"A-a-apa? Orion, ups, maksudku, Tuan Delucas, mengapa aku harus ikut denganmu, maksudku, bersama Anda, masuk berdua saja ke dalam kendaraan pribadi Anda?" Menyadari jika mereka berada di area terbuka yang bisa dilihat oleh siapa saja termasuk Lady Rosemary yang mungkin berada di kejauhan, Maharani berusaha untuk tak terlihat terkejut. Jantungnya tak ayal berdebar-debar, ia belum pernah duduk berdua saja dengan seorang pria di belakang kemudi.
'Menurut atau tidak, apa alasan yang dapat kuberikan seandainya aku...?'
"Ikuti saja perintahku. Lady Rosemary tak pernah ingin ikut serta dengan acara go downtown seperti ini. Ia masih lelap di kamar, percayalah, ini takkan jadi masalah, kita juga bepergian untuk tugas belanja mingguan! Mari, kendaraan kita ada di sini!"
Maharani sadar, titah pemuda itu tak dapat ia tolak. Orion segera berjalan menuju sebuah sedan sport hitam convertible berlogo kucing besar, merek yang tergolong mewah dan lan
"Oh my God. Astaga. Please, jangan katakan kita semua mulai saat ini harus segera kembali mengenakan masker kemanapun seperti beberapa tahun silam!" celetuk seorang pelanggan lokal yang menonton siaran berita breaking news di sisi Orion dan Maharani."Kali ini sepertinya bisa-bisa jauh lebih gawat dari itu. Infeksi tak dikenal kali ini konon juga airborne, juga sepertinya, in my humble opinion, akan jauh, jauh lebih berbahaya! Kelihatannya ada sesuatu yang lebih dari sekadar 'airborne' atau menular," tambah rekan di sisinya.Orion dan Maharani masih terdiam, berusaha mencerna dalam benak semua hal mencekam yang disampaikan pembawa berita itu."Pharez, Everance, jaraknya memang tak terlalu dekat dari Chestertown. Namun ingat, pandemi virus pernapasan yang berawal dari kota Everiental itu dulu juga menyebar dengan sangat cepat ke seluruh dunia Ever!" Orion merenungkan sambil bertutur sedih, "Ayahku meninggal dunia karen
Mendengar keterangan itu, Lady Rosemary hanya bisa menggigil, antara bingung dan marah. Spontan, ia teringat pada kejadian tragis beberapa tahun silam. Pandemi infeksi virus pernapasan mematikan yang terjadi di seluruh belahan dunia Ever memang tak berpengaruh banyak di dalam kompleks Delucas. Saat kejadian itu merebak mereka menutup diri rapat-rapat sehingga ia merasa cukup aman. Hanya saja perjalanan ke luar negeri yang sering mereka sekeluarga lakukan jadi tertunda. Setelah pandemi dinyatakan usai, malah suami pertamanya yang jenuh keluar dan ketahuan berselingkuh di Everlondon! "Huh! Panic buying, ternyata! Berita-berita meresahkan sejak beberapa malam ini membuat warga Chestertown ikut-ikutan mencari masalah dan menimbun pasokan pangan!" kesal wanita cantik itu sambil bergegas menuju ke bus pegawai di seberang jalan. Rombongan 'go downtown' ternyata sudah ada yang kembali, walau hanya beberapa orang. Mereka, beberapa staf pria dan wanita, kelihatan terkejut dengan hadirnya Lady R
Pipi Maharani memanas. Ia belum pernah dipuji seperti itu, bahkan oleh mereka yang dulu-dulu menyukainya dan ingin mendekatinya. Gebetan, teman akrab, atau siapapun yang dulu cukup dekat dengannya di bangku sekolah maupun kuliah di Evernesia sering melayangkan rayuan gombal. Namun ia tak pernah menanggapi, setidaknya karena ia tak berminat kepada mereka.Namun di negeri yang jauh ini, ia merasakan hal yang jauh berbeda. Dipuji oleh pemuda tampan yang belum lama ia kenal membuatnya ingin terbang melayang bagaikan daun-daun musim gugur yang masih sangat indah bertaburan di perbukitan Chestertown."Duh, terima kasih. Thank you very much. Actually, I never feel that beautiful, I'm just an ordinary girl. Aku belum pernah punya pacar, tak ada yang berminat denganku, walau di negeriku pada usia ini sangat banyak yang sudah mengikatkan diri dengan seorang lawan jenis. Aku tak tahu apakah aku layak untuk mengatakan aku cantik. Duh, maafkan kecerewetan dan curahan hatik
