Harsa memasuki kamarnya setelah selesai membersihkan diri. Setelah sore tadi ia membawa Sera berkeliling sekitar rumah, lalu di lanjutkan dengan kegiatan Sera yang membantu Ibunya untuk memasak makan malam, akhirnya Harsa tidak perlu mengkhawatirkan kekasihnya itu tidak nyaman menginap di rumahnya.
"Loh Pak, kok belum tidur?" Tanya Harsa seiring langkahnya mendekat pada sang Bapak yang sudah terduduk di kasur miliknya.Karena selama menginap di rumahnya Sera akan tidur bersama Ibu, maka otomatis Bapak akan tidur di kamar Harsa."Bapak belum ngantuk." Katanya. Lalu memperhatikan Harsa yang bergegas mempersiapkan kasur lipat tepat disisi ranjang kasur untuk anaknya itu tidur."Harsa.." Panggil Mulyo —nama bapak Harsa— setelah beberapa menit menunggu."Iya Pak?"Harsa menyamankan dirinya di kasur, bersiap untuk tidur jika saja Bapaknya tak kembali membuka suara."Nak Sera itu...keluarganya seperti apa?"Agak ragu memang, tapi karena sejak kedatangan mendadak dari putranya ini, entah kenapa Mulyo mempunyai rasa penasaran yang sangat besar pada sosok gadis yang di bawa oleh sang putra.Anak gadis itu tampak cantik, penampilannya sangat bersih dan rapi, buat Mulyo seketika berpikir bahwa Sera bukanlah gadis dari keluarga sembarangan.Dan Harsa...Untuk menjawabnya saja dia harus berpikir keras terlebih dulu. Karena bagaimana pun selama ini Sera sangat tertutup tentang siapa orang tuanya dan dari keluarga seperti apakah kekasihnya itu.Yang dia tau hanyalah..Sera bertempat tinggal di kawasan padat penduduk yang tampak sederhana."Yang Harsa tau, Sera dan keluarganya tinggal di rumah sederhana pak.." jawab Harsa meski dia sendiri tidak tau secara rinci rumah seperti apakah yang di tinggali oleh Sera."Oh...""Kenapa pak?"Mulyo mengulas senyum tipis, lalu mulai membaringkan tubuhnya di atas ranjang kasur milik Harsa."Gak apa-apa, Bapak cuma penasaran." Jawabnya. Kemudian setelah itu suasana hening karena Mulyo memilih untuk meraih mimpinya tanpa mau bertanya lebih mengenai rasa penasarannya yang belum terjawab.•••Sementara itu di kamar lain."Maaf ya nak, kalau tempat tidurnya kurang nyaman.""Enggak kok bu, ini sudah lebih dari nyaman."Sejak kedatangannya kemari rasanya senyum Sera enggan untuk luntur dari wajah cantiknya. Dia sangat bahagia. Apalagi bisa kenal dan berdekatan langsung dengan orang-orang terkasih dari Harsa. Perasaan hangat lantas memenuhi relung hati dan jiwa di setiap detiknya. Sesuatu yang sangat sulit Sera rasakan di dalam keluarganya sendiri.Jawaban Sera barusan sontak buat Ranti—ibu Harsa—ikut menyungging senyumnya."Syukurlah.." sahut Bu Ranti lega.Sera sontak melirik, ibu Harsa ternyata sangat baik. Di usianya yang sudah tidak muda lagi beliau masih terlihat begitu rajin dan sigap mengerjakan semua pekerjaannya sendiri. Tadi saja saat Sera menawarkan diri untuk membantu memasak, wanita paruh baya itu sempat menolak. Tapi bukan Sera namanya kalau tidak bisa melakukan yang dia inginkan."Bu..mas Harsa itu, berapa bersaudara?"Sebenarnya itu bukanlah topik baru, Sera sudah tau karena dulu ia pernah bertanya hal demikian pada Harsa. Tapi entah kenapa rasanya Sera tidak mau terburu-buru