Share

7. Sudahlah

Author: Jana Indria
last update Last Updated: 2021-04-28 11:04:58

"Duduk!"

Ratna maju ke depan dan menuruti perintah orang yang mungkin akan menjadi bosnya nanti.

"Sebelumnya kerja apa?"

"Tidak kerja, Pak. Hanya jadi ibu rumah tangga biasa aja."

"Terus ... kenapa sekarang ingin bekerja?"

"Karena ingin mendapatkan penghasilan sendiri pak."

"Suami sudah mengijinkan?"

"Saya sudah cerai secara agama, pak."

Pak Aldo tak bersuara. Namun, mulutnya mengerucut membentuk huruf 'o'. Dengan pandangan tetap fokus ke komputer.

"Kamu bisa apa lagi?"

"Saya hanya bisa mengarang, Pak."

"Mengarang? Maksudnya gimana?" Kini atasan yang cakepnya nggak ketulungan ini, menolehkan matanya sejenak ke arah Ratna. Kemudian kembali fokus ke komputer.

"Sebelum cerai dengan suami, saya mencari rejeki dengan menulis cerita secara online, Pak."

"Oooo ... menulis."

"Permisi, Pak. Ini saya bawakan yang bapak suruh." 

Nay langsung masuk ke dalam ruangan karena memang pintunya tak tertutup. Di tangannya tampak terlihat alat dan bahan rias.

"Kamu ambil dan segera mulai berdandan," suruh pak Aldo, yang kini memusatkan perhatiannya pada Ratna.

Ratna menerima semua alat kecantikan yang disodorkan Nay, sahabatnya. Kemudian dengan di bantu Nay yang memegang kaca dan kipas kecil, Ratna mulai melakukan perintah lelaki yang duduk di depannya itu dengan sedikit kaku.

Ratna mulai mengoles wajahnya, sesekali ekor matanya melirik ke arah si bos yang masih menatapnya sambil sesekali menggerakkan jari di ponselnya.

"Sudah, Pak."

Dua puluh menit berlalu, akhirnya selesai juga Ratna menghias dirinya sendiri. 

Pak Aldo memandangi Ratna dengan tatapan dan senyuman di bibirnya yang tak bisa diartikan.

"Besok langsung kerja," putus pak Aldo, tangannya menyodorkan sebuah kertas berwarna putih ke dekat Ratna. 

Sontak membuat Nay dan Ratna langsung sumringah dan saling bertatapan dengan bahagia.

"Nay, beri dia seragam untuk menggantikanmu di depan, kamu kembali jadi sekretarisku." sambung pak Aldo, lagi!

"Baik, Pak." Nay kembali melangkah ke luar ruangan.

"Ini apa, Pak?"

"Itu surat kontrak. Baca! Kalau kamu sepakat dengan penawaran saya, langsung saja tanda tangan," suruh pak Aldo, yang kini mulai asyik dengan ponsel di tangannya.

Ratna yang tampak bahagia, mengambil kertas itu dan membacanya pelan, kemudian menandatanganinya.

Masih dengan menunduk, Ratna terdiam, hingga membuat pak Aldo yang penasaran karena tidak ada reaksi dari Ratna, kembali mengalihkan perhatiannya dari ponsel ke arah Ratna.

"Kenapa?"

"Saya hanya terharu, Pak. Saya tidak menyangka bakalan bisa keterima kerja," jawab Ratna, matanya tampak berkaca kaca saat tangannya menggeser kertas itu ke dekat si bos.

"Kasihkan ke dia." Suruh pak Aldo saat Nay datang dengan tiga tumpuk seragam berbungkus plastik putih. "Kamu juga harus bantu ajarin dia, apa saja tugasnya di depan." 

"Baik, Pak."

"Kamu cobalah kalau ukurannya nggak pas kamu bisa langsung tanyakan ke Nay, dan jangan lupa, kita kerja di bidang pelayanan, jangan sampai ada pengaduan tentang penampilan kamu, paham!?" pesan pak Aldo yang memandangi kedua perempuan di depannya itu dengan silih berganti.

"Paham, Pak!" jawab Ratna, mengangguk cepat.

"Kalian boleh pergi."

