Orion tak menyia-nyiakan sedetikpun waktu di Chestertown. Satu-satunya gereja tua yang ada di kota kecil itu tampak sepi. Sudah berdiri sejak ratusan tahun silam, bangunan tempat ibadat itu masih berdiri megah dan sangat terawat. Kapasitasnya hanya beberapa ratus umat untuk sekali kebaktian. Siang hari ini ruangan utamanya nan megah dengan langit-langit tinggi tampak kosong. Cahaya matahari masuk menerangi interior dari jendela-jendela kaca panjang berhias kaca berwarna ornamental di setiap sisi.
Pernikahan Orion dengan Lady Rosemary beberapa hari silam tidak dilaksanakan di sini. Lady Rose menggelarnya di main hall kompleks Delucas 'dengan alasan privasi dan keamanan', pernikahan yang digelar tertutup itu tidak seperti sosialita kota lainnya. Saat itu Orion dan ibunya Lady Magdalene setuju-setuju saja, mereka juga tak ingin menggembargemborkan semua yang terjadi. Tak ada seorangpun sahabat dan teman keluarga Brighton yang diundang. Pengumuman pernikahan me
'Kira-kira, ke mana Orion pergi? Dari tadi pagi saja kata-katanya saat kami sarapan sangat mencurigakan. Pasti ada sesuatu yang sangat penting.' "Anda tampaknya mengetahui sesuatu, Nona Maharani Cempaka?" Pertanyaan dokter Kenneth tiba-tiba mengusik Maharani yang masih hanyut dalam pikirannya sendiri. Gadis itu gelagapan, terburu-buru menyahut, "Oh, absolutely not. Aku hanya sedang memikirkan bahan pelajaran Bahasa Evernesia selanjutnya, Dokter, eh maaf, Kenneth!" Kenneth tersenyum manis, berusaha untuk tetap tampil simpatik di hadapan wanita muda Evernesia yang diam-diam dijadikan 'target misi rahasianya' ini. "Sungguh aku kagum! Anda seorang wanita muda yang rajin dan cerdas, tak hanya cantik! Berada di tempat sesunyi dan sejauh ini tentu sangat berat bagi gadis seusia Anda, Nona Rani Cempaka! Jauh dari teman sebangsa dan keluarga!" Rani tak semudah itu juga diberi pujian gombal. "Uh, tidak juga, Dok. I like... uh, this place, a lot. It really feels like a long vacation for me!"
"Tetapi, Tuan Orion, tidakkah hal itu sangat riskan? Apabila Lady Rosemary sampai tahu semua ini, saya sangat khawatir ia takkan bisa menerima semuanya lalu nekat berbuat apa saja yang ia inginkan!" peringat Reverend James, "Beliau memiliki uang, kuasa serta segalanya yang ia inginkan! Andaikan saja seperti ini; kota ini bisa menjadi miliknya jika 'istri' Anda mau!" "Bagaimana dengan tindakannya yang menikah denganku secara demikian, bukankah itu juga di luar pengetahuan dan perjanjian dengan ibuku? Ya, ibuku sekarang harus tahu mengenai semua ini. Rev. James, kumohon Anda menyimpan dulu semua rahasia ini! Pada waktunya aku akan kembali menghubungi Anda!" "Saya berjanji demi Tuhan, Tuan Orion! Perbuatan Lady Rosemary memang tak dapat dibenarkan, walaupun saat ini kita belum bisa berbuat apa-apa. Kita belum tahu jelas ada apa di antara Tuan Edward Bennet dan 'istri' Anda. Berhati-hatilah. Semoga kebenaran segera terungkap dan krisis kesehatan di Ever
"What? Me-me-menikahiku?" Rani hampir saja menumpahkan kopi hangat dalam cangkir yang sedang ia genggam. "Aku sedang bermimpi indah atau malah buruk, 'sih? Kau pasti hanya bercanda! Tidak lucu, tahu! Atau... serius?" Membayangkan bisa bersama pemuda setampan dan semenarik Orion saja membuat Rani grogi setengah mati, apalagi diajak menikah secepat ini! Belum lagi jika mereka bermalam pertama, sungguh tak terbayangkan olehnya. "Iya, seratus persen serius!" Orion tersenyum, deretan giginya yang rapi putih bagaikan mutiara selalu menghipnotis mata Rani. Ia lanjut berbisik sepelan mungkin bak seorang mata-mata sedang membocorkan rahasia besar, "Aku baru saja berhasil menemukan beberapa petunjuk sekaligus sebuah fakta penting jika aku dan Rose sesungguhnya belum 'sungguh-sungguh menikah!" Pemuda itu berbisik perlahan sekali di telinga Rani, "It's a sad, yet happiest fact. I'm still a singleton. Not really a married man like the world already knew. Pernikahanku yang baru beberapa hari ini ta