"Rani, now you already knew what's inside my heart. Maafkan aku tak bisa berbohong maupun menahan-nahan lebih lama lagi. Tak mungkin kuberitahukan semua perasaanku kepadamu ini di dalam kediaman Delucas! Tentunya akan sangat menyakitkan keluarga itu. Juga, dulu-dulu tak ingin kuutarakan begitu saja, atau kau akan marah dan benci kepadaku! Jadilah kekasihku, Rani." Orion masih bersikeras menahan Maharani dalam pelukannya. Gadis itu ingin berontak, sama seperti saat ia mendorong dada Orion untuk menjauh darinya. Ia tak ingin lagi dekat-dekat pada bara api yang menghanguskan itu. Bibir Orion yang merah muda dan lembut itu begitu mengundang untuk dikecup lagi dan lagi. Napasnya terasa di tengkuk Rani, hangat sekali. Aroma tubuhnya begitu natural bagaikan rempah-rempah, dedaunan kering dan kayu-kayuan hutan musim gugur. Orion memang secara alami begitu magnetik. "Jadi Anda ingin aku jadi kekasihmu, Tuan Orion, di saat Anda sudah beristri? Apakah Anda sudah
Setelah lama mereka berciuman, dengan enggan Rani terengah-engah dan menjauh sedikit. "Excuse me, I think I need some air," ujarnya sambil menjilat bibir."Of course. Me too. That was very nice. Thanks. No, the word 'nice' sounds too bland. That was awesome. I haven't kiss anyone as deep and as sweet as that." Orion tersenyum, antara gelisah namun juga diam-diam gembira seperti seorang anak kecil yang baru sekali coba-coba melanggar titah orang tuanya. "Thank you, Rani. I'll try to make it works for us. It's hard for us, but we have to try."Keduanya terdiam dalam momen siang musim gugur nan sunyi itu. Sejenak lupa bahwa begitu banyak masalah menunggu di masa depan, Orion dan Maharani larut dalam penemuan asing mereka, bahwa mereka saling terbelit situasi dan rasa yang tak bisa lebih lama lagi dipungkiri.'Gadis ini tidak cantik, kata itu tak begitu tepat. Juga lebih dari sekedar menarik. Beda jauh dengan Rose yang apik meraw
Siang hari mulai beranjak sore. Orion dan Maharani segera turun gunung untuk kembali ke Chestertown, kebetulan tak begitu lama setelah Lady Rosemary dan kendaraan mewahnya berlalu! Keduanya langsung menemukan jika situasi di kota kecil yang tenang itu semakin jauh berbeda dari biasanya.Memutuskan untuk parkir di kejauhan, Orion segera turun dari mobil hitamnya. Rani menyusul di belakangnya, mereka sepakat untuk tak berjalan berdampingan.Beberapa tahun silam, sang guru muda pernah mengalami kejadian hampir serupa di Viabata, ibu kota Evernesia. Rak-rak mini market hingga pasar tradisional mulai kosong diserbu pembeli yang takut kehabisan stok sembilan bahan pokok. Seluruh penduduk kota besar yang berjumlah belasan juta jiwa itu, miskin maupun kaya raya, tua maupun muda, berebutan membeli beras, minyak goreng hingga gula. Antre hingga berjam-jam seakan takut tak ada lagi stok logistik untuk dijadikan persediaan di rumah. Kadang malah terjadi kekalapan, nyaris
