Di dapur mewah dan luas kini hanya terdapat dua wanita beda usia sedang berkutat dengan alat-alat dapur. Bagai seorang Ibu yang mengajari putrinya memasak, Bi Sima hanya meminta Syilla mengupas bit merah sambil duduk dimeja mini bar.
Rencana hari ini mereka berdua akan membuat sup merah, puding daging dan tumis daging. Syilla begitu semangat saat Bibi Sima akan membuatkannya sup merah, sehingga Syilla tampak tertawa geli ketika merasakan gerakan pelan dari perut buncitnya.
"Bi?"
"Iya, Nyonya."
"Syilla boleh bertanya nggak? Tapi ini sedikit privasi." Tanya Syilla polos dan masih asyik memotong bit merah yang baru saja dikupas kulitnya.
"Silahkan, Nyonya."
"Hm, boleh Bibi ceritakan pengalaman Bibi waktu nikah. Hm.. maksudku-- maaf."
Bi Sima tersenyum akan pertanyaan istri dari Tuannya itu, bagaimana pun juga Syilla menikah diusia yang terbilang sangat muda yaitu delapan belas tahun. Kebanyakkan para gadis-gadis seumuran Syilla mas
Syilla memasuki kamar dengan wajah murung, wanita itu duduk diranjang mewahnya tanpa peduli dengan tatapan aneh dari lelaki yang sedang memasang sepatu kerjanya di sofa. "Kamu kenapa lagi, hm? Katanya lagi pengen masak, kok sudah balik kamar?" "Males." Izzuddin menghela nafas pelan, pasti ada yang membuat istrinya itu kesal. Tapi, siapa yang berani membuat kesal wanitanya itu sampai segitunya. "Ada apa, cerita sama Daddy? Apa ada pelayanan buruk dari--" "Sebenarnya Kak Leon itu siapa sih, Dad? Kenapa dengan seenak jidatnya masuk rumah kita, memangnya dia sudah jatuh miskin ya? Kerjaannya minta-minta melulu. Apakah Bos arogannya itu sudah membuangnya?" "Siapa Bosnya?" Tanya Izzuddin santai. "Dia... dia anak buahnya Darren.." cicit Syilla sambil menunduk ketika menyebut nama pria lain didepan suaminya. "Oh, ngapain dia kemari?" Tanya lelaki itu mulai dingin, bahkan hanya melirik Syilla yang sedang ketakutan
Sesuai permintaan konyol berujung berbahaya, akhirnya sore ini Syilla bisa bertemu Yoshinori. Pria tampan asal Jepang, yang selalu menjadi monster mematikan yang menguasai Negeri Sakura itu. Lihatlah, wanita hamil itu tampak bersemangat memilih aneka koleksi pedang milik sang suami. Didalam ruang penyimpanan aneka benda tajam itu, Syilla tampak berkeliling mencari jenis pedang yang cocok untuknya.Terlihat banyak sekali koleksi aneka pedang dan pisau tertata rapi dalam ruangan yang lebih mirip museum senjata tajam itu. Syilla yang tak pernah melihat benda-benda aneh itu hanya bisa berseru dengan mata berbinar-binar."Kak.""Hm.""Ini pedang jenis apa? Kenapa bentuknya aneh sekali." Tunjuk Syilla saat melihat ruangan kotak kaca yang terpajang sebuah pedang kembar di dalamnya."Hm.. ini Hook Sword, atau bisa disebut Twin Hooks, Fu Tao, Hu Tou Gou atau juga Shuang Gou. Sepertinya namanya yang tertera." Jeda Izzuddin yang akan menje
Izzuddin hanya menggelengkan kepala samar akan tingkah istrinya, lelaki itu berjalan santai hendak mendekat. Tetapi, sebuah mata bilah pedang hampir menusuk jantungnya. Izzuddin melirik sekilas besi tajam itu, kemudian menatap tenang si pelaku menodong."Jangan mendekat, atau pedang ini akan menusuk jantungmu." Desis wanita cantik itu dengan nada sinis, Izzuddin menyeringai."Tusuk saja, saya ikhlas." Jawab Izzuddin terkesan santai. Mendengar jawaban tenang dari lelaki itu, Syilla sang penodong langsung mengubah posisi bilah pedangnya ke leher lelaki itu dalam gerakan cepat. Tanpa ragu Syilla sedikit menekan bilah pedangnya disana, terdapat cairan merah merembes di pedang itu juga leher Izzuddin.Lelaki itu memejamkan kedua manik coklatnya dengan tenang, tanpa perlawanan atau meringis kesakitan, seakan-akan itu sudah biasa.Sebuah dosa yang tak pantas mendapatkan ampunan, kini terasa seolah luruh secara berlahan dengan rembesan cairan merah segar itu memb