Orion, Rani dan Grace segera bergabung dengan beberapa belas orang yang sedang takzim mengikuti perkembangan berita terbaru di televisi. Tak seorangpun bicara atau berbisik-bisik, semua mata nyaris tak berkedip menatap layar LED besar super tajam, sementara telinga mereka mendengarkan setiap kata sang reporter yang berbicara dengan nada serius. "Everlondon dilaporkan dalam ancaman bahaya besar setelah beberapa pasien pembawa infeksi virus misterius Everance terbukti menyusup ke dalam ruang kargo sebuah pesawat yang mendarat di bandara. Belum diketahui mengapa pasien yang belum lama ini menghilang dari Pharez sampai bisa berada di dalam pesawat itu, diduga keras mereka telah tertular dan masuk sebelum diadakan 'lockdown'. Setelah berhasil dilacak dan 'dilumpuhkan' oleh yang berwajib, jumlah dan keberadaan pasti sisa-sisa 'kawanan' mereka hingga kini belum diketahui. Jasad mereka kini masih diteliti oleh tim EHO untuk kemudian akan dimusnahkan, karena dinyatakan 'sangat menular'. Virus
"Apa ya? Pokoknya rahasia. Itulah yang kusebut tadi hal kecil yang sudah kurencanakan. Asal kau mau saja, aku tak memaksa. Bagaimana, apakah kau sudah siap untuk mengetahui 'rahasia'-ku?" Orion mendekat hingga bibir tipisnya hampir menyentuh telinga Rani. Napasnya terasa hangat, menimbulkan desir aneh yang semakin membuat gadis itu gelisah tak menentu. Sang pemuda memastikan hanya mereka berdua yang tahu saat dibisikkannya sebuah kalimat rahasia. Rani berangsur-angsur merona mendengarnya. Pipinya berubah warna dari merah jambu hingga nyaris merah padam! "Bagaimana?" Orion sedikit menjauh, tersenyum menikmati perubahan yang ia timbulkan lewat kalimat rahasianya itu. 'Duh, gadis Everasia memang sangat manis dan jujur jika tersipu-sipu, tak seperti wanita Everopa yang cenderung menutupi dengan penuh percaya diri.' "Ta-ta-tapi, jika begitu, apakah suatu hari nanti takkan ketahuan oleh 'istri' dan anak-anak sambungmu?" Rani memberanikan
"Thanks, but no, thanks a lot for your kind offer, Doctor!" Rani masih mencoba untuk berkelit, "I'm okay. I feel fine. Aku hanya butuh rehat sejenak atau tidur lebih cepat dan lebih lama agar besok pagi bangun dalam keadaan lebih segar! Sekarang, aku mohon diri. Sampai jumpa." "It's not an offer," dokter Kenneth datang mendekat, kini berhadap-hadapan dengan Rani. Jarak mereka begitu dekat, Rani bisa mencium napas Kenneth beraroma mint serta wangi parfum white musk menyeruak dari tubuhnya, "It's a request, atau mungkin jika boleh kukatakan dalam kapasitasku sebagai dokter keluarga yang bertugas penuh di sini, it's an order." Rani terkesiap. Tampaknya dokter ini takkan mundur selangkahpun dan akan terus mendesaknya hingga ia menurut. 'Wajah dan tubuhnya boleh juga. Ia sangat simpatik dan menarik, hampir seperti Orion. Namun pembawaannya yang santun dan kalem entah mengapa malah memuakkanku!' Rani merasa galau sendir