"What do you mean, Maharani? Mengapa tiba-tiba kau berpikir dan berkata seperti itu? No, you're definitely not that kind of bad person! Sebaliknya, bisa jadi kau adalah seseorang yang Tuhan kirimkan untuk kami, mungkin juga seorang malaikat penyelamat! Kita sepertinya memang 'bersalah' dalam hal ini, namun kau tak bisa sepenuhnya menyalahkan diri. Semua ini terjadi di luar kuasa dan kehendak kita!" "Tetap saja, di sini aku masih merasa seperti pembawa ketidakberuntungan. However, I must admit, I really feel lucky to meet you, Orion. Thanks. I don't know why. Aku hanya bersyukur saja atas pertemuan kita, walau kita belum bisa terlalu..." Kalimat Rani tergantung di udara. "Sesungguhnya di sini pun aku ingin sekali bisa mencium dan memelukmu lagi," Orion masih tersenyum, susah payah berusaha untuk tak mengalihkan pandangan dari jalan raya, "sayang, di belakang mobil ini, dari dalam bus, semua mata rombongan staf Delucas tentunya bisa mengawasi kita. Kita sekarang harus pintar diam-diam
Leon menambahkan kata-kata sang adik dengan penuh semangat, antara seru dan sedikit menakut-nakuti, "Sebenarnya korban tak cuma menderita memar-memar! Mereka juga berdarah-darah seperti baru saja digigit vampir, mungkin lukanya malah lebih parah dari itu, tak cuma berlubang dua. Seperti apel yang digigit, logo komputer mewahku yang terkenal itu!""Astaga. Betulkah, Leon? Come on, kau terlalu berlebihan! Apa yang kita sering tonton di Flixnet itu takkan pernah terjadi di dunia nyata! Semua serial Evermerika dan Khoreya itu hanya khayalan belaka! Too ridiculous and impossible, you know? Berhentilah lebay dan jadilah sedikit lebih dewasa, berpikir lebih waras!" Grace suka sekali menegur kakaknya yang ia anggap selalu melebih-lebihkan semua yang ia lihat dan ia dengar, "Kalian jangan percaya pada kata-kata kakakku itu, ia hanya ingin mengerjai kalian saja, Orion, Nona Rani! That was just a silly thing. Just forget all that Leon just said."
"I won't ever forget you, Orion. Begitu pula Rani. Kalian berdua akan kuingat selama sisa hidupku!"Bunker itu cenderung nyaman, malah terkesan elegan-mewah. Segalanya tersedia; listrik, bahan pangan, obat-obatan hingga fasilitas bintang lima lainnya. Sangat berbeda dengan dunia atas yang bertambah tak karuan. Lab Barn masih terbakar hebat. Entahlah dengan Kompleks Delucas yang barangkali mulai porak-poranda. Di lokasi bawah tanah ini, Lady Rosemary Delucas terpacak bersama puluhan survivor. Kedua anak kandungnya mengalami luka parah. Entah bagaimana kondisi Leon dan Grace yang sedang berjuang mempertahankan hidup. Mereka masih dalam perawatan darurat staf Lab Barn yang selamat dan ikut turun bersama penghuni Kompleks Delucas lainnya. Lady Rosemary belum mampu menjenguk mereka, batinnya masih sangat terguncang."Aku berjanji, suatu hari nanti akan keluar dari sini dan melakukan pembalasan, Orion, Maharani, Magdalene! I won't ever forget you all, just wait and see!"**********Beberapa
"Bagaimana sekarang, Orion?""Lari, Rani. Mungkin ini tindakan pengecut, tapi kita memang tak punya apa-apa, tak bisa melumpuhkan makhluk ini. Meskipun aku masih punya ide...""Tuan Dokter! Mengapa Anda malah berbuat ini?" Wanita misterius yang mengantarkan Kenneth turut terkejut."Tak usah ikut campur. Terima kasih telah mengantarkanku kemari, tetapi kau juga kini tak kubutuhkan lagi! Saksikan saja pertunjukannya dan semoga terhibur. Lazarus, go go go. Kejar mereka. Lakukan apapun yang kau inginkan. I don't care. Ha ha ha ha ha!" Kenneth tak menghiraukan, hanya tertawa-tawa."Rani, kita segera keluar dari Kompleks Delucas. Mungkin kita harus berkorban, namun tidak di sini. Kita giring Lazarus sejauh mungkin... Segera, ke sepeda motorku!""Ba-ba-baik..." Rani setuju, "Cepat! Namun bagaimana dengan Anda, Ma'am?" Ia masih sempat-sempatnya bertanya kepada wanita pengantar Kenneth."Aku akan baik-baik saja, just leave. Aku belum sempat mengenal Anda berdua, Nona. Namun aku yakin kalian ora