"Makasih, Pak." Hampir bersamaan Nay dan Ratna menjawab perintah si bos, kemudian keduanya melangkah ke luar ruangan dengan senyum di bibir keduanya. 

"Alhamdulillah," seru Nay, sambil menutup pintu ruangan di bos dengan perlahan. 

"Kita coba dulu seragammu, setelah itu beli perlengkapan buat perang kita tiap hari," sambungnya lagi, tangannya menarik Ratna untuk bergegas.

"Kenapa?" tanya Nay yang heran karena Ratna malah memeluk dirinya sambil terisak. 

"Selama ini, aku pikir ... aku tak akan bisa hidup bila tak bersamanya. Namun, aku keliru."

"Sudahlah, lupakan. Ingat, kita harus bahagia .... Ayo! Coba seragammu di bilik itu!" Nay mengurai pelukan di antara mereka dan kembali menarik Ratna yang mengusap pipinya kasar sambil tersenyum.

Related chapters

  • Cinta Tanpa Tapi   8. Reuni

    "Kamu punya uang nggak? Buat beli kosmetik.""Ada, aku tadi sengaja ngambil lebih.""Kita mampir ke toko dulu ya, buat beli, biar besok nggak repot lagi."Ratna mengangguk sambil tersenyum, terenyuh hatinya melihat betapa perhatiannya Nay, teman dekatnya sejak mereka sekolah SMA dulu.Agak lama Nay dan Ratna di toko kosmetik, sepertinya mereka tidak mau salah memilih, karena memilih kosmetik yang tepat dan sesuai dengan kulit itu penting.Dengan meneteng tas berisi seragam dan kosmetik yang tadi di belinya, Ratna menepati janji untuk menginap di rumah Nay.Melangkah bersama di trotoar, setelah sebelumnya membeli gado gado empat bungkus."Kenapa empat, Nay?""Rahasia," jawab Nay yang menaikkan alisnya berulang kali."Iiih ...," desis Ratna, pupilnya bergerak berputar, jengah dengan sikap yang di tunjukkan sahabatnya.Ratna dan Nay berhenti di depan sebuah rumah sederhana di dalam sebuah gang yang lumaya

    Last Updated : 2021-05-04
  • Cinta Tanpa Tapi   9. Keputusan Ratna

    "Rizal mau menikah lagi, tapi dia tidak mau menceraikanku, aku harus bagaimana?" ujar Ratna sambil tersedu."Coba kau ceritakan semuanya, Rat. Jangan ada yang kau sembunyikan, kalau setengah setengah begini takutnya bikin kita berpikir yang enggak enggak." pinta Rafi, yang mampu berpikir tenang. Meski di wajah lelaki itu tampak sekali keterkejutan yang tak bisa dia sembunyikan. Pun di antara Mira dan Nay.Ratna pun mulai menceritakan semua yang terjadi tentang hubungannya bersama Rizal, juga musabab kenapa Rizal ingin menikah lagi, dari awal hingga akhir.Semua menghela napas panjang, terdiam, saling pandang."Terus ... apakah kamu bertekad tinggal di rumah itu terus, Rat? Dengan taruhan suatu saat Rizal akan kembali menyakitimu, menyiksamu?" Mira memberanikan diri bertanya, saat semuanya masih malu untuk mengorek lebih dalam lagi pada Ratna."Aku harus bagaimana, itu adalah mandat dari ayah mertuaku almarhum." Ratna memberikan

    Last Updated : 2021-05-05
  • Cinta Tanpa Tapi   10. Pamit

    Ratna melangkahkan kakinya keluar dari tempatnya kerja, hari ini hari pertama dia menyelesaikan kerjanya, dan sesuai dengan rencana , hari ini dia akan pulang ke rumah untuk mengambil barang."Kau sudah mau pulang?" tanya seseorang dari balik punggungnya. Sontak saja Ratna menoleh dan mendapatkan bosnya, pak Aldo sedang melangkah bersama seorang pria tampan bermata tajam dengan rahang kokoh."Iya, Pak." jawab Ratna dengan yang sengaja menghentikan langkahnya hanya untuk menghormati si bos."Masuklah, biarku antar!" suruh si boss, yang lebih dulu masuk bersama temannya di jok depan."Tidak pak, tidak apa, saya naik pedesaan aja." Ratna yang masih merasa sungkan, mencoba menolak tawaran si bos."Ratna, masuklah." Kali ini suara si bos berubah tegas, tampaknya dia tidak mau ditolak.Ratna terdiam, dengan segan tangannya membuka pintu jok belakang, dan masuk ke dalamnya."Di mana alamatmu?" tanya si bos yang mulai menjalankan