Rani bergegas pergi ke paviliunnya seperti rencana semulanya dengan Orion. Ia tak ingin berpikir lebih banyak dulu, mereka hanya punya waktu beberapa jam saja untuk melaksanakan semuanya serapi mungkin, secepat yang mereka bisa. 'It's now or never! Semua akan baik-baik saja! Tenang, Rani! Ayo, cepat!' Rani masuk ke kamar tidur dan melakukan 'segalanya' dengan jantung berdebar-debar. Hanya dirinya dan Orion yang tahu semua, dan ia harap ini bertahan hingga besok. Tak lama kemudian ia sudah berada di depan perpustakaan, bergegas masuk dan menutup pintu ganda baik-baik. Tak ada seorangpun di sana. Pada jam menjelang istirahat malam tak ada lagi pengunjung yang berminat duduk membaca buku, bahkan Leon dan Grace sudah lama kembali ke kamar mereka masing-masing. Cahaya bulan temaram masuk dari bagian jendela atas yang tak tertutup tirai, satu-satunya penerangan lemah yang ada karena Rani tak berani menyalakan lampu. "Duh, ruangan besar ini lumayan seram juga dalam kegelapan seperti ini!" M
Rani sudah tahu semuanya semenjak tadi siang. Itulah 'rahasia terbesar' yang Orion bisikkan di pantry. Tetap saja, gadis itu masih belum bisa mencerna seutuhnya begitu saja hanya dalam waktu beberapa jam! Di Viabata dan Everlondon, ia belum pernah dekat dengan pria manapun sebelumnya. Kini, hanya dalam kurun waktu beberapa hari, haruskah ia menerima Orion Delucas, atau sebenarnya Orion Brighton, sebagai... Tidakkah ini terlalu cepat? Akankah ia sesali di kemudian hari? Segera ditepiskannya semua keraguan konyol itu dan mencari topik pembicaraan lain, "Orion, to be honest, tempat tinggalmu ini begitu indah. Tak kalah mewah dengan kediaman Delucas. Hanya saja, perlu sedikit lebih dibersihkan!" Orion tersenyum tipis, "Kami saat ini hanya bangsawan pinggiran, jatuh miskin gegara krisis besar yang diakibatkan pandemi virus Hexa. Semenjak ayahku tiada, ibu tak bisa menjalankan semua usaha Brighton begitu saja karena dulu tak dilibatkan beliau melakukannya, serta tentunya belum siap pada k
"I won't ever forget you, Orion. Begitu pula Rani. Kalian berdua akan kuingat selama sisa hidupku!"Bunker itu cenderung nyaman, malah terkesan elegan-mewah. Segalanya tersedia; listrik, bahan pangan, obat-obatan hingga fasilitas bintang lima lainnya. Sangat berbeda dengan dunia atas yang bertambah tak karuan. Lab Barn masih terbakar hebat. Entahlah dengan Kompleks Delucas yang barangkali mulai porak-poranda. Di lokasi bawah tanah ini, Lady Rosemary Delucas terpacak bersama puluhan survivor. Kedua anak kandungnya mengalami luka parah. Entah bagaimana kondisi Leon dan Grace yang sedang berjuang mempertahankan hidup. Mereka masih dalam perawatan darurat staf Lab Barn yang selamat dan ikut turun bersama penghuni Kompleks Delucas lainnya. Lady Rosemary belum mampu menjenguk mereka, batinnya masih sangat terguncang."Aku berjanji, suatu hari nanti akan keluar dari sini dan melakukan pembalasan, Orion, Maharani, Magdalene! I won't ever forget you all, just wait and see!"**********Beberapa
"Bagaimana sekarang, Orion?""Lari, Rani. Mungkin ini tindakan pengecut, tapi kita memang tak punya apa-apa, tak bisa melumpuhkan makhluk ini. Meskipun aku masih punya ide...""Tuan Dokter! Mengapa Anda malah berbuat ini?" Wanita misterius yang mengantarkan Kenneth turut terkejut."Tak usah ikut campur. Terima kasih telah mengantarkanku kemari, tetapi kau juga kini tak kubutuhkan lagi! Saksikan saja pertunjukannya dan semoga terhibur. Lazarus, go go go. Kejar mereka. Lakukan apapun yang kau inginkan. I don't care. Ha ha ha ha ha!" Kenneth tak menghiraukan, hanya tertawa-tawa."Rani, kita segera keluar dari Kompleks Delucas. Mungkin kita harus berkorban, namun tidak di sini. Kita giring Lazarus sejauh mungkin... Segera, ke sepeda motorku!""Ba-ba-baik..." Rani setuju, "Cepat! Namun bagaimana dengan Anda, Ma'am?" Ia masih sempat-sempatnya bertanya kepada wanita pengantar Kenneth."Aku akan baik-baik saja, just leave. Aku belum sempat mengenal Anda berdua, Nona. Namun aku yakin kalian ora
