"Karan Roberto Charloss, mantan penetasan Rainbown Stars University dan kejuruan teknik."
Lelaki itu tertegun ketika mendengar nama itu, juga nama Universitas yang dulu menjadi tempatnya menimba ilmu dibangku perkuliahan.
Karan adalah teman kuliah seangkatannya sendiri yang sudah lancang menyentuh wanitanya. Memang benar, sudah lama Karan menyukai Syilla dan meminta di comblangkan Izzu, karena hanya Izzuddin yang dekat dengan gadis manis itu.
Izzuddin yang terkesan kaku dan dingin hanya acuh dengan ocehan tak bermutu temannya bahkan acara pernikahan Izzu dan Syilla pun, Izzuddin enggan mengundang teman kuliahnya karena itu akan membuat gempar sekampus, anggaplah seperti itu.
Lokasi acara pernikahannya pun bukan di Indonesia tetapi di Russia dan pastinya hanya orang-orang tertentu yang di undang. Bahkan, tidak semua keluarganya yang dia fasilitasi datang ke Russia karena itu acara urgent.
Apakah Karan sudah mendengar pernikahannya dengan Syilla
Di kamar perawatan, Syilla sedang sendirian karena tadi Izzuddin izin ada urusan sebentar diluar, akhirnya Syilla mengisi kesendiriannya dengan menonton film Dravin yang berjudul 'About is Love 2' yang diperankan Yanxi Liam. Perempuan itu tampak kesal lalu tersipu malu karena adegan romantis diperankan disana. Apa lagi ketika Zhe shi (Xu Xiao Nou) sebagai peran mahasiswi yang disuruh menyelesaikan tugas kuliah tanpa istirahat dan makan karena Wei Qing (Yanxi Liam), disini sebagai a handsome teacher menghukum muridnya yang malas belajar. Adegannya begitu membuat Syilla merona karena adegan itu membuat flashback on masa-masa dulu waktu sekolah sampai mendapatkan guru killer yang sialnya sekarang menjadi suaminya. "Ihh, Wei Qing begitu menyebalkan, hhh.. kan kasihan itu Zhe shi nya sampai lapar begitu. Hehehe... sekilas kok mirip seperti nasib Syilla dulu, ya? Ah, sudahlah, yang penting sekarang Syilla nggak mau sekolah lagi. Capek dimarahi Kak Izzu terus gara-gara mala
Baru saja Izzuddin keluar dari kamar rawat Syilla, tiba-tiba ada yang menarik bajunya sehingga punggungnya tersudutkan di tembok. Izzuddin tetap diam seakan menunggu apa yang akan dilakukan oleh seorang Dokter gila yang sudah berani-beraninya menyentuh miliknya. Siapa sangka jika dibalik sikap dingin nan acuh Izzuddin selama ini terdapat otak tak bisa tertebak, jadi jangan main-main dengan seorang Izzuddin. "Penghianat, aku nggak menyangka kamu bisa sekeji ini padaku, kau sudah merebut Syilla dariku, temanmu sendiri. Bukankah kamu sudah tahu sendiri kalau aku dari dulu sudah menaruh perasaan sama cewek itu. Aku bela-belain berjuang demi bisa menikahi dia jika dia lulus nanti, tapi apa? Kamu sudah merebut semuanya." "Saya menghargai perjuangan anda." "Brengsek!! Kamu anggap aku teman apa nggak?" "Memangnya kita berteman?" Izzuddin menatap Karan dengan santai, terbesit ingin merobek mulut pria itu. Miliknya ternodai
Arsyilla menunjuk wajah Karan dengan tatapan jijik dan benci. "Sekali lagi kau memukul suamiku, jangan harap esok kau bisa mempunyai tangan lagi atau--" "Arsyilla, aku mencintaimu dengan tulus. Jangan percaya dengan pria ini, dia sudah memiliki anak dengan wanita lain. Sekarang aku terbukti tidak berbohong, saat ini dia sedang melakukan panggilan video dengan anaknya--" Segera perempuan itu merebut ponsel Izzuddin, dilayar ponsel itu ada Ezha yang menatapnya bingung dan Darrell yang sepertinya sedang memanggil-manggil Daddy nya karena panggilan video itu dibisukan agar teriakan dan ucapan Karan tidak terdengar disana. "Kamu bisa melihatnya sendiri, itu anak suami sialan kamu ini dengan wanita lain. Hhh.. aku sudah--" Syilla langsung menampar Karan dengan kuat, membuat pria itu terjatuh begitu mengenaskan. Pipi pria itu juga membiru bekas tamparan tangan Syilla, ditambah sudut bibirnya berdarah. "Kak, Syilla capek- ayo kita masuk saja d