Di taman hijau dengan dikelilingi berbagai aroma bunga bermekaran, Syilla sudah berdiri menantang Lord Yakuza, tak lupa kedua tangannya memegang erat pedang pokyam merah. Sementara Yoshi tampak berdiri tenang sambil melipat tangan di dada. Lelaki berwajah orisintal khas Jepang itu seperti tak berminat bermain pedang dengan istri seorang Izzuddin Elbarak, bahkan katana kesayangannya saja masih diam mendekam dibalik punggungnya."Sudah siap bertanding, Nyonya?" Yoshi tampak menampakkan tampang meledek ketika menyaksikan wanita hamil di depannya itu terlihat begitu antusias.Syilla yang mendengar ledekan itu hanya menaikkan sebelah alisnya."Sepertinya, wanita hamil itu harus duduk manis diatas sofa. Tapi, kenapa wanita hamil yang satu ini malah minta latihan pedang? Apa nggak takut keponakan saya itu tiba-tiba jatuh di lapangan?""Jangan meledekku, atau ku pengal kepalamu sekarang juga." Sembur Syilla mulai kesal."Aduhh.. jadi takut ini, tapi kasiha
"Okay, aku mengaku kalah. Hm.. apakah main pedangnya sudah usai, luka ini juga butuh obat? Jika di biarkan terbuka seperti ini, rasanya perih sekali." Tanya Yoshi seperti pria bodoh ketika berbicara dengan wanita bringas seperti Arsyilla. Oh, ayolah, seorang Yoshinori harus jadi pria bodoh hanya karena permintaan wanita hamil seperti Arsyilla."Hhh, kau benar-benar tak pantas menjadi Lord Yakuza, dan lihatlah? Wajahmu lucu sekali, hhh... hanya karena luka sekecil itu kau merengek seperti putraku yang sedang minta susu." ejek Syilla disertai tawa senang, seolah melihat orang lain menderita adalah kesenangan tersendiri baginya."Jangan mengejekku, Nyonya. Sumpah, ini sangat sakit sekali-- aku merasa pedangmu ada lapisan racunnya." Elak pria Jepang itu seenaknya.Gelak tawa Syilla semakin keras, ketika mendengar kalimat menggelikan keluar dari bibir Yoshi. Lucu bagi Syilla tetapi, menjengkelkan bagi Yoshi. Bisa-bisanya Syilla membuat seorang Lord Yakuza seperti pri
Kedua lelaki itu berjalan beriringan dengan porsi raut wajah khas masing-masing, karena ini masih pukul tiga sore jadi Izzuddin mengajak Yoshi bersantai sore di gazebo. Hari ini cuaca di Negeri Tirai Besi itu sedang mengalami musim gugur, sehingga cuaca terasa dingin namun sejuk. Dua lelaki itu tampak bercengkerama begitu akrab, tak hanya itu didepan mereka sudah tersaji dua cangkir kopi latte dan hot cholatte juga Fruit Cake Glory, Almond Choco Cheese, Pohong Tata, Kerupuk Rambak Sapi, dan Keripik Buah Kane-kane, tak lupa se-moci es sirup mangrove. Izzuddin sengaja menyajikan tamunya dengan camilan khas Jawa Timur, meski nyatanya tengah berada di Russia. Izzuddin lebih suka makanan khas Tanah Jawa itu dibanding khas Eropa, karena bagi seorang Izzuddin-- makanan khas Tanah Jawa itu rata-rata halal bagi seorang muslim sepertinya. "Uhuk-uhuk." Izzuddin menyimpan senyum geli karena Yoshi tampak berbatuk-batuk, karena habis memakan kerupuk rambak sa