"Ka-kami-kami bukannya tak mau membukakan pintu untuk Anda, Ma'am, tapi kami khawatir jika para penghuni kompleks ini sampai keluar dari sini. Di dalam sini mungkin sedang 'chaos', tetapi di luar sana, dunia juga sedang berakhir. Lady Rose tahu hanya Kompleks Delucas yang masih punya banyak cadangan sumber daya. Sangat berbahaya apabila dunia luar sampai tahu semua ini, juga apabila mereka memutuskan untuk kembali... Maka beliau dengan tegas melarang..."Alasan panjang lebar petugas jaga itu tak bisa diterima Sang Wanita Misterius. Diam-diam dalam genggaman tangannya ada sepucuk handgun, yang ia keluarkan dan acungkan ke petugas di balik gerbang ganda besi. "Tuan, Anda pilih, nyawa Anda atau buka gerbang ini sekarang juga!"Petugas itu gentar seketika. Meskipun ia patuh pada titah Lady Rose, ia tak mampu menyangkal ia pun takut kehilangan nyawa. "Ba-ba-baiklah!"Tak lama, pintu gerbang terbuka setelah barikade-barikade disingkirkan. Para survivor yang tak sabar hendak keluar seketika
"Jika tidak kulakukan sekarang juga, sesungguhnya aku takkan pernah bisa 'beristirahat dengan tenang' walau dalam bunker nyaman penuh pangan dan segala kebutuhan hingga akhir zaman!" monolog Lady Rosemary sambil menggenggam erat sesuatu dalam saku kanan jubahnya."Mama!" Grace segera pergi dari sisi Rani dan tiba di sisi Sang Bangsawati, belum menyadari apa yang ibunya akan lakukan."Grace, kau pulang juga! Cepat, tunggu apa lagi? Segera masuk ke bunker utama bersama kakakmu yang sudah berada di sana untuk dirawat! Jangan habiskan waktumu di sini!" tepis Rose saat putrinya berusaha memeluk seperti tadi Grace lakukan pada Rani."Ta-ta-tapi Mama juga harus ikut, aku kembali karena menurut titah Papa Orion! Ayo, Ma!" Grace merengek dan meraih lengan ibunya, menarik ke arah bunker. Namun Lady Rose teguh bertahan, "Kau saja dulu, masih ada urusan Mama yang belum selesai di sini!"Suatu firasat buruk tetiba menghinggapi Grace. Ibunya tadi sudah mengeksekusi Edward Bennet Si Pendeta Pengkhian
Orion tak perlu memastikan bahwa ia sedang berhadapan dengan sosok yang mungkin akan menjadi lawan pamungkasnya. Mungkin juga hal terakhir yang dilihatnya di dunia ini. Bukan teman, bukan musuh, bukan siapa-siapanya. Akan tetapi pada titik ini hanya ada satu yang akan selamat, entah dirinya sendiri atau..."Lazarus!"Sosok pria beranggota tubuh asimetris tinggi besar yang keluar dari dalam kobaran api itu sedang terbakar hebat. Namun tubuh hangusnya seolah-olah takkan pernah habis. Bagaikan boneka arang raksasa nan masih panas membara, ia melangkah perlahan. Semakin dekat ke tempat di mana Orion dan Grace berada.Orion berseru selantang mungkin, "Grace, tunggu apa lagi? Cepat pergi dari sini!""Tapi, Orion, aku... Ba-ba-baiklah, aku..." hampir pingsan karena sesak lahir batin, Grace tak mampu lagi menahan diri, "Orion, terima kasih, selamat tinggal, good luck!" Berurai air mata, Sang Putri Bungsu akhirnya berbalik dan angkat kaki secepat yang ia bisa."Terima kasih kembali, Grace, suda
