Home / Romansa / Cinta Tuan Muda / Kebenaran yang Mulai Terungkap

Share

Kebenaran yang Mulai Terungkap

last update Last Updated: 2025-03-14 21:18:25

Ketegangan memenuhi ruangan setelah ayahku mengucapkan kata-kata itu.

"Ada pengkhianat di antara kita."

Mataku menatap satu per satu orang yang ada di ruangan ini. Tristan, Reynand, ayahku sendiri. Aku tidak tahu harus percaya pada siapa sekarang.

"Siapa?" suara Tristan terdengar tajam, penuh kecurigaan.

Ayahku menghela napas panjang, lalu duduk di kursi seberangku. "Aku tidak bisa memastikan. Tapi aku tahu seseorang telah membocorkan keberadaan kita kepada Leonard. Itulah kenapa dia selalu selangkah lebih maju."

Aku menelan ludah. Itu masuk akal. Berapa kali kami harus melarikan diri? Berapa kali Leonard berhasil muncul di saat yang tidak seharusnya?

Tristan mengepalkan tangannya. "Kita perlu mencari tahu siapa si pengkhianat sebelum semuanya terlambat."

Reynand bersedekap, ekspresinya gelap. "Dan bagaimana kita melakukannya? Tidak ada bukti yang bisa kita pegang sekarang."

"Kita akan membuat rencana," kata ayahku. "Memancing pengkhianat itu keluar."

Aku menghela napas panjang, otakk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cinta Tuan Muda   Pengkhianatan atau Kesalahpahaman?

    Aku masih terpaku di tempatku, menatap foto-foto itu dengan tangan gemetar. Gambar-gambar itu begitu jelas—Reynand sedang berbicara dengan Leonard di sebuah tempat yang terlihat seperti kafe kecil."Tidak mungkin…" suaraku hampir tak terdengar.Aku menoleh ke arah Reynand, berharap dia akan mengatakan sesuatu, berharap dia akan menjelaskan semuanya. Tetapi yang kulihat hanyalah ekspresi dingin dan sulit dibaca."Reynand…" aku berbisik. "Apa ini?"Dia menghela napas panjang, lalu menatapku lurus-lurus. "Bukan seperti yang kau pikirkan."Tristan, yang berdiri di sisi lain ruangan, mengepalkan tinjunya. "Lalu, seperti apa? Kau pikir kami akan percaya begitu saja? Kau sudah berkhianat, Reynand!"Aku melihat mata Reynand menyipit. "Aku tidak berkhianat.""Kalau begitu jelaskan!" seru Tristan.Reynand diam beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Aku memang bertemu Leonard."Jantungku mencelos."Kenapa?" tanyaku dengan suara bergetar.Reynand menatapku dengan ekspresi yang lebih lembut, tet

    Last Updated : 2025-03-15
  • Cinta Tuan Muda   Siapa yang Bisa Dipercaya?

    Kami terus berlari melewati hutan, napas tersengal-sengal, tetapi otakku dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Reynand tetap berada di sisiku, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan kami tidak diikuti. Tristan dan Arya berlari di belakang kami, sementara ayah dan beberapa orang lainnya sudah lebih dulu menuju titik pertemuan.Aku masih tidak percaya Arya ada di sini."Kenapa kau bisa tiba-tiba muncul?" tanyaku saat akhirnya kami sampai di sebuah jalan kecil yang tampaknya aman untuk bersembunyi sementara.Arya tersenyum kecil. "Aku punya koneksi, ingat? Aku tahu kau dalam masalah, jadi aku mencari tahu."Tristan mendelik. "Dari siapa?"Arya mengangkat bahu santai. "Seseorang yang lebih tahu banyak dari kita semua."Aku menatapnya tajam. "Jangan main-main, Arya. Ini bukan sekadar permainan."Dia menatap balik dengan serius. "Aku tahu. Justru karena itu aku di sini."Aku mendesah frustasi. Terlalu banyak yang terjadi, terlalu banyak yang belum terjawab.Apakah Reynand benar-benar