Sebuah perayaan empat bulanan yang diadakan Izzuddin Elbarak di Mansionnya, kini tampak ramai dengan kehadiran Lian Xiunhuan bersama kelima adik-adiknya. Keluarga kecil kembar Li Faihung dan Li Fengying kini ikut meramaikan syukuran empat bulan kehamilan Arsyilla. Si tuan kecil Darrell Azkanio tampak asyik bermain dengan Lian, Zhao, Jianheng, Jianying, Qiaofeng, Qiancheng juga Queen diatas karpet berudru tebal. "Hai, Darrell. Apa kabar?" Sapa anak laki-laki yang begitu manis dan kagum bila dipandang. "Eoh.. Ying Gege?" Panggil Darrell polos ketika disapa saudaranya yang diketahui bernama Jianying, saudara kembar Jianheng. "Yakk.. my name is not Ying, but Jianying. Remember!! Call me Jianying gege, okay tittle bro." Jianying protes pada Darrell yang hanya menatapnya polos. "Jianying, ada apa? Kenapa kau berteriak seperti itu?" Tanya Lian yang tiba-tiba bingung sendiri akan sikap sepupunya itu. "Oh.. Lian gege, lo and behold. Darrell's call's me
Tak lama kemudian terlihat para bodyguard berbaris didepan pintu utama, Izzuddin menyunggingkan senyumnya untuk kesekian kali, ketika menyadari ada tamu terhomatnya menghadiri undangannya. "Darren- hm... maksudku Nak Izzu." Sapa pria paruh baya itu sedikit gagap, Izzuddin menyeringai akan panggilan itu. "Baba Fu," suara Syilla tiba-tiba menyeru, diikuti dua wanita cantik berwajah mirip. Setelah kejadian salah faham waktu itu, kini Syilla kembali memanggil Kun Lian dengan panggilan 'Baba'. Karena hanya Kun Lian sosok yang membuatnya bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah sejak dulu. "Salam, Tuan Fu." Sapa Leonella dan Layla pada Kun Lian. "Salam." Jawab Kun Lian sopan, kemudian menatap Syilla dengan senyuman khas. "Xiao Fu, Baba-- Oh, ya Tuhan, Xiao Fu--" pungkas Kun Lian tak percaya akan apa yang beliau lihat, kejutan tak terduga ternyata undangan tempo hari itu sebuah syukuran kehamilan Syilla. Syilla tampak mengangguk antusias.
"Jauhkan mawar sialan itu dariku," pekiknya dengan nada panik. "Kenapa? Mawar ini kesukaan cucu menantumu, kau--" "Aku mohon, tolong jauhkan mawar itu dariku.." pintanya dengan nada ketakutan ketika aku mendekatkan kelopak mawar itu tepat didepan wajahnya. "Darren, tolong! Maafkan aku, aku janji tak akan mengejar Xiao Fu dan anak-anakmu lagi, t--tolong, jauhkan itu dariku--" "Apa? coba panggil namaku dengan jelas." "D-Darren... t-tidakk.. maksudku.. King Frederich.. tolong--"Plakk...Suara tabrakan antara telapak tanganku dan pipi tirus penyihir tua itu terdengar renyah di pendengaranku, tubuh ringkih itu terlempar ke lantai cukup keras."Ulangi..""K-king.. tolong ampuni aku.. hiks..." pintanya memelas sambil mencuri-curi lirikan kearah mawar merah keemasan di tanganku ini.Senyum meremehkan ku tunjukkan dengan santai, berjongkok di depannya yang tampak tubuh kurus bergetar ketakutan. "Apa apa, Nenek? kenapa kau melihatku seperti itu?"Reveena hanya menggelengkan kepalanya lemah
"Tidakkk... tolong lepaskan aku, Nek? Hiks.. hiks.. tolong kasihani aku, aku mohon--" "Hhh... kamu tidak akan bisa lari lagi, manis. Kembar tiga? Huhh.. akhirnya aku akan hidup kembali... hhh.." "A-apa maksudmu?" Suara bergetar Syilla terdengar memilukan di dalam sana, sementara aku hanya bisa menatap gelap pintu aneh ini. "Apakah kamu tidak sadar, jika mendiang kedua putrimu sudah ku jadikan tumbal, hm? Apakah si anak Iblis itu tidak memberitahumu?" Degg... "Tu- tumbal? Jadi...?" "Hhh... bagaimana? Sudah tahu? Dasar bodoh, apa kamu tahu, kamu hanya di jadikan alat untuk menghasilkan bayi yang akan menjadi tumbalku. Darren menghamilimu bukan karena cinta, tapi karena ingin membantuku untuk mendapatkan tumbal dari tubuhmu, hhhhh..." Sreeekkk... kedua mataku memerah menahan amarah, sejak kapan aku mengorbankan darah dagingku untuk wanita gila itu? "Sialan kau, Tua bangka.." umpatku tertahan. "Tidakkk... kamu tidak bisa mengambil bayiku lagi dengan paksa. Kamu... kamu.." "Apa? D