"Anda harus menolongku, Ma'am! Sebab dunia ini , secara harfiah, sebenarnya berada dalam genggaman tanganku!"Kenneth tak tahu mengapa ia tiba-tiba saja mengatakan hal itu kepada wanita asing penyelamatnya, yang baru saja ia kenal. Ia teringat pada hal penting yang sedang ia kerjakan, sesuatu yang belum lama ini ditemukannya secara 'kebetulan'. Ia merasa harus segera menunaikan tugasnya, jika tidak...Wanita itu menggeleng, "Tidak mungkin, dan aku sama sekali tak mengerti. Apa maksud Anda, Tuan?""Aku sesungguhnya seorang dokter, ilmuwan yang secara rahasia turut bekerja sama dengan EHO, sayangnya vaksin untuk mencegah Octagon-33 belum sempat kami temukan dalam waktu sesingkat ini! Virus kali ini jauh lebih sulit dan ganas daripada Virus Hexa-19. Seiring penelitianku, aku berhasil menemukan antivirus sebagai pengganti peluru dan cara membunuh zombie! Seiring itu, kemarin aku bahkan menemukan suatu cara lagi untuk 'menghidupkan' kembali zombie yang sudah mati! Hebat, bukan? Meskipun bel
Bagai tersadar dari mimpi, Lady Rose tersentak. Diturunkannya senjata, akhirnya tak jadi mengeksekusi wanita muda yang pasrah itu. "Walau seandainya Nona Maharani Cempaka tidak ada lagi, itu juga takkan bisa mengubah fakta jika kegilaan betul-betul terjadi! Cepat atau lambat, kita semua pada akhirnya akan mati!"Orion belum terlalu lega, namun ia sedikit banyak merasa harus bersyukur. "Rose, terima kasih. Meskipun kau telah mengelabui keluargaku, akan tetapi kurasa kau masih punya sebetik hati nurani dan kesempatan. Sekarang, kami mohon bawa Leon dan Grace pergi jauh-jauh dari sini! Kurasa memang sudah tiba saatnya semua kegilaan ini diakhiri. Walau dokter Kenneth tak hadir di sini, meski seharusnya ia yang bertanggungjawab atas segalanya, saatku telah tiba, aku rela menjadi pahlawan." Orion tahu bahwa tak ada pilihan lain. Di antara mereka semua kini hanya ia satu-satunya pria dewasa yang dapat menembak dengan jitu. Mungkin itu bisa menolong untuk beberapa saat, memperpanjang hidup s
"Nona Maharani Cempaka! Jika benar kau penyebab putraku Leon jadi terluka parah seperti ini, apalagi jika ia sampai mati, kau juga harus menanggung semua akibatnya!"Suara lantang Lady Rosemary Delucas itu membuat semua orang makin terdiam. Tak ada yang berani membantah kata-katanya. Senjata api dalam genggamannya takkan segan-segan ia kokang dan letuskan seperti saat mengeksekusi Edward Bennet, Sang Pendeta Gadungan."Tidak. Sebaliknya, kami malah berusaha keras menyelamatkan anak Anda. Sesungguhnya Leon hendak bunuh diri dalam misi 'Go Downtown for Hunting' yang gagal!" Rani akhirnya berhasil mengumpulkan segenap keberanian dan mengeluarkan semua uneg-unegnya.Sesaat dua saat Lady Rose terdiam, namun alih-alih terkesan, ia malah berseloroh, "Oh, jadi aku sekarang harus bersyukur, berterima kasih dan menyembahmu, wahai Ibu Guru Perebut Suami Orang?"Masih di bawah todongan Magnum 'istri pertamanya' itu, perlahan Orion berkata untuk membela 'istri keduanya', istrinya yang sejati, "Maha
Pintu ganda Lab Barn nan kukuh dan tinggi besar itu bergetar semakin hebat. Seseorang atau sesuatu sepertinya sedang mengamuk di baliknya. Terkunci di dalam, sepertinya para staf berhasil membuatnya kesal. Meraung-raung tak jelas sambil berusaha keras untuk mendorong dengan segenap tenaga, ia takkan berhenti sampai berhasil membobol jalan keluar satu-satunya!"Monster mengerikan macam apa sebenarnya yang ada di balik sana?" Lady Rose masih berusaha keras menyelidiki apa yang terjadi, menginterogasi staf-staf Lab Barn yang tampak sangat ketakutan itu."Tidak tahu, Ma'am. We're not really sure. Sebenarnya tak ada yang benar-benar tahu makhluk 'hidup' seperti apa di balik pintu itu. Dokter Kenneth Vanderfield pernah berkata bahwa ia berusaha menemukan vaksin. Namun bersamaan dengan proyek itu ia juga berhasil menemukan antivirus atau toksin yang bisa membunuh Virus Octagon. Ya, seperti senjata rahasia yang kini ia bawa ke misi pencarian bahan bakar di Chestertown itu. Sayangnya, ia menutu