"Ka-kami-kami bukannya tak mau membukakan pintu untuk Anda, Ma'am, tapi kami khawatir jika para penghuni kompleks ini sampai keluar dari sini. Di dalam sini mungkin sedang 'chaos', tetapi di luar sana, dunia juga sedang berakhir. Lady Rose tahu hanya Kompleks Delucas yang masih punya banyak cadangan sumber daya. Sangat berbahaya apabila dunia luar sampai tahu semua ini, juga apabila mereka memutuskan untuk kembali... Maka beliau dengan tegas melarang..."Alasan panjang lebar petugas jaga itu tak bisa diterima Sang Wanita Misterius. Diam-diam dalam genggaman tangannya ada sepucuk handgun, yang ia keluarkan dan acungkan ke petugas di balik gerbang ganda besi. "Tuan, Anda pilih, nyawa Anda atau buka gerbang ini sekarang juga!"Petugas itu gentar seketika. Meskipun ia patuh pada titah Lady Rose, ia tak mampu menyangkal ia pun takut kehilangan nyawa. "Ba-ba-baiklah!"Tak lama, pintu gerbang terbuka setelah barikade-barikade disingkirkan. Para survivor yang tak sabar hendak keluar seketika
"Jika tidak kulakukan sekarang juga, sesungguhnya aku takkan pernah bisa 'beristirahat dengan tenang' walau dalam bunker nyaman penuh pangan dan segala kebutuhan hingga akhir zaman!" monolog Lady Rosemary sambil menggenggam erat sesuatu dalam saku kanan jubahnya."Mama!" Grace segera pergi dari sisi Rani dan tiba di sisi Sang Bangsawati, belum menyadari apa yang ibunya akan lakukan."Grace, kau pulang juga! Cepat, tunggu apa lagi? Segera masuk ke bunker utama bersama kakakmu yang sudah berada di sana untuk dirawat! Jangan habiskan waktumu di sini!" tepis Rose saat putrinya berusaha memeluk seperti tadi Grace lakukan pada Rani."Ta-ta-tapi Mama juga harus ikut, aku kembali karena menurut titah Papa Orion! Ayo, Ma!" Grace merengek dan meraih lengan ibunya, menarik ke arah bunker. Namun Lady Rose teguh bertahan, "Kau saja dulu, masih ada urusan Mama yang belum selesai di sini!"Suatu firasat buruk tetiba menghinggapi Grace. Ibunya tadi sudah mengeksekusi Edward Bennet Si Pendeta Pengkhian
Orion tak perlu memastikan bahwa ia sedang berhadapan dengan sosok yang mungkin akan menjadi lawan pamungkasnya. Mungkin juga hal terakhir yang dilihatnya di dunia ini. Bukan teman, bukan musuh, bukan siapa-siapanya. Akan tetapi pada titik ini hanya ada satu yang akan selamat, entah dirinya sendiri atau..."Lazarus!"Sosok pria beranggota tubuh asimetris tinggi besar yang keluar dari dalam kobaran api itu sedang terbakar hebat. Namun tubuh hangusnya seolah-olah takkan pernah habis. Bagaikan boneka arang raksasa nan masih panas membara, ia melangkah perlahan. Semakin dekat ke tempat di mana Orion dan Grace berada.Orion berseru selantang mungkin, "Grace, tunggu apa lagi? Cepat pergi dari sini!""Tapi, Orion, aku... Ba-ba-baiklah, aku..." hampir pingsan karena sesak lahir batin, Grace tak mampu lagi menahan diri, "Orion, terima kasih, selamat tinggal, good luck!" Berurai air mata, Sang Putri Bungsu akhirnya berbalik dan angkat kaki secepat yang ia bisa."Terima kasih kembali, Grace, suda