"Kami juga merindukanmu, kamu baik-baik disana ya, Boy? Jangan nakal dirumah, tetap nurut sama Grandma dan Nenek." Bayi itu menggangguk mengerti kemudian tertawa lucu, membuat Izzuddin dan Syilla ikut tertawa geli. "Ya sudah, ini sudah malam. Bilal ajak uty incess-nya tidur dulu sana, besok pagi janji deh, Daddy sama Mommy akan pulang." "Yey... wac ayo Dad oong." Darrell berkata tegas dengan suara cadelnya disana dengan nada serius, membuat Izzudan Syilla tertawa geli akan tingkah putranya itu. "Huh! Daddy pernah berbohong, ya? Kapan? Mommy kok nggak tahu?" tanya Syilla sambil melirik suaminya yang hanya menyeringai santai. "Ayen, Mom... ayen.." "Kemarin?" "Hm.. hm..." jawab bayi 12 bulan itu sambil mengangguk lucu. Syilla langsung menatap garang suaminya yang sudah berani berbohong dengan sang putra, Izzuddin malah terkesan tenang dengan satu sudut bibirnya terangkat sekilas. Saat Syilla akan mem
Pagi-pagi sekali Syilla sudah siap-siap untuk pulang kerumah, sambil menunggu suaminya kembali dari kewajibannya menghadap Tuhan. Wanita itu duduk manis di sofa sambil melihat-lihat hasil karya fotonya barusan dengan hijab abu-abu, kaos putih polos dilapisi blazer levis tipis warna biru, membuatnya terkesan seperti mama muda hits yang sedang trens tahun ini. Sambil senyum-senyum sendiri ketika melihat hasil jepretannya tadi, wanita mungil itu juga tak bisa diam dan malah mendengarkan lagu Indonesia yang berjudul "Mama muda" sambil nyanyi-nyanyi sendiri. Keasyikan mengikuti lirik lagu yang membuatnya lupa jika ia bukan janda muda, kelihatannya asyik-asyik saja mendengar lantunan lirik lagu itu sambil joget-joget tidak jelas. Eh, sampai tak menyadari jika sudah ada suaminya berdiri di ambang pintu sambil berdecak pinggang dengan tatapan tak suka dengan lirik lagu itu. "Punya suami buaya.. ku jadi korbannya... ku pilih pisah aja.. walau aku jadi janda tapi ku tak kalah
Izzuddin langsung melempar black card ke arah wanita itu dan langsung menancapkan gas meninggalkan bangunan serba putih berbau obat-obatan sialan itu. Dari kaca spion lelaki itu melirik pantulan Marinka yang tersenyum gila penuh kemenangan sambil membolak-balikkan black card yang beberapa menit yang lalu ia lempar pada Marinka. Sejak dulu Marinka tidak akan berubah, karena statusnya sebagai cucu angkat Frederich membuatnya terobsesi pada Darren. Berniat menikahi Darren agar kekuasaan Frederich bisa ia kuasai dengan mudah. Marinka memiliki sifat bertolak belakang dengan Mamanya yang lembut dan tegas, sifat kerakusannya itu berasal dari sifat Ayahnya yang mati di gantung oleh Kakek Frederich. 'Dasar wanita gila.' Syilla yang melihat dengan mudah suaminya melempar black card ke wanita itu langsung terdengar mendumel kesal sedari tadi. Bagaimana tidak kesal sudah berbagi lengan suami dengan wanita lain, ditambah suaminya dengan mudah melemp
