Share

22. Diandra

Penulis: Jana Indria
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-05 19:58:43

"Maap, permisi, Dokter ingin memeriksa pasien." Suara seorang perawat perempuan masuk ke dalam ruangan, sontak Ratna, Bunda dan Delon mengurai pelukan mereka. 

Delon dan Bunda langsung menepi, memberikan tempat yang lebih luas untuk sang Dokter dan perawat, meninggalkan Ratna yang menyambut tamu spesial nya, dengan senyuman. 

Ratna melihat betapa akrabnya dokter yang biasa memeriksanya dengan pak Aldo, yang kemudian di biarkan mendekat ke sisi tepi ranjangnya. 

Sang Dokter di bantu perawat kemudian melakukan pemeriksaan rutin.

Perawat itu dengan cekatan melepaskan selang infus dari lengan mulus Ratna, kemudian membuka perban di kepala, membersihkan, mengobati dan menggantikannya dengan yang lebih kecil, hanya sekedar untuk menutup jahitan akibat luka robek saat membentur tembok.

Lagi, Ratna memerhatikan sikap Nay yang diam seribu bahasa. Dengan pandangan mata yang tak lepas dari sosok si Dokter tampan yang sedang serius memeriksa det

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Tanpa Tapi   23. Ceritakan

    "Diandra?" ulang Nay, yang merasa asing dengan nama yang di sebut oleh bunda."Ya, itu nama yang almarhum ayahnya dulu sematkan pada Ratna, sebelum pihak panti merubahnya. Entah dengan alasan apa mereka mengubahnya." Bunda menjawab, matanya menatap nanar ke depan.Mulut Nay langsung membentuk huruf 'o' saat mendengar penjelasan dari perempuan cantik yang duduk di sebelahnya."Diandra, nama yang cantik ya ... Bun?""Dulu, kami adalah keluarga yang kurang beruntung, kemiskinan membuat bunda harus tega mengirim Delon ke desa, untuk dirawat oleh kakeknya di sana. Dan memutuskan hanya Diandra yang kami rawat sendiri."Tanpa menjawab pertanyaan Nay, Bunda tanpa diminta langsung memulakan cerita hidupnya pada perempuan berhidung bangir itu."Tahun '97, saat yang paling sulit bagi keluarga kami, kehidupan yang mulai membaik kembali memburuk saat penjarahan dan perampasan yang tak dapat kami kendalikan, semuanya bagai mimpi buruk, m

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • Cinta Tanpa Tapi   24. Permintaan Ibu

    Dooock! Dock!"Rizal cepat buka pintunya!" Suara ketukan keras di pintu dan jerit suara ibu yang tampak tidak sabar dari luar pintu membuat lelaki yang baru saja meletakkan punggungnya ke ranjang, harus kembali berdiri lagi dan melangkah terseok ke arah pintu."Ada apa, Bu?" tanya Rizal pada sang ibu yang langsung masuk ke dalam rumah tanpa butuh ijin dari sang pemiilik."Kau harus membatalkan rencana mu untuk menceraikan Ratna!" seru ibu yang sudah duduk di kursi, dengan mata menatap tajam ke arah Rizal."Tidak bisa!""Bisa!""Bu ... bukankah ini keinginanmu agar aku cepat cepat mempunyai keturunan." Rizal yang dulunya tak pernah membantah kemauan sang ibu kini bingung dengan perubahan sikap perempuan yang telah melahirkannya."Kau bisa mempunyai keturunan bersama Ratna?""Aku sudah menjalani pernikahan ini selama bertahun tahun, Bu. Tapi dia belum juga hamil.""Kalian bisa punya anak, percayalah pada ibu." Tampak

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • Cinta Tanpa Tapi   25. Hadiah

