Melihat wajah ibu kandungnya yang sangat mirip dengannya, Yasmine mencibir, “Orang desa dari mana kalian!”“Aku tahu kamu benci Ibu karena Ibu nggak berada di sisimu selama ini. Tapi, Ibu juga terpaksa. Ibu mau kamu lewati hidup yang baik. Kalau bukan demi membiarkanmu jadi putri orang kaya, mana mungkin aku melakukan hal yang begitu berisiko dengan menukar kalian!” ujar ibu kandung Yasmine dengan sedih.Aku pun tercengang. Ternyata mereka yang sengaja menukar kami. Pantas saja mereka selalu menyiksaku dan begitu menyayangi adik laki-lakiku. Awalnya, aku kira mereka hanya lebih mementingkan anak laki-laki. Ternyata, mereka sudah tahu dari awal aku bukanlah anak mereka.Ibu langsung menerjang ke arah mereka dan memukul mereka sambil berseru, “Ternyata kalian yang memisahkanku dengan anakku selama 18 tahun! Bajingan! Kalian benar-benar pantas mati!”Tanpa memedulikan citranya sebagai istri orang kaya, dia mulai berkelahi dengan orang tua kandung Yasmine. Saat dilerai, terdapat beberapa b
Orang tuaku ingin membunuh orang, tetapi mereka pasti akan dihukum.Orang dalam rumah menyadari ada yang tidak beres dan hendak melarikan diri. Namun, semuanya sudah terlambat. Dengan adanya bensin, api segera menjalar ke sekeliling. Orang di dalam rumah tidak berhenti meminta tolong, tetapi pintu rumah sudah dikunci Ayah dan Ibu dari luar.Ayah dan Ibu menyaksikan semua ini dengan ekspresi bengis dan puas karena dendam mereka akhirnya terbalaskan.“Kalian sudah celakai putriku, juga bilang dia bernasib sial! Kalau begitu, kalian temani saja dia di alam baka!”Penduduk desa segera menyadari kebakaran ini dan buru-buru memadamkan api supaya apinya tidak menyebar ke rumah di samping. Sayangnya, orang di dalam rumah sudah tidak sempat menunggu sampai api dipadamkan dan akhirnya mati terbakar. Setelah api padam, yang tersisa hanyalah beberapa onggok mayat yang sudah gosong.Pada hari itu juga, Ayah dan Ibu ditangkap. Namun, mereka sudah gila dan sama sekali tidak peduli pada putusan pengad
Aku tergeletak di lantai dan bernapas dengan lemah. Aku sudah tidak memiliki tenaga untuk melawan. Adikku yang berada tidak jauh dariku sedang menangis. Demi menghiburnya, aku menahan rasa sakit di tubuhku dan menggeleng pelan.Penculik yang marah menjambak rambutku dan bertanya, “Kamu yang bocorkan lokasi ini?”Kulit kepalaku terasa sangat sakit karena dijambak dan dipaksa untuk mendongak. Di awal kami diculik, ada 2 jariku yang sudah dipotong. Selanjutnya, jariku lanjut dipotong hingga yang tersisa hanya telapak tanganku. Semua tempat yang dipotong itu sudah infeksi dan membusuk. Setiap hari, aku harus merasakan rasa sakit yang menyayat hati. Dibandingkan dengan ini, dihajar sudah termasuk tidak sakit.Kemarin, penculik memberiku dan adikku kesempatan untuk menelepon ke rumah masing-masing semenit. Saat berbicara sambil menangis dengan Ibu, dia diam-diam memberikan petunjuk mengenai lokasi di mana penculik menyembunyikan kami.Pantas saja penculik memindahkan kami dalam waktu semalam