Fengying langsung mendekat dan menatap penuh rindu kedua mata indah milik Arsyilla, namun perempuan itu masih cukup lemah untuk banyak bergerak. "Iya, Ge. Maafkan aku yang sudah merepotkan Gege--" "Jangan katakan hal itu lagi, kau adik perempuan kami satu-satunya. Kami hanya ingin memenuhi kewajiban kami sebagai Kakak laki-laki kamu." Belum juga Fengying menjawab, Faihung langsung mendekat dan mengusap pipi pucat Syilla dengan lembut. "Sekarang kondisimu masih terlalu lemah, sebaiknya kamu istirahat dikamar." "Tidak, Ge. Aku lebih nyaman seperti ini-- memeluk suamiku adalah tempat ternyaman ketika aku bangun." Syilla mendongak dan tersenyum manja sambil menatap wajah tampan lelaki yang memeluknya saat ini. Oh ayolah, tanpa malu-malu Syilla yang baru terbangun dari tidur cantiknya, malah dengan posesif memeluk pinggang sang suami, membuat Izzuddin tertawa kecil akan tingkah wanitanya itu. "Posesif.." bisik Izzuddin gemas.
"Gege, apa yang harus kita--" "A life crystal capable of awakening him, but--" "What, the crystal of life? Then where are we going to get it? Isn't that kind of thing hard to---" "That rare life crystal exists only in Frederich's own family. We also don't need to think too deeply, because the crystal is currently in their son's hands. Darrell Frederich." Fengying mengenyit dengan sedikit linglung atas apa yang di ucapkan saudara kembarnya tersebut, selama bertahun-tahun mengenal sosok Darren Frederich sebagai kekasih Arsyilla, adik kecil mereka. Baru kali ini Fengying mendengar tentang batu kehidupan, apakah di dunia ini masih ada benda keramat seperti itu? Entahlah? "Ayah, izinkan saya untuk menjemput Darrell. Saya khawatir Bibi Arsyi tidak mampu tertolongkan, hm.. maafkan saya yang sudah berani menguping pembicaraan Ayah dan Paman, saya harap Ayah dan Paman mengerti maksud saya." Seru pemuda tampan tampak baru keluar dari bal
Di dalam ruang keluarga paviliun milik Darren, sepasang suami dan istri paruh baya tengah lama terdiam menatap wajah kecil angkuh di depannya.Wanita paruh baya itu menatap suaminya sekilas kemudian menatap dalam diam anak kecil yang tengah asyik mengubah mainan rubiknya dengan tenang."Apa yang terjadi? Kenapa dia seperti itu?" Kun yang tidak tahan untuk bertanya, akhirnya menatap istrinya yang hanya diam sejak tadi."Sepertinya cucu kesayangan kita dalam suasana hati yang buruk."Mendengar kalimat singkat yang Aneska katakan tentang anak kecil di depannya, yang merupakan cucu laki-lakinya. Darrell Frederich. Pria paruh baya itu menghela napas berat kemudian menatap Darrell penuh arti."Jangan gegabah, dia masih terlalu kecil untuk mengerti permasalahan Orang tuanya. Otak dan hatinya masih kurang stabil dibandingkan dengan orang dewasa."Kun tak mengatakan apapun sebagai balasan, ia malah menaikkan salah satu alisnya. Aneska melanjutkan uca