    "Akhirnya kau pulang juga." Mila menyambut Nay yang baru saja tiba di rumahnya."Ya, hari ini hari terakhir Ratna dirawat, dia akan di bawa pulang-""Diandra, Nay! Bukan Ratna." Mila memotong ucapan Nay yang ingin menjelaskan alasan kenapa dia pulang."Bagaimana kau tahu?" tanya Nay, matanya membesar karena kaget saat Mila tahu nama asli Ratna.Jari tangan Mila menunjuk ke kursi yang berada di samping kanan Nay yang masih berdiri."Apa itu?" Nay picingkan matanya saat melihat ada tumpukan dus di atas kursi yang di tunjuk oleh tangan Mila."Tadi ada lelaki yang datang ke sini bawa ini semua, dan juga berjanji bakalan datang lagi besok, buat benerin rumah," jawab Mila, yang memilih duduk di depan kursi yang berisikan kardus."Lelaki itu juga yang menceritakan sedikit siapa dirinya dan siapa Ratna." Mila menambahi penjelasannya."Siapa? Apakah dia-""Delon! Dia menyebutkan namanya adalah Delon, kakak kandu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • Cinta Tanpa Tapi   26. Kesaksian Umi

    Mata Ratna menyapu setiap lekuk benda yang ada di ruangan yang luasnya dua kali atau mungkin lebih dari kamarnya saat bersama Rizal. Lengkap dengan kamar mandi dan juga balkon. Kamar idaman yang tak pernah berani ia impikan sebelumnya, kini malah menjadi miliknya.Ratna merebahkan tubuhnya dengan pelan-pelan ke atas ranjang empuk itu. Matanya menatap nanar ke langit langit, teringat lagi tentang semua yang ibu pengasuhnya tadi ceritakan tentang siapa dirinya yang sebenarnya.****Flash on"Saya minta maaf, Bu. Bukan maksud saya ingin melarikan Ratna, tapi ini semua karena perintah dari tuan Ibrahim," ujar perempuan berjilbab yang sudah tampak tak muda lagi. Matanya basah dengan tangan gemetar menyatu di depan dada.Kedatangan Delon, Ratna, Bunda dan seorang pengacara ke panti tentu saja membuat semua pengurus ketakutan."Anak yang sekarang bersamaku, siapa dia? Kenapa kau memilih dia untuk di berikan kep

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • Cinta Tanpa Tapi   27. Sambal

    "Tapi--"Ucapan Ratna terhenti saat melihat langkah Bundanya yang terhenti dan kini malah berbalik lagi menghadapnya."Berikan alasanmu yang masuk akal atau bunda akan terus menolaknya." Bunda akhirnya berkata tegas. Kedua tangan bersedekap di dada menunggu Ratna bersuara."Aku ingin berkumpul dengan teman, aku butuh keramaian untuk melupakan kesedihanku, aku harus sibuk agar tidak memikirkan hal hal yang menyakitkan, Bun."Ratna memberikan alasan dengan suara yang nyaris tak terdengar. Dan itu membuat bunda yang awalnya hanya berdiri, kembali mendekat dan memeluk Ratna erat."Jangan sedih, sekarang ada bunda dan kakakmu. Lakukan apa yang membuatmu bahagia."Bunda mengurai pelukan, dan menghapus air mata yang tumpah di pipi Ratna."Bunda harap tak melihatmu lagi menangis karena sedih.""Insya Allah, Bunda," jawab Ratna yang kembali mengurai pelukan karena mendengar suara perut milik Bunda."Bun ...," se

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • Cinta Tanpa Tapi   28. Hadiah

    Ratna terdiam, wajahnya menunduk memandangi piringnya yang sudah bersih. Dia bukannya tak tahu kalau semua mata fokus ke arahnya."Na?"Ratna tak menjawab. Namun, dia mengangkat wajahnya saat mendengar suara bunda memanggil."Diandra adalah anak baik, mungkin agak terlihat judes. Namun, sebenarnya tidak, kalau kau mengenalnya lebih jauh, dia perempuan yang menyenangkan kok." Bunda menjelaskan dengan tangan kanan mengelus bahu Ratna."Iya, Bun." Ratna menjawab, dengan menjauhkan sudut bibirnya."Kamu masih khawatir?" tanya Delon, pada Ratna."Tidak, hanya saja aku takut dia beranggapan aku merebut posisinya.""Tidak ada kata merebut dan direbut, seperti yang kamu bilang. Semua karena kemauan dan ijin Tuhan." Delon berkata sambil berjongkok sedikit untuk mendorong kursi agar dirinya bisa leluasa berdiri."Sekarang minum obatmu, dan reh

