Hari-hari berikutnya hubungan antara Miranda dengan suaminya begitu harmonis. Diperhatikan dan dilayaninya Carlos dengan begitu rupa sehingga laki-laki itu pun bersikap manis kepadanya. Memang pria itu masih suka pulang larut malam beberapa kali dalam seminggu, namun sudah tak pernah dalam keadaan mabuk berat. Kalaupun tercium bau alkohol dan asap rokok dari tubuhnya, Carlos masih dalam keadaan terkendali. Barangkali dia mabuk sedikit, namun berusaha tak diperlihatkannya di depan sang istri.Miranda sendiri tak bertanya sama sekali. Wanita itu berpura-pura tak mencium aroma apapun dari tubuh suaminya. Dibiarkannya Carlos mandi keramas dalam waktu agak lama di kamar mandi. Sekeluarnya laki-laki itu dari sana, dengan senyuman yang teramat manis wanita itu menawarkan untuk memijit punggung suaminya.Biasanya Carlos menolaknya. Alasan laki-laki itu bukan tubuhnya yang butuh dipijit saat ini, melainkan adik kecil kesayangannya yang membutuhkan hiburan. Miranda langsung paham dengan keing
Miranda menggeleng pelan. “Belum ada tanda-tanda, Ma,” jawabnya terus terang. Dirinya sama sekali tak merasa risih mengatakan hal yang sebenarnya pada sang mertua.Victoria tersenyum bijak. “Nggak apa-apa, Mir,” ucap wanita itu mendukung. “Kalian belum satu tahun menikah. Masih banyak waktu untuk mencoba hamil secara alami. Nanti kalau sudah satu setengah tahun belum ada tanda-tanda kehamilan juga, kamu dan Carlos bisa memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan. Mama ada rekomendasi dokter yang bagus di Singapore dan Malaysia. Kalian tinggal pilih saja mau periksa sama dokter yang mana. Dua-duanya juga boleh, kok. Nggak masalah.”“Baik, Ma,” sahut Miranda menurut.Selama menjadi menantu wanita konglomerat ini, dia sudah mempelajari bahwa satu-satunya cara untuk mengambil hati Victoria adalah dengan bersikap patuh di depannya. Ibu kandung Carlos ini orang yang gila hormat. Barangkali karena selama hidup Victoria jarang sekali atau bahkan mungkin belum pernah seorang manusiapun men
Melihat tampang menantunya yang begitu serius, Victoria kemudian berkata, “Setiap orang mempunyai masa lalu, Mir. Mama yakin kamu sendiri juga begitu, bukan?”Miranda tersentak. Hebat sekali ibu mertuanya ini melakukan serangan balik terhadap dirinya. Padahal dalam hal ini anaknyalah yang bersalah. Mengigau nama perempuan lain dalam tidurnya. Lebih dari satu kali pula. Istri mana yang tak mengungkit-ungkit masa lalu sang suami kalau berada pada posisi begini?Untunglah Miranda bukan orang yang mudah panik bila diserang seperti itu. Selama bertahun-tahun dia menjadi marketing profesional yang terbiasa menghadapi serangan kata-kata dari lawan bicaranya. Dengan senyuman yang teramat manis, wanita itu menanggapi ucapan ibu mertuanya secara bijak.“Mama betul sekali. Setiap orang di dunia ini pasti mempunyai masa lalu, termasuk Miranda. Cuma kalau sudah berkomitmen menjalani kehidupan bersama seseorang, masa lalu itu akan Miranda tutup rapat-rapat. Tidak diingat-ingat lagi. Hal itu karena