    Last Updated : 2025-03-16
  • Cinta Tuan Muda   Pelarian Terakhir

    Aku masih bisa merasakan genggaman tangan Reynand di tanganku. Hangat, tapi penuh dengan luka dan rahasia yang belum terungkap."Kita harus pergi sekarang," katanya dengan suara rendah namun penuh ketegasan.Aku mengangguk meskipun tubuhku masih terasa lemas. Aku belum sempat mencerna semua yang terjadi, tapi aku tahu satu hal: kami dalam bahaya.Tristan dan Arya segera bersiap, mengecek senjata mereka dan mengintip dari celah jendela."Sepertinya mereka sudah tahu kita di sini," bisik Tristan.Hatiku mencelos.Arya berbisik padaku, "Kau siap, Laura?"Aku menelan ludah dan mengangguk. "Aku tidak punya pilihan, kan?""Benar," Arya tersenyum tipis.Tiba-tiba—DOR!Suara tembakan pertama meledak di luar rumah kayu.Aku terperanjat. Reynand langsung menarikku ke belakang meja, melindungiku dengan tubuhnya."Aku hitung sampai tiga, lalu kita lari ke mobil," kata Tristan cepat.Aku mengangguk, jantungku berdebar begitu keras sampai aku yakin Reynand bisa merasakannya."Satu…"Aku menggengga

    Last Updated : 2025-03-17
  • Cinta Tuan Muda   Bayang-bayang Pengkhianat

    Aku tidak bisa berhenti memikirkan Reynand. Genggaman tangannya, tatapan matanya yang dalam, janjinya untuk kembali. Tapi di balik itu semua, ada sesuatu yang mengganggu pikiranku—pengkhianat di antara kami.Mobil terus melaju melewati jalanan berbatu yang semakin sepi. Arya tetap fokus di kemudi, sesekali melirik ke spion untuk memastikan tidak ada yang mengikuti. Tristan duduk di sampingnya, menggenggam pistol dengan rahang mengeras.Di dalam mobil, atmosfer terasa menegangkan. Kami semua menyadari satu hal: seseorang telah membocorkan rencana kami.Aku menghela napas panjang, mencoba menyusun pikiranku."Arya," panggilku pelan."Hmm?""Kau yakin hanya kita berempat yang tahu tentang rute ini?" tanyaku, mataku mengawasi setiap ekspresi mereka.Arya mengangguk. "Seratus persen. Bahkan Reynand pun tidak tahu sampai detik terakhir sebelum kita melarikan diri."Tristan mendengus, menatap ke luar jendela. "Itu berarti… pengkhianat ada di antara kita."Aku meneguk ludah. Tangan Arya menge

    Last Updated : 2025-03-17
  • Cinta Tuan Muda   Jejak yang Menghilang

    Aku berdiri di antara reruntuhan, dadaku masih naik turun karena panik. Reynand hilang. Dia diculik oleh Adrian—pria yang mengaku sebagai kakaknya.Aku menggigit bibir, menahan gemetar di tubuhku. Ini bukan saatnya untuk panik. Aku harus berpikir.Tristan menendang batu puing dengan frustrasi. "Sial! Bagaimana kita bisa kehilangan Reynand begitu saja?"Arya mengusap wajahnya. "Kita harus cari tahu ke mana mereka pergi."Aku menoleh ke arah asap yang mulai hilang. Di tanah, ada sesuatu yang bersinar di bawah cahaya bulan. Aku berlutut dan mengambilnya—sebuah lencana kecil berbentuk burung elang.Aku menatap benda itu dengan kening berkerut. "Apa ini?"Tristan mendekat, melihat benda di tanganku. Matanya menyipit. "Itu simbol salah satu kelompok bawah tanah."Jantungku berdetak lebih cepat. "Kelompok bawah tanah?"Arya mengangguk, wajahnya serius. "Ya, dan jika Adrian adalah bagian dari mereka, ini akan menjadi lebih rumit dari yang kita kira."Aku mengepalkan tangan. "Lalu kita harus b