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Cinta Tanpa Tapi   29. Sarapan

    "Pagi, Bun."Bunda yang tengah bersiap di dalam kamar, terkejut saat melihat Ratna masuk ke dalam kamarnya yang pintunya ya memang sengaja di buka."Kamu mau kemana?""Aku mau mulai kerja, Bun. Lagian aku sudah sehat kok Bun."Mendengar jawaban anak perempuannya, membuat Bunda memandangi Ratna dari ujung kaki hingga kepala."Makasih cincinnya ya Bun, ini aku pakai." Dengan senyum di bibirnya, Ratna sekalian memamerkan jari, tempat dua cincin ia sematkan semalam."Yang ini, cincin kawin milik bunda, jadi harus hati hati kamu menjaganya, ya." Bunda yang sudah tampak cantik, menunjuk cincin polos yang ada di ibu jari Ratna."Kenapa bunda berikan kepadaku?" tanya Ratna yang merasa tak enak, setelah mendengar jawaban bunda."Karena kamu anak bunda, sedangkan yang punya ayah ada di Delon." Bunda menjawab sambil berdiri dari duduknya, tangan kanannya mengambil tas kerja berwarna hitam yang ada di atas ranjang."Ooo

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • Cinta Tanpa Tapi   30. Bertemu

    "Mbak, saya mau manicure dan pedicure."Ratna yang menunduk karena baru saja meletakkan ponsel barunya ke kembali ke dalam tas, langsung mendongakkan kepalanya saat mendengar permintaan seorang customer yang baru datang."Atas nama siapa?""Monalisa." Perempuan berwajah jutek itu menjawab sambil melirik tak simpati pada Ratna.Ratna yang paham kalau customer nya kali ini sedikit tak biasa, langsung mempersilahkan masuk ke dalam, karena memang tersisa tempat untuk satu orang."Mbak, kamu sudah punya anak belum?"Ratna mendengar suara yang sama dengan customer tak biasa tadi, kini sedang bercakap entah dengan siapa."Kalau kamu?"Terdengar lagi, entah kenapa perasan Ratna semakin tidak enak."Kalian tahu nggak kalau karyawan di sini ada yang mandul?""Kasihan kan, yaaa."Ratna mulai mendengar suara yang menjawab. Namun, tidak jelas."Makanya kalau jadi perempuan mandul tuh ya harusnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12

Bab terbaru

  • Cinta Tanpa Tapi   105. Tamat

    "Sudah siap?" tanya Delon, pada Aldo yang memasukkan semua perlengkapan istri dan dirinya ke dalam tas ransel yang Mak bawa tadi dari rumah.Terlihat Aldo menganggukkan kepalanya sekilas. Menjawab pertanyaan Delon.Hari itu hari ke empat setelah Ratna bangun dari tidurnya, dan dokter yang menangani Ratna sudah memberikan izin untuk pulang."Pak Ri, yang tas itu, nanti tolong di bawa ke rumah, ya. Jadi kita cuma bawa tas yang ini aja."Aldo menunjuk tas yang lebih besar untuk di bawa pak Ri yang mengiyakan perintah majikannya, serta langsung membawa pergi setelah sebelumnya pamit lebih dulu pada Aldo dan Ratna."Nanti kau pakai saja mobilku, Do. Aku bisa pakai taxi online nanti."Delon menyodorkan tangannya yang sedang memegang kunci mobil."Terima kasih," ucap Aldo, tangannya ikut maju mengambil kunci yang disodorkan Delon."

  • Cinta Tanpa Tapi   104. Disa dan Denis

    Terlanjur, dokter Siska sudah memencet tombol di atas kepala Ratna, memberitahukan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada pasien."Apa yang kau lakukan?" tanya Aldo yang masuk ke dalam ruangan dengan raut wajah marah. Tangannya mengepal menahan geram."A-aku ...." jawab Siska yang tergagap, kaget! Wajahnya pucat seketika."Bang ...."Seperti tak percaya Aldo mendengar Ratna memanggilnya, seketika itu juga ia menoleh ke arah istrinya dan baru menyadari kalau perempuan yang ia cintai sudah bangun dari tidur panjang."Yang ...."Aldo mendekat ke arah Ratna, menggenggam tangan istrinya erat, dan menciumi setiap inci wajah perempuan yang sangat ia cintai.Membuat dokter Siska seketika itu juga mundur perlahan menuju pintu.Hampir saja dirinya menabrak beberapa dokter dan perawat yang berdatangan mendekati Ratna, dan mem

  • Cinta Tanpa Tapi   103. Ti–ti–dak ....

