“Apa dia mencintaiku atau hanya menjadikanku mainan saja.”
“Atau dia ingin memanfaatkan aku?”
“Atau-”
Cinta menggeleng-gelengkan kepalanya sangat cepat lalu memukul-mukul berulang kali untuk membuang segala pikiran buruk yang menari dalam benaknya.
“Tidak, dia pria yang baik. Tidak ada gunanya dia berbuat jahat padaku sedang dia bisa mendapatkan yang lebih baik seratus kali lipat dari aku,” pungkas Cinta mengeluarkan beberapa lembar pakaian dan perintilannya yang akan dibawa.
Setengah jam semua telah selesai, begitupun dengan Cinta yang siap dengan pakaian santai khas orang yang akan liburan.
***
Sepanjang perjalanan tak banyak yang mereka bicarakan, keduanya dilanda kecanggungan yang teramat sangat.
“Ini Villanya?” tanya Cinta keluar dari mobil seraya merenggangkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Semalaman dalam perjalanan cukup menguras tenaganya.
Sebenarnya perjalanan bisa menjadi menyenangkan kalau dia dan Abizar tidak kaku. Sehingga meletakkan pembatas agar tidak bersentuhan.
Pak Mamat, sopir keluarga Abizar saja sepanjang perjalanan menahan tawa. Lucu dan aneh dengan tingkah majikannya yang pengantin baru namun mirip pasangan pisah ranjang.
“Iya, ayo masuk.”
Ajak Abizar berjalan terlebih dahulu sama sekali tidak peduli dengan Cinta yang masih ingin menikmati udara sejuk yang jarang didapatnya.
Matahari merangkak naik, menebar kehangatan malu-malu untuk menyingsing embun pagi.
“Dasar tuan es.” sinis Cinta menyipitkan matanya dan mengejar Abizar yang telah berada di dalam.
Cinta takjub pada bangunan dua lantai yang terbuat dari kayu kualitas terbaik di daerah ini. Kesan pedesaan dan alami sangat terasa dengan dilengkapi dengan hiasan yang hampir tujuh puluh persen menggunakan bahan dasar kayu.
“Wah keren, kalau tinggal disini selamanya aku juga betah,” gumam Cinta yang teka berhenti memuji bangunan yang akan di huninya untuk satu minggu kedepan.
Abizar duduk di sisi ranjang menunggu kedatangan sang istri.
Senyumnya mengembang ketika orang yang ditunggu menyembul dari balik pintu.
Sedang Cinta perasaannya menjadi tak karuan saat melihat senyum Abizar yang sulit diartikan.
“Kemana saja? Kamu suka tempat ini? Kalau kurang suka masih ada dua villa lain yang bisa pilihan,” tanya Abizar datar.
“Suka, aku hanya melihat-lihat lantai bawah. Untuk apa memangnya orang kaya seperti kalian memiliki banyak tempat tinggal toh, pada akhirnya yang ditempati hanya satu. Apa tidak mubazir?” cerocos Cinta polos.
Abizar menunduk menyembunyikan senyum, istri pilihan ibunya ini sangat polos dan tidak tergila-gila pada harta. Padahal jika dia bisa berpikir sedikit lebih maju, jelas tempat ini ada manfaat, salah satunya disewakan.
Jadi ini salah satu alasan mengapa orang tuanya terutama sang mama memaksanya untuk menikahi dan belajar mencintai Cinta.
“Tolong ma, jangan paksa aku menikahi gadis sama sekali tidak aku kenal,” tolaknya kala itu.
Mama Rahayu telah mengenal baik calon menantunya tidak menggubris permintaan putra. Keputusannya telah bulat ditambah dukungan dari sang suami, Kristianto Dewandra.
“Suka atau tidak suka kamu harus menikahinya, soal cinta akan muncul seiring berjalannya waktu. Setelah menikah nanti kalian bisa saling mengenal satu sama lain. Mama paham rasanya menikah dengan orang yang tidak dicintai. Jadi selama cinta itu belum hadir kalian tidak perlu melakukan hubungan suami istri. Mama bukan mengajarkan tidak baik hanya saja jangan sampai itu terjadi karena suatu keterpaksaan.