menjemput kantuknya. Maka dari itu sebisa mungkin dia melontarkan basa-basi terlebih dulu."Loh, memangnya Harsa gak cerita sama nak Sera?"Si empunya lantas mengulum senyum malu."Harsa itu anak bungsu, dia punya dua orang kakak. Satu perempuan dan satu lagi laki-laki."Meski begitu Ranti tetap dengan senang hati menjawab rasa penasaran Sera dengan bercerita tentang kedua saudara Harsa yang sekarang sudah memiliki keluarga masing-masing."Sekarang Ibu tinggal nunggu cucu dari Harsa saja. Mudah-mudahan perempuan. Habis itu lengkaplah sudah." Tawa lirih Ranti tanpa sengaja membuat dada Sera merasakan getaran asing. Bola matanya berbinar seakan dirinyalah yang kini tengah di berikan harapan untuk mewujudkan semua.Tentu saja.Sera kekasih Harsa.Maka otomatis dia yang akan menikah dengan Harsa dan memiliki keturunan nantinya.Iya, kan?"Oh iya, kalau nak Sera bagaimana? Nak Sera punya berapa saudara di rumah?"Satu pertanyaan berhasil buat mata Sera mengerjap sadar dari angan-angannya.Topik yang tadinya menyenangkan mendadak terdengar menakutkan ketika pertanyaan itu berbalik padanya.Sera menelan ludah getir, "Sera gak punya saudara bu, Sera anak tunggal."Dari nada suara Sera, Ranti tahu bahwa fakta itu bukanlah hal yang bagus."Anak tunggal ya? Berarti orangtua nak Sera sayang banget dong sama nak Sera. Karena nak Sera putri satu-satunya yang mereka punya." Ranti coba menghibur dengan kata yang ia bisa. Dan yaa... senyuman berhasil terbit dari bibir cantik Sera, namun Ranti tidak tahu apa arti dari senyuman itu sebenarnya."Sayang namun mereka terus mengekang." — batin Sera.Seketika dia mengingat apa yang sedang di lakukan oleh Ayahnya sekarang.•••Malam sudah sangat larut saat Rahadian sampai di kediamannya."Selamat datang, Tuan." Sambut salah satu pelayan."Apa Sera sudah tidur?"Rupanya pertanyaan itu berhasil membuat pelayan itu bungkam hingga Rahadian harus menoleh meminta penjelasan."Nona Sera tidak kembali sejak berangkat tadi pagi Tuan.""Apa?"•••Tak perlu membuang banyak waktu, tepat setelah Rahadian mengetahui perihal Sera, dia langsung bergegas meminta anak buahnya untuk mencari keberadaan sang anak.Sebuah foto menjadi satu-satunya petunjuk. Dengan di imingi bayaran lebih besar bagi siapa saja yang dapat membawa anaknya kembali ke rumah dalam waktu kurang dari 24 jam, beberapa anak buah Rahadian sontak berlomba untuk mencari dimanakah kiranya sang putri itu berada.Mereka bukanlah sembarang orang. Keahlian mereka dalam mencari informasi jelas tidak di ragukan lagi. Dan ya, tepat pukul 2 dini hari, mereka berhasil menemukan tempat dimana mereka bisa menggali informasi lebih.Sebuah rumah kecil di lingkungan yang jauh dari kata elit menjadi tujuan pertama mereka. Tak peduli pada waktu dan keadaan sekitar, mereka tak segan untuk menggedor pintu rumah itu dengan brutal.*clack.Suara kunci pintu terdengar sebelum pintu tersebut di buka dari dalam."S-siapa kalian?"Si Tuan rumah gemetaran. Seolah tahu bahwa sekarang dirinya se
