Home / Romansa / Cinta Yang Salah / Menyelinap Part 2

Share

Menyelinap Part 2

Author: Winda
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

POV Arkan.

Sengaja aku meninggalkan Intan bersama temannya, dengan beralasan ada keperluan lain, padahal aku tak nyaman sama sekali dengan kedatangan perempuan bernama Kania itu. Aku tak suka dengan cara dia memandang kami, dia seperti menaruh curiga padaku, dan Intan.

Meski kenyataannya aku dan Intan memiliki hubungan, tapi tak seharusnya dia, menatapku dengan tatapan mengintimidasi, seakan-akan aku ini Pria tukang selingkuh.

Aku memang selingkuh dengan Intan, tapi baru kali ini aku melakukannya, karena desakan dari dalam hatiku yang sangat mencintai dan menginginkan Intan. Aku tak pernah melakukan hal ini sebelumnya dengan wanita lain.

Tiga tahun aku berumah tangga bersama Novi, aku selalu setia padanya, Namun, jiwa liarku yang meronta saat berada di

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Cinta Yang Salah   Berdua Dikamar Pembantu

    POV Intan. "Matikan, lampunya Mas!" bisikku, mendongak menatap wajah Mas Arkan, yang juga tegang. "Iya," lirihnya, seraya mematikan lampu yang tak jauh dari pintu kamar ini. Suara derap langkah kaki semakin mendekat ke arah pintu kamar pembantu tempat di mana aku dan Mas Arkan berada, dia mendekap erat tubuhku yang gemetar, perasaanku kian kacau, saat handle diputar. Dadaku bergemuruh karena khawatir, jika perbuatan kami ketahuan oleh kak Novi, ataupun Mas Anton. "Mas ...," ucapku, aku benar-benar gusar kali ini, kuremas genggaman Mas Arkan. "Tenang sayang! Gak apa-apa," bisiknya. Dia mencoba menenangkanku, agar aku tidak ketakutan. Ketukan pintu dari lu

  • Cinta Yang Salah   Curi Waktu

    Ia menoleh, dan memandangku dari ujung rambut hingga ujung kaki, seolah mencari sesuatu yang kusembunyikan darinya. Tuhan … bagaimana ini, aku takut kak Novi mencurigaiku, tolong aku! Aku memang tak pantas menyebut nama Tuhan, tapi hanya itu yang bisa aku ucapkan dalam hati, saat ini. Kutarik napas dalam-dalam, seraya meremas tali kimono yang kupakai, untuk menetralkan debar jantungku. Kak Novi bangkit dan berjalan mengitariku yang berdiri mematung, sorot matanya tajam membuat tubuhku serasa menciut dengan tatapannya yang seperti itu. Meskipun gelap ia masih bisa melihatku, dari temaram cahaya lampu teras dapur. "A-aku cari makan Kak, hehe," jawabku seraya tersenyum kaku. Aku masih berdiri mematung, kaki ini seakan terkunci di tempat, tak bisa di gerakan karena gugup.

  • Cinta Yang Salah   Aku Cemburu

    Hatiku menggelenyar perih, saat Mas Arkan dan Kak Novi begitu dekat, bermesraan di hadapanku, kupincingkan mata, seraya mengatur nafas, menahan sesak di dalam dada, aku tak tahan melihat pemandangan yang menyakitkan ini. Padahal beberapa saat yang lalu, Mas Arkan dan aku saling menyatukan hati dan jiwa, dengan penuh cinta. Tapi, kini aku melihat dia mencium istrinya, bertapa sakitnya hatiku, sakit, perih bukan kepalang. Ya Tuhan ... begini rasanya melihat Pria yang kucintai dekat dengan wanita lain, meskipun dia istrinya, hati ini begitu remuk, dan benar-benar terasa hancur, melihat pemandangan yang membuat pedih mata. "Mas, lain kali, kalau mau pergi tuh, ngomong! Biar aku gak nyari'in kamu!" ucap Kak Novi menatap wajah Mas Arkan, kedua tangan mereka sa