    Last Updated : 2021-05-06
  • Cinta Tanpa Tapi   11. Tolong

    Selesai pamit kepada pak RT. Mereka bertiga pun kembali ke mobil, sekarang dengan tujuan utama mengantarkan Ratna ke rumahnya."Terima kasih, Pak. Maap kalau saya tidak menawarkan bapak berdua untuk mampir, karena saya ingin lekas-lekas berkemas," ujar Ratna dengan sedikit takut takut."Pergilah, Rat. Biar kutunggu kau di sini." Pak Aldo malah mematikan mesin mobilnya dan menyuruh Ratna untuk lekas melakukan niatnya."Tapi, Pak ....""Cepat pergi, kau bilang ingin segera berkemas, bukan?" Pak Aldo memotong ucapan Ratna. Kali ini si bos memalingkan wajahnya menatap serius ke arah Ratna.Ratna mengangguk kemudian bergegas keluar dari mobil.Dengan langkah cepat, Ratna bergegas. Namun, Ratna sempat menghentikan langkahnya dan menghela nafas panjang. Rupanya Rizal ada di rumah, terlihat dari motor yang nangkring di teras. Hatinya sudah tidak enak."Akhirnya kamu pulang juga," sapa Rizal yang entah dari mana munculnya. Tiba tiba saja

    Last Updated : 2021-05-07
  • Cinta Tanpa Tapi   12. Kalung

    "Ternyata dugaanmu benar tentang Ratna, untung saja kita membatalkan acara ke kafe tadi, kalau tidak, nyawa perempuan itu pasti tidak akan bisa di selamatkan," ujar Pak Aldo yang melangkah keluar dari ruang ICU di ikuti oleh Delon dari belakang. "Tapi bagaimana kamu bisa merasakan apa yang akan terjadi pada perempuan itu, Delon. Bukankah kalian baru bertemu hari ini?" tanya Aldo yang memilih duduk di kursi yang terbuat dari semen yang tersedia di bahu lorong. "Entah ...." Delon menjawab sambil mengangkat kedua bahunya sesaat, ikut duduk di sebelah Aldo. "Apa yang kau pegang?" tanya Delon saat melihat pak Aldo memainkan rantai berwarna kuning dengan liontin berbentuk hati. Semacam kalung. "Ini punya Ratna, tadi jatuh saat aku meletakkannya di brankar," jawab Aldo, dengan melebarkan jari tangannya, tampaklah kalau yang ia pegang adalah sebuah kalung. "Boleh aku memegangnya?" pinta Delon, dengan mata tak lekang menatap benda yang ada

    Last Updated : 2021-05-07
  • Cinta Tanpa Tapi   13. Jangan Rizal

    "Kamu sudah siuman?" Mata Ratna yang awalnya hanya menghadap ke atap atap kamar, langsung bergerak ke arah sumber suara. "Nay ... kok kamu ada di sini?" Dengan suara serak, Ratna menyapa sahabatnya yang entah sejak kapan sudah berada di dalam kamar. "Pak Aldo yang menyuruhku untuk menjagamu, untung saja dia tepat waktu saat menolongmu kemarin, Rat. Kamu kehilangan banyak darah." Nay langsung menjelaskan apa yang mungkin tadi sempat dipikirkan Ratna. "Apa kau mengingat sesuatu?" Nay kembali bertanya, kini dia mengambil posisi duduk di kursi yang terbuat dari plastik yang tampaknya menjadi fasilitas kamar. "Entah, terakhir yang aku ingat aku menolak memasak untuk Rizal, dan sepertinya dia sangat marah hingga memukul ku dengan sesuatu yang sangat membuatku sakit, di bagian leher belakang, setelah itu aku tak ingat apa apa lagi," jawab Ratna dengan suara amat serak dan pelan. Matanya terpejam, seolah ingin buang kenangan buruk dari dalam