Harsa dan Sera baru sampai di rumah setelah menyempatkan diri mengunjungi salah satu Kakak Harsa yang tinggal di Desa sebelah.Keduanya tampak sangat senang, dilihat dari wajah mereka yang penuh senyum cerah."Ponakan mu lucu ya mas.." Ucap Sera setelah turun lebih dulu dari motor matic kesayangan Harsa."Iya, gemesin yang.."Sera terkekeh geli, "Aku jadi bayangin deh, kalau nanti kita punya anak, anak kita mirip siapa ya?" Celetuk Sera. Gadis itu tampak menerawang jauh pada angan-angannya tanpa menyadari wajah Harsa yang sudah memerah.Entah kenapa dia belum terbiasa memikirkan hal sejauh itu. Makanya sekarang Harsa malah merasa malu."Kok diem mas?" Sera menoleh ketika tak kunjung mendapat respon dari Harsa.Lelaki itu refleks menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ya aku mana tau yang..." Katanya.Sera sontak merengut, "Kamu tuh..""Hehehe..." Harsa hanya bisa nyengir lalu memutuskan untuk masuk ke rumah meninggalkan Sera satu langkah di belakang."Harsa pulang bu..."Salam Harsa lan
Dua jam sudah anak buah Rahadian sampai di alamat rumah Harsa, dan sudah selama itu pula mereka menguntit tak jauh dari kediaman yang katanya milik kekasih dari putri sang Tuan.Beberapa infomasi baru serta foto pun tak lupa mereka kirim pada Rahadian sebagai bukti bahwa sejauh ini mereka telah bekerja dengan baik.'Kerja bagus, sekarang kalian boleh kembali.'"Ya Tuan?"Salah satu dari mereka coba memastikan bahwa mereka tak salah dengar.'Tugas kalian selesai, kalian boleh kembali. Soal anak saya, biar saya yang urus sendiri.'Karena rupanya Rahadian memiliki rencana yang menurutnya lebih 'menyenangkan' untuk ia beri pada kedua sejoli itu.•••"Jason sudah punya pacar Pa.""Jason, bukankah Papa sudah bilang? Kamu itu sudah Papa jodohkan dengan putri kolega Papa. Kenapa kamu masih aja jalin hubungan sama perempuan lain?"Jason menatap Papanya tak percaya. Awalnya ia pikir semua hanya lelucon belaka. Ia tahu, Papanya itu memang begitu sering membicarakan tentang putri koleganya itu. D
"Engga pak, gak mungkin anak saya melakukan semua itu!!""Tapi saksi dan bukti sudah jelas Bu, anak anda adalah tersangka."Tangis Ranti pecah seketika. Dalam sekejap anaknya sudah di tuduh melakukan hal tercela. Bagaimana bisa dia percaya? Harsa adalah anaknya. Dia tahu betul bagaimana perangai sang anak. Jangankan untuk melecehkan orang, menyentuh barang sedikit saja dia tidak akan berani.Apalagi yang di sentuh itu adalah orang asing."Sudah bu, kita tunggu saja sampai Harsa siuman."Harsa yang saat itu pingsan langsung di bawa warga menuju ke klinik terdekat. Di saat yang sama mereka memanggil aparat untuk mengurus segala permasalahan.Ranti dan Mulyo lantas kembali mengambil duduk di kursi yang tersedia, dimana Sera sejak tadi sudah menunggu disana."Gimana Bu, Pak?"Sera adalah satu dari sekian orang yang menolak apa yang di tuduhkan pada Harsa. Tentu saja, setidaknya Sera sudah mengenal dekat Harsa dan tidak mungkin kekasihnya berbuat hal kotor semacam itu.Ranti menggeleng pas