“Mas!!” seru Cinta dengan suara yang sedikit kuat sebab dua kali dipanggil Abizar tetap diam larut dalam lamunan sampai.
Abizar sedikit terlonjak mendengar teriakan melengking wanita yang setahun belakang resmi menyandang gelar istri. Tetapi satu jengkal pun belum pernah menyentuh apalagi untuk lebih.
“Mas mikirin apa? Atau mas menyesal membawaku kesini?” tanya Cinta beruntun.
“Menyesal?” alis pria tinggi besar itu menaut lalu sejurus kemudian terangkat sebelah.
Giliran Cinta yang terlonjak pada sikap Abizar yang dalam hitungan detik bisa berubah dengan mudahnya.
Gadis itu mundur beberapa langkah dan memegang erat tas selempang yang talinya melintang di tubuhnya.
“Jangan macam-macam,” ujarnya terbata-bata.
Abizar hanya menggeleng dan semakin melengkungkan bibir untuk menciptakan senyum yang sulit dimaknai.
“Aku teriak ne.” telunjuk Cinta mengarah Abizar yang kini mengubah posisi berdiri dan siap melangkah.
Cinta semakin ketakutan saat kaki kokoh Abizar mulai mengikis jarar mereka. Bayangan suatu yang akan terjadi membuat Cinta ketakutan.
Dia memang telah rela tubuhnya untuk Abizar namun bukan seperti ini caranya. Ini menakutkan dan mengerikan.
“Awas!! Orang mau lewat.”
Abizar menggeser tubuh Cinta yang menghalangi jalannya.
“Makanya itu otak dicuci bersih biar tidak kotor. Dalam sini pasti isinya sangat jorok,” bisik Abizar tepat ditelinga Cinta. Mulut Cinta terbuka sempurna mendengar bisikan Abizar yang terkesan mengejek. Tangannya menggelap sisi kiri kepalanya bekas telunjuk Abizar menempel. “Cinta, apa yang sedang kau pikirkan hingga mempermalukan diri sendiri seperti ini,” umpatnya setelah mendengar daun pintu tepat di belakangnya ditutup. Cinta memutuskan untuk beristirahat setelah menyantap hidangan yang disediakan oleh penjaga villa. Orang tua Abizar membayar sepasang suami istri untuk menjaga dan merawat setiap villa milik mereka. Suami sebagai tukang kebun dan istri sebagai pelayan dan juru masak jika ada yang berkunjung. Petang harinya baru Cinta merengek pada Abizar untuk jalan-jalan sekitar kampung. Hati Abizar sangat bahagia melihat Cinta yang antusias dan bersemangat saat keinginan berkeliling di turuti. Tidak peduli harus mengenakan sepeda ontel sebagai penyambung kaki agar tidak terl
Bulir bening lolos pada kedua ujung mata Cinta saat penyatuan mereka terjadi. Resmi sudah dirinya menjadi nyonya Abizar bersamaan dengan hilang harapan untuk menggapai rasa yang sampai detik ini tetap bersemayam utuh di hati. Derit ranjang dan deru nafas yang memburu melebur peluh yang menetes dalam dinginnya malam. Keduanya larut dalam hanyut dalam surga dunia yang hanya akan menjadi pahala saat di lakukan oleh pasangan halal. Abizar mengecup dahi Cinta penuh kasih dan kelembutan usai mereka meraih suatu kepuasan hanya bisa dirasa tanpa bisa diungkapkan. “Terima kasih, telah memberikan segalanya untuk mas. Mas berjanji selama kamu tidak mengundang badai dalam rumah tangga kita maka kamu akan menjadi wanita paling berbahagia di dunia ini,” ungkap Abizar memantapkan hati dalam pernikahan yang memang telah ditakdirkan untuknya. Cinta mengangguk dan menyembunyikan kepalanya dalam dada bidang yang mulai hari ini dan selamanya akan selalu menjadi tameng pelindung. “Maaf, aku masih bela