  • Cinta Yang Salah   Pura-pura Sakit

    Aku bergeming sambil menggigit bibir, kedua bola mataku bergulir mencari alasan yang masuk akal. "Eung ... iya, aku ingat Mas, tadi aku nemu parfum, di meja ruang tengah. Eh, pas aku cium wanginya enak banget, ya ... aku coba sedikit. Terus aku ketemu Mas Arkan, katanya itu punya dia, ketinggalan," ucapku setenang mungkin. Moga saja Mas Anton percaya apa yang aku ucapkan. "Oh ... Kamu suka?" Mas Anton merengkuh pundakku, sembari mengusap-ngusap bahuku. "Suka Mas, wanginya maskulin banget, nanti, aku belikan buat kamu ya, Mas. Untuk membangkitkan gairah," ujarku sambil bersikap manja, aku melingkarkan kedua tangan di pinggangnya. "Kamu." Mas Anton terkekeh seraya menatapku. "Sayang. Mas masih kangen sama kamu, apa kamu mau, melanjutkan yang tadi, melepas kerinduan yan

  • Cinta Yang Salah   Pura-pura Sakit Bagian 2

    "Intan, kamu gak apa-apa kan?" tanya Kak Novi menatapku dengan tatapan cemas. Dia memegang tanganku, dan menggenggamnya erat. Ku lihat ada gurat ke khawatiran di dalam sana, dari tatapan mata perempuan, berkulit agak kecoklatan ini. "Gak apa-apa Kak, aku cuma sedikit pusing, aja," jawabku seraya mengusap keringat dingin di dahi. Aku yang lebih khawatir, takut Mas Anton membahas tentang parfum lagi. "Sebaiknya, kamu istirahat ya, sayang!" timpal Mas Anton menyentuh pipiku kanan dan kiri, "Setelah makan, kita ke kamar lagi, ya!" lanjutnya mengangguk. "Apa, Intan hamil?" sela Mas Arkan menatapku, dengan wajah berseri, dia menjeda suapannya, dan meletakkan roti di piring keramik putih hadapannya. "Wah, kalau bener kamu hamil, Kakak bangga, tak lama lagi Kakak akan punya keponakan," sambung Kak Novi dengan senyum yang merekah di bibirnya, dia begitu antusias rona bahagia terpancar dari wajahnya. "Semoga," jawabku pelan, ku sung

  • Cinta Yang Salah   Nyaris Ketahuan

    "Makasih ya sayang, kamu sudah memuji Mas. Mas kan jadi geer," ujarnya terkekeh. Mas Anton mencium kilas rambutku di sela aktivitasnya menyapu lantai. "Sama-sama." Aku balas tersenyum dan kembali duduk di kursi. Aku mengambil roti dan mulai menyuapkan ke mulut, sedikit demi sedikit. "Sudah beres, sekarang kita lanjut sarapan!" ucap Mas Anton kembali duduk setelah membuang pecahan gelas, dan menaruh peralatan kebersihan di tempatnya semula. "Oh iya Ton, tadi kamu bilang parfum, parfum apa?" Kak Novi kembali ke topik utama, menatap wajah Mas Anton begitu serius. "Hm," jawab Mas Anton bergumam, sambil mengeringkan tangannya dengan tissue, dan membenahi posisi duduknya. Gegas aku menyobek roti dan mendekatkan sepotong roti ke mulutnya. "Mas, aku suapin ya! Makasih karena udah beresin belingnya," ujarku sambil tersenyum manis dan bersikap manja. Mas Anton membuka mulutnya, dan memakan roti yang kusodorkan. "Sama

  • Cinta Yang Salah   Alasan

    Kutarik napas pelan sebelum berucap, menghilangkan kegugupan yang menyergap diriku, lalu menoleh seraya mengulas senyuman, pada Kak Novi, yang maju ke arahku dan Mas Arkan. "Eh, kak Novi. Maaf Kak aku gak bermaksud apa-apa, tadi Mas Arkan cuma ini," ucapku terpotong, dadaku bergemuruh tak karuan, meski mencoba tenang. Namun, tubuhku tetap tegang saat melihat Mas Anton yang datang setelah kak Novi. "Emangnya, kalian lagi pada ngapain? Dekat-dekatan seperti itu?" sembur kak Novi dengan alis bertaut, dia menatap kami dengan tatapan menyelidik, jantungku semakin bertalu takut pada kak Novi. Apa dia cemburu dan mencurigai hubunganku dengan Mas Arkan? Mas Arkan menghadap ke arah perempuan berkulit coklat dan berambut ikal itu, kedua tangannya terulur dan meraihnya, ia tatap kedua manik matanya dengan penuh keyakinan. "Novi sayang, jangan salah sangka dulu ya! Tadi, ada semut di