Sera dan kedua orang tua Harsa beranjak dari duduknya ketika melihat Harsa keluar dari ruang rawat. Disana hati Sera mencelos melihat bagaimana kedua tangan Harsa telah di borgol oleh pihak petugas."Mas.." Sera bergumam. Bola matanya bergetar menatap tak tega pada kekasihnya."Sera.."Keduanya lantas mengambil langkah mendekat. Tentu masih dengan pengawalan yang ketat."Mas.. kenapa bisa jadi begini?" Air mata Sera nyaris tumpah. Ternyata dia tidak sekuat itu menghadapi Harsa.Andai tidak ada orang lain selain mereka mungkin Sera sudah menangis meraung dalam dekapan kekasihnya."Aku juga gak tau.." Lirih Harsa. Ada rasa sesal dalam dada ketika melihat kekasihnya harus melihat dia dalam keadaan buruk seperti ini.Harsa menunduk dalam. Merasa malu pada diri sendiri dan orang-orang terkasihnya."Mas..aku yakin kamu gak bersalah. Kamu pasti lagi di fitnah oleh orang tidak bertanggungjawab."Harsa mengangguk dalam diam. Setitik air matanya kini lolos begitu saja.Dengan tegar Sera menghap
Di sepanjang jalan ke rumah Sera merasakan rasa bersalah yang luar biasa. Bagaimana tidak? Tanpa adanya satu kata, Sera harus meninggalkan keluarga Harsa tanpa kabar. Apa yang akan di pikirkan Harsa tentang sikapnya ini nanti?"Besok malam kita akan melakukan pertemuan. Jangan coba buat kabur lagi Sera."Sera menoleh, "pertemuan apa Ayah?"Pertemuan dengan calon suamimu.Punggung yang sebelumnya layu mendadak tegak dalam sekali waktu, "Calon suami?" Tanyanya."Kenapa? Bukankahkah Ayah pernah mengatakan hal ini sebelumnya? seharusnya kamu gak perlu kaget lagi Sera." Ujar Rahadian. Dari awal dia sudah menduga bahwa anaknya itu akan lupa. Mengingat info tentang Sera memiliki kekasih di tempat kerjanya."Jadi ini maksud Ayah dari persiapan masa depan aku? Tapi kenapa harus secepat ini Ayah?" Ucap Sera tak terima."Kamu pikir Ayah bisa beri waktu kamu lagi setelah kejadian ini?" Tatapan Rahadian begitu tajam dan menohok. Buat emosi Sera yang tadinya naik jadi mereda seketika."Jangan buat
"Bagaimana?""Aman Tuan. Saya sudah atur beberapa orang untuk memperkuat tuduhan pada Harsa Anggara."Mata tajam Rahadian lantas menatap anak buahnya di balik kacamata yang ia pakai."Bagus. Jangan sampai dia bisa lolos dan keluar dari penjara.""Saya bisa jamin itu Tuan."Rahadian menyeringai puas. Sebuah amplop coklat berisi banyak uang lekas di rogohnya dalam laci meja kerja."Ini bayaran untuk mu."Sama halnya seperti Rahadian. Si anak buah tampak sumringah setelah upahnya berhasil berpindah tangan padanya."Terima kasih Tuan.""hm." Rahadian mengangguk sebelum kembali menambahkan, "Jangan bersantai dulu, sekarang aku punya tugas lain untuk mu.""Apa itu?" Tanya si anak buah penasaran.Setelah berhasil menjebak anjing ke dalam kandangnya, tentu Rahadian tidak akan lengah dan membiarkan seseorang datang untuk melepas anjing itu. Maka, dengan segala kuasanya Rahadian akan mengerahkan segala cara supaya Sera tidak bersikeras datang lagi pada lelaki bernama Harsa itu.•••>"Sera mana
"Kenapa mereka sangat lama?" Tanya Sera. Dia bahkan sudah mengganti gaun dengan pakaiannya yang semula, tapi kenapa Ibunya tak kunjung datang juga?Jason menghembus nafas kasar. Sejak tadi dia juga sudah jenuh menunggu terlalu lama."Mungkin mereka sudah pulang.""Apa?" Sera menoleh cepat. Mana mungkin mereka tega meninggalkan dia dan Jason begitu saja."Gak mungkin." Ujar Sera."Lebih gak mungkin lagi kalau mereka mencari jas untukku selama ini. ini sudah nyaris dua jam, Sera."Sorot