Sesampainya didepan Mansion rasaksa milik Izzuddin Elbarak, lelaki itu tampak acuh pada wanitanya, ia malah masuk mansionnya sendiri tanpa mengajak istrinya masuk. Syilla yang diliputi rasa takut hanya bisa menunduk sambil berjalan masuk Mansion, hingga terdengar suara pekikan ceria bocah laki-laki berusia 12 bulan berlari lucu ke arahnya. "Mommy.." Bayi itu langsung menarik tangan besar sang Ayah untuk berlari kecil kearah Mommy nya. Izzuddin yang ditarik pun hanya mengambil langkah tenang menghampiri sang istri, Syilla langsung memeluk sang putra penuh cinta dan rindu. "Bilal, Mommy kangen, cup.. cup... bagaimana kabarmu, hm?" "Iyac ayik.. mom.." ujar bayi itu sambil memeluk leher Mommy nya, Syilla menggendong bayinya dan berjalan begitu saja melewati suaminya, wanita itu langsung mencium punggung tangan Ibu mertuanya. "Assalamu'alaikum, Bun. Maaf, Syilla sudah banyak merepotkan Bunda selama Syilla dan Kak Izzu pergi." Wanita itu meminta maa
Mentari pagi mulai terbangun dari peraduannya, memancarkan sinarnya yang menghapus titik-titik embun di dedaunan. Menghangatkan tubuh dari udara dingin dan membakar semangat baru di hari yang baru. Disana di atas tempat peraduan kasih sayang milik pasangan Izzuddin dan Arsyilla yang begitu empuk dan lembut terdapat dua anak manusia sedang asyik merajut mimpi dengan begitu mesra. "Eeugghh..." lenguh Syilla tanpa peduli cahaya mentari yang mengintip dari sela-sela gorden. Bukannya membuka mata untuk memulai aktifitas pagi, wanita itu malah asyik menyamankan diri tidur di dada bidang sang suami sementara Izzuddin sendiri malah tambah memeluk erat istrinya. Entahlah, pasangan ini kompak sekali pagi-pagi seperti ini tidak ada yang mau bangun, bahkan jam alarm sudah berbunyi 30 menit yang lalu. Tapi, mereka berdua malah asyik tidur dengan nyaman tanpa beban. "Dad... Mom... angun.." Seketika terdengar suara k
"Jauhkan mawar sialan itu dariku," pekiknya dengan nada panik. "Kenapa? Mawar ini kesukaan cucu menantumu, kau--" "Aku mohon, tolong jauhkan mawar itu dariku.." pintanya dengan nada ketakutan ketika aku mendekatkan kelopak mawar itu tepat didepan wajahnya. "Darren, tolong! Maafkan aku, aku janji tak akan mengejar Xiao Fu dan anak-anakmu lagi, t--tolong, jauhkan itu dariku--" "Apa? coba panggil namaku dengan jelas." "D-Darren... t-tidakk.. maksudku.. King Frederich.. tolong--"Plakk...Suara tabrakan antara telapak tanganku dan pipi tirus penyihir tua itu terdengar renyah di pendengaranku, tubuh ringkih itu terlempar ke lantai cukup keras."Ulangi..""K-king.. tolong ampuni aku.. hiks..." pintanya memelas sambil mencuri-curi lirikan kearah mawar merah keemasan di tanganku ini.Senyum meremehkan ku tunjukkan dengan santai, berjongkok di depannya yang tampak tubuh kurus bergetar ketakutan. "Apa apa, Nenek? kenapa kau melihatku seperti itu?"Reveena hanya menggelengkan kepalanya lemah
"Tidakkk... tolong lepaskan aku, Nek? Hiks.. hiks.. tolong kasihani aku, aku mohon--" "Hhh... kamu tidak akan bisa lari lagi, manis. Kembar tiga? Huhh.. akhirnya aku akan hidup kembali... hhh.." "A-apa maksudmu?" Suara bergetar Syilla terdengar memilukan di dalam sana, sementara aku hanya bisa menatap gelap pintu aneh ini. "Apakah kamu tidak sadar, jika mendiang kedua putrimu sudah ku jadikan tumbal, hm? Apakah si anak Iblis itu tidak memberitahumu?" Degg... "Tu- tumbal? Jadi...?" "Hhh... bagaimana? Sudah tahu? Dasar bodoh, apa kamu tahu, kamu hanya di jadikan alat untuk menghasilkan bayi yang akan menjadi tumbalku. Darren menghamilimu bukan karena cinta, tapi karena ingin membantuku untuk mendapatkan tumbal dari tubuhmu, hhhhh..." Sreeekkk... kedua mataku memerah menahan amarah, sejak kapan aku mengorbankan darah dagingku untuk wanita gila itu? "Sialan kau, Tua bangka.." umpatku tertahan. "Tidakkk... kamu tidak bisa mengambil bayiku lagi dengan paksa. Kamu... kamu.." "Apa? D