    Last Updated : 2021-05-13
  • Cinta Tanpa Tapi   14. Murah

    "Mila sudah cerai, Rat. Suaminya tidak mau menerima Lauren sebagai anak, bukan karena tidak percaya itu anaknya, tapi dia masih ingin bersenang-senang tanpa hadirnya anak," jelas Nay dengan muka sedih, menceritakan tentang Mila. "Astaugfirulllah ...." Ratna memandangi wajah Nay, di wajahnya terpancar rasa tak percaya, bagaimana mungkin ada manusia yang tak menginginkan anak di dalam hidupnya. Ratna mulai membandingkan dirinya dengan nasib Mila, sungguh sangat berbanding terbalik, dia cerai karena tidak mampu punya anak, sedangkan Mila cerai karena punya anak. "Kamu kaget karena mengira tak mungkin ada orang yang tak menginginkan keturunan, bukan? Tapi nyatanya ada." Nay seperti tahu apa yang ada dalam benak Ratna. "Mila memilih bercerai, untung saja dia masih bekerja, jadinya tidak bingung walau pun si mantan suami tidak memberikan dia sepeser pun uang, Mila masih bisa memenuhi kebutuhan diri dan anaknya," ujar Nay, lagi. "Ya ... k

    Last Updated : 2021-05-19
  • Cinta Tanpa Tapi   15. Murah 2

    "Ini, berikan pada temanmu yang miskin, jelek dan mandul itu! Suruh dia menandatanganinya. Besok aku ambil dan harus sudah ia tanda tangani."Masih dengan kata kata yang menghina Ratna, Perempuan itu menyodorkan map yang sedari tadi ia pegang kepada Nay."Nggak usah nunggu besok, mana bolpoinnya?" Tangan kanan Nay menerima map berwarna merah itu dengan sedikit diwarnai kesan seolah merampas.Nay membaca sedikit isi yang ditulis di dua lembar kertas yang ada di dalam map, kemudian menutupnya kembali.Mona memandangi Nay dengan raut muka kesal, tangannya merogoh tas yang dari tadi ia pegang, mengambil bolpoin dan menyodorkannya kepada Nay.Nay menerima dengan sebuah senyuman yang menghiasi bibirnya. "Hei! Apa yang kau lakukan?" Semua gerakan Nay tak ada yang luput dari pengawasan Mona."Ini, sudah aku tanda tangani, 'dah sana pergi dan jangan kembali lagi ke sini. Ingaaat!" Nay menyodorkan kembali map yang sudah ia tan

    Last Updated : 2021-05-19

Latest chapter

  • Cinta Tanpa Tapi   105. Tamat

    "Sudah siap?" tanya Delon, pada Aldo yang memasukkan semua perlengkapan istri dan dirinya ke dalam tas ransel yang Mak bawa tadi dari rumah.Terlihat Aldo menganggukkan kepalanya sekilas. Menjawab pertanyaan Delon.Hari itu hari ke empat setelah Ratna bangun dari tidurnya, dan dokter yang menangani Ratna sudah memberikan izin untuk pulang."Pak Ri, yang tas itu, nanti tolong di bawa ke rumah, ya. Jadi kita cuma bawa tas yang ini aja."Aldo menunjuk tas yang lebih besar untuk di bawa pak Ri yang mengiyakan perintah majikannya, serta langsung membawa pergi setelah sebelumnya pamit lebih dulu pada Aldo dan Ratna."Nanti kau pakai saja mobilku, Do. Aku bisa pakai taxi online nanti."Delon menyodorkan tangannya yang sedang memegang kunci mobil."Terima kasih," ucap Aldo, tangannya ikut maju mengambil kunci yang disodorkan Delon."