mata Jason tampak penuh keyakinan. "Sepertinya kita di jebak supaya kita pulang berdua."Sera terhenyak..Astaga, bahkan Ibunya juga sama saja dengan sang Ayah."Lebih baik kita pulang saja Sera. Gak ada gunanya lagi menunggu disini."Jason beranjak dari duduknya, "Ayo, biar ku antar kamu pulang."Sera terdiam sejenak, sesaat kemudian dia ikut berdiri dan mengekor mengikuti langkah Jason di depannya. Sera bersumpah, setelah ini dia harus menuntut penjelasan dari Ibunya. Dia tidak suka di perlakukan seen
Desas desus adanya undangan dari Sera ternyata bukan hanya bualan belaka. Kertas berdesain mewah berisikan nama Sera dan Jason kini tampak sudah tergeletak rapi di atas meja ruang mekanik. "Lo masih gak bisa hubungin Harsa, Tam?" Salah satu rekan menepuk pundaknya. Hari ini sudah lewat dari hari cuti Harsa berakhir. Tapi lelaki itu masih belum terlihat masuk kerja lagi. "Belum To.." Yanto mengembus nafas pelan, sedikitnya juga dia merasa iba mendengar kabar mengejutkan tentang pernikahan Sera. "Kenapa lo gak coba samperin dia ke rumahnya? Siapa tau dia lagi butuh dukungan." Katanya. Di tinggal menikah itu bukanlah perkara sepele. Dan jangan sampai karena hal ini teman mereka sampai kehilangan kewarasan. "Gue gak tau rumah dia dimana." Jawab Tama. "Lo kan bisa tanya ke personalia. Siapa tau disana ada berkas profilnya Harsa." Oh, benar juga, pikir Tama. Bisa-bisanya dia baru ingat. "Kalau gitu gue bakal coba, thanks ya To.." Yanto mengangguk menanggapi dan membiarka
Seorang petugas mendatangi sel Harsa untuk memberikan jatah makan. Bibirnya menyeringai menatap Harsa seolah mengasihani. "Sudah dengar berita hari ini?" Si petugas memberikan wadah nasi Harsa sedikit kasar. Kening Harsa sontak berkedut kesal. "Beritahu saya bagaimana caranya saya bisa tau kabar berita jika saya hanya berdiam diri di sel saja?" Sindir Harsa. Memangnya petugas itu tidak punya otak? Sudah jelas Harsa jauh dari media seperti tv, ponsel dan yang lain. Bagaimana dia bisa tau apa-apa yang terjadi di luar sana? "Pacar mu namanya Sera kan?" Harsa melirik cepat. "Dari mana anda tau? Apa dia datang kemari untuk berkunjung?" Bola mata Harsa berbinar penuh harap. Sampai saat ini Harsa masih meyakini diri bahwa kekasihnya akan kembali. Petugas itu mendengkus remeh, "Aku tau dari petugas yang mengawal mu sampai kemari." Katanya, tak lama dia pun melanjutkan, "Dan apa tadi? berkunjung? buat apa?" Demi Tuhan, ekspresi wajahnya saat ini benar-benar menyebalkan. Andai
"Kenapa mereka sangat lama?" Tanya Sera. Dia bahkan sudah mengganti gaun dengan pakaiannya yang semula, tapi kenapa Ibunya tak kunjung datang juga?Jason menghembus nafas kasar. Sejak tadi dia juga sudah jenuh menunggu terlalu lama."Mungkin mereka sudah pulang.""Apa?" Sera menoleh cepat. Mana mungkin mereka tega meninggalkan dia dan Jason begitu saja."Gak mungkin." Ujar Sera."Lebih gak mungkin lagi kalau mereka mencari jas untukku selama ini. ini sudah nyaris dua jam, Sera."Sorot mata Jason tampak penuh keyakinan. "Sepertinya kita di jebak supaya kita pulang berdua."Sera terhenyak..Astaga, bahkan Ibunya juga sama saja dengan sang Ayah."Lebih baik kita pulang saja Sera. Gak ada gunanya lagi menunggu disini."Jason beranjak dari duduknya, "Ayo, biar ku antar kamu pulang."Sera terdiam sejenak, sesaat kemudian dia ikut berdiri dan mengekor mengikuti langkah Jason di depannya. Sera bersumpah, setelah ini dia harus menuntut penjelasan dari Ibunya. Dia tidak suka di perlakukan seen