Esok paginya Miranda seperti biasa mengantarkan Joy pergi ke sekolah. Selanjutnya wanita itu menyetir mobilnya menuju ke rumah Victoria. Igauan Carlos kemarin malam membuat hati Miranda tidak tenang. Dia merasa harus mengklarifikasi lagi dengan ibu mertuanya itu tentang apa yang sebenarnya membuat hubungan Carlos dengan Prilly dahulu kandas.Petugas sekuriti langsung membuka pintu gerbang rumah mewah tersebut dengan remote control sambil memberi salam begitu tahu bahwa menantu si nyonya rumah yang datang. Miranda tersenyum manis pada laki-laki berkumis tebal itu sembari mengucapkan terima kasih.“Sama-sama, Bu Miranda,” sahut petugas sekuriti tersebut sopan.Istri Carlos itu segera mengendarai mobilnya masuk melewati pintu gerbang dan memarkir kendaraannya tersebut di halaman depan rumah. Dahi wanita itu mengernyit begitu melihat mobil suaminya terparkir juga di sana. Carlos tadi memang keluar rumah bersamaan dengan Miranda dan Joy. Katanya ada meeting penting pagi-pagi di kantor. Te
“Kamu terlalu berburuk sangka sama Mama, Carlos!”“Apa? Berburuk sangka, Ma? Demi Tuhan! Sampai kapan Mama hidup dalam panggung sandiwara begini? Mama dan Prilly sama-sama wanita. Kenapa Mama begitu kejam terhadap dirinya? Apa sebenarnya salah Prillly, Ma? Apa?”Tak terdengar jawaban Victoria. Miranda semakin mendekatkan telinganya pada pintu ruang kerja ibu mertuanya itu. Rasa penasaran dalam hati istri Carlos itu semakin menjadi-jadi. Luar biasa ternyata perjalanan cinta suaminya dengan Prilly.Suasana di dalam ruangan kerja Victoria itu tetap hening. Miranda merasa putus asa. Masa cuma segini informasi tentang Prilly yang berhasil didengarnya secara diam-diam?Tiba-tiba terdengar suara Carlos lagi. Kali ini nada suara pria itu melemah, seperti orang yang putus asa.“Seandainya Mama dulu melihat keadaan Prilly sewaktu dia menemuiku beberapa bulan setelah menikah dengan suaminya yang bule itu. Aku kaget sekali melihat keadaannya yang kurus, pucat, tak terawat, dan…kelihatan hampir n
Miranda terkejut setengah mati. Dia ketakutan sekali. Tanpa pikir panjang wanita itu membalikkan badan dan berlari sekencang mungkin.“Miranda, mau kemana kamu?!”Teriakan suaminya membuat wanita itu semakin memperkencang larinya. Dia sudah mendekati tangga untuk turun ke lantai satu. Tangan Miranda meraih pegangan tangga. Kedua kakinya bergantian menuruni anak-anak tangga dengan cepat.Jantung wanita itu berdegup kencang. Dia merasa nyawanya terancam. Carlos benar-benar kesetanan mengetahui pembicaraannya dengan sang ibu diam-diam didengarkan oleh istrinya sendiri. Parahnya, yang menjadi topik adalah masa lalunya bersama perempuan lain!“Aaah…!”Kepanikan Miranda membuat dirinya kurang hati-hati dalam menuruni tangga. Kakinya tergelincir dan dirinya kehilangan keseimbangan. Tubuh istri Carlos itu jatuh terguling-guling hingga ke bawah.“Miranda!”Carlos yang kaget melihat istrinya terjatuh segera mempercepat langkah kakinya menuruni tangga. Dengan tergopoh-gopoh didekatinya wanita it
Air mata Miranda jatuh bercucuran. Isak tangis wanita itu terdengar begitu menyayat hati. Kedua tangannya diarahkan ke depan, meminta botol kaca berisi remahan janinnya. Carlos menuruti keinginan istrinya. Dimasukkannya botol itu ke dalam genggaman tangan Miranda. Wanita itu segera memeluk benda tersebut erat-erat. Inilah darah daging yang tak disadarinya telah tumbuh dalam rahimnya. Anak kandungnya sendiri!Mama telah berdosa besar kepadamu, Nak, sesal Miranda dalam hati. Sungguh aku ini orang tua yang tak becus melindungi anak sendiri. Maafkan Mama ya, Nak. Benar-benar ini terjadi di luar kemampuan Mama sebagai manusia….Kemudian dirasakannya rangkulan Carlos pada bahunya. Pria itu berbisik dengan lembut di sisi telinganya, “Akan kita kuburkan dengan baik anak ini, Sayang. Di halaman depan rumah kita pun boleh. Dia akan menyaksikan kedua orang tuanya melanjutkan hidup dengan bahagia. Adik-adiknya akan lahir dan membuat perkawinan kita semakin harmonis.”Miranda diam saja tak menangg