Arwahku melayang keluar dari pabrik tua yang terbengkalai itu dan akhirnya berhenti di sisi Ayah dan Ibu. Mungkin ini dikarenakan oleh obsesiku.Di ruang tamu, Ibu tidak berhenti menangis dan menggumamkan nama Yasmine.“Putriku nggak pernah alami hal semacam ini dari kecil. Pasti Liana yang bawa Yasmine berkeliaran di luar sehingga mereka diculik!” keluh Ibu pada Ayah.Aku berseru, “Bukan! Bukan aku yang berkeliaran di luar! Yasmine yang berlari ke gang kecil, sedangkan aku cuma mengejarnya!”Aku mau menjelaskan, tetapi Ibu tidak dapat mendengar ucapanku. Sementara itu, Ayah hanya menepuk-nepuk bahunya untuk menghiburnya.Sebelum kejadian ini, aku mau melihat-lihat universitas Yasmine. Jadi, aku dan sopir pergi menjemputnya. Namun, kami malah diculik bersama di sebuah gang tidak jauh dari gerbang universitas.Ibu masih tetap menangis dan berkata, “Liana itu datang dari desa. Dia sama sekali nggak mirip sama putri kita. Apa mungkin tes DNA-nya salah? Setelah mereka kembali, kita usir sa
Para penculik bertindak makin menjadi-jadi. Mereka memotong jari tangan dan kakiku untuk mengancam Keluarga Lukira agar mereka tidak sembarangan bertindak. Jika tidak, mereka akan mengirim jari Yasmine lain kali.Di hari orang tuaku melapor polisi, Yasmine terlihat seperti sedang menangis dan mengeluh. Namun, dia sebenarnya diam-diam membocorkan informasi tentang alamat kami. Ibu pun segera memahami maksudnya.Hanya saja, semuanya masih tetap terlambat. Saat polisi tiba, penculik sudah memindahkan kami. Berhubung terlalu marah, penculik pun tidak sengaja memukulku sampai mati.Keesokan harinya, penculik akhirnya mengirim jari Yasmine. Saat menerima bingkisan itu, Ibu tidak terkejut melihat jari di dalam. Bagaimanapun juga, dia sudah menerima bingkisan seperti ini selama beberapa hari. Dia langsung membuang bingkisan itu ke tong sampah.Jika memperhatikan jari yang ramping dan mulus itu dengan saksama, dia pasti akan menyadari bahwa itu adalah jari Yasmine, putri yang sangat dilindungin
Saat diculik, aku selalu melindungi Yasmine. Namun, dia malah tidak memberi tahu Ayah dan Ibu bahwa aku sudah mati.“Tentu saja! Dia itu juga anak kami. Setelah menebusnya, Ayah dan Ibu akan kirim dia kembali ke Keluarga Tanzil. Kami nggak akan biarkan dia mengganggumu,” hibur Ibu sambil memeluknya.Begitu mendengar hal ini, Yasmine jelas terlihat panik. Setelah dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa, dia baik-baik saja selain kehilangan sebuah jari kelingking.Ibu akhirnya merasa lega dan berkata, “Untung saja Yasmine nggak terluka.”Aku menyaksikan dia memeluk Yasmine dengan rasa iri. Awalnya, Ibu juga bersikap sangat lembut padaku. Setelahnya, dia sama sekali tidak peduli padaku. Dia sudah sepenuhnya lupa bahwa dirinya masih memiliki seorang putri. Saat ini, aku sudah mati. Sebelum mati, aku juga harus menanggung siksaan setragis itu. Jika tahu aku sudah mati, Ibu pasti akan gembira, ‘kan? Dia akhirnya sudah terlepas dari sebuah beban.Penculik masih ingin lanjut memeras orang tuaku
Berhubung masih tidak bisa menyelesaikan kasus ini, polisi akhirnya datang ke rumah. Ibu pun mau tak mau membawa mereka ke kamarku.“Ini kamar putri kalian?” tanya polisi dengan terkejut setelah melihat kamarku.Kamarku terletak di samping kamar pembantu. Itu adalah kamar terkecil dan terburuk dalam rumah. Bahkan kamar pembantu juga lebih bagus.Ibu menjawab dengan sedikit perasaan bersalah, “Dia sendiri yang pilih.”Saat baru tiba di kediaman Keluarga Lukira, aku awalnya tinggal di kamar yang besar. Namun, Yasmine sering mengatakan aku pergi ke kamarnya untuk mengancamnya pulang ke rumahnya sendiri. Ayah dan Ibu merasa perlu memberiku pelajaran, makanya mereka menyuruhku pindah ke kamar pembantu.“Kami boleh ambil rambut ini, ‘kan?” Polisi mengambil rambutku dari bantal, lalu lanjut berkata, “Kamu masih punya beberapa pertanyaan. Tolong suruh putrimu turun.”Melihat polisi datang ke rumah, Yasmine merasa agak gelisah, tetapi buru-buru menenangkan diri.Polisi mengamatinya dan bertanya