    "Mas, baju yang mau di bawa yang mana?" tanya Mak siang itu.Mak sengaja di antar pak Ri untuk mengantarkan baju bersih yang akan di pakai Aldo, di rumah sakit. dan membawa balik baju yang sudah kotor untuk Mak cuci di rumah.Tanpa bicara, Aldo yang dengan wajah sangat menampakkan kesedihan, memberikan baju yang sudah ia lipat dalan paperbag yang lumayan besar pada Mak."Mbak gimana, Mas?" tanya Mak, dengan tangan terulur menerima paper bag dari Aldo."Masih tidur, Mak. Tolong doain, ya. Biar bisa cepat pulang ke rumah." Aldo sedikit tersenyum, senyum yang terlihat terpaksa."Iya, Mas. Saya dan Mak selalu berdoa semoga Mbak dan si kembar cepat pulang, biar rumahnya ramai." Pak Ri yang tadinya hanya terdiam mendengarkan, kali ini ikut membuka suara.Sudah sebulan lebih pasca kecelakaan, Ratna tak sadarkan diri. Terbaring lemah dengan beberapa

  • Cinta Tanpa Tapi   102. Yang terbaik ....

    "Apa tidak sebaiknya kalau kamu, aku antar saja, Yang?" usul Aldo saat melihat istrinya mengambil kunci mobil, pagi itu setelah sarapan bersama."Tidak usah, aku baik baik saja, kok!" jawab Ratna yang mendekat untuk mencium pipi, dan punggung tangan kanan suaminya."Tapi perutmu sudah tak memungkinkan untuk menyetir, Yang ...."Jelas saja Aldo sangat khawatir dengan kondisi Ratna, yang memaksa menyiapkan sendiri acara tujuh bulanan si kembar yang rencananya akan di laksanakan seminggu lagi."Perutku tidak masalah kok, Bang. Asalkan kau tidak lagi terlalu mempermasalahkan," ujar Ratna, yang terus melangkah melewati dapur menuju ruang garasi.Setelah sebelumnya meminta Mak untuk membuka pintu garasi dan juga pintu pagar.Sambil mengikuti istrinya dari belakang, Aldo hanya bisa mengambil nafas panjang dan mengembuskannya dengan kasar.&n

  • Cinta Tanpa Tapi   101. Gaya bumil (21+)

    Ratna terus mengulang pertanyaan yang sama hingga membuat dokter Agni sedikit gemas."Hei! Saya serius, Bu! Anda hamil. Selamat ya ...."Masih banyak lagi pesan yang dikatakan oleh dokter di depannya yang sedang membersihkan perut Ratna dari gel tadi. Namun, Ratna hanya bisa menangis sambil terus memandangi layar."Sekarang anda boleh berbalik ke kanan, baru kemudian bangun dengan perlahan," suruh dokter Agni pada Ratna yang ia ikuti."Benarkan apa yang aku bilang." Siska tersenyum sambil terus memainkan ponselnya."Memangnya dokter Siska bilang apa!" tanya dokter Agni yang kemudian pindah ke kursi miliknya dan menuliskan sesuatu di sana."Cuman minta traktiran kalau mereka berdua terbukti hamil," jawab dokter Siska, yang kemudian tertawa terbahak."Ah dokter Siska, ada ada saja!" seru dokter Agni, yang kemudian memberikan amplop co

  • Cinta Tanpa Tapi   100. Aku mandul!