    Last Updated : 2025-03-18
  • Cinta Tuan Muda   Bayangan yang Kembali

    Aku masih memeluk Reynand erat, merasakan kehangatan tubuhnya yang meski lemah, tetap memberi ketenangan. Tapi aku sadar, ini belum selesai.Selena menendang pistol Adrian menjauh, memastikan dia tidak bisa bergerak lagi. Tristan dan Arya juga berjaga-jaga, tapi ekspresi mereka masih penuh kewaspadaan.“Apa kita harus menunggu polisi?” Arya berbisik.Selena menggeleng. “Tidak. Kita harus pergi sekarang.”Aku menatapnya dengan bingung. “Kenapa? Bukankah lebih baik jika Adrian ditangkap?”Selena menghela napas. “Kalau kita menunggu polisi, kita bisa terjebak dalam permainan ini lebih lama. Adrian punya banyak orang di luar sana, dan aku tidak yakin mereka tidak akan mencoba menyelamatkannya sebelum polisi datang.”Aku menggigit bibir. Itu masuk akal.Reynand menatapku dengan mata setengah terbuka. “Kita harus pergi, Laura.”Aku tidak ingin meninggalkannya di sini. Tapi aku juga tahu, kami harus bertahan.Akhirnya, aku mengangguk. “Baiklah. Kita keluar dari sini.”Tristan dan Arya memban

    Last Updated : 2025-03-19
  • Cinta Tuan Muda   Rahasia yang Terungkap

    Aku masih terpaku, jantungku berdetak kencang saat menatap pria yang berdiri di hadapanku. Ayah. Aku tak pernah menyangka akan melihatnya lagi, apalagi dalam situasi seperti ini.Reynand masih menggenggam tanganku erat, seolah takut aku akan runtuh sewaktu-waktu. Aku bisa merasakan ketegangannya, begitu juga dengan Tristan, Arya, dan Selena yang menatap ayahku dengan waspada.“Apa maksudmu aku dalam bahaya?” suaraku nyaris bergetar.Ayah menghela napas panjang, lalu menatap sekeliling. “Ini bukan tempat yang aman untuk membicarakannya. Kita harus pergi.”Aku ragu. Bertahun-tahun aku hidup tanpa kehadiran ayah, dan sekarang dia datang begitu saja, menyuruhku mengikutinya?Selena tampak tidak percaya. “Tunggu dulu, bagaimana kami bisa yakin bahwa kau bisa dipercaya?”Ayah menatapnya tajam. “Aku adalah satu-satunya alasan kalian masih hidup sekarang.”Selena membuka mulut, tapi tidak ada yang keluar. Dia jelas tidak menyukai sikap ayahku, tapi dia juga tidak bisa menyangkal bahwa polisi

    Last Updated : 2025-03-19
  • Cinta Tuan Muda   Pengkhianatan di Antara Kita

    Malam semakin larut, tapi ketegangan di dalam rumah ini terasa begitu pekat. Kami semua bersiap menghadapi serangan yang akan datang, tapi ada sesuatu yang terasa… aneh.Aku berdiri di dekat Reynand, sementara ayah, Tristan, dan Selena sibuk berdiskusi tentang strategi. Aku bisa melihat wajah-wajah mereka yang serius, penuh kewaspadaan. Tapi di antara semua itu, ada sesuatu yang mengganggu pikiranku.“Laura, kau baik-baik saja?” Reynand berbisik di sampingku.Aku menoleh dan mengangguk. “Aku hanya merasa ada sesuatu yang janggal.”Reynand menatapku dalam, lalu menoleh ke arah ayah dan yang lainnya. Sepertinya dia juga merasakan hal yang sama.Tiba-tiba, suara ketukan pelan terdengar dari pintu belakang. Semua orang langsung menegang.“Siapa itu?” bisik Selena.Tristan memberi isyarat agar kami tetap diam. Dengan gerakan hati-hati, dia berjalan menuju pintu belakang, mengintip melalui celah kecil di jendela.Lalu, sebelum kami bisa bereaksi…BRAK!Pintu itu didobrak dari luar, dan dala