"Bagaimana?""Aman Tuan. Saya sudah atur beberapa orang untuk memperkuat tuduhan pada Harsa Anggara."Mata tajam Rahadian lantas menatap anak buahnya di balik kacamata yang ia pakai."Bagus. Jangan sampai dia bisa lolos dan keluar dari penjara.""Saya bisa jamin itu Tuan."Rahadian menyeringai puas. Sebuah amplop coklat berisi banyak uang lekas di rogohnya dalam laci meja kerja."Ini bayaran untuk mu."Sama halnya seperti Rahadian. Si anak buah tampak sumringah setelah upahnya berhasil berpindah tangan padanya."Terima kasih Tuan.""hm." Rahadian mengangguk sebelum kembali menambahkan, "Jangan bersantai dulu, sekarang aku punya tugas lain untuk mu.""Apa itu?" Tanya si anak buah penasaran.Setelah berhasil menjebak anjing ke dalam kandangnya, tentu Rahadian tidak akan lengah dan membiarkan seseorang datang untuk melepas anjing itu. Maka, dengan segala kuasanya Rahadian akan mengerahkan segala cara supaya Sera tidak bersikeras datang lagi pada lelaki bernama Harsa itu.•••>"Sera mana
Di sepanjang jalan ke rumah Sera merasakan rasa bersalah yang luar biasa. Bagaimana tidak? Tanpa adanya satu kata, Sera harus meninggalkan keluarga Harsa tanpa kabar. Apa yang akan di pikirkan Harsa tentang sikapnya ini nanti?"Besok malam kita akan melakukan pertemuan. Jangan coba buat kabur lagi Sera."Sera menoleh, "pertemuan apa Ayah?"Pertemuan dengan calon suamimu.Punggung yang sebelumnya layu mendadak tegak dalam sekali waktu, "Calon suami?" Tanyanya."Kenapa? Bukankahkah Ayah pernah mengatakan hal ini sebelumnya? seharusnya kamu gak perlu kaget lagi Sera." Ujar Rahadian. Dari awal dia sudah menduga bahwa anaknya itu akan lupa. Mengingat info tentang Sera memiliki kekasih di tempat kerjanya."Jadi ini maksud Ayah dari persiapan masa depan aku? Tapi kenapa harus secepat ini Ayah?" Ucap Sera tak terima."Kamu pikir Ayah bisa beri waktu kamu lagi setelah kejadian ini?" Tatapan Rahadian begitu tajam dan menohok. Buat emosi Sera yang tadinya naik jadi mereda seketika."Jangan buat
Sera dan kedua orang tua Harsa beranjak dari duduknya ketika melihat Harsa keluar dari ruang rawat. Disana hati Sera mencelos melihat bagaimana kedua tangan Harsa telah di borgol oleh pihak petugas."Mas.." Sera bergumam. Bola matanya bergetar menatap tak tega pada kekasihnya."Sera.."Keduanya lantas mengambil langkah mendekat. Tentu masih dengan pengawalan yang ketat."Mas.. kenapa bisa jadi begini?" Air mata Sera nyaris tumpah. Ternyata dia tidak sekuat itu menghadapi Harsa.Andai tidak ada orang lain selain mereka mungkin Sera sudah menangis meraung dalam dekapan kekasihnya."Aku juga gak tau.." Lirih Harsa. Ada rasa sesal dalam dada ketika melihat kekasihnya harus melihat dia dalam keadaan buruk seperti ini.Harsa menunduk dalam. Merasa malu pada diri sendiri dan orang-orang terkasihnya."Mas..aku yakin kamu gak bersalah. Kamu pasti lagi di fitnah oleh orang tidak bertanggungjawab."Harsa mengangguk dalam diam. Setitik air matanya kini lolos begitu saja.Dengan tegar Sera menghap