Fengying langsung mendekat dan menatap penuh rindu kedua mata indah milik Arsyilla, namun perempuan itu masih cukup lemah untuk banyak bergerak. "Iya, Ge. Maafkan aku yang sudah merepotkan Gege--" "Jangan katakan hal itu lagi, kau adik perempuan kami satu-satunya. Kami hanya ingin memenuhi kewajiban kami sebagai Kakak laki-laki kamu." Belum juga Fengying menjawab, Faihung langsung mendekat dan mengusap pipi pucat Syilla dengan lembut. "Sekarang kondisimu masih terlalu lemah, sebaiknya kamu istirahat dikamar." "Tidak, Ge. Aku lebih nyaman seperti ini-- memeluk suamiku adalah tempat ternyaman ketika aku bangun." Syilla mendongak dan tersenyum manja sambil menatap wajah tampan lelaki yang memeluknya saat ini. Oh ayolah, tanpa malu-malu Syilla yang baru terbangun dari tidur cantiknya, malah dengan posesif memeluk pinggang sang suami, membuat Izzuddin tertawa kecil akan tingkah wanitanya itu. "Posesif.." bisik Izzuddin gemas.
"Gege, apa yang harus kita--" "A life crystal capable of awakening him, but--" "What, the crystal of life? Then where are we going to get it? Isn't that kind of thing hard to---" "That rare life crystal exists only in Frederich's own family. We also don't need to think too deeply, because the crystal is currently in their son's hands. Darrell Frederich." Fengying mengenyit dengan sedikit linglung atas apa yang di ucapkan saudara kembarnya tersebut, selama bertahun-tahun mengenal sosok Darren Frederich sebagai kekasih Arsyilla, adik kecil mereka. Baru kali ini Fengying mendengar tentang batu kehidupan, apakah di dunia ini masih ada benda keramat seperti itu? Entahlah? "Ayah, izinkan saya untuk menjemput Darrell. Saya khawatir Bibi Arsyi tidak mampu tertolongkan, hm.. maafkan saya yang sudah berani menguping pembicaraan Ayah dan Paman, saya harap Ayah dan Paman mengerti maksud saya." Seru pemuda tampan tampak baru keluar dari bal
Di dalam ruang keluarga paviliun milik Darren, sepasang suami dan istri paruh baya tengah lama terdiam menatap wajah kecil angkuh di depannya.Wanita paruh baya itu menatap suaminya sekilas kemudian menatap dalam diam anak kecil yang tengah asyik mengubah mainan rubiknya dengan tenang."Apa yang terjadi? Kenapa dia seperti itu?" Kun yang tidak tahan untuk bertanya, akhirnya menatap istrinya yang hanya diam sejak tadi."Sepertinya cucu kesayangan kita dalam suasana hati yang buruk."Mendengar kalimat singkat yang Aneska katakan tentang anak kecil di depannya, yang merupakan cucu laki-lakinya. Darrell Frederich. Pria paruh baya itu menghela napas berat kemudian menatap Darrell penuh arti."Jangan gegabah, dia masih terlalu kecil untuk mengerti permasalahan Orang tuanya. Otak dan hatinya masih kurang stabil dibandingkan dengan orang dewasa."Kun tak mengatakan apapun sebagai balasan, ia malah menaikkan salah satu alisnya. Aneska melanjutkan uca