    Last Updated : 2025-03-20

Latest chapter

  • Cinta Tuan Muda   Suasana semakin tegang

    Malam itu, aku duduk di dalam mobil Om Martin, jari-jariku bermain di ujung gaun yang kukenakan. Hawa dingin dari AC menyelimuti tubuhku, tapi pikiranku justru terasa panas, berputar-putar memikirkan semua yang telah terjadi hari ini."Kamu capek?" suara Om Martin terdengar lembut, membuyarkan lamunanku. Aku menoleh dan melihatnya tersenyum, tatapan matanya yang teduh membuat dadaku berdesir.Aku menggeleng pelan. "Nggak, aku cuma... banyak mikir aja."Dia mengangguk seakan mengerti. "Kalau ada yang ingin diceritakan, aku siap mendengar."Aku menghela napas, mencoba menyusun kata-kata. "Aku cuma merasa aneh. Rasanya... terlalu nyaman berada di dekat Om. Seperti ada sesuatu yang mengisi ruang kosong di hatiku. Tapi di sisi lain, aku takut kalau ini hanya perasaan sesaat."Om Martin terdiam sejenak sebelum menjawab, "Aku juga merasakannya, Laura. Aku tahu aku bukan ayahmu, dan aku tidak akan pernah bisa menggantikannya. Tapi kalau keberadaanku bisa membuatmu merasa lebih baik, aku berse

  • Cinta Tuan Muda   Semakin rumit

    Laura menatap sosok di hadapannya dengan napas tertahan. Jantungnya berdebar kencang saat dia mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Orang itu berdiri di ambang pintu, matanya menatap Laura dengan campuran perasaan yang sulit dijelaskan."Kamu... kenapa bisa ada di sini?" suara Laura bergetar.Pria itu tersenyum kecil, langkahnya mendekat. "Aku selalu ada di sekitarmu, hanya saja kau tidak pernah menyadarinya."Reno yang berdiri di samping Laura menatap pria itu dengan sorot tajam. "Siapa dia, Laura?"Laura menggeleng, seakan mencoba mengusir kebingungan di kepalanya. "Aku... aku tidak tahu. Aku pernah mengenalnya, tapi aku tidak mengerti kenapa dia muncul sekarang."Pria itu tertawa kecil, suara rendahnya penuh misteri. "Laura, aku tidak muncul tiba-tiba. Aku datang karena waktunya sudah tepat. Ada sesuatu yang harus kamu ketahui."Ketegangan semakin meningkat. Reno maju selangkah, posisinya protektif di depan Laura. "Aku tidak peduli siapa kamu. Kalau niatmu buruk, sebaiknya p

  • Cinta Tuan Muda   Malam yang menegangkan

    Malam itu, hujan turun deras, menciptakan suasana tegang di dalam ruangan yang dipenuhi oleh ketegangan yang menggantung. Laura menatap pria di depannya, napasnya tercekat saat kata-kata yang baru saja diucapkan pria itu menggema di kepalanya."Aku sudah tahu semuanya, Laura," kata pria itu dengan suara berat dan tajam.Jantung Laura berdebar kencang. "Maksudmu apa?" tanyanya, mencoba tetap tenang.Pria itu mengeluarkan sebuah amplop coklat dan meletakkannya di atas meja. Dengan tangan gemetar, Laura mengambilnya dan membuka isinya. Matanya melebar saat melihat foto-foto di dalamnya. Itu adalah foto dirinya bersama seseorang dari masa lalunya—seseorang yang seharusnya sudah tidak ada dalam hidupnya."Bagaimana kau mendapatkan ini?" suaranya bergetar, campuran antara marah dan ketakutan.Pria itu tersenyum tipis. "Aku punya sumberku sendiri. Dan aku yakin, kau tahu bahwa seseorang sedang mengincarmu."Laura menelan ludah. Dia tahu persis siapa yang dimaksud pria itu. Sosok yang seharus