  • Cinta Tanpa Tapi   104. Disa dan Denis

    Terlanjur, dokter Siska sudah memencet tombol di atas kepala Ratna, memberitahukan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada pasien."Apa yang kau lakukan?" tanya Aldo yang masuk ke dalam ruangan dengan raut wajah marah. Tangannya mengepal menahan geram."A-aku ...." jawab Siska yang tergagap, kaget! Wajahnya pucat seketika."Bang ...."Seperti tak percaya Aldo mendengar Ratna memanggilnya, seketika itu juga ia menoleh ke arah istrinya dan baru menyadari kalau perempuan yang ia cintai sudah bangun dari tidur panjang."Yang ...."Aldo mendekat ke arah Ratna, menggenggam tangan istrinya erat, dan menciumi setiap inci wajah perempuan yang sangat ia cintai.Membuat dokter Siska seketika itu juga mundur perlahan menuju pintu.Hampir saja dirinya menabrak beberapa dokter dan perawat yang berdatangan mendekati Ratna, dan mem

  • Cinta Tanpa Tapi   103. Ti–ti–dak ....

    "Mas, baju yang mau di bawa yang mana?" tanya Mak siang itu.Mak sengaja di antar pak Ri untuk mengantarkan baju bersih yang akan di pakai Aldo, di rumah sakit. dan membawa balik baju yang sudah kotor untuk Mak cuci di rumah.Tanpa bicara, Aldo yang dengan wajah sangat menampakkan kesedihan, memberikan baju yang sudah ia lipat dalan paperbag yang lumayan besar pada Mak."Mbak gimana, Mas?" tanya Mak, dengan tangan terulur menerima paper bag dari Aldo."Masih tidur, Mak. Tolong doain, ya. Biar bisa cepat pulang ke rumah." Aldo sedikit tersenyum, senyum yang terlihat terpaksa."Iya, Mas. Saya dan Mak selalu berdoa semoga Mbak dan si kembar cepat pulang, biar rumahnya ramai." Pak Ri yang tadinya hanya terdiam mendengarkan, kali ini ikut membuka suara.Sudah sebulan lebih pasca kecelakaan, Ratna tak sadarkan diri. Terbaring lemah dengan beberapa

  • Cinta Tanpa Tapi   102. Yang terbaik ....

    "Apa tidak sebaiknya kalau kamu, aku antar saja, Yang?" usul Aldo saat melihat istrinya mengambil kunci mobil, pagi itu setelah sarapan bersama."Tidak usah, aku baik baik saja, kok!" jawab Ratna yang mendekat untuk mencium pipi, dan punggung tangan kanan suaminya."Tapi perutmu sudah tak memungkinkan untuk menyetir, Yang ...."Jelas saja Aldo sangat khawatir dengan kondisi Ratna, yang memaksa menyiapkan sendiri acara tujuh bulanan si kembar yang rencananya akan di laksanakan seminggu lagi."Perutku tidak masalah kok, Bang. Asalkan kau tidak lagi terlalu mempermasalahkan," ujar Ratna, yang terus melangkah melewati dapur menuju ruang garasi.Setelah sebelumnya meminta Mak untuk membuka pintu garasi dan juga pintu pagar.Sambil mengikuti istrinya dari belakang, Aldo hanya bisa mengambil nafas panjang dan mengembuskannya dengan kasar.&n

  • Cinta Tanpa Tapi   101. Gaya bumil (21+)

    Ratna terus mengulang pertanyaan yang sama hingga membuat dokter Agni sedikit gemas."Hei! Saya serius, Bu! Anda hamil. Selamat ya ...."Masih banyak lagi pesan yang dikatakan oleh dokter di depannya yang sedang membersihkan perut Ratna dari gel tadi. Namun, Ratna hanya bisa menangis sambil terus memandangi layar."Sekarang anda boleh berbalik ke kanan, baru kemudian bangun dengan perlahan," suruh dokter Agni pada Ratna yang ia ikuti."Benarkan apa yang aku bilang." Siska tersenyum sambil terus memainkan ponselnya."Memangnya dokter Siska bilang apa!" tanya dokter Agni yang kemudian pindah ke kursi miliknya dan menuliskan sesuatu di sana."Cuman minta traktiran kalau mereka berdua terbukti hamil," jawab dokter Siska, yang kemudian tertawa terbahak."Ah dokter Siska, ada ada saja!" seru dokter Agni, yang kemudian memberikan amplop co

  • Cinta Tanpa Tapi   100. Aku mandul!