Faihung langsung meloncat dari ketinggian lima ribu tujuh puluh kaki tanpa alat bantuan keselamatan, seakan sudah biasa pria pucat itu terjun dari ketinggian tanpa takut tubuhnya akan remuk ketika jatuh kelantai bawah. Terdengar samar teriakan Lian memanggilnya, Faihung hanya tersenyum ketika mendengar itu. Tapp.. Begitu kedua pasang kaki jenjang Faihung berpijak diatas lantai kaki istana, suara retakan dahsyat terdengar begitu mengerikan namun retakan itu hanya terlihat begitu kecil jika dilihat. Darren yang tengah mengubah wujuh menjadi King Frederich yang sebenarnya malah acuh tak acuh dengan turunnya Faihung seolah dewa langit sedang turun. Wujud Monster manusia tersebut malah asyik mencabuti organ tubuh para prajurit tanpa henti. "Hentikan--" Belum sempat Faihung menyelesaikan ucapannya, sosok Monster itu malah melemparkan tubuh tak berdosa dua prajurit sekaligus ke arah Faihung dengan ringan. Faihung
Lian menatap acuh tak acuh pertunjukkan yang terpapar jelas di kedua mata tajamnya, Eilert terlihat memberontak tak ingin kembali ketempatnya. Anak laki-laki itu terus berteriak kesetanan seolah dirinya nyaman dalam posisi setengah arwah seperti itu. "Tidak.. Paman Fai, aku mohon.." suara serak Eilerd tertengar memohon pada Faihung, namun pria pucat itu hanya menyeringai. "Kau bahkan belum lahir ke dunia, anak muda. Bertahanlah sedikit dan buang emosi gilamu itu." Kata Faihung mengingatkannya, Eilerd yang mendengarnya langsung mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria dewasa tersebut. "Tidak, Aku sangat benci penipu, penipu itu pantas mati. Aku.. aku harus menjaga Ibuku, lepas.. lepaskan aku.." "Lepas emosimu, El. Jika kau tidak melepaskannya, sampai lahirpun takdirmu tidak akan baik." Suara dingin dan santai dari arah Lian membuat Eilerd melototi pria muda itu sinis. "Apa pedulimu dengan takdir hidupku, kau bukan Tuhan. Jan
"Apakah Mr. Watanake ada disana?" Darren bertanya dengan santai seolah serangan mendadak itu bukan apa-apa baginya. "Benar, Mr. Watanake sedang meluncur kesini bersama Mr. Joseph untuk melakukan serangan balik." "Bos.. Ernesta Luciano, adik perempuan Lucky ditemukan tewas dalam keadaan terpengal disalah satu gedung tua di pinggiran Kota Peterburg, kini aku sedang menyelidiki penyebab ..." "Lempar mayat sialan itu ke dalam kadang Patric." Sela Darren sedikit mengeram marah. Patric yang dimaksud adalah anjing besar seukuran serigala yang bertugas menjaga Kota Peterburg. Setiap dalam kota kekuasaan Frederich, Darren telah menugaskan sebangsa anjing, serigala dan singa untuk menjaganya. Dan, kali ini Darren cukup marah karena Patric tak menyadari kehadiran Ratu tuannya. "Siap laksanakan." Jawab si penelepon diseberang sana. Darren yang sedang kesal langsung melempar tatapan membunuhnya kedepan. "Rupanya akan ada pertumpahan darah d
Pria pucat itu hanya meliriknya dengan tenang, Izzuddin langsung menoleh ke arah salah satu pintu Mansion rasaksanya. Di sana terdapat sosok pria janggung yang merupakan kembaran pria pucat itu tengah berdiri dengan malas sambil merokok.Kembali ke pria pucat tersebut, Izzuddin langsung memasuki mobilnya dan menyalahkan mesin mobil secara brutal."Jangan gegabah, Lian dan putra kedua mu sudah beraksi sejak satu setengah jam yang lalu." Kata pria pucat yang dipanggil Fai Gege itu penuh teka-teki, Izzuddin melirik pria di sampingnya itu acuh tak acuh.Pria misterius itu benar-benar ...."Maksudmu apa? Istriku diluar sana dalam bahaya, lebih baik jangan campurkan anak-anak dalam urusan orang dewasa...""Hm... kau benar." Faihung hanya berdehem kecil tanpa dosa.Izzuddin mengeram frustasi juga marah, ini yang tidak ia suka, sikap Faihung benar-benar sangat misterius dan menyebalkan. Pantas saja selama pria itu hidup, keluarga Dinasti Li selalu d