"Engga pak, gak mungkin anak saya melakukan semua itu!!""Tapi saksi dan bukti sudah jelas Bu, anak anda adalah tersangka."Tangis Ranti pecah seketika. Dalam sekejap anaknya sudah di tuduh melakukan hal tercela. Bagaimana bisa dia percaya? Harsa adalah anaknya. Dia tahu betul bagaimana perangai sang anak. Jangankan untuk melecehkan orang, menyentuh barang sedikit saja dia tidak akan berani.Apalagi yang di sentuh itu adalah orang asing."Sudah bu, kita tunggu saja sampai Harsa siuman."Harsa yang saat itu pingsan langsung di bawa warga menuju ke klinik terdekat. Di saat yang sama mereka memanggil aparat untuk mengurus segala permasalahan.Ranti dan Mulyo lantas kembali mengambil duduk di kursi yang tersedia, dimana Sera sejak tadi sudah menunggu disana."Gimana Bu, Pak?"Sera adalah satu dari sekian orang yang menolak apa yang di tuduhkan pada Harsa. Tentu saja, setidaknya Sera sudah mengenal dekat Harsa dan tidak mungkin kekasihnya berbuat hal kotor semacam itu.Ranti menggeleng pas
Dua jam sudah anak buah Rahadian sampai di alamat rumah Harsa, dan sudah selama itu pula mereka menguntit tak jauh dari kediaman yang katanya milik kekasih dari putri sang Tuan.Beberapa infomasi baru serta foto pun tak lupa mereka kirim pada Rahadian sebagai bukti bahwa sejauh ini mereka telah bekerja dengan baik.'Kerja bagus, sekarang kalian boleh kembali.'"Ya Tuan?"Salah satu dari mereka coba memastikan bahwa mereka tak salah dengar.'Tugas kalian selesai, kalian boleh kembali. Soal anak saya, biar saya yang urus sendiri.'Karena rupanya Rahadian memiliki rencana yang menurutnya lebih 'menyenangkan' untuk ia beri pada kedua sejoli itu.•••"Jason sudah punya pacar Pa.""Jason, bukankah Papa sudah bilang? Kamu itu sudah Papa jodohkan dengan putri kolega Papa. Kenapa kamu masih aja jalin hubungan sama perempuan lain?"Jason menatap Papanya tak percaya. Awalnya ia pikir semua hanya lelucon belaka. Ia tahu, Papanya itu memang begitu sering membicarakan tentang putri koleganya itu. D
Harsa dan Sera baru sampai di rumah setelah menyempatkan diri mengunjungi salah satu Kakak Harsa yang tinggal di Desa sebelah.Keduanya tampak sangat senang, dilihat dari wajah mereka yang penuh senyum cerah."Ponakan mu lucu ya mas.." Ucap Sera setelah turun lebih dulu dari motor matic kesayangan Harsa."Iya, gemesin yang.."Sera terkekeh geli, "Aku jadi bayangin deh, kalau nanti kita punya anak, anak kita mirip siapa ya?" Celetuk Sera. Gadis itu tampak menerawang jauh pada angan-angannya tanpa menyadari wajah Harsa yang sudah memerah.Entah kenapa dia belum terbiasa memikirkan hal sejauh itu. Makanya sekarang Harsa malah merasa malu."Kok diem mas?" Sera menoleh ketika tak kunjung mendapat respon dari Harsa.Lelaki itu refleks menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ya aku mana tau yang..." Katanya.Sera sontak merengut, "Kamu tuh..""Hehehe..." Harsa hanya bisa nyengir lalu memutuskan untuk masuk ke rumah meninggalkan Sera satu langkah di belakang."Harsa pulang bu..."Salam Harsa lan