    "Nay, kamu kenapa?" tanya Ratna, saat tangan membuka pintu di ruangannya.Ini hari pertama Ratna kembali ke kafe setelah dua hari menemani Aldo di rumah."Aku nggak tahu, mungkin masuk angin," jawab Nay, wajahnya basah, dan terlihat menahan sesuatu yang sepertinya akan keluar dari mulut Nay."Kamu periksa saja, Nay. Jangan jangan kamu hamil." Rafi yang datang di belakang Ratna tiba tiba ikut buka suara."Iya, Nay. Periksa aja deh!" Seru Ratna mendukung apa yang di katakan Rafi"Tapi–""Kalau kamu nggak periksa malah fatal, pengin sembuh, terus minum obat anti masuk angin. Eh ... ternyata hamil, gimana? Kan pasti ada resiko dari obat yang kamu minum, Nay." Rafi Langsung memotong pembelaan Nay.Ada iba menggelantung di dada Rafi, melihat kondisi Nay saat ini."Tapi–""P

  • Cinta Tanpa Tapi   99. Mie ayam

    "Kamu nggak makan? Serius?" tanya Aldo setelah selesai menelan makanan yang tadi di dalam mulutnya kemudian ia dorong dengan cara meminum air mineral, hingga terasa kerongkongannya yang lega."Kenapa?" tanya Ratna, bersuara pelan dengan penuh perhatian."Kalau aku saja yang makan, gimana? Bolehkan? Dari pada jadi mubasir kan sayang, Yang," rayu Aldo, sambil menaik turunkan kedua alisnya bersamaanRatna tersenyum, dan ia sudah menduga sebelumnya. Hanya saja yang masih tidak ia percayai betapa Aldo sudah membuang urat malunya dengan makan sembarangan di tempat umum."Boleh?" tanya Aldo, lagi!"Boleh, silahkan?!"Ratna mendekatkan mangkok yang seharusnya menjadi miliknya untuk lebih dekat lagi dengan Aldo."Makasih ya, Sayang," ucap Aldo yang langsung mengeksekusi mie di hadapannya."Habis ini kita jala

  • Cinta Tanpa Tapi   98. Aldo sakit.

    "Sudah datang, Yang?" tanya Aldo yang sedang duduk di depan tv, sambil memangku buku tebal di pahanya. Saat merasa ada seseorang yang tiba tiba sudah mencium pipinya dari belakang."Iya ...." jawab Ratna, yang kemudian melangkah di samping Aldo, setelah tadi mencium pipi dan kening lelaki tampan bermata tajam itu.Dia sengaja pulang awal karena Mak menghubunginya tadi dan mengatakan kalau Aldo sedang sakit."Tadi kata Mak, Abang belum makan apa pun ya, kenapa? Mau aku buatin sesuatu?" tanya Ratna yang sudah duduk di samping kaki Aldo yang sedang selonjoran, sambil mencium punggung tangan suaminya itu. Kemudian berpindah memijat betis Aldo.Selama hampir setahun menikah, baru kali ini Aldo sakit hingga membuat nafsu makannya hilang. Aldo terkenal sangat menjaga sekali kesehatan badannya, dan itu yang membuat Ratna heran."Tidak usah, aku sendiri bingung dengan sakitku. Setiap meli

  • Cinta Tanpa Tapi   97. Kurang kuat? (21+)

    Ratna terjaga dari tidurnya saat merasakan sentuhan sentuhan halus pada kulit tubuhnya, terutama di bagian dada, tangan itu terasa meremasnya lembut.Ratna menggelinjang kegelian, gelenyar gelenyar kenikmatan itu mulai datang.Posisi tidur Ratna yang miring ke kanan, benar benar membuat tangan milik Aldo itu bergerak sangat bebas dari belakang punggungnya.Pura pura tak ingin di ganggu, Ratna menahan tangan itu. Dan memeluk di dadanya.Tapi beberapa detik kemudian, dia kembali merasakan serangan benda basah dan kenyal itu di bagian leher belakang area telinga dan bahunya yang terbuka.Mengundang sengatan birahi yang lebih besar lagi.Dengan sedikit terpaksa Ratna membuka matanya dan mengerjapnya berulang kali. Dan melihat ke arah jam, masih menunjukkan jam empat pagi."Akhirnya kau bangun juga." Aldo bersuara dengan suar

DMCA.com Protection Status