Faihung langsung meloncat dari ketinggian lima ribu tujuh puluh kaki tanpa alat bantuan keselamatan, seakan sudah biasa pria pucat itu terjun dari ketinggian tanpa takut tubuhnya akan remuk ketika jatuh kelantai bawah. Terdengar samar teriakan Lian memanggilnya, Faihung hanya tersenyum ketika mendengar itu. Tapp.. Begitu kedua pasang kaki jenjang Faihung berpijak diatas lantai kaki istana, suara retakan dahsyat terdengar begitu mengerikan namun retakan itu hanya terlihat begitu kecil jika dilihat. Darren yang tengah mengubah wujuh menjadi King Frederich yang sebenarnya malah acuh tak acuh dengan turunnya Faihung seolah dewa langit sedang turun. Wujud Monster manusia tersebut malah asyik mencabuti organ tubuh para prajurit tanpa henti. "Hentikan--" Belum sempat Faihung menyelesaikan ucapannya, sosok Monster itu malah melemparkan tubuh tak berdosa dua prajurit sekaligus ke arah Faihung dengan ringan. Faihung
Lian menatap acuh tak acuh pertunjukkan yang terpapar jelas di kedua mata tajamnya, Eilert terlihat memberontak tak ingin kembali ketempatnya. Anak laki-laki itu terus berteriak kesetanan seolah dirinya nyaman dalam posisi setengah arwah seperti itu. "Tidak.. Paman Fai, aku mohon.." suara serak Eilerd tertengar memohon pada Faihung, namun pria pucat itu hanya menyeringai. "Kau bahkan belum lahir ke dunia, anak muda. Bertahanlah sedikit dan buang emosi gilamu itu." Kata Faihung mengingatkannya, Eilerd yang mendengarnya langsung mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria dewasa tersebut. "Tidak, Aku sangat benci penipu, penipu itu pantas mati. Aku.. aku harus menjaga Ibuku, lepas.. lepaskan aku.." "Lepas emosimu, El. Jika kau tidak melepaskannya, sampai lahirpun takdirmu tidak akan baik." Suara dingin dan santai dari arah Lian membuat Eilerd melototi pria muda itu sinis. "Apa pedulimu dengan takdir hidupku, kau bukan Tuhan. Jan
"Apakah Mr. Watanake ada disana?" Darren bertanya dengan santai seolah serangan mendadak itu bukan apa-apa baginya. "Benar, Mr. Watanake sedang meluncur kesini bersama Mr. Joseph untuk melakukan serangan balik." "Bos.. Ernesta Luciano, adik perempuan Lucky ditemukan tewas dalam keadaan terpengal disalah satu gedung tua di pinggiran Kota Peterburg, kini aku sedang menyelidiki penyebab ..." "Lempar mayat sialan itu ke dalam kadang Patric." Sela Darren sedikit mengeram marah. Patric yang dimaksud adalah anjing besar seukuran serigala yang bertugas menjaga Kota Peterburg. Setiap dalam kota kekuasaan Frederich, Darren telah menugaskan sebangsa anjing, serigala dan singa untuk menjaganya. Dan, kali ini Darren cukup marah karena Patric tak menyadari kehadiran Ratu tuannya. "Siap laksanakan." Jawab si penelepon diseberang sana. Darren yang sedang kesal langsung melempar tatapan membunuhnya kedepan. "Rupanya akan ada pertumpahan darah d
Pria pucat itu hanya meliriknya dengan tenang, Izzuddin langsung menoleh ke arah salah satu pintu Mansion rasaksanya. Di sana terdapat sosok pria janggung yang merupakan kembaran pria pucat itu tengah berdiri dengan malas sambil merokok.Kembali ke pria pucat tersebut, Izzuddin langsung memasuki mobilnya dan menyalahkan mesin mobil secara brutal."Jangan gegabah, Lian dan putra kedua mu sudah beraksi sejak satu setengah jam yang lalu." Kata pria pucat yang dipanggil Fai Gege itu penuh teka-teki, Izzuddin melirik pria di sampingnya itu acuh tak acuh.Pria misterius itu benar-benar ...."Maksudmu apa? Istriku diluar sana dalam bahaya, lebih baik jangan campurkan anak-anak dalam urusan orang dewasa...""Hm... kau benar." Faihung hanya berdehem kecil tanpa dosa.Izzuddin mengeram frustasi juga marah, ini yang tidak ia suka, sikap Faihung benar-benar sangat misterius dan menyebalkan. Pantas saja selama pria itu hidup, keluarga Dinasti Li selalu d