Beberapa hari sebelumnya.Cinta sedang terburu-buru tanpa sengaja menabrak seseorang mengenakan pakaian loreng-loreng. Pandangan mereka bertemu, untuk beberapa detik keduanya sama-sama mematung.Sadar siapa yang ada depannya dua pasang netra tampak berkaca-kaca. Sorot yang tetap sama dengan sepuluh tahun lalu penuh cinta dan kehangatan.“Cinta.”“Ryan.”Secara bersamaan keduanya menyebutkan nama.Bayang-bayang indah masa muda yang melenakan kini tengah membuai sepasang anak manusia yang sempat melukiskan kisah yang sama dalam satu nota.Cinta segera membuang wajah ketika sadar ini salah, dan bukan waktu untuk bernostalgia.“Maaf aku harus segara pergi, senang bisa bertemu denganmu. Salam untuk anak dan istrimu,” ujar Cinta mengakhiri suatu yang di sadari sangat salah.Tubuh langsing dan masih terlihat awet muda itu berbalik namun, baru saja akan melangkah tangan kokoh Ryan menarik lengannya.“Tunggu sebentar, aku hanya ingin memandangmu beberapa saat,” pintanya penuh harap.“Maaf aku
Cinta sedikit terjingkat saat sang suami menyapa sebab pikirannya masih berkelana entah kemana. Namun dia berhasil menguasai keadaan dengan berhambur menenggelamkan wajahnya dalam dada bidang yang dua hari ini keluar kota.“Mas, kangen,” katanya manja.“Mas bahkan sampai termimpi-mimpi saking kangennya,” balas Abizar yang sengaja tidak membalas pelukan sang istri.“Kangen, kok tidak di peluk, mau di peluk.”Abizar mengecup semua bagian tubuh Cinta yang bisa di kecup melepaskan rasa rindu yang mengebu dua hari ini.Tangan nakal Cinta langsung menuju area terlarang dan membuat Abizar menarik nafas dalam ingin segera menariknya kedalam kamar.“Tangannya nakal ya.” Abizar mengeratkan rengkuhannya.“Maaf terbiasa.” Cinta tergelak tanpa berniat menciptakan jarak antara mereka.“Anak-anak sudah tahu kalau ayah mereka sudah pulang?” tanya Cinta baru menyadari sejak pulang tadi tidak melihat kehadiran anak-anak.“Mereka tadi izin keluar sama bibi ke mini market”“Jadi mas duduk disini karena f
Ryan mengepal tangan erat dan menghantamkan pada tembok. Balasan Cinta yang terakhir lumayan membuat nyalinya menciut. Rasa cinta pada Cinta memang tidak berubah namun untuk menyakit Lila sang istri dia tidak tega. Biar bagaimana pun dia tidak ingin Lila sampai sakit hati dan terluka. Susah payah dia dapatkan hati dan Cinta wanita itu lima enam tahun lalu. Sampai-sampai dia harus bolak balik antar pulau demi menaklukan hati gadis paling cantik dikampung pada eranya. “Aku harus gunakan cara lain untuk menaklukan hatimu kembali tanpa perlu kehilangan Lila. Baiklah untuk beberapa hari ini aku akan bebaskanmu, setelah aku dapat ide baru aku muncul kembali,” geramnya kembali menghantam tembok untuk kedua kalinya. Rekan satu jadwal denganya hanya menggeleng dan tersenyum sinis. “Ini nih akibat masa muda kurang puas, mantan sudah punya anak empat saja di uber-uber,” ledek Fajri. “E
Perasan Cinta gelisah tidak menentu, yang di rumah hanya raga sedang hati dan pikiran terbang jauh di angkasa. Pertemuan tak disengaja dan teror pesan berantai yang dikirim Ryan berhasil mengusik ketenangan hidupnya. Perlahan kehangatan dan rasa cinta pada Abizar memudar. Hari yang selalu penuh warna kini jadi hitam putih dan hampa. Sebagai wanita tahu terima kasih Cinta tetap bersikap biasa saja. Dia tidak ingin mengecewakan Abizar yang telah meratukannya. Terlalu kejam dan sadis andaikata dia sampai pergi dan memilih Ryan yang jelas-jelas saat ini telah menjadi suami orang. Entah apa yang terjadi jika saja pasangan mereka sampai tahu sepak terja