Yasmine pun tertegun dan menggeleng.“Hasil autopsi bilang, Liana sudah mati sebelum kamu pulang ke kediaman Keluarga Lukira. Kenapa kamu bilang dia belum mati?” bentak polisi yang menginterogasinya.Dia menunduk untuk sekian lama, lalu baru menjawab sambil terisak, “Ini semua salah Ibu! Ibu bilang ke penculik Kakak yang suruh lapor polisi, makanya penculik baru pukul Kakak sampai mati! Ini nggak ada hubungannya denganku. Aku sudah katakan semua yang kuketahui.”Yasmine buru-buru melepaskan diri dari masalah ini.Dari informasi yang diberikan Yasmine, polisi menemukan lokasi pertama mereka dikurung. Pabrik tua yang telantar ini dipenuhi dengan darah. Ahli forensik segera menyegel seluruh lokasi dan mengatakan bahwa semua darah itu hanya milikku seorang.Semua orang sangat tercengang setelah mengetahui seberapa parah aku dipukul sebelum mati. Begitu melihat mayatku, Ayah dan Ibu akhirnya menangis dengan pilu.Aku menatap mayatku tanpa ekspresi. Sekujur tubuhku dipenuhi dengan memar. Aku
Orang tuaku ingin membunuh orang, tetapi mereka pasti akan dihukum.Orang dalam rumah menyadari ada yang tidak beres dan hendak melarikan diri. Namun, semuanya sudah terlambat. Dengan adanya bensin, api segera menjalar ke sekeliling. Orang di dalam rumah tidak berhenti meminta tolong, tetapi pintu rumah sudah dikunci Ayah dan Ibu dari luar.Ayah dan Ibu menyaksikan semua ini dengan ekspresi bengis dan puas karena dendam mereka akhirnya terbalaskan.“Kalian sudah celakai putriku, juga bilang dia bernasib sial! Kalau begitu, kalian temani saja dia di alam baka!”Penduduk desa segera menyadari kebakaran ini dan buru-buru memadamkan api supaya apinya tidak menyebar ke rumah di samping. Sayangnya, orang di dalam rumah sudah tidak sempat menunggu sampai api dipadamkan dan akhirnya mati terbakar. Setelah api padam, yang tersisa hanyalah beberapa onggok mayat yang sudah gosong.Pada hari itu juga, Ayah dan Ibu ditangkap. Namun, mereka sudah gila dan sama sekali tidak peduli pada putusan pengad
Melihat wajah ibu kandungnya yang sangat mirip dengannya, Yasmine mencibir, “Orang desa dari mana kalian!”“Aku tahu kamu benci Ibu karena Ibu nggak berada di sisimu selama ini. Tapi, Ibu juga terpaksa. Ibu mau kamu lewati hidup yang baik. Kalau bukan demi membiarkanmu jadi putri orang kaya, mana mungkin aku melakukan hal yang begitu berisiko dengan menukar kalian!” ujar ibu kandung Yasmine dengan sedih.Aku pun tercengang. Ternyata mereka yang sengaja menukar kami. Pantas saja mereka selalu menyiksaku dan begitu menyayangi adik laki-lakiku. Awalnya, aku kira mereka hanya lebih mementingkan anak laki-laki. Ternyata, mereka sudah tahu dari awal aku bukanlah anak mereka.Ibu langsung menerjang ke arah mereka dan memukul mereka sambil berseru, “Ternyata kalian yang memisahkanku dengan anakku selama 18 tahun! Bajingan! Kalian benar-benar pantas mati!”Tanpa memedulikan citranya sebagai istri orang kaya, dia mulai berkelahi dengan orang tua kandung Yasmine. Saat dilerai, terdapat beberapa b
