ladang." Seru salah satu pelayan sopan, Ezha mengerutkan kening dengan bingung. "Kenapa Syilla bisa ada di Ladang, bukankah itu pekerjaan kalian?" "Benar, Non---" "Kak Ezha.." saut Syilla dengan mata berbinar-binar, perempuan mungil itu tampak sedang membawa bakul berisi aneka sayur dan buah-buahan segar. Melihat hal itu, Ezha langsung merebut bakul tak berdosa itu dari gendongan Syilla dan memberikannya pada salah satu pelayan yang baru saja berbicara dengannya. "Kamu itu ya, seharusnya jangan mengangkat yang berat-berat, ngerti nggak sih? Aduhh.." hardik Ezha frustasi. Syilla jangan ditanya, perempuan itu malah mengerutkan kening sedikit kebingungan dengan t
"Cih, sudah berani menolak suami sendiri, huh? Oh, saya tahu sekarang, apa selama dua hari ini kamu sudah berselingkuh dariku? Atau kamu masih belum melupakan Ayah kandung Darrell, mengingat kalian berdua sudah memiliki anak di belakangku." "T-tidak, tolong jangan salah paham dulu, Kak. Syilla tidak--" Syilla langsung dengan cepat memegang lengan suaminya itu dengan tatapan berkaca-kaca, Syilla tampak ingin menjelaskan kesalahpahaman Izzuddin padanya namun sepertinya lelaki itu sudah terbakar api curiga. "Okay, dalam 30 menit lagi saya akan ke London, jadi jangan mengganggu saya dengan merengek minta video call dalam seminggu. Menurutku itu cukup untuk kalian bisa bersama lagi, kan?" Lelaki itu meranjak dari tubuh mungil istrinya dengan tatapan penuh kekecewaan, menatap kearah lain seolah malas melihat wajah menyedihkan milik Arsyilla. "Tidak, ini semua tidak benar, Kak. Syilla tidak pernah--" Tanpa peduli Istrinya yang tengah merengek
Syilla beranjak dari duduknya dan mengikuti Dokter Miranda menuju ranjang pemeriksaan, dengan hati-hati Ibu muda itu berbaring gugup diatas brankar. Ia benar-benar takut jika nanti dugaannya salah dan hasilnya akan membuatnya kecewa dan paling dia takuti ketika melihat wajah kecewa Ezha. 'Bismillah.' Gumannya pelan walau sebenarnya ia masih cukup sadar dengan tatapan aneh dari dokter tersebut. Kebetulan siang ini Syilla sedang tidak memakai gamis panjang, jadi ia hanya memakai tank top hitam dilapisi cardigan pelangi cukup tebal untuk menutupi tubuhnya dari penglihatan para pria nakal, tak lupa kain pashmina panjang yang ia kenakan di kepalanya, membuatnya tampak menjadi remaja yang masih asyik bermain-main diluar sana, cantik dan menggoda. Kini dengan mudah tank topnya di naikkan keatas menampilkan perutnya yang sedikit menonjol. Perempuan itu tampak melirik Dr. Miranda cukup was-was, mengingat sejak mengenal Darren, ibu muda satu anak itu sel
"Memangnya Kakak mau cek apa di tas Syilla? Nggak ada apa-apa disini," ujar Syilla salah tingkah sambil menyembunyikan tas rajut kecilnya dari jangkauan Ezha. "Hanya cek saja, sini tas kamu. Cepat, dik?" "Nggak mau, ih!! Ini kan barang privasi Syilla, ingat ya Kak, barang privasi tidak boleh ada yang tahu selain kita sendiri dan Tuhan." "Okay, biar Kakak tanya ke Dr. Miranda langsung saja kali, ya?" "Untuk apa Kak Ezha tanya ke Dr. Miranda?" "Kepastian." "Kepastian apa?" "Kepastian kalau kamu saat ini benar-benar mengandung keponakan Kakak. Sekarang kamu diam disini, Kakak mau ke ruangan Dr. Miranda dulu." Ezha menatap Syilla dengan tatapan mengancam berharap wanita mungil it mengaku padanya. Detik selanjutnya terlihat bibir Syilla tampak melengkung kebawah sambil memegang lengannya, diam-diam Ezha ingin tertawa puas ketika melihat mimik lucu Syilla yang menatapnya pasrah. "Ihh.. Kak Ezha lama-lam
Syilla tampak tersenyum geli ketika melihat suami tampannya itu tampak salah tingkah, namun lelaki itu sangatlah pandai mengatur raut wajahnya dengan cepat. "Nggak." "Hayoo, ngaku deh, Dad? Siapa sih tadi yang tiba-tiba dorong Syilla, tiba-tiba marah tidak jelas." "Habis kamu menyebalkan sekali, melakukan panggilan video malah pakai pakaian kurang bahan, mau pamer aurat, hm? Untung saja cuma Kakak yang lihat, kalau orang lain yang melihat. Awas saja kamu." "Ya... memang Syilla sengaja. Habis Kakak pergi ke Itali nggak bilang-bilang Syilla." "Kakak kan sudah bilang kalau Kakak sedang bekerja." "Tapi tidak bilang kalau ke Itali selama dua hari, Kakak juga tega banget membuat Syilla menunggu semalaman dikamar sampai Syilla tertidur." "Yang paginya kamu menangis histeris sampai membuat para pelayan kuwalan, begitu?" Syilla tampak mengangguk cepat, kemudian menatap wajah tampan yang tampak tersenyum meremehkan di depannya.