  • Cinta Tuan Muda   Konflik Memuncak dan Kejutan yang Tak Terduga

    Laura merasa jantungnya berdetak kencang saat melihat seseorang dari masa lalunya muncul tiba-tiba di depan pintu apartemennya. Pria itu berdiri dengan wajah serius, seolah membawa kabar buruk yang akan mengubah segalanya. "Kita perlu bicara," katanya dengan nada mendesak.Sementara itu, di tempat lain, Arya dan Reza sedang mencoba menghubungi Laura setelah menyadari ada sesuatu yang aneh dengan pesan yang dikirimkannya sebelumnya. Liam yang biasanya ceria juga terlihat lebih serius. "Aku nggak suka firasat ini," gumamnya sambil menggenggam ponselnya erat.Di dalam apartemen, Laura menatap pria itu dengan perasaan campur aduk. "Kenapa kamu di sini? Aku pikir kita sudah selesai bertahun-tahun lalu," katanya dengan suara bergetar.Pria itu, yang ternyata adalah mantan kekasih Laura yang menghilang tanpa jejak, menghela napas panjang. "Aku tahu aku banyak salah, tapi aku kembali karena ada sesuatu yang harus kau tahu. Ini tentang keluargamu… tentang ayahmu."Kata-katanya langsung membuat

  • Cinta Tuan Muda   BAYANGAN MASA LALU

    Malam semakin larut, tetapi suasana justru semakin tegang. Napasku memburu, pikiranku berputar cepat. Aku tidak pernah menyangka akan bertemu dengannya lagi—seseorang yang seharusnya sudah lama menghilang dari kehidupanku.Dia berdiri di sana, bersandar santai di pintu belakang ruangan ini, seakan kedatangannya adalah hal yang wajar. Senyumnya tipis, nyaris seperti ejekan.“Lama tidak bertemu, Laura,” suaranya tenang, tapi dingin.Aku menelan ludah. “Kenapa kau di sini?”Dia tidak langsung menjawab. Malah, dia melangkah maju dengan perlahan, membuat jantungku berdebar lebih kencang. Reno dan Arya sudah bersiap siaga di sampingku, siap melakukan apa pun jika keadaan memburuk.“Kau tahu, aku selalu tertarik melihat bagaimana kau berkembang setelah semua yang terjadi,” katanya sambil menatapku tajam. “Aku hanya ingin melihat sendiri apakah kau masih sekuat dulu… atau justru lebih lemah.”Aku mengepalkan tangan. “Aku tidak punya waktu untuk permainanmu.”Dia tertawa kecil. “Permainan? Ah,

  • Cinta Tuan Muda   Konflik baru

    Malam itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Langit hitam pekat tanpa bintang, seakan menyembunyikan sesuatu yang tak ingin terlihat. Di dalam ruangan yang remang, suasana penuh ketegangan.Laura menatap seseorang di depannya dengan napas memburu. Sosok itu tersenyum samar, tatapannya sulit ditebak."Kau pasti tak menyangka akan bertemu denganku di sini, bukan?" suara baritonnya terdengar begitu akrab, tapi ada sesuatu yang janggal di baliknya.Laura menelan ludah. "Kenapa kau ada di sini? Apa maumu?"Sosok itu hanya menghela napas, lalu berjalan mendekat dengan langkah perlahan. Setiap langkahnya bergema di ruangan yang sepi.Di saat bersamaan, di tempat lain, Reno berlari menerobos lorong sempit, mencoba mencari Laura. Ada firasat buruk yang mengusiknya sejak tadi. Jantungnya berdebar kencang, dan tanpa sadar, tangannya mengepal erat.Sementara itu, di dalam ruangan, Laura berusaha tetap tenang meskipun pikirannya berkecamuk. Sosok itu kini berdiri di hadapannya, menyodorkan