“Bi Wina!” panggil Ibu.Setelah Bi Wina masuk ke kamar, Ibu menunjuk ke lemari baju dan bertanya dengan nada menyalahkan, “Apa begini perlakukan kalian ke Liana? Dia bahkan nggak punya satu pun pakaian yang bagus?”Bi Wina melirik lemari pakaianku dan menjawab, “Sebelumnya, kamu yang suruh aku untuk nggak belikan pakaian baru untuknya biar dia jera.”Ibu sepertinya sudah melupakan hal ini. Setelah tertegun beberapa saat, dia baru tersadar.“Aku benar-benar ibu yang sangat buruk.” Ibu memeluk pakaianku sambil menangis pilu. Dia melanjutkan, “Liana, carilah ibu yang baik di kehidupan selanjutnya. Ibu minta maaf.”Dia menangis di dalam kamarku semalaman. Keesokan harinya, dia pergi ke kantor polisi dengan mata bengkak.Ibu ingin bertemu dengan Yasmine, tetapi dicegah oleh polisi. “Maaf, sekarang, dia itu tersangka yang merencanakan penculikan ini.”“Nggak mungkin! Yasmine itu anak yang baik!”“Harap tenang dulu. Sebenarnya, dia yang sengaja menyuruh para penculik itu untuk menculik korban
Yasmine pun tertegun dan menggeleng.“Hasil autopsi bilang, Liana sudah mati sebelum kamu pulang ke kediaman Keluarga Lukira. Kenapa kamu bilang dia belum mati?” bentak polisi yang menginterogasinya.Dia menunduk untuk sekian lama, lalu baru menjawab sambil terisak, “Ini semua salah Ibu! Ibu bilang ke penculik Kakak yang suruh lapor polisi, makanya penculik baru pukul Kakak sampai mati! Ini nggak ada hubungannya denganku. Aku sudah katakan semua yang kuketahui.”Yasmine buru-buru melepaskan diri dari masalah ini.Dari informasi yang diberikan Yasmine, polisi menemukan lokasi pertama mereka dikurung. Pabrik tua yang telantar ini dipenuhi dengan darah. Ahli forensik segera menyegel seluruh lokasi dan mengatakan bahwa semua darah itu hanya milikku seorang.Semua orang sangat tercengang setelah mengetahui seberapa parah aku dipukul sebelum mati. Begitu melihat mayatku, Ayah dan Ibu akhirnya menangis dengan pilu.Aku menatap mayatku tanpa ekspresi. Sekujur tubuhku dipenuhi dengan memar. Aku
Berhubung masih tidak bisa menyelesaikan kasus ini, polisi akhirnya datang ke rumah. Ibu pun mau tak mau membawa mereka ke kamarku.“Ini kamar putri kalian?” tanya polisi dengan terkejut setelah melihat kamarku.Kamarku terletak di samping kamar pembantu. Itu adalah kamar terkecil dan terburuk dalam rumah. Bahkan kamar pembantu juga lebih bagus.Ibu menjawab dengan sedikit perasaan bersalah, “Dia sendiri yang pilih.”Saat baru tiba di kediaman Keluarga Lukira, aku awalnya tinggal di kamar yang besar. Namun, Yasmine sering mengatakan aku pergi ke kamarnya untuk mengancamnya pulang ke rumahnya sendiri. Ayah dan Ibu merasa perlu memberiku pelajaran, makanya mereka menyuruhku pindah ke kamar pembantu.“Kami boleh ambil rambut ini, ‘kan?” Polisi mengambil rambutku dari bantal, lalu lanjut berkata, “Kamu masih punya beberapa pertanyaan. Tolong suruh putrimu turun.”Melihat polisi datang ke rumah, Yasmine merasa agak gelisah, tetapi buru-buru menenangkan diri.Polisi mengamatinya dan bertanya
Saat diculik, aku selalu melindungi Yasmine. Namun, dia malah tidak memberi tahu Ayah dan Ibu bahwa aku sudah mati.“Tentu saja! Dia itu juga anak kami. Setelah menebusnya, Ayah dan Ibu akan kirim dia kembali ke Keluarga Tanzil. Kami nggak akan biarkan dia mengganggumu,” hibur Ibu sambil memeluknya.Begitu mendengar hal ini, Yasmine jelas terlihat panik. Setelah dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa, dia baik-baik saja selain kehilangan sebuah jari kelingking.Ibu akhirnya merasa lega dan berkata, “Untung saja Yasmine nggak terluka.”Aku menyaksikan dia memeluk Yasmine dengan rasa iri. Awalnya, Ibu juga bersikap sangat lembut padaku. Setelahnya, dia sama sekali tidak peduli padaku. Dia sudah sepenuhnya lupa bahwa dirinya masih memiliki seorang putri. Saat ini, aku sudah mati. Sebelum mati, aku juga harus menanggung siksaan setragis itu. Jika tahu aku sudah mati, Ibu pasti akan gembira, ‘kan? Dia akhirnya sudah terlepas dari sebuah beban.Penculik masih ingin lanjut memeras orang tuaku