"Kenapa, kak? Apa ada yang salah?" "Beraninya kamu menyindirku?" "Kalau anda merasa tersindir, itu lebih bagus bukan?" "Sialan. Jadi cewek belagu banget. Pasti kamu yang menipu Izzu, agar Izzu menikahimu. Ayo, ngaku, dasar cewek murahan?" "Lebih murahan dari pada mengaku sok suci, bukan?" "Yeah, itu benar. Tapi tidak dengan hamil diluar nikah." Celetuk seorang perempuan seksi dengan wajah angkuh. Syilla sempat dibuat terkejut ketika melihat wajah tak asing wanita yang baru saja menyeletuk kasar. "Kenapa? Kamu terkejut ketika melihat saya?" "Kak Inka-" "Lebih tepatnya sepupu Darren, Marinka Cyzarine. Saya kesini hanya memberi selamat atas kegagalanmu menjadi seorang Ibu dari benih Darren." Tawa wanita itu seketika membelundak sehingga membuat pengunjung Mall menoleh dan berbisik-bisik karena merasa kasian pada Syilla yang diserbu dua wanita berpakaian gramor. "Wow.. ternyata kamu sudah pern
Senja adalah bagian waktu dalam hari atau keadaan setengah gelap di bumi sesudah matahari terbenam dan tenggelam. Banyak yang menyukai waktu ini karena di waktu senja kita bisa menikmati pemandangan langit yang dihiasi warna orange atau jingga yang menenangkan. Senja juga bisa menjadi waktu panorama yang paling istimewa, banyak anak manusia menjadikan senja teman kesendirian mereka. Bagi sebagian orang, senja kadang memberikan makna tersendiri. Kehadirannya yang sesaat namun selalu di nanti membuat kita mengerti bahwa yang indah terkadang cuma datang sesaat saja. Sinarnya yang redup cenderung gelap mengajarkan kita bahwa yang indah tak selalu tentang keterangan yang menyilaukan. Syilla dan Ezha baru saja kembali dari acara belanja di Supermaket pusat kota, Syilla keluar dari mobil Alpard Lexus LM white membiarkan Ezha berceloteh sendiri karena tadi sudah memborong susu Ibu hamil, yang ketahuan Syilla beberapa menit lalu karena melihat salah satu pe
'Tetapi, Aku bersumpah akan membunuhmu jika kamu sudah berani mengambil Darrell dengan cara seperti ini, jika kamu memang berniat memisahkan ku dengan Darrell lagi. Tapi, kenapa kamu menghilang tanpa jejak dan datang membuat kerusuhan, Kak? Kamu bisa menemuiku untuk mengambil Darrell tapi tidak dengan cara seperti ini, sama sekali ini bukan sifatmu.' Masih dalam kebimbangan, Syilla mencoba berpikir keras sebelum bertindak. Bagaimana pun juga Syilla masih khawatir dengan keadaan putra kesayangannya itu. Percaya atau tidak? Syilla tidak bisa direcoh dengan mudah oleh para musuh Darren, tapi secara bersamaan otak dan hatinya bertolak belakang. Syilla beranjak dari duduknya dengan tatapan sulit diartikan, yang jelas tatapan itu menandakan tatapan kecewa dan amarah, jejak air mata di pipinya ia usap kasar, manik hitam itu menyala menandakan sosok Queen Frederich sedang berusaha keluar dari tubuhnya. "Syilla, kamu mau kemana--" "Jaga Bunda, a