"Anda harus menolongku, Ma'am! Sebab dunia ini , secara harfiah, sebenarnya berada dalam genggaman tanganku!"Kenneth tak tahu mengapa ia tiba-tiba saja mengatakan hal itu kepada wanita asing penyelamatnya, yang baru saja ia kenal. Ia teringat pada hal penting yang sedang ia kerjakan, sesuatu yang belum lama ini ditemukannya secara 'kebetulan'. Ia merasa harus segera menunaikan tugasnya, jika tidak...Wanita itu menggeleng, "Tidak mungkin, dan aku sama sekali tak mengerti. Apa maksud Anda, Tuan?""Aku sesungguhnya seorang dokter, ilmuwan yang secara rahasia turut bekerja sama dengan EHO, sayangnya vaksin untuk mencegah Octagon-33 belum sempat kami temukan dalam waktu sesingkat ini! Virus kali ini jauh lebih sulit dan ganas daripada Virus Hexa-19. Seiring penelitianku, aku berhasil menemukan antivirus sebagai pengganti peluru dan cara membunuh zombie! Seiring itu, kemarin aku bahkan menemukan suatu cara lagi untuk 'menghidupkan' kembali zombie yang sudah mati! Hebat, bukan? Meskipun bel
Bagai tersadar dari mimpi, Lady Rose tersentak. Diturunkannya senjata, akhirnya tak jadi mengeksekusi wanita muda yang pasrah itu. "Walau seandainya Nona Maharani Cempaka tidak ada lagi, itu juga takkan bisa mengubah fakta jika kegilaan betul-betul terjadi! Cepat atau lambat, kita semua pada akhirnya akan mati!"Orion belum terlalu lega, namun ia sedikit banyak merasa harus bersyukur. "Rose, terima kasih. Meskipun kau telah mengelabui keluargaku, akan tetapi kurasa kau masih punya sebetik hati nurani dan kesempatan. Sekarang, kami mohon bawa Leon dan Grace pergi jauh-jauh dari sini! Kurasa memang sudah tiba saatnya semua kegilaan ini diakhiri. Walau dokter Kenneth tak hadir di sini, meski seharusnya ia yang bertanggungjawab atas segalanya, saatku telah tiba, aku rela menjadi pahlawan." Orion tahu bahwa tak ada pilihan lain. Di antara mereka semua kini hanya ia satu-satunya pria dewasa yang dapat menembak dengan jitu. Mungkin itu bisa menolong untuk beberapa saat, memperpanjang hidup s
"Nona Maharani Cempaka! Jika benar kau penyebab putraku Leon jadi terluka parah seperti ini, apalagi jika ia sampai mati, kau juga harus menanggung semua akibatnya!"Suara lantang Lady Rosemary Delucas itu membuat semua orang makin terdiam. Tak ada yang berani membantah kata-katanya. Senjata api dalam genggamannya takkan segan-segan ia kokang dan letuskan seperti saat mengeksekusi Edward Bennet, Sang Pendeta Gadungan."Tidak. Sebaliknya, kami malah berusaha keras menyelamatkan anak Anda. Sesungguhnya Leon hendak bunuh diri dalam misi 'Go Downtown for Hunting' yang gagal!" Rani akhirnya berhasil mengumpulkan segenap keberanian dan mengeluarkan semua uneg-unegnya.Sesaat dua saat Lady Rose terdiam, namun alih-alih terkesan, ia malah berseloroh, "Oh, jadi aku sekarang harus bersyukur, berterima kasih dan menyembahmu, wahai Ibu Guru Perebut Suami Orang?"Masih di bawah todongan Magnum 'istri pertamanya' itu, perlahan Orion berkata untuk membela 'istri keduanya', istrinya yang sejati, "Maha
Pintu ganda Lab Barn nan kukuh dan tinggi besar itu bergetar semakin hebat. Seseorang atau sesuatu sepertinya sedang mengamuk di baliknya. Terkunci di dalam, sepertinya para staf berhasil membuatnya kesal. Meraung-raung tak jelas sambil berusaha keras untuk mendorong dengan segenap tenaga, ia takkan berhenti sampai berhasil membobol jalan keluar satu-satunya!"Monster mengerikan macam apa sebenarnya yang ada di balik sana?" Lady Rose masih berusaha keras menyelidiki apa yang terjadi, menginterogasi staf-staf Lab Barn yang tampak sangat ketakutan itu."Tidak tahu, Ma'am. We're not really sure. Sebenarnya tak ada yang benar-benar tahu makhluk 'hidup' seperti apa di balik pintu itu. Dokter Kenneth Vanderfield pernah berkata bahwa ia berusaha menemukan vaksin. Namun bersamaan dengan proyek itu ia juga berhasil menemukan antivirus atau toksin yang bisa membunuh Virus Octagon. Ya, seperti senjata rahasia yang kini ia bawa ke misi pencarian bahan bakar di Chestertown itu. Sayangnya, ia menutu