  • Cinta Yang Salah   Curiga

    "Ton, sebaiknya istrimu segera dibawa ke dokter!" seru kak Novi menatapku, tangannya terulur mengusap wajah serta leherku. "Kayanya kamu beneran sakit, Intan," sambung Kak Novi lagi dengan nada pelan. "Ya udah, kita ke Dokter aja yuk! Biar kamu mendapatkan perawatan. Sekalian Mas pengen tahu, kamu sakit apa? Ataukah ini gejala hamil?" timpal Mas Anton, seraya memijat kepalaku. Ia bergeser dari duduknya, lalu menarik tubuhku dan merebahkannya di sofa, kepalaku berada di pangkuannya. Aku menggeleng, "Gak apa-apa Mas, aku gak mau, aku cuma minta obat sakit kepala aja, istirahat sejenak juga pasti sembuh," tolakku sembari menggenggam tangan Mas Anton. "Mendingan berobat aja! Dari tadi kamu pusing terus, kalau sakit parah gimana? Bukannya kemarin juga kamu sakit, kata Anton, kamu juga habis berobat kan, di klinik kantor," ucap kak Novi dengan nada cepat, dia memang cerewet, tapi, sangat perhatian padaku. "Oh iya, obatnya, masih ada

Latest chapter

  • Cinta Yang Salah   End

    Dengan tubuh yang terasa berat, aku berusaha untuk bangkit, mencoba berdiri dan melangkah, kaki ini seakan terkunci di tempat sulit untukku gerakan. Melangkah dengan gontai menuju ruangan dimana Intan berada, tubuhku terseok-seok saat berjalan memasuki ruangan tersebut. Aku hanya berdiri mematung di ambang pintu menatap adikku yang sudah terbujur kaku, tak kuasa lagi kaki ini untuk melanjutkan langkah. Melihat seluruh tubuh Intan tertutup oleh kain putih, hanya wajahnya saja yang nampak. Wajah dan bibirnya begitu pucat, matanya tertutup rapat. "Intan," lirihku menatap nanar pada tubuh Intan yang sudah tak bergerak. Yang kulihat di depan mata, hanya tinggal raga tak bernyawa, dadaku kian sesak melihat adikku, dan kenyataan pahit ini. Mulai hari ini dan seterusnya, aku takkan pernah melihat lagi senyuman yang terbit dari bibir Intan. Takkan ada lagi yang bisa aku marahi dikala ia sudah berbuat salah, kini jasadnya sudah terpisah dari ruh-Nya.

  • Cinta Yang Salah   Selamat Jalan Adikku

    POV Novi. Hatiku kian cemas memikirkan Intan di rumah, aku meninggalkan dia dalam keadaan sakit. Entah kenapa? Sejak beberapa hari ini dia begitu lemas, seperti tak punya tenaga, makan pun ia tidak seperti biasanya tidak berselera. "Mbak Novi, Intan tadi izin gak bisa masuk, emang dia sakit apa?" tanya Kania saat kami baru tiba di butik, menata baju-baju dan merapikan seisi ruangan itu. "Aku gak tahu, Kan, sepertinya Intan, masuk angin, dari gejalanya, yang timbul," jawabku sambil memasang hanger di baju yang akan di pajang. "Sudah dibawa berobat, belum?" "Belum, Kan. Tau sendiri, Intan susah diajak ke dokter! Dia selalu menolak jika diajak untuk berobat," Kania menoleh ke arahku seraya mengangguk, "Dia, orangnya memang keras kepala! Kalau bilang tidak mau, yaudah gak bisa diganggu, lagi," "Iya, Kan. Tapi, aku khawatir loh. Dia benar-benar pucat," "Mbak, coba telpon Intan! Apakah keadaannya