  • Cinta Tuan Muda   Bayang-Bayang Masa Lalu

    Malam itu, suasana di sekitar mereka begitu mencekam. Angin bertiup kencang, membawa aroma hujan yang menggantung di udara. Langkah kaki yang terburu-buru menggema di gang sempit, memantulkan bayang-bayang mereka yang bergerak dengan waspada."Kita tidak bisa terus seperti ini. Cepat atau lambat, mereka akan menemukan kita," bisik Adrian dengan napas terengah-engah.Laura menggigit bibirnya, matanya memantau sekitar. "Aku tahu. Tapi kita harus memastikan dulu siapa yang benar-benar ada di belakang semua ini. Aku tidak bisa lari tanpa jawaban."Tiba-tiba, ponsel Laura bergetar. Sebuah pesan anonim muncul di layar: *“Jangan percaya siapa pun. Bahkan dia yang kau pikir bisa melindungimu.”*Darah Laura berdesir. Siapa yang mengirim pesan ini? Dia menatap Adrian yang tengah memeriksa keadaan sekitar, kemudian menggenggam ponselnya erat.***Sementara itu, di tempat lain, seseorang sedang mengamati layar monitor dengan senyum penuh arti. Sosok pria bertubuh tegap dengan bekas luka di alisny

  • Cinta Tuan Muda   Identitas yang Tersembunyi

    Aku bisa merasakan darahku berdesir lebih cepat dari biasanya. Udara di ruangan ini terasa semakin menekan. Aku berdiri di antara Adrian dan pria misterius itu, sementara para pria bersenjata yang baru saja masuk membentuk barisan di belakangnya."Apa yang sebenarnya kau inginkan?" suaraku terdengar lebih tajam dari yang kukira.Pria itu tersenyum kecil, seolah menikmati situasi ini. "Aku hanya ingin memberimu jawaban, Laura. Jawaban yang selama ini kau cari."Aku mengepalkan tangan. "Kau bilang ayahku bukan orang yang selama ini kukira. Apa maksudmu?!"Dia menghela napas pelan, lalu berjalan mendekat dengan langkah santai. "Ayahmu adalah bagian dari organisasi rahasia, Laura. Organisasi yang selama ini kau anggap musuh."Aku mencengkeram lengan Adrian dengan kuat, mencoba menenangkan diri."Kau bohong."Dia menggeleng pelan. "Aku tahu ini sulit diterima. Tapi kau harus tahu… bukan hanya ayahmu yang terlibat."Aku menatapnya tajam. "Maksudmu apa?"Dia menatapku dalam-dalam, lalu berka

  • Cinta Tuan Muda   Kebenaran yang Menghantui

    Aku menatap pria di depanku dengan napas memburu. Cahaya bulan menyorot wajahnya, dan aku tak bisa mempercayai penglihatanku."Kau..." suaraku hampir bergetar. "Ini tidak mungkin. Kau seharusnya sudah mati."Dia hanya menyeringai, wajahnya masih sama seperti terakhir kali aku melihatnya—hanya saja ada bekas luka panjang di pelipisnya, seakan membuktikan bahwa dia telah melalui sesuatu yang buruk."Kau benar-benar mengira aku mati?" suaranya terdengar penuh ejekan. "Kau naif sekali."Jantungku berdetak semakin cepat. Sierra, Adrian, dan Reynand masih bertarung di dalam rumah. Aku harus berpikir cepat."Apa maumu?" aku berusaha tetap tenang.Dia mendekat, berjongkok agar bisa menatapku lebih jelas. "Aku hanya ingin mengobrol. Kau tahu, tentang masa lalu kita. Dan... tentang bagaimana aku masih hidup."Aku merasakan dingin menjalar di tulang punggungku. Ini bukan sekadar pertemuan kebetulan. Dia ada di sini karena alasan tertentu.Sebelum aku bisa merespons, aku mendengar suara langkah k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status