Para penculik bertindak makin menjadi-jadi. Mereka memotong jari tangan dan kakiku untuk mengancam Keluarga Lukira agar mereka tidak sembarangan bertindak. Jika tidak, mereka akan mengirim jari Yasmine lain kali.Di hari orang tuaku melapor polisi, Yasmine terlihat seperti sedang menangis dan mengeluh. Namun, dia sebenarnya diam-diam membocorkan informasi tentang alamat kami. Ibu pun segera memahami maksudnya.Hanya saja, semuanya masih tetap terlambat. Saat polisi tiba, penculik sudah memindahkan kami. Berhubung terlalu marah, penculik pun tidak sengaja memukulku sampai mati.Keesokan harinya, penculik akhirnya mengirim jari Yasmine. Saat menerima bingkisan itu, Ibu tidak terkejut melihat jari di dalam. Bagaimanapun juga, dia sudah menerima bingkisan seperti ini selama beberapa hari. Dia langsung membuang bingkisan itu ke tong sampah.Jika memperhatikan jari yang ramping dan mulus itu dengan saksama, dia pasti akan menyadari bahwa itu adalah jari Yasmine, putri yang sangat dilindungin
Arwahku melayang keluar dari pabrik tua yang terbengkalai itu dan akhirnya berhenti di sisi Ayah dan Ibu. Mungkin ini dikarenakan oleh obsesiku.Di ruang tamu, Ibu tidak berhenti menangis dan menggumamkan nama Yasmine.“Putriku nggak pernah alami hal semacam ini dari kecil. Pasti Liana yang bawa Yasmine berkeliaran di luar sehingga mereka diculik!” keluh Ibu pada Ayah.Aku berseru, “Bukan! Bukan aku yang berkeliaran di luar! Yasmine yang berlari ke gang kecil, sedangkan aku cuma mengejarnya!”Aku mau menjelaskan, tetapi Ibu tidak dapat mendengar ucapanku. Sementara itu, Ayah hanya menepuk-nepuk bahunya untuk menghiburnya.Sebelum kejadian ini, aku mau melihat-lihat universitas Yasmine. Jadi, aku dan sopir pergi menjemputnya. Namun, kami malah diculik bersama di sebuah gang tidak jauh dari gerbang universitas.Ibu masih tetap menangis dan berkata, “Liana itu datang dari desa. Dia sama sekali nggak mirip sama putri kita. Apa mungkin tes DNA-nya salah? Setelah mereka kembali, kita usir sa
Aku tergeletak di lantai dan bernapas dengan lemah. Aku sudah tidak memiliki tenaga untuk melawan. Adikku yang berada tidak jauh dariku sedang menangis. Demi menghiburnya, aku menahan rasa sakit di tubuhku dan menggeleng pelan.Penculik yang marah menjambak rambutku dan bertanya, “Kamu yang bocorkan lokasi ini?”Kulit kepalaku terasa sangat sakit karena dijambak dan dipaksa untuk mendongak. Di awal kami diculik, ada 2 jariku yang sudah dipotong. Selanjutnya, jariku lanjut dipotong hingga yang tersisa hanya telapak tanganku. Semua tempat yang dipotong itu sudah infeksi dan membusuk. Setiap hari, aku harus merasakan rasa sakit yang menyayat hati. Dibandingkan dengan ini, dihajar sudah termasuk tidak sakit.Kemarin, penculik memberiku dan adikku kesempatan untuk menelepon ke rumah masing-masing semenit. Saat berbicara sambil menangis dengan Ibu, dia diam-diam memberikan petunjuk mengenai lokasi di mana penculik menyembunyikan kami.Pantas saja penculik memindahkan kami dalam waktu semalam