  • Cinta Yang Salah   Obat Aborsi

    "Ini, sisa bayaranmu," ucapku pada Rani, sambil menyodorkan sejumlah uang yang terbungkus rapi di dalam amplop, kami bertemu di sebuah cafe sambil makan siang.Semenjak aku tinggal dengan kak Novi lagi, aku tak bisa keluar malam dan pergi ke klub kembali. Kak Novi selalu mengawasiku, dan menasehati, dia tak mau aku tersesat lagi dalam kehidupan yang penuh noda dan dosa."Ok, terima kasih." Rani mengambil dan memasukkan amplop coklat, ke dalam tas kecil miliknya."Sama-sama. Ran, ceritakan apa yang terjadi semalam?""Hm, aku membuat lelaki tampan itu bangun, dan kami saling menyatu. Dia terus meracau memanggil namamu, Intan. Aksinya begitu kuat, dan aku benar-benar terkagum. Pantas saja kamu tergila-gila padanya, ku akui ya, baru kali ini aku menemukan lelaki seperti dia, tanpa bayaran pun aku mau melayani dia setiap malam, bahkan setiap hari,""Hah, kamu, gak usah bicarakan soal itu! Aku yang lebih tahu, dan lebih banyak menghabiskan waktu be

  • Cinta Yang Salah   Wanita Bayaran

    "Baiklah, Intan. Aku akan datang sekarang, mungkin sebentar lagi, ini masih dalam perjalanan. Ok," jawabnya dari seberang telepon.Aku menyetujui ucapannya sambil menunggu dia datang. Duduk di tepi ranjang setelah memakai pakaian kembali dengan lengkap, Korean dress super seksi warna pink pastel, kutatap dan kuperhatikan wajah tampan Mas Arkan yang kini sedang terlelap karena pengaruh obat tidur yang dicampur dalam minumannya."Mas, maaf ya, jika perbuatanku ini sudah keterlaluan, tapi, kamu lebih keterlaluan lagi, dari aku." Ku usap pipi Mas Arkan, yang di tumbuhi bulu jambang dengan punggung ruas jemariku, "Setelah kamu bosan denganku, dan puas dengan tubuhku, kau campakkan aku, kau hianati aku, dan kau buat aku terluka, bukan hanya batinku yang tersiksa, tapi, aku nyaris gila karenamu," ucapku membungkukkan badan kemudian mencium bibirnya dengan lembut."Aku rela berbuat seperti ini, menjadi jalang untukmu, melayani dirimu di atas ranjang hingga kau ter

  • Cinta Yang Salah   Rela Berbuat Kotor

    "Intan, Mas sangat rindu," ucapnya, saat aku masuk ke kamar hotel. Sepertinya dia sudah menungguku sejak beberapa saat yang lalu, Mas Arkan menyambut kedatanganku dengan senyuman yang merekah. "Aku juga rindu sama kamu, Mas," balasku sambil mendekat ke arahnya. Mas Arkan merangkulku dengan beringas dan menciumi bibir serta wajahku penuh nafsu. "Sabar, Mas!" ucapku menahan tubuhnya yang begitu rapat, seakan sudah tak sabar ingin menyatu dengan tubuhku. "Mas menunggumu dari setengah jam yang lalu, sayang. Rasanya waktu begitu lama, tiga puluh menit menunggu kedatanganmu, seperti tiga tahun lamanya," ucapnya lagi seraya menempelkan bibirnya di daun telingaku. "Oh, Mas. Maafkan aku, tadi sedikit ada kendala, taksi yang aku tumpangi mogok," balasku berbohong, aku sengaja mengulur waktu untuk menguji dia, apakah Mas Arkan bersedia menungguku, menunggu permainanku. Mas Arkan semakin merapatkan tubuhnya dengan tubuhku. Kakiku berjinjit, satu tanganku

  • Cinta Yang Salah   Janji Palsu

    Sepulang dari restoran, setelah makan siang bersama kak Novi, Kania juga mamanya. Aku merebahkan tubuh melintang di atas kasur kamarku, berbaring menghadap dinding, sambil menatap bingkai foto pernikahanku dengan Mas Anton, yang terletak di atas headboard ranjang, usia pernikahan kami baru seumur jagung. Namun, sudah kandas karena dusta dan pengkhianatan yang aku lakukan.Ada rasa penyesalan menelusup ke dalam relung hatiku, karena telah menyia-nyiakan orang yang sangat mencintaiku dengan setulus hati. Tapi, aku malah mengkhianatinya habis-habisan."Mas, aku baru menyadarinya, bahwa kamu lah lelaki yang terbaik dalam hidupku, yang pernah aku kenal, bukan Mas Arkan, lelaki yang tak bisa puas dengan satu wanita," gumamku, merenungi nasib yang sekarang ini, hidup menjanda dengan cara tidak terhormat. Ditalak karena perbuatanku, yang sudah menghancurkan rumah tanggaku sendiri, hanya karena ego dan nafsu."Jika ada kesempatan kedua, aku ingin kembali padamu, da