Sudah dari tiga puluh menit yang lalu Abizar memperhatikan sang istri yang sedang menyiram taman samping. Wanitanya itu sedang melamun, entah apa yang mengusik pikirannya belakangan.Abizar menutup berkas terakhir yang baru akan diperiksanya dan memutuskan mendatangi sang istri. Sebagai suami dia tidak ingin melihat istrinya bersedih, selama ini segala usaha dilakukan untuk membahagiakannya.Jika kemurungan itu oleh seorang maka dia tidak akan pernah tinggal diam, ada harga yang harus orang itu bayar karena telah membuat wanitanya bersedih.“Sayang, mas ingin kamu jujur, apa, mengapa dan siapa yang telah membuat kamu murung dan lebih banyak melamun belakangan ini?” tanya Abizar to the point sehingga mengagetkan Cinta yang sedang membayangkan masa-masa cinta monyetnya bersama Ryan.Ryan yang terus mengusiknya sedikit demi sedikit berhasil mengalihkan jalan pikirannya.“Tidak ada mas, aku hanya memperhatikan bunga-bunga itu, alangkah enaknya menjadi mereka.” Cinta mengulas senyum menata
Lyla menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya, dia baru saja selesai menjalani kewajibanya. Namun, hatinya terasa hancur lebur ini pertarungan kedua dalam minggu ini dan setiap mencapai puncak suaminya selalu menyebut kata Cinta.Nalurinya sebagai istri mengatakan cinta yang dimaksud suaminya bukan dia melainkan nama gadis dalam masa lalunya. Sebelum memutuskan untuk menerima lamaran Ryan lima tahun lalu dia sempat mencari tahu siapa saja gadis yang pernah menjalin hubungan dengan Ryan.Dan dari sekian banyak gadis yang pernah dekat dan menjalin hubungan dengan Ryan hanya yang bernama Cinta cukup menarik perhatiannya. Dia juga mengetahui mereka punya kisah unik dan itu semua kakak adik Ryan yang menceritakannya.Entah sadar tau tidak Ryan menyebut Cinta, tetapi cukup menarik perhatiannya. Beribu pertanyaan berkecamuk dalam benak salah satunya, apakah suaminya kembali menjalin hubungan dengan wanita itu.Dia harus mencari tahu kebenarannya, sebelum semua terlanjur jauh. Karena bu
Cinta menatap dalam wanita cantik mengenakan gamis maroon dengan jilbab senada. Wanita yang menghubunginya dua hari lalu dan mengajak bertemu dengan alasan ada yang harus dibicarakan.“Aku harap kakak mengerti yang kurasakan. Jangan pernah berpikir untuk merusak rumah tanggaku,” tegas Lyla memecah kebungkaman.Cinta menautkan alis satu kata yang ada dalam benaknya saat ini, bingung. Jujur saja dia tidak paham dengan maksud wanita cantik di hadapannya. Sebab dari awal mengirim pesan dan akhirnya membuat janji bertemu wanita itu tidak memperkenalkan secara detail siapa dirinya.“Ma-maksudnya,” sahut Cinta tergagap.“Aku tidak mengerti apa yang kamu maksud, rumah tanggamu? Apa yang menjadikan alasan kamu mengira aku mengusik kehidupanmu, sedang kita baru saja bertemu saat ini??” kekeh Cinta merasa yang dikatakan wanita asing yang di hadapannya adalah lelucon.“Ah, aku lupa memperkenalkan diri padamu. Aku Lyla istri Ryan.” Lyla mengulurkan tangan memperkenalkan dirinya yang saking kesalny
“Tidak ini terlalu cepat,” gumam Abizar mematikan panggilan telepon yang baru terdengar satu kali tut.Cinta memang belakangan mengalami perubahan sikap namun tidak terlalu signifikan. Dia masih menjalankan kewajibannya sebagai ibu dan istri dengan baik.“Mungkin aku saja yang terlalu takut kehilangannya jadi terlalu parno dan berpikir yang tidak-tidak. Ah, maafkan suamimu ini Ta, terlalu curiga.” sesal Abizar yang telah berhasil berpikir jernih dan membuang pikiran buruk selama ini terhadap wanita yang telah menemaninya selama sepuluh tahun ini.Abizar kembali melanjutkan pekerjaan yang tertunda akibat pikiran buruk dan curiga pada sang istri.***[Apa kabar?][Sedang apa?][Aku tak bisa melupakan bayangan dirimu sejak pertemuan hari itu.]Dan ada banyak lagi pesan yang dikirim Ryan namun, tak satupun Cinta berniat membalasnya.Setiap pesan yang masuk akan segera dihapus, meski bertentangan dengan kehendak hati tetapi Cinta sadar siapa dia saat ini. Sangat tak pantas seorang wanita b