    "Nay, kamu kenapa?" tanya Ratna, saat tangan membuka pintu di ruangannya.Ini hari pertama Ratna kembali ke kafe setelah dua hari menemani Aldo di rumah."Aku nggak tahu, mungkin masuk angin," jawab Nay, wajahnya basah, dan terlihat menahan sesuatu yang sepertinya akan keluar dari mulut Nay."Kamu periksa saja, Nay. Jangan jangan kamu hamil." Rafi yang datang di belakang Ratna tiba tiba ikut buka suara."Iya, Nay. Periksa aja deh!" Seru Ratna mendukung apa yang di katakan Rafi"Tapi–""Kalau kamu nggak periksa malah fatal, pengin sembuh, terus minum obat anti masuk angin. Eh ... ternyata hamil, gimana? Kan pasti ada resiko dari obat yang kamu minum, Nay." Rafi Langsung memotong pembelaan Nay.Ada iba menggelantung di dada Rafi, melihat kondisi Nay saat ini."Tapi–""P

  • Cinta Tanpa Tapi   99. Mie ayam

    "Kamu nggak makan? Serius?" tanya Aldo setelah selesai menelan makanan yang tadi di dalam mulutnya kemudian ia dorong dengan cara meminum air mineral, hingga terasa kerongkongannya yang lega."Kenapa?" tanya Ratna, bersuara pelan dengan penuh perhatian."Kalau aku saja yang makan, gimana? Bolehkan? Dari pada jadi mubasir kan sayang, Yang," rayu Aldo, sambil menaik turunkan kedua alisnya bersamaanRatna tersenyum, dan ia sudah menduga sebelumnya. Hanya saja yang masih tidak ia percayai betapa Aldo sudah membuang urat malunya dengan makan sembarangan di tempat umum."Boleh?" tanya Aldo, lagi!"Boleh, silahkan?!"Ratna mendekatkan mangkok yang seharusnya menjadi miliknya untuk lebih dekat lagi dengan Aldo."Makasih ya, Sayang," ucap Aldo yang langsung mengeksekusi mie di hadapannya."Habis ini kita jala

  • Cinta Tanpa Tapi   98. Aldo sakit.

    "Sudah datang, Yang?" tanya Aldo yang sedang duduk di depan tv, sambil memangku buku tebal di pahanya. Saat merasa ada seseorang yang tiba tiba sudah mencium pipinya dari belakang."Iya ...." jawab Ratna, yang kemudian melangkah di samping Aldo, setelah tadi mencium pipi dan kening lelaki tampan bermata tajam itu.Dia sengaja pulang awal karena Mak menghubunginya tadi dan mengatakan kalau Aldo sedang sakit."Tadi kata Mak, Abang belum makan apa pun ya, kenapa? Mau aku buatin sesuatu?" tanya Ratna yang sudah duduk di samping kaki Aldo yang sedang selonjoran, sambil mencium punggung tangan suaminya itu. Kemudian berpindah memijat betis Aldo.Selama hampir setahun menikah, baru kali ini Aldo sakit hingga membuat nafsu makannya hilang. Aldo terkenal sangat menjaga sekali kesehatan badannya, dan itu yang membuat Ratna heran."Tidak usah, aku sendiri bingung dengan sakitku. Setiap meli

  • Cinta Tanpa Tapi   97. Kurang kuat? (21+)

    Ratna terjaga dari tidurnya saat merasakan sentuhan sentuhan halus pada kulit tubuhnya, terutama di bagian dada, tangan itu terasa meremasnya lembut.Ratna menggelinjang kegelian, gelenyar gelenyar kenikmatan itu mulai datang.Posisi tidur Ratna yang miring ke kanan, benar benar membuat tangan milik Aldo itu bergerak sangat bebas dari belakang punggungnya.Pura pura tak ingin di ganggu, Ratna menahan tangan itu. Dan memeluk di dadanya.Tapi beberapa detik kemudian, dia kembali merasakan serangan benda basah dan kenyal itu di bagian leher belakang area telinga dan bahunya yang terbuka.Mengundang sengatan birahi yang lebih besar lagi.Dengan sedikit terpaksa Ratna membuka matanya dan mengerjapnya berulang kali. Dan melihat ke arah jam, masih menunjukkan jam empat pagi."Akhirnya kau bangun juga." Aldo bersuara dengan suar

DMCA.com Protection Status