Malam itu Victoria mengunjungi Miranda di rumah sakit. Dia membawakan tim burung dara buat menantunya itu. Miranda langsung memakannya di depan sang ibu mertua. Wanita itu tahu Victoria Martin akan merasa tersinggung jika pemberiannya tidak dihargai langsung di depan matanya.“Enak sekali tim burung dara ini,” ucap Miranda dengan nada suara yang dibuat seceria mungkin. “Terima kasih banyak ya, Ma. Badan Miranda jadi terasa lebih segar setelah memakannya.”Victoria tersenyum senang. Dia sendiri yang telah meminta koki rumah tangganya untuk membuatkan Miranda tim burung dara yang diberi ramuan obat Cina untuk memulihkan kesehatan tubuh setelah mengalami keguguran. Tadi wanita itu telah mencicipinya sedikit di rumah dan merasa puas sekali dengan masakan kokinya itu.“Syukurlah kalau kamu menyukainya, Nak. Tahu nggak, itu burung dara dengan kualitas terbaik di negeri ini. Mama khusus memesannya dari supplier buatmu. Demikian juga dengan ramuan obat Cina yang terkandung di dalamnya, sangat
Miranda merasa hidupnya bagaikan mimpi. Semuanya berjalan begitu cepat. Perkawinannya dengan Carlos, KDRT yang dialaminya, musibah keguguran yang menimpanya, tuntutannya terhadap sang suami atas tindak pidana kekerasan, dan yang terakhir adalah perceraiannya dengan konglomerat muda tersebut.Wanita itu menghela napas panjang. Dia sudah hidup berdua lagi dengan Joy di rumah lamanya. Kembali menjalani kehidupan mereka sebelum dirinya menikah dengan Carlos. Setiap pagi mengantarkan keponakannya itu ke sekolah sekaligus tempat penitipan anak. Lalu dia melanjutkan hari dengan bergelut dalam kesibukan sebagai broker properti.Rosita, pemilik kantor pemasaran properti tempatnya bekerja, tidak banyak bertanya tentang perceraiannya. Demikian pula dengan rekan-rekannya sesama broker properti. Mereka memahami bahwa pasti ada alasan serius yang membuat Miranda melepaskan diri dari keluarga Martin. Tak mudah mendapatkan hati seorang konglomerat muda seperti Carlos Martin. Kalau sampai Miranda tak
Keinginan Miranda dipenuhi oleh Victoria. Putranya itu diperiksa kondisi kejiwaannya oleh Dokter Asih. Hasilnya ternyata Carlos mengalami gangguan jiwa berat. Kombinasi antara depresi dan bipolar. Oleh karena itulah sikap pria itu tidak konsisten, terutama terhadap istrinya sendiri. Terkadang dai dapat bersikap sayang sekali, tapi tak jarang berubah menjadi acuh tak acuh. Demikian pula dia dulu tak segan-segan melakukan kekerasan fisik dan mental terhadap Miranda ketika naik darah waktu mengetahui Lukas berenang di kolam renang rumah mereka.Tuntutan kasus KDRT terhadap Carlos dicabut oleh Miranda. Wanita itu benar-benar menepati janjinya untuk tak menggugat harta gono-gini dalam gugatan cerainya. Victoria menghargai tindakan menantunya tersebut. Diam-diam dia meminta pengacaranya untuk menggunakan segala cara demi mempercepat persidangan hingga Miranda segera putus hubungan dengan keluarga Martin.Winda, kuasa hukum Miranda yang mencurigai hal itu kemudian memberitahu kliennya. Miran