  • Cinta Yang Salah   Tunggu Pembalasanku

    POV Intan.Hidupku kini merasa lebih baik, hubunganku dengan kak Novi juga sudah kembali seperti semula, tapi, aku merasa hampa. Sekarang Mas Arkan sudah menikah dengan orang lain, orang yang selama ini ku percaya dan sangat aku cintai, dia tega mencampakkanku begitu saja.Seperti janjiku pada Kania dan kak Novi, aku harus melupakan Mas Arkan, dan bangkit, memulai hidup yang baru, tapi aku ingin membalaskan rasa sakit hatiku pada Mas Arkan, entah bagaimana caranya? Nanti aku pikirkan, aku benar-benar merasa sakit hati dan tak terima dengan keputusan lelaki itu yang meninggalkan aku tanpa perasaan."Tan, kok melamun?" tanya kak Novi saat kami sedang makan siang di restoran, bersama Kania juga mamanya."Iya, Tan, dari tadi kami perhatikan kamu bengong, ada apa sih?" timpal Tante Rika mamanya Kania. Sekarang sikapnya lebih ramah padaku tak seperti waktu itu, mungkin karena kak Novi menanamkan modal di usahanya, dan dia mer

  • Cinta Yang Salah   Pemulihan Intan

    "Arkan, apa-apaan sih, kamu? Bisa-bisanya kau berbuat kasar, pada Novi!" hardik pak Broto seraya melepaskan cengkraman tangan Mas Arkan dari leherku. Aku terbatuk-batuk sambil mengusap leher yang terasa nyeri bekas cengkraman tangan mantan suamiku. "Yah, Novi benar-benar membuatku kesal! Dia menyalahkan aku, atas semua yang terjadi dalam hidupnya juga Intan," ucap Mas Arkan membela diri. Aku hanya terdiam di dekat tembok kamar Mas Arkan, seraya mengatur nafas yang masih terasa sesak. "Arkan, sadar! Apa yang sudah Novi katakan tentang kamu itu memang iya. Kelakukan kamu semakin kesini semakin tidak benar. Apa kamu sudah lupa dengan semua kesalahanmu? dulu kamu menggauli Intan di saat Novi sedang bertugas ke luar kota bersama Anton, kamu rusak rumah tangga adik iparmu, kamu runtuhkan rumah tanggamu sendiri. Dan sekarang kau buat jiwa Intan terguncang!" ucap pak Broto lugas, ia memang sangat tidak suka dengan kelakuan anak sulungnya.

  • Cinta Yang Salah   Bertemu Mantan

    "Jangan serakah, Arkan! Milik orang lain, ya, harus dikembalikan kepada yang berhak!" ucap pak Broto seraya bangkit dan berdiri di hadapan putranya."Ayah, selama ini aku yang kerja keras. Seenaknya saja kita harus memberikan setengah saham kepada Novi, berikut dengan laba. Yah, sudah cukup banyak, harta gono-gini yang aku berikan pada Novi juga," protes Mas Arkan tak terima dengan keputusan ayahnya, yang tak bisa di bantah."Terserah kamu, yang penting ayah kembalikan semua milik pak Bram, karena kamu sudah bukan suami Novi lagi. Jadi, kita hanya mengelola yang kita miliki saja," terang pak Broto tegas, kemudian ia kembali duduk. Mas Arkan mendengus kesal lalu ia pun duduk di sofa dengan gerakan kasar, tak jauh dari ibunya. Bu Aini hanya menggeleng melihat sikap Mas Arkan yang kekanak-kanakan."Tapi, Yah. Aku yang capek, aku juga yang kerja, kenapa harus Novi yang menikmati hasilnya?" sergah Mas Arkan bersikeras menunjuk jarinya ke arah dada.

DMCA.com Protection Status