“Siapa Cinta?” gumam Lila, wanita beranak satu itu terus bertanya-tanya dalam hati tentang sosok yang bernama Cinta. Mustahil rasanya hanya sebatas kata-kata, pasti ada sosok yang bernama Cinta yang kemungkinan pernah hadir dalam kehidupan suaminya di masa lalu. Lyla menyesalkan mengapa dulu dia tidak mencari tahu seluk beluk masa lalu sang suami sebelum mereka memutuskan untuk menikah. “Cinta.” “Cinta.” Dalam setiap yang dikerjakan Lyla sepanjang hari ini bibirnya tak lepas menyebut kata Cinta. Kata yang sukses menyayat hati dan memunculkan banyak pertanyaan dalam benaknya. “Kenapa setelah lima tahun pernikahan kita muncul nama yang mengusik rumah tangga ini. Siapa Cinta, jika tidak ada di hatimu tak akan kau sebut dia dalam percintaan kita. Tidak, tidak Lyla, kau tak boleh lengah dan lemah. Singkirkan semua benalu yang mengusik ketenanganmu. Kau harus mencari tahu siapa Cinta.” Lyla mengambil gawai miliknya yang merupakan hadiah pernikahan kelima dari Ryan. Jempolnya lincah men
Lyla menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya, dia baru saja selesai menjalani kewajibanya. Namun, hatinya terasa hancur lebur ini pertarungan kedua dalam minggu ini dan setiap mencapai puncak suaminya selalu menyebut kata Cinta.Nalurinya sebagai istri mengatakan cinta yang dimaksud suaminya bukan dia melainkan nama gadis dalam masa lalunya. Sebelum memutuskan untuk menerima lamaran Ryan lima tahun lalu dia sempat mencari tahu siapa saja gadis yang pernah menjalin hubungan dengan Ryan.Dan dari sekian banyak gadis yang pernah dekat dan menjalin hubungan dengan Ryan hanya yang bernama Cinta cukup menarik perhatiannya. Dia juga mengetahui mereka punya kisah unik dan itu semua kakak adik Ryan yang menceritakannya.Entah sadar tau tidak Ryan menyebut Cinta, tetapi cukup menarik perhatiannya. Beribu pertanyaan berkecamuk dalam benak salah satunya, apakah suaminya kembali menjalin hubungan dengan wanita itu.Dia harus mencari tahu kebenarannya, sebelum semua terlanjur jauh. Karena bu
Sudah dari tiga puluh menit yang lalu Abizar memperhatikan sang istri yang sedang menyiram taman samping. Wanitanya itu sedang melamun, entah apa yang mengusik pikirannya belakangan.Abizar menutup berkas terakhir yang baru akan diperiksanya dan memutuskan mendatangi sang istri. Sebagai suami dia tidak ingin melihat istrinya bersedih, selama ini segala usaha dilakukan untuk membahagiakannya.Jika kemurungan itu oleh seorang maka dia tidak akan pernah tinggal diam, ada harga yang harus orang itu bayar karena telah membuat wanitanya bersedih.“Sayang, mas ingin kamu jujur, apa, mengapa dan siapa yang telah membuat kamu murung dan lebih banyak melamun belakangan ini?” tanya Abizar to the point sehingga mengagetkan Cinta yang sedang membayangkan masa-masa cinta monyetnya bersama Ryan.Ryan yang terus mengusiknya sedikit demi sedikit berhasil mengalihkan jalan pikirannya.“Tidak ada mas, aku hanya memperhatikan bunga-bunga itu, alangkah enaknya menjadi mereka.” Cinta mengulas senyum menata