Kata-kata kuasa hukumnya itu membuat harga diri Victoria tersentuh. Itulah sebabnya wanita itu mengikis egonya hingga bahkan merendahkan dirinya dengan menemui sang menantu di tempat tinggalnya.Victoria datang berdua dengan Ridwan. Miranda sendiri telah siap menghadapi kedua tamu spesialnya itu dengan didampingi oleh Dokter Asih dan seorang wanita paruh baya yang merupakan kuasa hukumnya. Nama pengacara itu adalah Winda, rekanan Dokter Asih yang berpengalaman menangani kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan.Kedua belah pihak saling bersalaman ketika bertemu. Hanya Victoria dan Miranda yang tidak. Wajah kedua wanita itu terlihat kaku sekali saat berhadapan. Bahkan Victoria sengaja tak memandang ke arah menantunya itu. Saking dia membutuhkan kerja sama Miranda demi kebebasan Carlos. Jika tidak, najis sekali baginya menginjakkan kaki di rumah ini!Miranda sendiri dengan gagah menengadahkan wajahnya dan menatap sang ibu mertua. Bagaimanapun dia adalah tuan rumah ini, wajib memperlak
Miranda dimintai keterangannya di kantor polisi, sedangkan Carlos yang menjadi tersangka pelaku kekerasan dijebloskan ke dalam sel tahanan. Laki-laki itu berteriak-teriak histeris bagaikan orang gila.“Lepaskan aku! Berani-beraninya kalian menangkapku. Kalian tidak tahu siapa aku? Aku ini Carlos Martin, pemilik Martin Bakery. Siapa pejabat di kota ini yang tidak kenal aku? Bahkan atasan kalian pun akan menghukum kalian semua jika tahu aku diperlakukan seperti ini!”Dokter Asih geleng-geleng kepala melihat kelakuan suami pasiennya itu. Orang kaya yang berakal sehat tidak akan membuka jati dirinya sefrontal itu di hadapan penegak hukum. Biasanya justru akan bersikap tenang dan bahkan tak mengeluarkan sepatah katapun sampai kuasa hukum datang mewakili dirinya.Perilaku Carlos yang emosional itu menunjukkan ketidakstabilan mentalnya. Oleh karenanya diperlukan observasi psikologis yang mendalam untuk mendukung pemeriksaan kepolisian lebih lanjut.Sementara itu Victoria sendiri dibawa ke
Tiba-tiba Victoria yang sejak tadi diam saja bangkit berdiri dan berteriak keras sekali, “Cukup, Miranda! Berani-beraninya kamu bersikap tidak sopan di depan suamimu sendiri. Kamu lupa siapa Carlos Martin? Dia ini adalah pewaris tunggal keluarga Martin yang terpandang. Siapa yang tidak kenal bisnis Martin Bakery yang sangat luas jaringannya? Dasar kamu ini kacang lupa kulitnya. Dengar ya, Miranda. Kamu ini bukan siapa-siapa kalau tidak menikah dengan putraku!”Sang menantu menyeringai sinis. Ditatapnya ibu mertuanya itu dengan berani. “Nyonya Victoria Martin, saya memang bukan berasal dari keluarga terpandang. Saya ini cuma seorang perempuan pekerja keras yang kebetulan dipertemukan dengan seorang pemuda kaya raya, yaitu putra Anda si Carlos Martin. Semula saya kira dia laki-laki yang baik, terhormat, dan mempunyai integritas. Sayang sekali dugaan saya salah besar. Seandainya orang-orang di luaran sana tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam perkawinan kami, mereka pasti mendukung penu
“Enak sekali ikan salmon panggang ini, Mir. Saos madu lemonnya meresap dengan sempurna. Membuat ikannya terasa moist, manis, dan segar. Hmm…, Mama bisa makan banyak, nih. Hehehe…,” puji Victoria saat makan siang bersama Miranda dan Carlos esok siangnya.Sang menantu tersenyum senang mendengar pujian ibu mertuanya tersebut. Tak sia-sia dia mencari ikan salmon dengan kualitas terbaik. Juga meminta koki rumahnya memasak ikan super mahal itu sesuai kegemaran Victoria. Si koki sampai membuat menu itu sebanyak dua kali untuk dicicipi rasanya oleh Miranda. Pada upaya yang terakhir sang nyonya rumah akhirnya merasa puas dan meminta agar menu tersebut dibuat agak banyak sebagai hidangan utama makan siang hari ini.“Ibu Victoria perfeksionis sekali orangnya. Apalagi ikan salmon adalah makanan favoritnya. Beliau sudah pernah menikmati kelezatan ikan itu dengan berbagai cara penyajian. Jadi saya harap menu kreasi Anda nanti tidak mengecewakan, bahkan kalau bisa justru membuat mama mertua saya it
