"Kakak, jangan!"
Izzuddin secara refleks memegang tangan kanan istrinya agar tak terjatuh ke lantai. Nafas Syilla terengah-engah karena panik luar biasa, lima detik kemudian perempuan itu melepas cekalan suaminya hingga ia jatuh terduduk tepat dinginnya lantai.
Izzuddin mengerutkan kening karena istrinya agak aneh malam ini, Syilla menunduk menetralkan kepanikkannya, walaupun kaki kanannya agak terasa nyeri akibat tendangan Izzuddin barusan, tapi ia bisa bernafas lega setidaknya calon bayinya tak apa-apa.
"Masih belum menyerah?" Izzuddin bertanya dengan tenang tanpa berniat membantu istrinya berdiri.
"He.um! Syilla ngaku kalah! Sekarang katakan hadiah apa yang Kakak inginkan dari Syilla?"
"Okay! Tidak berat permintaan, Kakak! hanya minta memasukkan ular anaconda ini ke kandangnya saja!"
"Heh! Memasukkan doang ujung-ujungnya bikin Syilla pingsan lagi! Nggak mau! Syilla capek, Kak! Tolonglah mengerti." tolak Syilla memelas, fisikny
"SYILLA... JANGAN LARI KAMU. DASAR ISTRI NAKAL, BERANINYA MENGELABUHI SUAMI, HUH! BUKA PINTUNYA SEKARANG.. " teriak Izzuddin dari dalam. Kalau sudah seperti ini ia tak akan menang melawan wanitanya yang nakal itu, ajaran Ezha Kakaknya benar-benar membuat Syilla berani usil padanya, beruntung kamarnya itu kedap suara jadi ia tak akan malu karena berteriak pada istrinya. Diluar kamar Syilla cekikikan karena berhasil lari dari kamar singa jantan mes*m. Di rasa sudah cukup aman wanita itu berjalan dengan santai menuju tangga, karena ia sendiri tak tahu jika ada lift khusus untuk turun lantai dasar, dengan semangat '45 Syilla menuruni undak-undakan tangga yang menurutnya lumayan panjang beda dengan tangga mansion Elbarak. Saat sampai ke lantai 4, wanita muda itu malah clingak-clinguk bingung, karena mansion itu sangat luas dan besar sekali. "Ini mansion apa labirin bertingkat ya? Luas banget, ini lantai berapa sih kok rasanya masih jauh banget mau kelantai dasar." Guman p
"Kakak sendiri sudah sarapan belum?" Tanya Syilla polos, dan dijawab gelenggan kepala oleh lelaki itu. "Nungguin kamu." "Eh, hehehe... maaf, Kak! Syilla nggak tahu, jadi Syilla makan duluan deh. Habis Syilla lapar banget." "Tak apa! Yang penting Istri Kakak ini sudah kenyang." Jawab lelaki itu tulus, sambil mengusap surai coklat panjang istri mungilnya sayang. "Eoh! Hm... Kakak duduk sini deh! biar Syilla suapin." "Boleh!" Izzuddin menjawab dengan antusias. Ini adalah Sebuah anugerah sarapan di suapin sang Istri pada hari pertama pernikahannya, semoga saja tiap pagi bisa terus seperti ini hingga hari tua nanti, ya Allah. Do'a tulus Izzuddin penuh harap. "Aaa.." Seperti Bilal versi Izzu mini, lelaki itu nurut saja di suapin Istrinya, suasana hangat seperti ini memang sering mereka berdua lakukan dulu waktu masih pacaran, tapi pagi ini terasa berbeda sekali, seperti ada kebahagiaan terpancar dimata keduanya, mungkin statu
"Lihat saja nanti." Pungkasnya sambil tersenyum misterius. Syilla hanya mengedik ngeri karena Izzuddin tampak seperti monster sore ini, Syilla hanya bisa pasrah karena ia harus mengikuti kemana suaminya melangkah selagi itu menjadi kewajibannya. Sekitar 2 jam membelah jalan, Syilla sampai mengantuk dibuatnya, bagaimana tidak! Jika sedari tadi Izzuddin tetap fokus nyetir, berhenti sebentar ke Minimarket hanya untuk membeli minuman dan camilan untuk Syilla agar perempuan itu tak bosan melakukan perjalanan agak jauh. Akhirnya mereka berdua sampai didepan sebuah gedung tua yang tampak menyeramkan, karena gedung itu seperti sudah ratusan tahun tak berpenghuni, lokasinya juga jauh dari permukiman warga, ditambah lagi tempatnya ada diujung hutan mati, maksud dari hutan mati merupakan hutan yang biasanya sekali masuk hutan itu akan mati entah diterkam hewan buas atau dibunuh? Entahlah, nyatanya hutan itu pernah menjadi tempat pertempuran manusia astral tak ka
Wanita mungil itu menghardik dengan kesal, dengan pipi cubby-nya dibuat menggembung seperti anak kecil yang sedang merajuk pada Ayahnya karena tak kunjung dibelikan boneka. Izzuddin tersenyum misterius akan tingkah Istri mungilnya itu, banyak orang-orang tertipu akan sikap dan sifat polos, lugu, manja nan bodoh itu, tapi dibalik itu semua terdapat jiwa mematikan tersembunyi. Syilla akan berubah menjadi perempuan liar dan menakutkan jika sudah bertemu mangsa yang ingin dia habisi sejak lama dan ini terbukti akan pancingan itu. "Le-pa-sin gu-e! Gu-e jan-ji... Aarrggghhh.. a-am-punnn.. aaarrgghh.." Pekik pria itu kesakitan karena Syilla sedang asyik menyayat perut buncitnya dengan pisau tumpul secara acak, hingga terlihat usus-usus perut itu keluar dengan sendirinya, membuat mata wanita itu berbinar-binar melihatnya. Ini kesenangan abadi baginya, ingin sekali ia memecahkan isi otak pria itu tetapi ia masih ingin bersenang-senang dulu, seperti yan