Perasan Cinta gelisah tidak menentu, yang di rumah hanya raga sedang hati dan pikiran terbang jauh di angkasa. Pertemuan tak disengaja dan teror pesan berantai yang dikirim Ryan berhasil mengusik ketenangan hidupnya. Perlahan kehangatan dan rasa cinta pada Abizar memudar. Hari yang selalu penuh warna kini jadi hitam putih dan hampa. Sebagai wanita tahu terima kasih Cinta tetap bersikap biasa saja. Dia tidak ingin mengecewakan Abizar yang telah meratukannya. Terlalu kejam dan sadis andaikata dia sampai pergi dan memilih Ryan yang jelas-jelas saat ini telah menjadi suami orang. Entah apa yang terjadi jika saja pasangan mereka sampai tahu sepak terja
Ryan mengepal tangan erat dan menghantamkan pada tembok. Balasan Cinta yang terakhir lumayan membuat nyalinya menciut. Rasa cinta pada Cinta memang tidak berubah namun untuk menyakit Lila sang istri dia tidak tega. Biar bagaimana pun dia tidak ingin Lila sampai sakit hati dan terluka. Susah payah dia dapatkan hati dan Cinta wanita itu lima enam tahun lalu. Sampai-sampai dia harus bolak balik antar pulau demi menaklukan hati gadis paling cantik dikampung pada eranya. “Aku harus gunakan cara lain untuk menaklukan hatimu kembali tanpa perlu kehilangan Lila. Baiklah untuk beberapa hari ini aku akan bebaskanmu, setelah aku dapat ide baru aku muncul kembali,” geramnya kembali menghantam tembok untuk kedua kalinya. Rekan satu jadwal denganya hanya menggeleng dan tersenyum sinis. “Ini nih akibat masa muda kurang puas, mantan sudah punya anak empat saja di uber-uber,” ledek Fajri. “E
Cinta sedikit terjingkat saat sang suami menyapa sebab pikirannya masih berkelana entah kemana. Namun dia berhasil menguasai keadaan dengan berhambur menenggelamkan wajahnya dalam dada bidang yang dua hari ini keluar kota.“Mas, kangen,” katanya manja.“Mas bahkan sampai termimpi-mimpi saking kangennya,” balas Abizar yang sengaja tidak membalas pelukan sang istri.“Kangen, kok tidak di peluk, mau di peluk.”Abizar mengecup semua bagian tubuh Cinta yang bisa di kecup melepaskan rasa rindu yang mengebu dua hari ini.Tangan nakal Cinta langsung menuju area terlarang dan membuat Abizar menarik nafas dalam ingin segera menariknya kedalam kamar.“Tangannya nakal ya.” Abizar mengeratkan rengkuhannya.“Maaf terbiasa.” Cinta tergelak tanpa berniat menciptakan jarak antara mereka.“Anak-anak sudah tahu kalau ayah mereka sudah pulang?” tanya Cinta baru menyadari sejak pulang tadi tidak melihat kehadiran anak-anak.“Mereka tadi izin keluar sama bibi ke mini market”“Jadi mas duduk disini karena f
Beberapa hari sebelumnya.Cinta sedang terburu-buru tanpa sengaja menabrak seseorang mengenakan pakaian loreng-loreng. Pandangan mereka bertemu, untuk beberapa detik keduanya sama-sama mematung.Sadar siapa yang ada depannya dua pasang netra tampak berkaca-kaca. Sorot yang tetap sama dengan sepuluh tahun lalu penuh cinta dan kehangatan.“Cinta.”“Ryan.”Secara bersamaan keduanya menyebutkan nama.Bayang-bayang indah masa muda yang melenakan kini tengah membuai sepasang anak manusia yang sempat melukiskan kisah yang sama dalam satu nota.Cinta segera membuang wajah ketika sadar ini salah, dan bukan waktu untuk bernostalgia.“Maaf aku harus segara pergi, senang bisa bertemu denganmu. Salam untuk anak dan istrimu,” ujar Cinta mengakhiri suatu yang di sadari sangat salah.Tubuh langsing dan masih terlihat awet muda itu berbalik namun, baru saja akan melangkah tangan kokoh Ryan menarik lengannya.“Tunggu sebentar, aku hanya ingin memandangmu beberapa saat,” pintanya penuh harap.“Maaf aku