Beberapa hari kemudian setelah menitipkan Joy sepulang sekolah ke tempat kerja Lukas, Miranda menemui Dokter Asih di tempat praktiknya. Istri Carlos itu menceritakan musibah keguguran yang dialaminya. Tak lupa dituturkannya latar belakang yang menyebabkan hal menyakitkan itu terjadi. Air mata bercucuran membasahi pipinya yang mulus. Wanita itu sampai heran sendiri dirinya ternyata masih belum dapat mengikhlaskan kenyataan pahit tersebut. Dokter Asih seperti biasa bersikap tenang. Ia manggut-manggut saja mendengarkan curahan hati pasiennya.“Saya sudah tidak kuat lagi, Dok. Cukup sudah penderitaan ini saya tanggung. Kalau tetap mengalah terus seperti ini, kesehatan mental saya bisa terganggu. Itu tidak baik bagi perkawinan saya dan pola pengasuhan terhadap Joy. Anak itu harus diselamatkan. Jangan sampai dia terkena dampak ketidakharmonisan rumah tangga tantenya. Saya akan merasa berdosa sekali pada mendiang ibunya kalau hal itu sampai terjadi.”“Baiklah kalau begitu, Bu Miranda. Saya m
Malam itu Victoria mengunjungi Miranda di rumah sakit. Dia membawakan tim burung dara buat menantunya itu. Miranda langsung memakannya di depan sang ibu mertua. Wanita itu tahu Victoria Martin akan merasa tersinggung jika pemberiannya tidak dihargai langsung di depan matanya.“Enak sekali tim burung dara ini,” ucap Miranda dengan nada suara yang dibuat seceria mungkin. “Terima kasih banyak ya, Ma. Badan Miranda jadi terasa lebih segar setelah memakannya.”Victoria tersenyum senang. Dia sendiri yang telah meminta koki rumah tangganya untuk membuatkan Miranda tim burung dara yang diberi ramuan obat Cina untuk memulihkan kesehatan tubuh setelah mengalami keguguran. Tadi wanita itu telah mencicipinya sedikit di rumah dan merasa puas sekali dengan masakan kokinya itu.“Syukurlah kalau kamu menyukainya, Nak. Tahu nggak, itu burung dara dengan kualitas terbaik di negeri ini. Mama khusus memesannya dari supplier buatmu. Demikian juga dengan ramuan obat Cina yang terkandung di dalamnya, sangat
Air mata Miranda jatuh bercucuran. Isak tangis wanita itu terdengar begitu menyayat hati. Kedua tangannya diarahkan ke depan, meminta botol kaca berisi remahan janinnya. Carlos menuruti keinginan istrinya. Dimasukkannya botol itu ke dalam genggaman tangan Miranda. Wanita itu segera memeluk benda tersebut erat-erat. Inilah darah daging yang tak disadarinya telah tumbuh dalam rahimnya. Anak kandungnya sendiri!Mama telah berdosa besar kepadamu, Nak, sesal Miranda dalam hati. Sungguh aku ini orang tua yang tak becus melindungi anak sendiri. Maafkan Mama ya, Nak. Benar-benar ini terjadi di luar kemampuan Mama sebagai manusia….Kemudian dirasakannya rangkulan Carlos pada bahunya. Pria itu berbisik dengan lembut di sisi telinganya, “Akan kita kuburkan dengan baik anak ini, Sayang. Di halaman depan rumah kita pun boleh. Dia akan menyaksikan kedua orang tuanya melanjutkan hidup dengan bahagia. Adik-adiknya akan lahir dan membuat perkawinan kita semakin harmonis.”Miranda diam saja tak menangg