"Silahkan, kalau berani." desis Izzuddin dingin terkesan mengerikan, membuat para perampok itu saling berpandangan, karena suara bariton mengerikan yang Izzuddin punya sama persis dengan Bos besar mereka. Bos besar yang paling mereka takuti, karena sudah lebih dari ribuan juta umat manusia di dunia habis dalam sekejap ditangan Bosnya, si Bos besar yang selalu memakai topeng jika menghancurkan mangsanya. Si Bos yang tidak pernah menunjukkan wajah aslinya pada anak buahnya, mereka bahkan hanya bisa mengenal suaranya saja. "Siapa kau sebenarnya? Suaramu menyerupai suara--" suara si manusia segede gorila itu terpotong ketika Izzuddin melempar benda pipih setipis kartu atm kearah ketua perampok itu, bersamaan lelaki itu meledakkan kepala salah satu perampok itu sebagai peringatan keras. Syilla terkejut saat menyaksikan suaminya kembali kedalam mobil setelah meledakkan satu kepala perampok itu. Izzuddin langsung menginjak gas mobil dengan kecepatan maksimal, membua
"Kak, Syilla izin ketoilet dulu." Izin wanita mungil itu tanpa menunggu jawaban dari suaminya. Syilla langsung berlari menuju toilet, memuntahkan seluruh isi perutnya di wastafel tetapi yang keluar hanya air saja. Melihat tingkah aneh istrinya membuat Izzuddin cemas akan keadaan istrinya saat ini, sehingga rela meninggalkan acara makannya demi sang istri. Alhasil ia mengikuti langkah istrinya ketoilet wanita, terdengar istrinya muntah-muntah tak jelas didalam sana, Izzuddin tersenyum karena dugaannya benar. Jika istrinya tengah mengandung, lelaki itu tampak mengucapkan banyak puji syukur karena kerja kerasnya berhasil membuat istrinya cepat-cepat hamil, terdengar samar-samar istrinya berguman sendiri; "Maafkan, Mommy ya, Baby. Mom takut untuk memberitahu keberadaanmu pada Daddy, Mom takut Daddy nggak percaya kalau kamu darah dagingnya, Mom... Mom... takut nasibmu seperti Darrell. Mom takut, Mom bingung.. Mom takut Daddy Izzu akan menceraikan--" Izzudd
Seorang lelaki berkemeja putih kini duduk bersila menghadap kiblat di ruangan sesekat dekat Rumah sakit. Lelaki itu terlihat rapuh dan begitu tertekan, usai melaksanakan kewajibannya sebagai umat Islam, terlihat lelaki itu menangis, bibirnya bergetar hebat tak sanggup mengatakan pepatah kalimat pun. Ia seperti benar-benar menyesali dosa-dosa yang telah ia berbuat disengaja maupun tak di sengaja. Dosa yang ia berbuat beberapa jam yang lalu, dosa yang tidak dapat diampuni karena itu dosa besar dan berkaitan hukuman berat. "Ya Allah, inikah karma dari segala dosa-dosa yang hamba berbuat selama ini. Kenapa Engkau menghukum hamba lewat istri hamba, apa salah dia? Kenapa harus dia---" "Daddy." Tiba-tiba suara lucu anak perempuan memanggil lelaki itu dengan sebutan Daddy. Anak perempuan itu tak sendiri, ia bersama anak perempuan yang lebih kecil darinya. Lelaki itu menoleh kearah dua gadis kecil itu, ia tersenyum kearah anak perempuan itu, terbesit rasa rind
"Saya minta maaf akan hal itu, tetapi saya benar-benar ceroboh untuk kedua kalinya." "Ucapanmu seperti kau tidak bersalah dan tidak memiliki janji apapun, aku menyesal telah menyerahkan adik kecilku padamu." "Setiap kejadian itu pasti ada hikmahnya, semuanya milik ALLAH SWT, semua ini adalah milik-Nya. Buat apa kita menyalahkan orang lain jika semuanya sudah diatur sesuai scenario-Nya. Setiap manusia mempunyai jalan hidupnya masing-masing, termasuk saya dan Arsyilla." "Saya ikhlas jika pelita rumah tangga kami kembali pada penciptanya, karena saya yakin Allah maha pengasih lagi maha penyayang. Suatu hari nantinya akan memberikan kami ganti yang lebih indah dari ini, karena semuanya kembali pada Allah swt." "Dulu saya memang masih terlalu egois, tetapi saya sadar saya bukan pria sempurna untuknya. Jika anda meminta saya melepaskannya, mohon maaf-- saya tidak bisa." Izzuddin menoleh kearah pria disampingnya, lelaki itu menepuk bahu tegas Faihung